Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila
datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang
lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid,
sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa
kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh
makhluk Allah.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. Ihsan kepada orang tua
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya berumr lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik
aku diwaktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24). Ayat tersebut menjelaskan
kepada kita bahwa ihsan kepada orang tua itu sejajar dengan ibadah
kepada Allah.Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru
bin Ash, Rasulullah saw. bersabda, “Keridhaan Allah berada pada
keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan
orang tua.” Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada Allah
tidak akan diterima, jika tidak disertai dengan berbuat baik kepada
kedua orang tua. Apabila kita tidak memiliki kebaikan ini, maka
bersamaan dengannya akan hilang ketakwaan, keimanan, dan
keislaman.
b. Ihsan kepada kerabat karib
Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang
baik dengan mereka, bahkan Allah swt. menyamakan seseorang yang
memutuskan hubungan silatuhrahmi dengan perusak di muka bumi.
Allah berfirman, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22). Silaturahmi adalah kunci untuk
mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan sebab paling
utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah
karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam sebuah hadits qudsi,
Allah berfirman, “Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku
telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku.
Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Ku sambungkan pula
baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan
hubunganku dengannya.” (HR. Turmudzi). Dalam hadits lain,
Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang
memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Syaikahni dan Abu Dawud).
c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, dan Turmuzdi, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Aku dan orang yang memelihara anak
yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari
telunjuk jari tengahnya).” Dan Diriwayatkan oleh Turmudzi, Nabi
saw. bersabda, “Barang siapa dari Kaum Muslimin yang memelihara
anak yatim dengan memberi makan dan minumnya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga selamanya, selama ia tidak
melakukan dosa yang tidak terampuni.”
d. Ihsan kepada tetangga dekat, tengga jauh, serta teman sejawat
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekatdari kerabat atau
tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh
karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Adapun yang
dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas
dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan,
ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam katagori
tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga
saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai
tetangga dan sebagai muslim; sedang tetangga muslim dan kerabat
mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan
sebagai kerabat. Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya,
“Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat
bertanya, “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Seseorang yang tidak aman tetangganya dari
gangguannya.” (HR. Syaikhani). Pada hadits yang lain, Rasulullah
bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada
suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia
megetahuinya.”(HR. Ath-Thabrani).
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
Ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi
kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya,
menunjukinya jalan jika ia meminta, dan memberinya pelayanan.
Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan dilakukan
dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak
membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya,
menjaga kehormatannya, dan menghargai pribadinya. Jika ia
pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi makan dari apa
yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai. Pada
akhir pembahasan mengenai bab muamalah ini, Allah swt.
menutupnya firman-Nya yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”
(QS. Al-Hajj: 38). Ayat tersebut merupakan isyarat yang sangat jelas
kepada siapa saja yang tidak berlaku ihsan. Bahkan, hal itu adalah
pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan kesombongan,
dua sifat yang sangat dibenci oleh Allah swt.
f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan baik kepada manusia
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah
dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Masih riwayat dari Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda, “Ucapan yang baik adalah sedekah.”. Bagi
manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling
menghargai dalam pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegahnya dari kemungkaran, menunjukinya jalan jika ia tersesat,
mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak
mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik
serta melukai mereka.
g. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan
jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar
kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih,
hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak
menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam.
3. Islam
Secara etimologi, Islam berasal dari Bahasa Arab, terambil dari kosakata
salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi
kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan
berarti pula berserah diri, patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk
kata Islam (aslama yuslimu islaaman) yang mengandung arti sebagaimana
terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri,
dan taat. Orang yang sudah masuk Islam dinamakan muslim, yaitu orang yang
menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT.,
dengan melakukan aslama orang ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan
di akhirat. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa Islam berarti al-istislam,
yakni mencari keselamatan atau berserah diri. Pengertian yang demikian itu
sejalan dengan firman Allah SWT., antara lain:
ََ ََ
ىَلَب ََأ ْنم َ , ِبر دَ ْنع
َ ُهَلفَنٌسِحْ ُم, ُهر ْج أ
ْ ََ ََوهو ِهلل ُهَهجْ َو م
لس َ هالو ْم ِه ْيََ ل َع فٌ ْو َخ
َ الو ِِّه َ َُن َْوَُ نزَ حََْ ي ْم
3.1 Kesimpulan
1. Iman merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan
anggota badan, Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan
akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu
akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai
pada tingkat tersebut, serta Islam adalah agama yang mengemban misi
keselamatan dunia dan akhirat, kesejahteraan, dan kemakmuran lahir
bathin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan,
ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melakukan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
2. Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran Islam. Ketiganya
sangat berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang
lainnya tidak bias dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang
berbeda, namun semuanya berada dalam satu napas.
3. Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya menjadi satu. Dalam praktiknya
kata-kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan menghina orang
lain, saling mencela dan memberi julukan yang negative. Iman juga
dihubungkan dengan larangan berburuk sangka, saling mengintip dan
saling mengumpat.
3.2 Saran
Iman, Islam dan Ihsan haruslah dilaksanakan secara beriringan agar
menjadi insan kamil (manusia sempurna).
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Qur’anul Karim