Bab 3 RTH
Bab 3 RTH
Bab ini memuat hasil kajian terhadap peraturan perundang-undangan terkait yang
memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Rancangan Peraturan Daerah tentang Ruang
Terbuka Hijau dengan peraturan perundang-undangan lain, harmonisasi secara vertical dan
horizontal, serta status dari peraturan yang ada
3.1.1 Pasal 18 Ayat 6 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.1.2 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
▪ Pemerintah Kabupaten adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
▪ Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
▪ Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan/atau
peraturan daerah kabupaten/kota.
3.2 Peraturan Perundang-undangan yang bersifat Delegasi
Pasal 28
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan ruang wilayah
kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:
a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki,
angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan
untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
pertumbuhan wilayah.
Pasal 29
(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota. (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20
(dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Pasal 30 Distribusi ruang terbuka hijau publik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat
(3) disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan
rencana struktur dan pola ruang. Pasal 31 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka nonhijau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf a dan huruf b diatur dengan peraturan Menteri.
3.2.2 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 TENTANG
PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI
KAWASAN PERKOTAAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
a. ketentuan umum, yang terdiri dari tujuan, fungsi, manfaat, dan tipologi
ruang terbuka hijau;
(2) Materi muatan tentang pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat
secara lengkap dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Menteri ini
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
diketahui dan dilaksanakan.
Selanjutnya dalam Pasal 7 diatur bahwa jenis dan hierarki peraturan perundangundangan
terdiri dari:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. III-6
Dalam Lampiran II Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, diatur
secara umum mengenai kerangka peraturan perundang–undangan yang meliputi:
1. Judul;
2. Pembukaan, yang meliputi: a. Frasa: “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”; b.
Jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan; c. Konsideran; d. Dasar hukum; e.
Diktum;
3. Batang Tubuh, yang meliputi: a. Ketentuan umum; b. Materi pokok yang diatur; c.
Ketentuan peralihan (jika diperlukan); d. Ketentuan penutup.
4. Penutup;
5. Penjelasan (jika diperlukan);
6. Lampiran (jika diperlukan).
3.3.2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah
Dalam Pasal 20 diatur bahwa penyusunan produk hukum daerah yang bersifat
pengaturan berbentuk perda atau nama lainnya dilakukan berdasarkan program III-7
pembentukan perda (propemperda). Dalam Pasal 22 diatur bahwa pemrakarsa dalam
mempersiapkan rancangan perda disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau
naskah akademik.
Selanjutnya Pasal 25 Ayat 3 mengatur bahwa keanggotaan tim penyusun terdiri atas:
a. gubernur;
b. sekretaris daerah;
c. perangkat daerah pemrakarsa;
d. perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi;
e. perangkat daerah terkait; dan
f. perancang peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 29 menyebutkan bahwa ketua tim penyusun menyampaikan hasil
rancangan perda provinsi kepada gubernur melalui sekretaris daerah provinsi untuk
dilakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi.