Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH

DI KECAMATAN KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Fatmah, Alfabri Rasyid


Email: fatmah_fatriana@yahoo.co.id, janagomalpha@yahoo.com

Abstrak: Pelaksanaan syari’at Islam di Indonesia melahirkan berbagai organisasi dan aliran
untuk memahami hakikat kebenaran Islam. Kegiatan untuk mengembangkan ajaran Islam
sesuai tuntunan al-Quran dan as-Sunnah dan meningkatkan kesadaran rakyat dalam beragama,
maka organisasi Muhammdiyah memulai basis kegiatan-kegiatannya melalui lembaga
pendidikan formal yakni sekolah. Hal ini dilakukan sebagai siasat untuk menanggulangi
perbedaan pemikiran dalam faham keagamaan dan kebodohan umat Islam yang diakibatkan
penjajahan Belanda yang menyebabkan umat Islam tertinggal di berbagai bidang kehidupan
seperti politik, ekonomi, sosial dan ilmu pengetahuan modern. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejarah berdiri, perkembangan, kontribusi dan pengaruh Muhammadiyah terhadap
kehidupan masyarakat di Kecamatan Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sejarah berdirinya Muhammadiyah di Kecamatan Kota
Sekayu pada tahun 1926 bersamaan dengan berdirinya Sekolah Dasar Muhammadiyah dan
mengalami perkembangan setelah Indonesia merdeka tahun 1945, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan secara vertikal yaitu berdirinya 10 cabang dan 60 ranting Muhammadiyah di
Kabupaten Musi Banyuasin. Selanjutnya perkembangan secara horizontal dapat dilihat dari
berbagai bidang amal usaha yaitu berdirinya 9 buah SD, 7 buah SMP, 3 buah SMA dan 1 buah
SMK, serta 55 buah rumah ibadah Muhammadiyah di Kabupaten Musi Banyuasin. Kontribusi
Muhammadiyah bagi kehidupan masyarakat Kota Sekayu yang paling menonjol adalah bidang
pendidikan sedangkan pengaruhnya adalah menimbulkan kesadaran masyarakat dalam
menjalankan syariat Islam sesuai al-Quran dan as-Sunnah. Selanjutnya para tokoh
Muhammadiyah berhasil melaksanakan sholat Id di lapangan dan terbentuknya kepanitiaan
kurban.

Kata kunci : Perkembangan, Organisasi Muhammadiyah

PENDAHULUAN perbuatan manusia dalam berbagai bidang


Ajaran Islam secara umum kehidupan di dunia ini memiliki kaitan
mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa dengan akhirat. Dalam melaksanakan syari’at
melaksanakan syari’at yang telah ditetapkan Islam, di Indonesia muncul berbagai
oleh Allah swt yang disampaikan melalui organisasi dan aliran untuk memahami
Rasulullah saw. Ajaran itu bertujuan “untuk hakikat kebenaran Islam tersebut, satu di
menjalin hubungan yang erat dengan Allah antaranya adalah organisasi Muhammadiyah.
dan sesama umat manusia. Islam sebagai Muhammadiyah merupakan “suatu
agama yang bersifat universal berisi ajaran- organisasi yang berdasarkan agama Islam,
ajaran yang dapat membimbing manusia sosial dan kebangsaan. Muhammadiyah juga
kepada kebahagiaan hidup dunia dan merupakan organisasi sosial Islam terbesar di
akhirat”(Nizar 2009, hal. 91). Artinya, dalam Indonesia yang didirikan di Yogyakarta pada
syari’at Islam menegaskan bahwa segala tanggal 18 November 1912 bertepatan

175
176 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 5, NOMOR 10, AGUSTUS 2016

dengan tanggal 8 Zulhijjah tahun 1330 H formal yakni sekolah. Sebab, “Pendidikan
oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan” (Aziz et.al Muhammadiyah berorientasi pada usaha-
2010, hal. 1). usaha mengkaderkan pencapaian kepribadian
Organisasi Muhammadiyah ini yang bersifat Islami dengan sumber
mempunyai maksud “untuk menyebarkan utamanya adalah al-Quran dan as-Sunnah
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw Nabi Muhammad saw yang di dalamnya
kepada penduduk Bumiputera dan terdapat upaya pengembangan dan
memajukan agama Islam kepada anggota- pengayaan pemikiran-pemikiran yang
anggotanya” (Noer 1988, hal. 86). Namun bersifat formal (baku)” (Hamdan 2009, hal.
pada awal berdirinya, kegiatan-kegiatan 94).
organisasi ini belum mendapat sambutan dan Hal ini dilakukan sebagai siasat untuk
tanggapan yang positif dari masyarakat. Hal menanggulangi perbedaan pemikiran dalam
ini terjadi karena ruang gerak organisasi faham keagamaan dan kebodohan umat Islam
masih terbatas di daerah Kauman, yang diakibatkan penjajahan Belanda
Yogyakarta. maupun Jepang yang menyebabkan umat
Selanjutnya hal-hal yang mendorong Islam tertinggal diberbagai bidang kehidupan
K. H. A. Dahlan mendirikan Muhammadiyah seperti politik, ekonomi, sosial dan ilmu
ini adalah: Pertama faktor objektif atau pengetahuan modern. Para ulama di
faktor normatif, karena beliau merefleksi Indonesia belum mampu memecahkan
perintah Allah swt dalam al-Qur’an yaitu masalah-masalah keagamaan dan ilmu
surat Ali-Imran ayat 104 yang isinya pengetahuan secara kaffah dan rasional.
menyeru pada kebajikan dan mencegah dari Kondisi itu menurut (Thalhas 2002, hal. 8)
yang munkar (Amar Ma’ruf Nahi Munkar). juga mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Selanjutnya, karena beliau terinspirasi oleh Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
surat tersebut untuk menghadirkan Islam 1. Tidak berjalannya kehidupan beragama
sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi menurut al-Quran dan Sunnah disebabkan
sosial dalam dunia nyata kemanusiaan perbuatan-perbuatan syirik, bid’ah, dan
melalui gerakan humanisasi (mengajak pada Khurafat, sehingga ajaran Islam semakin
kebajikan) dan emansipasi atau liberal jauh dari kehidupan.
(pembebasan dari segala kemunkaran). Ayat 2. Akibat penjajahan Belanda di Indonesia
tersebut juga mengisyaratkan bahwa dalam menyebabkan keadaan masyarakat
menggerakkan umat menjalankan dakwah pribumi sangat menyedihkan, baik secara
Islam secara terorganisasi, hal ini sesuai pula politik, ekonomi, sosial maupun budaya.
dengan butir ke-6 Muqodimah 3. Tidak terbinanya persatuan dan kesatuan
Muhammadiyah yang berisi untuk di antara umat Islam akibat tidak tegasnya
melancarkan amal usaha dan perjuangan Ukhuwah Islamiyah, sehingga tidak ada
dengan ketertiban organisasi. Kedua faktor organisasi Islam yang kuat.
subjektif, yaitu karena keadaan masyarakat 4. Kegagalan sebagian lembaga-lembaga
yang mengalami kemunduran dalam berbagai Islam yang akan memenuhi tuntunan
aspek kehidupan dan dalam kemajuan zakat, akibat menutup diri dari
berpikir (kejumudan). perkembangan luar, dan sistem
Kegiatan untuk menghidupkan ajaran pendidikan yang tidak memadai.
Islam sejati dan meningkatkan kesadaran 5. Sikap acuh kalangan intelektual, yang
rakyat dalam beragama, maka organisasi kadang malah merendahkan Islam.
Muhammadiyah memulai basis kegiatan- 6. Lemahnya kesadaran umat Islam untuk
kegiatannya melalui lembaga pendidikan menghadapi tipu muslihat Belanda yang
Perkembangan Muhammadiyah, Fatmah, Alfabri Rasyid 177

sering menggunakan kekuatan politik dan mu’amalah”(Saifulla 1997, hal. 3).


