Anda di halaman 1dari 6

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap peraturan perundang-undangan terkait yang
memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Rancangan Peraturan Daerah tentang Ruang
Terbuka Hijau dengan peraturan perundang-undangan lain, harmonisasi secara vertical dan
horizontal, serta status dari peraturan yang ada

3.1 Peraturan yang bersifat Atribusi

Merupakan peraturan perundang-undangan yang memberikan kewenangan kepada


institusi yang bersangkutan untuk menyusun dan menetapkan peraturan
perundangundangan yang bersangkutan, dalam hal ini peraturan daerah.

3.1.1 Pasal 18 Ayat 6 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki kedudukan


paling tinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan di negara ini. Oleh karena itu
sudah semestinya Undang-undang Dasar 1945 menjadi landasan konstitusional setiap
peraturan perundang-undangan di bawahnya. Pasal 18 ayat 6 Undang-undang Dasar 1945
berbunyi: “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan demikian
Undang-undang Dasar 1945 memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
menetapkan peraturan daerah.

3.1.2 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Ketentuan mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur lebih lanjut


dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undangundang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, termasuk salah
satunya mengenai penyusunan dan penetapan peraturan daerah. Berdasarkan Pasal 1
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, diatur beberapa batasan pengertian
mengenai istilah sebagai berikut:

▪ Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah


Kabupaten dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

▪ Pemerintah Kabupaten adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

▪ Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

▪ Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan/atau
peraturan daerah kabupaten/kota.
3.2 Peraturan Perundang-undangan yang bersifat Delegasi

Merupakan peraturan perundang-undangan yang memberikan delegasi atau amanah


untuk menyusun dan menetapkan peraturan perundang-undangan turunannya, dalam hal ini
peraturan daerah mengenai Pengelolaan Sampah. Peraturan perundang-undangan yang
bersifat delegasi terhadap peraturan daerah pengadaan ruang terbuka hijau adalah sebagai
berikut:

3.2.1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG


PENATAAN RUANG

Pasal 28

Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan ruang wilayah
kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau;


dan

c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki,
angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan
untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
pertumbuhan wilayah.

Pasal 29

(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.

(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota. (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20
(dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Pasal 30 Distribusi ruang terbuka hijau publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat

(3) disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan
rencana struktur dan pola ruang. Pasal 31 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka nonhijau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf a dan huruf b diatur dengan peraturan Menteri.
3.2.2 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 TENTANG
PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI
KAWASAN PERKOTAAN

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1.Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

2.Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan


pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.

3.Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.

Pasal 2

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan


dimaksudkan untuk:
a. menyediakan acuan yang memudahkan pemangku kepentingan baik pemerintah
kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam perencanaan, perancangan,
pembangunan, dan pengelolaan ruang terbuka hijau.

b. memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan ruang terbuka hijau


dalam penyusunan rencana dan rancangan pembangunan dan pengelolaan
ruang terbuka hijau.

c.memberikan bahan kampanye publik mengenai arti pentingnya ruang terbuka


hijau bagi kehidupan masyarakat perkotaan.

d.memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak


terkait tentang perlunya ruang terbuka hijau sebagai pembentuk ruang yang
nyaman untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.

Pasal 3

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan


bertujuan untuk:
a.menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;

b.menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara


lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat;
c. meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Pasal 4

(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri memuat:

a. ketentuan umum, yang terdiri dari tujuan, fungsi, manfaat, dan tipologi
ruang terbuka hijau;

b. ketentuan teknis yang meliputi penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka


hijau di kawasan perkotaan;

c. prosedur perencanaan dan peran masyarakat dalam penyediaan dan


pemanfaatan ruang terbuka hijau.

(2) Materi muatan tentang pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat
secara lengkap dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Menteri ini
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
diketahui dan dilaksanakan.

3.3 Peraturan Perundang-undangan Terkait Teknis Pembentuknya

3.3.1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundangundangan merupakan dasar ketentuan teknis pembentukan peraturan
perundangundangan, termasuk dalam hal ini pembentukan peraturan daerah.
Dalam Pasal 1 dijelaskan mengenai pengertian sebagai berikut:
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang-
undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan
atau penetapan, dan pengundangan.

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma


hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.

Selanjutnya dalam Pasal 7 diatur bahwa jenis dan hierarki peraturan perundangundangan
terdiri dari:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. III-6
Dalam Lampiran II Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, diatur
secara umum mengenai kerangka peraturan perundang–undangan yang meliputi:
1. Judul;
2. Pembukaan, yang meliputi: a. Frasa: “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”; b.
Jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan; c. Konsideran; d. Dasar hukum; e.
Diktum;
3. Batang Tubuh, yang meliputi: a. Ketentuan umum; b. Materi pokok yang diatur; c.
Ketentuan peralihan (jika diperlukan); d. Ketentuan penutup.
4. Penutup;
5. Penjelasan (jika diperlukan);
6. Lampiran (jika diperlukan).

3.3.2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan


Produk Hukum Daerah merupakan peraturan perundang-undangan turunan dari Undang-
undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Bila
dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan diatur ketentuan pembentukan peraturan perundang-undangan secara
keseluruhan, maka dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah diatur ketentuan pembentukan produk hukum daerah.
Oleh karena itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah menjadi landasan pembentukan produk hukum
daerah, termasuk dalam hal ini adalah pembentukan peraturan daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah, dalam Pasal 2 diatur bahwa produk hukum daerah
bersifat pengaturan dan penetapan. Selanjutnya dalam Pasal 3 diatur bahwa produk hukum
daerah berbentuk peraturan daerah, peraturan kepala daerah, peraturan bersama kepala
daerah, dan kepala daerah DPRD.

Dalam Pasal 20 diatur bahwa penyusunan produk hukum daerah yang bersifat
pengaturan berbentuk perda atau nama lainnya dilakukan berdasarkan program III-7
pembentukan perda (propemperda). Dalam Pasal 22 diatur bahwa pemrakarsa dalam
mempersiapkan rancangan perda disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau
naskah akademik.

Pada Pasal 25 Ayat 1 diatur bahwa gubernur memerintahkan kepada perangkat


daerah pemrakarsa untuk menyusun rancangan perda berdasarkan promeperda provinsi.

Pasal 25 Ayat 2 menyebutkan dalam menyusun rancangan perda provinsi, gubernur


membentuk tim penyusun rancangan perda provinsi yang ditetapkan dengan keputusan
gubernur.

Selanjutnya Pasal 25 Ayat 3 mengatur bahwa keanggotaan tim penyusun terdiri atas:
a. gubernur;
b. sekretaris daerah;
c. perangkat daerah pemrakarsa;
d. perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi;
e. perangkat daerah terkait; dan
f. perancang peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 29 menyebutkan bahwa ketua tim penyusun menyampaikan hasil
rancangan perda provinsi kepada gubernur melalui sekretaris daerah provinsi untuk
dilakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi.

Pada Pasal 30 Ayat 1 mengatur bahwa sekretaris daerah provinsi menugaskan


kepala perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi untuk mengoordinasikan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan perda.

Pasal 30 Ayat 2 mengatur bahwa dalam mengkoordinasikan pengharmonisasian,


pembulatan, dan pemantapan konsepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan
perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi dapat mengikutsertakan instansi
vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
Selanjutnya Pasal 32 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai penyusunan perda di
lingkungan pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 sampai
dengan Pasal 31 berlaku secara mutatismutandis terhadap penyusunan perda di lingkungan
pemerintah daerah kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai