Anda di halaman 1dari 14

RMK CORPORATE GOVERNANCE

KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA


Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si

Diusulkan oleh :

Gusti Ayu Intan Puspita Dewi


1707532088
14

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
BALI
KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA

I. Pengertian Komite Audit


Pengertian komite audit menurut Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG, 2006) dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
yaitu komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih
besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus
atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab
untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.
Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam konsep Good Corporate
Governance yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level
penerapannya. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances
yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada
para pemegang saham dan stakeholder lainnya.

II. Peran Komite Audit


Peran Komite Audit menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) adalah mengawasi dan memberi masukan kepada dewan komisaris dalam hal
terciptanya mekanisme pengawasan. Peran penting komite audit untuk
menciptakan good corporate governance, membuat adanya tuntutan untuk
mempertahankan independensi komite audit dalam rangka menjalankan fungsi
pengawasan. Komite audit harus independen yaitu tidak dapat dipengaruhi oleh pihak
lain dalam menjalankan peran pengawasan. Hal ini dibutuhkan agar temuan dalam
tindak pengawasan yang dilakukan oleh komite audit mampu bersifat obyektif dalam
arti sesuai dengan kondisi sebenarnya, sehingga terus mendapatkan upaya perbaikan
bagi manajemen perusahaan agar selalu mampu menjalankan operasi usaha sesuai
dengan tata nilai yang seharusnya berlaku. Komite audit yang independen akan berlaku
adil kepada setiap pihak yang berkaitan dengan perusahaan. karena tidak membawa
kepentingan dari pihak manapun tetapi berlaku adil kepada seluruh pihak berkaitan
dengan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan. Peran penting komite audit dalam good
corporate governance tersebut mendatangkan tuntutan untuk memasukkan komite
audit sebagai bagian dari pengembangan usaha.

1
III. Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
Jenis tugas dan tanggung jawab Komite Audit yang diangkat sebuah perusahaan
yang satu tidak pernah sama persis dengan perusahaan yang lain. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan skala, jenis usaha, kebutuhan dan domisili masing-masing
perusahaan. Walaupun demikian, tugas dan tanggung jawab komite audit tidak boleh
menyimpang dari tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Wewenang Komite
Audit harus meliputi :
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya.
2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan.
3. Mengusahakan saran hukum dan saran professional lainnya yang independen
apabila dipandang perlu.
4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai, apabila
dianggap perlu.

Kewenangan komite audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu dewan
komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya rekomendasi
kepada dewan komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa
eksplisit dari dewan komisaris misalnya mengevaluasi dan menentukan komposisi
auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa
Komite Audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan pengawasan secara
menyeluruh dalam hal :
1. Laporan Keuangan
Komite Audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan
bahwa Laporan Keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan
gambaran yang sebenarnya.
2. Pengawasan Kontrol (Corporate Control)
Komite Audit memberikan pengawasan independen atas masalah atau hal-
hal yang berpotensi mengandung risiko.
3. Tata Kelola Perusahaan
Komite Audit melaksanakan pengawasan independen atas proses
pelaksanaan Good Corporate Governance apakah telah dijalankan sesuai
Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2
Menurut keputusan menteri BUMN Nomor Kep-103/MBU/2002, Komite Audit
bertugas :
1. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan
Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan
dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.
2. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian
manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.
3. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala,
proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada
pemegang saham.
4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris atau
Dewan Pengawas.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan pengawas
sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Komite audit bertugas
untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-
hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-
hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain
yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris.

IV. Komposisi Keanggotaan Komite Audit


Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota yang berasal
dari Komisaris Independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik dan
dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite
audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien akan tetapi,
Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya
ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki
pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip
pengawasan internal. Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff
perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada
stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan
Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi

3
perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi
BUMN)

V. Komite Lainnya
1. Komite Lainnya Menurut KNKG
a. Komite Nominasi dan Remunerasi
1) Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota
Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasinya;
2) Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau
pelaku profesi dari luar perusahaan.
3) Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya
dilaporkan dalam RUPS.
b. Komite Kebijakan Risiko
1) Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi
serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan;
2) Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku
profesi dari luar perusahaan.
c. Komite Kebijakan Corporate Governance
1) Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu
Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara
menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi
penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility);
2) Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari
anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga
menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan;
3) Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance
dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi

2. Komite-Komite Lainnya Di BUMN

4
Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara lain
disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk
komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan
dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Selain komite audit, komisaris
atau dewan pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh
menteri. Sesuai penjelasan pasal 70 UU BUMN, komite lain yang dimaksud
disini, yaitu komite remunerasi dan komite nominasi.
3. Komite-Komite Lainnya di Perbankan
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum
konvensional di Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013 mengenai
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, pada bagian IV
komite, menyebutkan bahwa dewan komesaris wajib membentuk susunan
organisasi setidaknya komite audit, komite pemantau risiko, serta komite
remunerasi dan nominasi, dalam rangka mendukung efektivitas tugas dan
tanggung jawab dewan komesaris.
4. Komite Komite Lainnya di Perusahaan Publik
Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember
2014 tentang Komite Nominasi dan remunerasi emiten atau perusahaan public,
antara lain menyebutkan :
a. Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan komite nominasi dan remunerasi
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan
komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan
komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan
komesaris terkait nominasi dan remunerasi terhadap anggota dewan
komesaris.
b. Pasal 2, emiten atau perusahaan public wajib memiliki fungsi nominasi dan
remunerasi yang wajib dilaksanakan oleh dewan komesaris. Komite
nominasi dadan remunerasi dapat dibentuk secara terpisah.

c. Pasal 3, yaitu komite nominasi dan remunerasi paling kurang terdiri dari 3
orang anggota dengan ketentuan :
1) Satu orang ketua merangkap anggota yang merupakan komesaris
independen,dan;
2) Anggota lainnya yang dapat berasal dari :
5
a) Anggota dewan komesaris
b) Pihak yang berasal dari luar emiten atau perusahan public yang
bersangkutan ;atau
c) Pihak yang menduduki jabatan manajerial di bawah direksi yang
membidangi sumber daya manusia.
d. Pasal 8, komite nominasi dan remunerasi mempunyai tugas dan tanggung
jawab paling kurang :
1) Terkait dengan fungsi nominasi :
a) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai
komposisi jabatan anggota direksi dan atau anggota dewan
komesaris, kebijakan dan kreteria yang dibutuhkan dalam
proses nominasi; dan kebijakan evaluasi kinerja bagi anggota
direksi dan atau anggota dewan komesaris
b) Membantu dewan komesaris melakukan penilaian kinerja
dewan direksi dan atau anggota dewan komesaris berdasarkan
tolok ukur yang telah disusun sebagai bahan evaluasi.
c) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai
program pembangunan kemampuan anggota direksi dan atau
anggota dewan komesaris; dan
d) Meberikan usulan calon yang memenuhi syarat sebagai anggota
direksi dan atau anggota dewan komesaris kepada dewan
komesaris untuk disampaikan kepada RUPS.
2) Terkait dengan fungsi remunerasi :
a) Memberikan rekomendasi kepada dewan komesaris mengenai
struktur remunerasi, kebijakan atas remunerasi; dan besaran
atas remunerasi
b) Membantu dewan komesaris melakukanpenilaian kinerja
dengan kesesuaian remunerasi yang diterima masing masing
anggota direksi dan atau anggota dewan komesaris.
VI. Prinsip-prinsip GCG Komite Audit
Ada beberapa hal yang perlu dipahami berkaitan dengan keanggotaan komite
audit menurut Indriani dan Nurkholis (2002). Beberapa hal tersebut adalah sebagai
berikut ini:
1. Independensi
6
Komite audit harus independen atau tidak dapat dipengaruhi oleh pihak
manajemen perusahaan dan pihak lainnya dalam menjalankan tugas yang dimiliki
untuk mewujudkan kredibilitas di mata publik dan pemegang saham.
2. Kompetensi
Kompetensi berkaitan dengan pemahaman yang memadai untuk dimiliki
oleh anggota komite audit termasuk atribut-atribut yang men-dukung pelaksanaan
tugas dari komite audit tersebut, yang meliputi: sifat tidak mudah perca-ya,
memiliki rasa ingin tahu, dapat berpikir logis, dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis masalah.
3. Komitmen
Komitmen meliputi kesadaran terhadap tang-gung jawab yang dimiliki dan
berlaku profesio-nalisme dalam menjalankan tugas yang dimiliki
4. Kompensasi
Anggota komite audit harus didukung dengan paket kompensasi yang
memadai untuk menja-ga independensi, obyektivitas, dan mutu peker-jaan yang
dimiliki.
Indriani dan Nurkholis (2002) menyatakan ada beberapa prinsip dasar berkaitan
dengan goodcorporate governance yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness)
Kesetaraan dan kewajaran bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil
dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasar-kan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku. Tidak ada pihak tertentu yang lebih
diperhatikan dalam operasi kegiatan usaha karena semua memiliki hak yang
sama dan arus dipenuhi sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Pengelolaan usaha hendaknya tidak melakukan
pelanggaran terhadap hukum atau aturan yang berlaku.
3. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan kejelasan dari fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Bila akuntabilitas dapat diterapkan dengan baik maka

7
perusahaan akan terhindar dari benturan kepentingan peran pihak-pihak yang ada
di perusahaan.
4. Keterbukaan informasi (Transparency)
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbuka-an informasi, baik dalam
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkaninforjmasi
material dan relevan mengenai perusahaan.

VII. Komite Audit di Berbagai Negara


1. Komite Audit di Amerika Serikat
Konsep Komite Audit pada awalnya tumbuh di Amerika Serikat sekitar
tahun 1940 sebagai tanggapan atas permintaan direksi non-eksekutif beberapa
emiten yang meminta dibentuk Komite Audit yang terdiri dari direktur non-
eksekutif yang bertugas untuk menominasikan dan memilih auditor eksternal dan
menentukan parameter dalam perikatan dengan auditor eksternal tersebut.
Peraturan yang mewajibkan dibentuknya komite audit di Amerika Serikat antara
lain Accounting Series Release (ASR) No. 19/1940 dari The Securities Exchange
Commission (SEC). Ketentuan tersebut menganjurkan agar perusahaan yang
telah masuk pasar modal (go publik) memiliki komite audit yang beranggotakan
pihak independen dari luar perusahaan. Studi Korn and Ferry International (1989)
menemukan bahwa ternyata 98% dari perusahaan Amerika Serikat yang disurvei
telah memiliki komite audit. Di Amerika Serikat eksistensi komite audit selain
membawa dampak internal juga membawa dampak eksternal bagi perusahaan,
yaitu harga saham perusahaan yang telah memiliki komite audit cenderung lebih
diminati oleh para investor.

2. Komite Audit di Inggris


Inggris merupakan negara yang memelopori dalam hal pembentukan
komite audit karena komite audit sudah ada sejak pertengahan abad ke-19. Para
anggotanya dipilih dari para pemegang saham (shareholder) yang dipandang
memiliki keahlian atau kompetensi dibidang akuntansi dan auditing. Komite audit
tersebut dibentuk untuk bertindak sebagai mediator antara pemegang saham,
manajemen dan pihak eksternal perusahaan. Tahun 1982 kelompok The
promotion of Non-Executive Directors (pro-ned) telah memperbaiki kode praktik
(code of practice) pada tahun 1987, kelompok tersebut merekomendasikan agar

8
perusahaan-perusahaan publik memiliki komite audit yang terdiri dari Direktur
non-eksekutif yang bertugas untuk memberikan konsultasi sehubungan dengan
masalah penting mengenai audit dan pengendalian. Institute of Chartered
Accountant pada England & Wales Working Party (1986) telah
merekomendasikan agar komite audit bertanggungjawab atas pertemuan dan
remunerasi auditor independen, menyetujui perencanaan audit (audit plan) dan
mereview laporan manajemen (management report) yang dikeluarkan oleh
auditor independen.

3. Komite Audit di Kanada


Komite audit pertama kali diperkenalkan oleh Pemerintah Kanada pada
tahun 1965. The Canada Business Corporation Act telah melakukan amandemen
pada tahun 1975, menurut ketentuan ini semua perusahaan publik harus memiliki
komite audit yang mereview laporan keuangan tahunan sebelum disampaikan
pada Board of Director. The Adams Report (1998) merekomendasikan tentang
tanggungjawab komite audit. The Canadian Institute of Chartered Accountants
(1988) mengeluarkan the Macdonald Report yang antara lain mengemukakan
agar semua perusahaan publik harus memiliki komite audit. Komite audit harus
melaporkan tentang tanggungjawabnya kepada pemegang saham secara tahunan
(annual report) dan harus mereview laporan keuangan interim dan tahunan
sebelum dipublikasikan. Selain itu ketentuan mengenai perlunya komite audit di
Kanada telah dimuat dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. The Business
Corporation Act (1975) ini telah diberlakukan di Negara Bagian Ontario dan
British Columbia.

VIII. Komite Audit di Indonesia


Di Indonesia, keberadaan Komite Audit dimulai sejak tahun 2001 melalui Surat
Edaran Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, sekarang berubah menjadi Otoritas
Jasa Keuangan (OJK)) No: SE-03/PM/2000 yang berisi himbauan perlunya Komite
Audit dimiliki oleh setiap Emiten. Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia)
selanjutnya mengeluarkan surat No: Kep. 339/BEJ/07-2001 mengenai kewajiban
perusahaan tercatat untuk memiliki Komite Audit serta jumlah keanggotaan dari komite
itu sendiri. Pada tahun 2003, keberadaan Komite Audit untuk BUMN diatur melalui
Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002. Kemudian, Bapepam

9
melalui suratnya Nomor: Kep-29/PM/2004 tanggal 24 September 2004 mengeluarkan
Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit.
Pada tanggal 7 Desember 2012, Bapepam dan LK telah menerbitkan satu
peraturan yaitu Peraturan Nomor IX.I.5, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor: Kep-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit. Penerbitan peraturan ini menyempurnakan sekaligus mencabut
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-29/PM/2004 tanggal 24 September 2004
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penyempurnaan
Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan independensi, peran dan kewenangan
Komite Audit dalam membantu pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Peraturan ini diatur mengenai
ketentuan umum, struktur dan keanggotaan, persyaratan keanggotaan, masa tugas,
tugas dan tanggung jawab, wewenang, rapat, dan pelaporan Komite Audit, serta sanksi.
Perkembangan praktik komite audit di Indoensia dapat dibedakan menjadi 3 sesuai
dengan jenis atau karakteristik perusahaan yang ada seperti perbankan, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan perusahaan publik.

IX. Komunikasi Komite Audit


Salah satu fungsi komite audit adalah menjembatani pemegang saham (share
holder) dan dewan komisaris dengan kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh
manajemen, auditor internal dan eksternal auditor. Komunikasi komite audit dengan
pihak yang berkepentingan yang berjalan dengan lancar, akan menghasilkan kinerja
perusahaan meningkat, terutama dari aspek pengendalian. Berikut ini dijelaskan
komunikasi komite audit dengan berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Komunikasi Komite Audit dengan Dewan Komisaris
Salah satu fungsi pokok komite audit adalah membantu tugas komisaris
dalam aspek pengendalian perusahaan. Dalam rapat internal yang
diselenggarakan secara rutin, komite audit melaporkan hasil tugas yang
dibebankan oleh komisaris dalam bentuk laporan berkala. Selain itu apabila
ditugaskan secara khusus oleh komisaris, maka komite audit akan membuat
laporan khusus yang ditujukan kepada komisaris.
2. Komunikasi Komite Audit dengan Manajemen

10
Menurut The Institute of Internal Auditors Research Foundation tanggung
jawab komite audit memerlukan interaksi secara signifikan dengan manajemen
secara efektif, namun kehadiran manajemen tidak diharuskan dalam tiap rapat.
Praktik yang baik membutuhkan partisipasi aktif dari manajemen dalam rapat
komite. Laporan atas beberapa aktivitas manajemen yang krusial terhadap komite
merupakan salah satu tanggungjawabnya.
3. Komunikasi Komite Audit dengan Internal Auditor
Komunikasi internal auditor dengan komite audit antara lain diatur dalam
Statement on Auditing Standard (SAS) No. 61, yaitu disebutkan delapan hal
sebagai berikut.
a. Pertanggungjawaban atas struktur kendali internal dan laporan keuangan
bebas kesalahan material
b. Seleksi kebijakan akuntansi
c. Estimasi akuntansi
d. Dampak adjustment hasil audit
e. Pertanggungjawaban data non keuangan yang disepakati bersama
f. Ketidaksepakatan manajemen dan internal auditor
g. Diskusi pilihan eksternal auditor
h. Masalah proses akuntansi, keterlambatan laporan tak masuk akal dan batas
waktu laporan tak masuk akal.
4. Komunikasi Komite Audit dengan Eksternal Auditor
Salah satu tanggungjawab komite audit adalah menilai (mereview) hasil
laporan audit dari eksternal auditor. Kedudukan komite audit yang merupakan
kepanjangan tangan dari dewan komisaris dengan kompetensi yang dimililiki
diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi auditor eksternal bagi perusahaan.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Standar Auditing No. 380
diatur mengenai komunikasi antara akuntan publik (eksternal auditor) dengan
komite audit. Komunikasi antara komite audit dengan eksternal auditor dapat
berbentuk lisan atau tertulis. Masalah yang dapat dikomunikasikan antara lain
yaitu :
a. Tanggung jawab auditor berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Institut Akuntan Publik Indonesia
b. Kebijakan akuntansi signifikan
c. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
11
d. Penyesuaian audit signifikan
e. Informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan
f. Ketidaksepakatan dengan manajemen
g. Konsultansi dengan akuntan lain
h. Isu besar yang dibicarakan dengan manajemen sebelum keputusan
mempertahankan Auditor
i. Kesulitan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2000. Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit. Makalah
Seminar Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta.

12
Effendi, M. Arief. 2001. Persepsi Dewan Komisaris & Direksi Badan Usaha Milik Negara
terhadap pembentukan Komite Audit. Thesis, Program Magister Akuntansi (MAKSI),
Universitas Indonesia.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. Seri Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance) Jilid II: Peran Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam
Pelaksanaan Corporate Governance. (Tata Kelola).
Herwidayatmo. 2000. Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit. Simposium
Nasional Akuntansi II dan Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP-102/M-PBUMN/2002
tanggal 31 Juli 2002 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. Jakarta.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.04/2014 tentang Komite Nominasi dan
Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/15/DPNP Tanggal 29 April 2013 perihal Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
TEMPO. 2006. Laporan Keuangan Kereta Api diduga Salah. Diakses pada tanggal 29 Maret
2019 dari https://bisnis.tempo.co/read/81332/laporan-keuangan-kereta-api-diduga-
salah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)

1.

13

Anda mungkin juga menyukai