misi kristen untuk kepentingan politik Perkumpulan yang berhasil didirikan di
kolonialnya. Pekalongan dengan nama Nurul Islam, dan
Memperhatikan masalah-masalah di di Makassar dengan nama Al-Hidayah.
atas, diperlukan pembaharuan pemikiran Menyikapi permintaan-permintaan
yang mendorong berdirinya organisasi peserta kongres dari berbagai daerah di pulau
Muhammadiyah di Indonesia. Mengingat, Jawa dan alasan-alasan kondisi umat Islam,
kondisi umat Islam di Indonesia pada masa maka Kiyai Haji Ahmad Dahlan berupaya
penjajahan sangat terpuruk, terutama dalam melakukan pembaharuan-pembaharuan
bidang pengetahuan keagamaan (Islam). dalam pemikiran-pemikiran syari’at Islam.
Secara khusus, ruang lingkup “Langkah pertama yang dilakukan adalah
pandangan dan posisi Muhammadiyah bukan pembaharuan anggaran dasar organisasi
organisasi politik dan tidak akan menjadi Muhammadiyah supaya dapat se-ide, seiring
partai politik. Dengan demikian dan sejalan dengan daerah-daerah lain yang
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, yang mulai meluas setelah tahun 1917 meliputi
memilih dan menempatkan diri secara sadar seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 ke
dalam masyarakat dan menjadikan seluruh Indonesia” (Noer 1988, hal. 87).
masyarakat sebagai ruang geraknya. Jadi, Mulai tahun 1921, organisasi
Muhammadiyah adalah organisasi non politik Muhammadiyah melebarkan sayapnya ke
yang tidak anti pada politik. (Syari’ati 1989, seluruh penjuru Indonesia dengan membuka
hal. 134). beberapa cabang Muhammadiyah. Antara
Organisasi Muhammadiyah mulai lain di Makassar dan di Sumatera Barat yang
meluas setelah tahun 1917 seiring dengan dikenal dengan kota Padang. Pada tahun
berlangsungnya kongres Budi Utomo yang 1926 Muhammadiyah sebagai organisasi
dilaksanakan di rumah Kiyai Haji Ahmad sosial keagamaan membuka cabang di
Dahlan. Pada saat kongres dilaksanakan, wilayah pedesaan di Sumatera Selatan
kiyai Haji Ahmad Dahlan berkesempatan tepatnya di Musi Banyuasin. “Bersamaan
memberikan tabligh. Ternyata tabligh yang dengan pembukaan sebuah sekolah
disampaikan mendapat tanggapan positif dari Muhammadiyah yang dihadiri oleh Demang,
peserta kongres. Hal ini terbukti banyaknya Depati, Pembarap, Mantri Belasting, Guru
permintaan para peserta kongres dari kepala sekolah Gouvernement kelas II, Kerio
berbagai tempat kepada pengurus Penghulu, Khetib dari Kayuara, Seorang
Muhammadiyah untuk mendirikan cabang- ulama bernama K.H. Somat, Tuan
cabang Muhammadiyah di pulau Jawa. Controleur, dan masyarakat” (Ismail 2010,
Saat Muhammadiyah belum hal. 185).
diperkenankan membuka cabang-cabangnya Kebanyakan umat Islam sering
di luar Yogyakarta, Kiyai Haji Ahmad menyatakan dirinya beragama Islam, tetapi
Dahlan menganjurkan kepada pengikut- belum melaksanakan syariat Islam dengan
pengikutnya untuk mendirikan perkumpulan- sebenarnya. Hal ini masih tampak pada
perkumpulan dengan nama lain bukan nama kebiasaan umat Islam dalam melakukan
Muhammadiyah, tetapi konsep arah tujuan kemusyirikan dengan percaya kepada ruh-ruh
dan haluannya sama dengan Muhammadiyah. nenek moyang, percaya kepada benda-benda
Syari’at yang ditawarkan dan dikembangkan buatan manusia seperti cincin, keris dan
adalah Islam yang sistematik yaitu “Islam azimat, percaya kepada kuburan keramat,
yang ajarannya merupakan kesatuan dari percaya kepada pohon-pohon besar yang
aqidah, akhlak, ibadah, dan diyakini ada penghuninya, dan sebagainya,
178 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 5, NOMOR 10, AGUSTUS 2016

sedangkan perbuatan-perbuatan itu tidak yaitu: 1) Mengumpulkan objek dan bahan-


pernah dilakukan oleh Rosulullah saw yang bahan tercetak,tertulis atau lisan yang relevan
disebut bid’ah yakni “Segala yang diada- (heuristik). 2) Menyingkirkan bahan yang
adakan dalam bentuk yang belum ada tidak otentik (analisis data). 3)
contohnya”(Shiddieqy 1986, hal. 46). Menyimpulkan kesaksian yang dapat
Kesadaran umat dalam menjalankan dipercaya (interpretasi data). 4) Penyusunan
syari’at Islam belum dikatakan kaffah. kesaksian yang dapat dipercaya menjadi
Ketidakmurnian Islam ini akibat adanya cerita penyajian yang berarti (historiografi).
pengaruh tradisi-tradisi dari ajaran non Islam. Ada dua jenis data yang digunakan
Yang menyebabkan timbulnya bid’ah dan dalam penelitian ini, yakni data primer
khurafat yang merusak kemurnian aqidah adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
dan ibadah dalam ajaran Islam. Untuk langsung di lapangan oleh peneliti melalui
memurnikan ibadah guna meluruskan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data
perintah agama dan meluruskan iman serta ini bertujuan untuk mengetahui sejarah
membersihkan segala perbuatan yang berdiri dan berkembangnya Muhammadiyah
menyimpang dari al-Quran dan as-Sunnah, di Kecamatan Kota Sekayu, untuk
maka kehadiran organisasi Muhammadiyah mengetahui kontribusi Muhammadiyah di
sangat dibutuhkan. Kecamatan Kota Sekayu Kabupaten Musi
Fenomena-fenomena inipun terjadi Banyuasin dan untuk mengetahui pengaruh
pada masyarakat Kecamatan Kota Sekayu Muhammadiyah dalam kehidupan sosial
Kabupaten Musi Banyuasin. Ternyata keagamaan masyarakat di Kecamatan Kota
fenomena-fenomena ini menjadi perhatian Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.
organisasi Muhammadiyah pusat untuk Data sekunder adalah data yang
membuka cabang di daerah-daerah diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada
kepulauan Indonesia, termasuk Kabupaten seperti dari perpustakaan atau dari hasil-hasil
Musi Banyuasin khususnya di Kota Sekayu. penelitian terdahulu, seperti buku-buku
Berdasarkan latar belakang di atas dan ilmiah, jurnal, dokumen yang berkaitan
adanya hasil tulisan terdahulu baik berupa dengan masalah penelitian.
hasil penelitian, jurnal dan buku. Seperti Lokasi yang dijadikan tempat untuk
yang telah dilakukan oleh Ismail Sukardi penelitian ini adalah kota Sekayu Kabupaten
(Disertasi), YA. Lubis (Tesis), Fauzi Somat Musi Banyuasin.
(Buku), dan Muazim Syair (Jurnal). Tulisan- Pengumpulan data atau heuristic
tulisan tersebut telah memberi motivasi pada adalah “Usaha menulusuri jejak-jejak
penulis untuk mengembangkan penelitian peristiwa sejarah melalui pengumpulan data-
tentang “Perkembangan Muhammadiyah di data historis”(Hugiono, 1992: 26). Ada
Kecamatan Kota Sekayu Kabupaten Musi beberapa teknik pengumpulan data yang
Banyuasin”. dilakukan pada penelitian ini, yakni observasi
(pengamatan), wawancara (Interview) dan
METODE PENELITIAN dokumentasi.
Dalam penelitian ini, penulis Teknik analisis data yang digunakan
menggunakan metode penelitian sejarah dalam penelitian ini adalah dari reduksi data,
(metode historis), yaitu penyelidikan dalam sajian data, penarikan simpulan dan verifikasi
suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan (Sutopo, 2002:91).
pemecahan dari perspektif sejarah
(Abdurrahman 1999, hal. 43). Metode sejarah HASIL DAN PEMBAHASAN
ini menggunakan empat langkah kegiatan, 1. Bappeda Musi Banyuasin
Perkembangan Muhammadiyah, Fatmah, Alfabri Rasyid 179

Observasi awal dilakukan di Bappeda keperluan penduduk dalam hal pemenuhan


Kabupaten Musi Banyuasin yang beralamat air bersih, keberadaan sungai tersebut dapat
di Jalan Kolonel Wahid Udin Lk. I Kelurahan pula dimanfaatkan untuk pengambilan air
Kayuara Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi baku PDAM.
Banyuasin untuk mendapatkan data profil Ditinjau dari segi demografi,
wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. berdasarkan hasil pencacahan sensus
Wawancara dilakukan kepada Ir. Akmal Edy penduduk 2010, Penduduk kabupaten Musi
selaku Kepala Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin berjumlah 561.458 jiwa yang
Banyuasin, dimana diperoleh informasi terdiri atas 288.450 jiwa laki-laki dan
sebagai berikut. 273.008 jiwa perempuan. Dengan luas
Kabupaten Musi Banyuasin adalah wilayah 14.265,96 kilometer persegi tersebut
salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera kepadatan penduduk Kabupaten Musi
Selatan dengan ibukota Kota Sekayu. Banyuasin lebih kurang 39,43 jiwa per
Kabupaten ini memiliki luas +-14.265,96 kilometer persegi.
km2 atau sekitar 15% dari luas Provinsi 2. Kantor Pimpinan Daerah
Sumatera Selatan, sedangkan Kecamatan Muhammadiyah (PDM) Kabupaten
Kota Sekayu yang merupakan ibukota Musi Musi Banyuasin
Banyuasin memiliki luas 701,60 km2 yang Setelah melaksanakan observasi di
terletak antara 1,3° sampai dengan 4° Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin, maka
Lintang Selatan dan 103° sampai dengan selanjutnya peneliti melakukan observasi ke
105° Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Musi Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang
Banyuasin terdiri dari 14 Kecamatan dan 236 beralamat di Jalan KH Ahmad Dahlan
Desa/kelurahan. (Bappeda, 2014). Nomor 236 Sekayu Kabupaten Musi
Dari segi topografi Kabupaten Musi Banyuasin. Wawancara dilakukan kepada
Banyuasin terdiri dari bermacam-macam ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
jenis topografi. Di sebelah Timur Kecamatan Kabupaten Musi Banyuasin, dimana beliau
Sungai Lilin, sebelah Barat Kecamatan merekomendasikan peneliti untuk melakukan
Bayung Lencir dan di daerah pinggiran observasi ke Pimpinan Cabang
Sungai Musi sampai ke Kecamatan Babat Muhammadiyah yang berada di Kecamatan
Toman tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan Sekayu.
dipengaruhi oleh pasang surut. Sedangkan di 3. Kantor Pimpinan Cabang
daerah lainnya tanahnya terdiri dari tanah Muhammadiyah (PCM) Kecamatan
dataran tinggi dan berbukit dengan Sekayu
ketinggian antara 20 sampai dengan 140 m di Observasi terakhir dilakukan di
atas permukaan laut. Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki Kecamatan Sekayu berdasarkan rekomendasi
iklim tropis dan basah dengan curah hujan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah
bervariasi antara 26,5 sampai 251 mm. (PDM) Kabupaten Musi Banyuasin, dimana
Dilihat dari segi hidrologi, Kabupaten Musi peneliti mendapatkan data tokoh-tokoh
Banyuasin merupakan daerah rawa dengan Muhammadiyah yang berkompeten untuk
sungai besar dan kecil yang cukup banyak. dijadikan narasumber berkaitan dengan
Kondisi ini berguna bagi kegiatan peneltian yang dilakukan. Wawancara
irigasi/pengairan pertanian sehingga dilakukan kepada tokoh, pengurus dan guru
pencetakan sawah baru dapat Muhammadiyah, baik dari Sekayu maupun
mempertimbangkan keberadaan sungai- dari pengurus pusat Yogyakarta, yaitu H.
sungai tersebut. Sedangkan guna memenuhi Paimin, Karim Kirom, Mukhlis, Sriyanto,
180 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 5, NOMOR 10, AGUSTUS 2016

Rusdi Muztakun, Ahmad Khusasi, Amirigo Arif, Muhamad. 2011. Pengantar Kajian
Purfusi, Marni, Khairul Anam, Syamsudin, Sejarah. Yrama Wydia, Bandung.
Agung, dan Sukrianto.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur
PENUTUP Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Hasil penelitian ini menunjukkan Rineka Cipta, Jakarta.
bahwa sejarah berdirinya Muhammadiyah di
Kecamatan Kota Sekayu pada tahun 1926 Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
bersamaan dengan berdirinya Sekolah Dasar Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Muhammadiyah dan mengalami Rineka Cipta, Jakarta.
perkembangan setelah Indonesia merdeka
tahun 1945, hal ini dapat dilihat dari Ash Shiddieqy, M. Hasbi. 1986.
perkembangan secara vertikal yaitu terbukti Kriteria Antara Sunnah dan Bid’ah.
dari berdirinya 10 cabang dan 60 ranting Bulan Bintang, Jakarta.
Muhammadiyah di Kabupaten Musi
Banyuasin. Selanjutnya perkembangan secara Atar, Semi. 1997. Metode Penelitian
horizontal dapat dilihat dari berbagai bidang Masyarakat. Gramedia Pustaka Utama,
amal usaha yaitu berdirinya 9 buah SD, 7 Jakarta.
buah SMP, 3 buah SMA dan 1 buah SMK,
serta 55 buah rumah ibadah Muhammadiyah Aziz, HM. Zalili., et.al. 2010. Sejarah
di Kabupaten Musi Banyuasin. Kontribusi Muhammadiyah Sumatera Selatan.
Muhammadiyah bagi kehidupan masyarakat Tunas Gemilang Press, Palembang.
Kota Sekayu yang paling menonjol adalah
bidang pendidikan sedangkan pengaruhnya Gazalba, Sidi. 1987. Pengantar Sejarah
adalah menimbulkan kesadaran masyarakat Sebagai Ilmu. Bharata, Jakarta.
dalam menjalankan syariat Islam sesuai al-
Quran dan as-Sunnah. Selanjutnya para tokoh Hamdan. 2009. Paradigma Baru Pendidikan
Muhammadiyah berhasil melaksanakan Muhammadiyah. Ar-Ruzz Media,
sholat Id di lapangan dan terbentuknya Yogyakarta.
kepanitiaan kurban.
Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah.
DAFTAR PUSTAKA Rineka Cipta, Semarang.
Abdurrahman. 1990. Muhammadiyah
Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha Idris, Zahara. 1981. Dasar-dasar
(Dalam Muhammadiyah dan Tajdid di Kependidikan, Angkasa Raya, Padang.
Bidang Keagamaan, Pendidikan, dan
Kemasyarakatan). Tiara Wacana, Kartono, Kartini. 1976. Pengantar
Yogyakarta. Metodologi Research Sosial. Alumni,
Bandung.
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode
Penelitian Sejarah. Logos, Jakarta. Koentjoroningrat. 1997. Metode Penelitian
Masyarakat. Gramedia Pustaka Utama,
Ali, Muhammad Daud. 2011. Pendidikan Jakarta.
Agama Islam. Rajawali Pers, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai