Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAULUAN
A. Latar Belakang

Aspek legal etik memiliki kemampuan untuk menentukan batas-batas


kewenangan tindakan dalam praktik keperawatan mandiri, membedakan tanggung
jawab perawatan dengan profesi lain, dan memberikan kerangka untuk menentukan
tindakan keperawatan mana yang sesuai hukum. Oleh karena itu, perawat dapat
melakukan keperawatan mandiri berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki.
Perawat dapat mengevaluasi untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa
program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan dibawah petunjuk rencana
tindakan tertulis yang ditantangani oleh dokter. Perawat yang memberikan pelayanan
dirumah membuat rencana perawatan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk
menentukan rencana tindakan medis.

Issue legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah yaitu
berupa risiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi,
seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah. Aspek legal dari
pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban terhadap kesalahan
yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
Pelaksanan peraturan medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan
dirumah.

Alasan biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka
perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan
akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali,
tunjangan dari medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan
perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.
Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara
menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien
yang menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan
tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan
memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.

1
Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1239/2001
tentang praktik keperawatan anatara lain: Melakukan asuhan keperawatan
meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan dan evaluasi. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas
permintaan tertulis dokter. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban
untuk Menghormati hak pasien, Merujuk kasus yang tidak tepat ditangani, Menyimpan
rahasia sesuai dengan peraturan; perundangan yang berlaku, Memberikan informasi,
Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukandan Melakukan catatan perawatan
dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1 Bagaiamana Fungsi Hukum Dalam Praktik Keperawatan ?
2 Bagaimana Regulasi/ Landasan Hukum Praktik Home Care?
3 Bagaimana Tugas Dan Kewenangan Perawat?
4 Bagaimana Malpraktik Dalam Ilmu Keperawatan ?
C. Tujuan Masalah
1 Untuk mengetahui fungsi hukum dalam praktik keperawatan
2 Untuk mengetahui regulasi/ landasan hukum praktik home care
3 Untuk mengetahui tugas dan kewenangan perawat
4 Untuk mengetahui malpraktik dalam ilmu keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. FUNGSI HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Fungsi hukum dalam praktik keperawatan (Astuti 1998), yaitu

1 Menyediakan frame work yang menetapkan apakah tindakan asuhan keperawatan oleh
seorang perawat dapat diterima oleh hukum.
2 Memberi kejelasan tentang tanggung jawab dan tanggung gugat yang berbeda dari
tanggung jawab dan tanggung gugat profesi lainnya.
3 Membantu keperawatan untuk menetapkan batas-batas otonominya.
4 Membantu menjaga standar praktik yang dibuat oleh kalangan keperawatan sendiri.
B. REGULASI/ LANDASAN HUKUM PRAKTIK HOME CARE
1 Regulasi tentang home care
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
d. UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
e. UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
f. UU Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
g. Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin Penyelenggaraan
Praktik Perawat
h. Permenkes Nomor 17 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat
i. Permenkes Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik
j. Permenkes Nomor 75 tahun tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
k. Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan
l. SK Dirjen YAN MED Nomor: HK.00.06.5.1.311 tahun 2011 yang memberikan
kewenangan kepada perawat membentuk lembaga home care mandiri
2 Pembahasan Regulasi tentang Home Care

3
a. Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab X tentang hak asasi manusia pasal
28H ayat 1 dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
b. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
1) Pasal 24 ayat 1
Tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
2) Pasal 27 ayat 1
Tenaga kesehatan berhak mendapat imbalan dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
3) Pasal 63 ayat 2
Penyembuhan penyakit dan pemilihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan, dan/ atau perawatan.
4) Pasal 63 ayat 3
Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung
jawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
5) Pasal 63 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
6) Pasal 63 ayat 5
Pemerintahan dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan atau berdasarkan cara lain
yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Proses pengakuan terhadap pengakuan terhadap kewenangan perawat menurut
UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan terkait praktik mandiri perawat.

4
a) Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan syarat untuk memperoleh
kewenangan melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan/atau
berkelompok.
b) Pemberian kewenangan = pemberian surat ijin dalam bentuk surat ijin praktik
perawat.
c) SIPP dikeluarkan oleh pemerintah Daerah/Kota.
d) Pemberian ijin maknanya adalah pemberian dispensasi terhadap suatu
larangan, artinya perawat dilarang melakukan praktik keperawatan, kecuali
jika telah memperoleh ijin dari pemerintah.
e) Setelah memperoleh SIPP, barulah perawat diberi kewenangan untuk
melaksanakan praktik mandiri keperawatan sesuai dengan keahlian yang
dimiliki.
8) Proses pengakuan terhadap keahlian perawat menurut UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan terkait praktik mandiri perawat.
a) Diawali dengan mengikuti pendidikan formal dan mendapat ijazah sehingga
diakui oleh masyarakat.
b) Perawat yang telah lulus pendidikan formal wajib mengikuti uji kompetisi yang
dilaksanakan oleh lembaga independen dan memperoleh sertifikat kompetensi
sehingga diakui oleh profesi.
c) Ijasah dan sertifikat kempetensi merupakan persyaratan untuk memperoleh
Surat Tanda Registrasi (STR) sehingga diakui oleh pemerintah.
d) Jika seorang perawat memiliki ijazah, sertifikat, kompetensi dan STR, maka
telah diakui memiliki keahlian dibidang keperawatan.
c. UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Mengatur tentang Hak dan Kewajiban Pemberi Jasa dan Penerima jasa, termasuk
tenaga kesehatan. Hak konsumen terkait dengan pelayanan kesehatan adalah :

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan.


2) Hak untuk memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kondisi serta
mendapatkan jasa pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kondidi serta
jaminan yang dijanjikan.

5
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi kesehatannya.
4) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sangketa perlindungan konsumen secara patut.
5) Hakuntuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
6) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau pengganti, apabila jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Kewajiban konsumen terkait dengan jasa pelayanan kesehatan, yaitu :
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pelayanan kesehatan
atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demi keamanan dan keselamamtan.
2) Membayar jasa pelayanan sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang di berikan
3) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
d. UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan
1) Asas Pratik keperawatan diatur dalam pasal 2, yaitu:
Praktik keperawatan berdasarkan
a) Perikemanusiaan
b) Nilai ilmiah
c) Etika dan profesionalitas
d) Manfaat
e) Keadilan
f) Perlindungan
g) Kesehatan dan keslamtan klien
2) Tujuan pengaturan keperawatan diatur dalam pasal 3
Pengaturan keperawatan bertujuan
a) Meningkatkan mutu perawatan
b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
c) Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien
d) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3) Registrasi perawatan diatur pada pasal 18

6
a) Perawat yang menjalankan praktek keperawatan wajib memiliki STR
b) STR perawat di berikan oleh konsil keperawatan setelah menemui
persyaratan
c) Persyaratan pengurus STR meliputi
1. Memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan.
2. Memilki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Memiliki surat pernyataan telah mengucapakan sumpah/ janji profesi
5. Membuat pernyatan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
d) STR berlaku selama 5 tahun dan dapat di registrasikan ulang setiap 5 tahun
e) Persyaratan untuk registrasi ulang untuk memperpanjang STR meliputi
1. Memiliki STR lama
2. Memiliki sertifikat kompentensi atau sertifikat profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Membuat persyaratan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi
5. Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/ atau kegiatan ilmiah lainya
f) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan telah mengabdikan diri sebagai
tenaga profesi atau vokasi di bidangnya dan memenuhi kecukupan dalam
kegiatan pelayanan,pendidikan,pelatihan, dan/ atau kegiatan ilmiah lainya
diatur oleh konsi keperawatan.
g) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi dan registrasi ulang
diatur dalam peraturan konsil keperawatan .
4) Izin praktik perawat diatur dalam pasal 19
a) Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin
b) Izin praktek keperawatan di berikan dalam bentuk SIPP
c) SIPP diberikan oleh pemerintah daeran kabupaten/kota atas rekomendasi
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat perawat
menjalankan praktiknya
d) Untuk mendapatkan SIPP perawat harus melampirkan

7
1. Salinan STR yang masih berlaku
2. Rekomendasi dari organisasi profesi perawat
3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat kewenangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kesehtan
e) SIPP masih berlaku apabila
1. STR masih berlaku
2. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SSIP
5) Praktik mandiri perawat diatur dalam pasal 21
a. Praktik keperawtan dilaksanakan di fasilitias pelayanan kesehatan dan
tempat lainya sesuai dengan klien
b. Praktik keperawatan terdiri atas
1. Praktek keperawatan mandiri
2. Praktek keperawatan difasilitasi pelayanan kesehatan
c. Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik standar pelayanan
standar profesi dan standar prosedur operasional
d. Praktik keperawatan didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan
kesehatan dan/ atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau
keperawtan dalam suatu wilayah diatur dengan peraturan menteri.
f. UU Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
1) Pengelompokan tenaga kesehatan diatur dalam pasal 11
Tenaga kesehatan dikelompokan kedalam :
a) Tenaga medis.
b) Tenaga psikologi klinis.
c) Tenaga keperawatan.
d) Tenaga kebidanan.
e) Tenaga kefarmasian.
f) Tenaga kesehatan masyarakat.
g) Tenaga kesehatan lingkungan.
h) Tenaga gizi.
i) Tenaga keterapian fisik.

8
j) Tenaga keteknisan medis.
k) Tenaga teknik biomedika.
l) Tenaga kesehatan tradisional.
m) Tenaga kesehatan lain.
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
terdiri atas berbagai jenis perawat.
2) Registrasi tenaga kesehatan diatur dalam pasal 44
a) Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
b) STR tenaga kesehatan diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan
setelah memnuhi persayaratan.
c) Persyaratan STR meliputi :
(1) Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan.
(2) Mmilki sertifikat kompetensi satau sertifikat profesi.
(3) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
(4) Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi.
(5) Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
d) STR berlaku selam 5 (lima) tahun dan dapat dirregistrasi ulang setelah
memenuhi persyaratan.
e) Persyaratan untuk registrasi ulang :
(1) Memiliki STR lama.
(2) Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.
(3) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
(4) Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
(5) Telah mengambdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi
dibidangnya.
(6) Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

9
g. Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktek Perawat
1) Perizinan praktik perawat diatur dalam :
a) Pasal 2
(1)Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
(2)Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan diluar
praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
(3)Perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III
(D III) Keperawatan.
b) Pasal 3
(1)Setiap perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.
(2)Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik.
2) Penyelenggaraan praktik keperawatan diatur dalam pasal 8
a) Praktik keperawatan dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, tingkat kedu, dan tingkat ketiga.
b) Praktik keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
c) Praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan :
(1)Pelaksanaan asuhan keperawatan.
(2)Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan
masyarakat.
(3)Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
d) Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
e) Implementasi keperawatan meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan keperawatan.
f) Tindakan keperawatan meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
g) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan dapat memberikan obat bebas
dan/atau obat bebas terbatas.

10
h. Permenkes Nomor 17 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Perawat
1) Pasal 2
a) Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan difasilitas pelayanan kesehatan
b) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik
mandiri dan/atau praktik mandiri.
c) Perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III (D
III) Keperawatan.
2) Pasal 3
a) Setiap perawat yang menjalankan praktik keperawatan difasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri wajib memiliki SIKP.
b) Setiap perawat yang menjalankan praktik keperawatan di praktik mandiri wajib
memiliki SIPP.
SIKP dan SIPP dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan berlaku
untuk 1 (satu) tempat.
i. SK Dirjen YAN MED Nomor : HK. 0D.D6.5.1.311. tahun 2011 yang
memberikan kewenangan kepada perawat membentuk lembaga home care
mandiri.
Berdasarkan SK Dirjen YAN MED Nomor : HK. 0D.D6.5.1.311. tahun 2011
menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh
perawat home care, yaitu :
1. Vital sign.
2. Memasang nasogatric tube.
3. Memasang selang susu besar.
4. Memasang kateter.
5. Penggantian tube pernafasan.
6. Merawat luka dekubitus.
7. Suction.
8. Memasang peralatan O₂
9. Penyuntikan (IM,IV, IC, SC).

11
10. Pemasangan infus maupun obat.
11. Pengambilan preparat.
12. Pemberian huknah.
13. Kebersihan diri.
14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis.
15. Pendidikan kesehatan.
16. Konseling kasus terminal.
17. Pengambilan sampel darah.
18. ROM.
19. Memberikan diet pasien.
20. Perawatan luka.
21. Kegawat daruratan.
22. Pemeriksaan KGD, kolesterol, asam urat.
23. EKG
C. TUGAS DAN KEWENANGAN PERAWAT
1. Tugas dan Kewenangan
Kewenangan perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan ditegaskan dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan praktik perawat pasal 15 huruf (a) yaitu melaksanakan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan dan huruf (b)
yang berbunyi: tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) meliputi:
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian dan


pengetahuan klinis yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan status kesehatan
klien/ pasien. Observasi keperawatan adalah tindakan pemantauan dan pencacatan
perkembangan kondisi pasien. Konseling adalah proses bantuan interaktif yang berfokus
pada kebutuhan masalah pasien atau orang dekat (keluarga) pasien untuk meningkatkan
atau mendukung koping penyelesaian masalah dan hubungan interpersonal. Sedangkan
pendidikan kesehatan adalah pengembangan dan pemberian instruksi dan pengalaman

12
pembelajaran untuk memfasilitasi perkembangan adaptasi tingkah laku yang
mendukung kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.
Penjabaran lebih lanjut mengenai kewenangan perawat sebagaimana dimaksud
pasal 15 tersebut diatas, yaitu:
1) Melaksanakan pengkajian dasar kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat di sarana kesehatan.
2) Melaksanakan pengkajian lanjutan pada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat di sarana kesehatan.
3) Melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosis keperawatan lanjutan
pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di sarana kesehatan.
4) Merencakan tindakan keperawatan sederhana dan kompleks pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat di sarana kesehatan
5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai tingkat kesulitan:
a) Tindakan keperawatan dasar pada kategori I, II, III, IV.
b) Tindakan keperawatan kompleks pada kategori I, II, III, IV.
6) Melakukan penyuluhan kesehatan meliputi:
a) Menyusun program penyuluhan dengan metode sederhana kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b) Melakukan penyuluhan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
7) Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat di sarana kesehatan.
8) Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian wewenang/tugas limpah
berdasarkan kemampuannya.
9) Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam
nyawa sesuai ketentuan yang berlaku/standing order di sarana kesehatan.
10) Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya.
11) Melakukan evaluasi keperawatan, baik yang bersifat sederhana maupun
kompleks pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di sarana
kesehatan.
Tindakan –Tindakan yang menjadi Kewenangan Perawat

13
Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan
kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Individu
a. Memenuhi kebutuhan oksigen.
1) Mengatur posisi tidur.
2) Melaksanakan postural drainage, vibrasi, dan perkusi thorax.
3) Pemberian oksigen dengan tube kanula dan inhalasi.
4) Melakukan perawatan WSD (Water Sealed Drainage).
5) Menyiapkan spesimen (sputum, analisa gas darah).
6) Melaksanakan manajemen ventilator.
7) Membantu pernafasan dalam dan batuk.
8) Melaksanakan pengisapan lendir (suction, oropharyngeal, ronggan
nasopharing.
9) Melaksanakan resusitasi jantung paru.
10) Melakukan perawatan trakeostomi.
11) Menilai kapiler refill.
12) Melaksanakan manajemen klien tersedak.
13) Melaksanakan tekhnik Hemlick manuver.
14) Memonitor Intermiten Pressure Pulmonal Breathing (IPPB).
15) Melaksanakan berbagai tekhnik pertolongan pasien tenggelam.
16) Bronchial Washing pada klien yang terpasang ETT.
17) Melakukan perawatan praoperatif pada kasus pembedahan (misal: latihan
nafas dalam).
18) Melakukan perawatan intraoperatif pada kasus pembedahan (misal:
membebaskan jalan nafas dengan kepala ekstensi).
19) Melakukan perawatan post operatif pasca bedah (misal: membebaskan jalan
nafas dengan kepala ekstensi.
20) Melakukan pemeriksaan terhadap tingkat kesadaran
21) Melakukan pemeriksaan kesehatan pada kebutuhan oksigen
22) Melakukan dokumentasi keperawatan klien

14
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi
1) Memasang NGT (Naso Gastro Tube).
2) Memberi makan/minum melalui mulut.
3) Memberi makan melalui NGT.
4) Mencabut NGT.
5) Memberi makan/minum pada bayi.
6) Memberi makan melalui flow care.
7) Memberi makan melalui gaster dan jejenum.
8) Memberi penyuluhan tentang diet.
9) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.
10) Melakukan antropometri.
11) Memonitor status nutrisi.
12) Menghitung pemasukan makanan dan minuman.
13) Mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kalori harian.
14) Membuat susu formula.
15) Melakukan perawatan preoperatif sistem pencernaan (misal: menyiapkan
pasien puasa).
16) Melakukan perawatan intraoperatif sistem pencernaan (misal:
memonitor/menolong muntah/buang air besar).
17) Melakukan perawatan post operatif sistem pencernaan (misal:
memonitor/menolong muntah/memonitor peristaltik usus).
18) Memberikan nutrisi parenatal/melalui enteral sesuai program medik.
c. Memenuhi kebutuhan integritas jaringan
1) Mengobservasi keadaan jaringan kulit (dehidrasi, eviserasi).
2) Melakukan perawatan luka.
3) Membuang jaringan mati.
4) Irigasi luka/drainase.
5) Membalut luka (dengan verband dan elastik verband).
6) Melakukan perawatan drainase luka.
7) Melakukan perawatan gips.

15
8) Memasang bidai.
9) Melaksanakan fiksasi dan relaksasi.
10) Melakukan perawatan luka bakar.
11) Melakukan perawatan luka bakar.
12) Menjahit luka (pada keadaan emergency).
13) Mengangkat jahitan.
14) Melakukan perawatan preoperatif sistem integumen (misal: mencukur atau
mengompres daerah yang akan dioperasi).
15) Melakukan perawatan intraoperatif sistem integumen (misal: melakukan
instumentator).
16) Melakukan perawatan postoperatif sistem integumen (misal: memonitor
infeksi, perawatan luka).
d. Memenuhi kebetuhan cairan dan elektrolit
1) Melaksanakan pemasangan infus sesuai program medik.
2) Memonitor infus yang terpasang.
3) Mengganti balutan infus.
4) Melepas infus.
5) Melaksanakan transfusi darah sesuai program medik.
6) Memberikan nutrisi parenatal.
7) Memberikan nutrisi melalui central
8) Menentukan status hidrasi.
9) Mengobservasi status asam basa.
10) Melakukan irigasi lambung.
11) Memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang keseimbangan cairan
dan elektrolit.
12) Mengukur intake dan output cairan dan elektrolit.
e. Memenuhi kebutuhan eliminasi buang air besar
1) Membantu buang air besar di tempat tidur/kamar mandi.
2) Melakukan perawatan kolostomi.
3) Memberikan enema (Glyserin semprit).
4) Memberikan suppositoria.

16
5) Memberikan huknah tinggi/rendah.
6) Mengeluarkan fekal secara manual.
7) Melakukan pemeriksaan rectal tube.
8) Bowel training.
9) Memberikan pendidikan kesehatan masalah eliminasi bowel.
10) Menyiapkan spesimen feses untuk pemeriksaan laboratorium.

f. Memenuhi kebutuhan eliminasi urine


1) Membantu buang air kecil di tempat tidur/kamar mandi.
2) Memasang kateter urine (midwelling/follow catheter).
3) Merawat kateter urine.
4) Melepas kateter urine.
5) Bladder training.
6) Mengumpulkan/menyiapkan spesimen urine untuk pemeriksaan laboratorium.
7) Memasang kondom kateter/
8) Irigasi kandung kemih.
9) Melakukan test berat jenis urine.
10) Melakukan kegel’s exercise.
11) Melakukan perawatan pre dan post sistotomi.
12) Melakukan penkes pada kebutuhan elminasi urine.
13) Melakukan spulling pada klien terpasang kateter.
14) Melakukan perawatan preoperatif sistem perkemihan (misal: mengosongkan
kandung kencing).
15) Melakukan perawatan intraoperatif sistem perkemihan (misal: memonitor
urine).
16) Melakukan perawatan post operatif sistem perkemihan (misal: memonitor dan
mengukur urine).
17) Melakukan perawatan urostoma.
g. Memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan
1) Memandikan klien.
2) Menyisir rambut.

17
3) Memasang kap kuku.
4) Mencuci rambut.
5) Membersihkan mulut.
6) Menggosok gigi
7) Melaksanakan vulva hygiene.
8) Melakukan penis hygine.
9) Memotong kuku.
10) Menyiapkan tempat tidur.
11) Membersihkan tempat tidur.
12) Melaksanakan penyuluhan tentang kebersihan diri.
13) Melakukan “back rub”.
14) Mencukur rambut/bulu.
h. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
1) Melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat dan tidur.
2) Menjaga keamanan klien.
3) Melaksanakan tekhnk relaksasi.
4) Memberikan rentang gerak dan ambulasi.
5) Membantu terlaksananya aktivitas yang bervariasi.
6) Menciptakan suasana tenang.
i. Memenuhi kenutuhan obat-obatan
1) Menghitung kebutuhan obat sesuai program medik.
2) Menyimpan dan mengatur penggunaan obat.
3) Menyiapkan dan memberi obat untuk klien sesuai program medik dan prinsip
lima benar dengan cara pemberian: melalui mulut, suppositoria, intrakutan,
subkutan, intravena, intramuskular, inhalasi, instilahi/tetes, bucal/langit-langit
atas, sublingue, kulit.
4) Memberi penyuluhan tentang obat-obatan.
5) Mengkaji efek samping obat-obatan.
6) Kolaborasi penanggulangan efek samping obat-obatan
7) Melakukan persiapan dan memberikan obat-obatan kemotrapi/obat-obatan
steroid sesuai program medik.

18
8) Memberi obat sesuai algoritma klinik bagi perawat dan bidan di pelayanan
kesehatan dasar tahun 2001.
j. Memenuhi kebutuhan sirkulasi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital.
2) Mengobservasi adanya tanda-tanda perdarahan internal/eksternal.
3) Mengukur Venus Pressure (VP).
4) Mengukur Central vena pressure (CVP).
5) Merawat CVP.
6) Memonitor tanda-tanda asites/edema.
7) Melakukan rekam jantung.
8) Menginterpretasikan hasil rekam jantung.
9) Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik (misal: foto rontgen
jantung paru).
10) Menyiapkan dan melakukan stress exercise klien.
11) Menyiapkan dan melakukan perawatan pre, intra, dan post klien dialisa
(haemo/peritoneal)..
12) Melakukan perawatan klien terpasang SB tube.
13) Memeriksa status neurologik + GCS
14) Melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
k. Memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan
1) Melakukan teknik isolasi:
 Menggunakan sarung tangan steril/tidak steril
 Gaun pelindung, jas operasi, apron/celemek
 Cuci tangan
 Menggunakan tutup kepala dan masker
2) Melakukan tekhnik pengikatan bagi klien gelisah
3) Penggunaan bantal pasir..
4) Memasang pengaman pada tempat tidur.
5) Menyiapkan dan menggunakan tempat pembuangan alat-alat dan bahan
bekas/sisa (disposal infeksius).
l. Memenuhi kebutuhan manajemen nyeri

19
1) Melakukan teknik stimulasi: kontaneus, kontralateral, dan transkutaneus.
2) Antisipatori guidance.
3) Teknik relaksasi bio feed back.
4) Teknik distraksi
5) Teknik imaginasi terbimbing.
6) Teknik hipnotis.
7) Teknik gate kontrol.
8) Pemberian obat-obatan parenatal jenis narkotika.
9) Melakukan massage.
10) Melakukan kompres hangat dan dingin.
m. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan exercise.
1) Memindahkan klien dari dan ke tempat tidur.
2) Merubah posisi.
3) Membantu klien dari posisi berbaring ke posisi duduk di tempat tidur.
4) Membantu klien dari posisi berbaring ke kursi roda.
5) Membantu klien berjalan dengan mengunakan alat bantu.
6) Melakukan range of motion ( ROM) exercise.
7) Membantu dan melatih ambulasi.
8) Memberikan pendidikan kesehatan tentang aktivitas dan latihan.
9) Mengerjakan body mechanic yang tepat.
10) Mengerjakan body alignment yang tepat.
n. Memenuhi kebutuhan psikososial / spiritual.
1) Melaksanakan pengkajian tentang kebutuhan konsep diri.
2) Melaksanakan pengunaan group sebagai system pendukung dan aktivitas.
3) Melaksanakan pengajaran komunikasi asertif.
4) Mengunakan group sebagai psikoterapi.
5) Mengajarkan teknik penguatan / koping.
6) Mengajarkan teknik komunikasi terapeutik interpersonal.
7) Melakukan teknik-teknik untuk menjadi pendengar aktif.
1) Melaksanakan cara menghargai system nilai dan keyakinan klien.
2) Melaksanakan cara-cara untuk memfasilitasi klien yang sedang berduka.

20
3) Melakukan teknik-teknik peningkatan konsep diri yang meliputi harga diri,
ideal diri, dan gambaran diri.
4) Memfasilitasi klien terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual, sentuhan
terapeutik, bimbingan rohani.
5) Membantu klien mengenal dan menerima kenyataan yang mengalami
gangguan konsep diri.
6) Mengobservasi perilaku/ pikiran-pikiran yang tidak realistis
7) Melaksanakan terapi kelompok.
o. Memenuhi kebutuhan interaksi social
1) Melaksankan interaksi social
2) Melaksanakan interaksi untuk mmenginterupsi sikap antisosial.
3) Melaksanakan teknik terapi modalitas (terapi aktifitas kelompok, terapi kerja,
terapi lingkungan, dan lain-lain).
4) Melaksanakan manajemen konflik.
5) Melaksanakan manajemen stress
6) Melaksanakan manajemen klien menarik diri dan depresi.
7) Melaksanakan manajemen klien mania/agresif.
8) Melaksanakan komunikasi pada klien marah.
9) Melakukan berbagai teknik orientasi.
10) Mempersiapkan klien dilakukan psikoterapi.
11) Melakukan observasi perilaku bunuh diri.
12) Melakukan observasi perilaku halusinasi.
13) Mengajar klien dalam berpikir halusinasi.
14) Mengajar klien mengenal perasaannya.
15) Mebimbing klien dalam mengekspresikan pikiran/ perasaan waktu.
16) Membimbing klien dalam mengurangi perilaku manipulasi
p. Memenuhi kebutuhan tentang perasaan kehilangan menjelang ajal mengahadapi
kematian.
1) Melaksanakan teknik komunikasi teraupetik sesuai fase kehilangan.
2) Melaksnakan cara-cara untuk menjadi pendengar aktif.
3) Melatih dalam menimbulkan rasa empati.

21
4) Melaksankan perawatan menjelang ajal.
5) Melaksanakan perawatan pasien meninggal.
6) Melatih perasaan saling percaya antara perawat-klien.
7) Melatih komunikasi asertif.
q. Memenuhi kebutuhan seksual
1) Melakukan cara/teknik untuk menciptakan lingkungan privacy.
2) Mengajarkan pola seksualitas yang sehat.
3) Mengajarakan perubahan fisiologis kehamilan.
4) Mengajarkan pendidikan seks pada usia remaja, dewasa dan usia lanjut.
5) Mengajarkan cara pemilihan kontrasepsi.
6) Menciptakan hubungan terapeutik dalam mendiskudikan masalah seks.
7) Memperkenalkan alat-alat bantu dalam pemenuhan kebutuhan seks.
8) Melaksankan rujukan masalah seksual.
r. Memenuhi kebutuhan lingkungan sehat.
1) Menyediakan objek yang menunjang kesehatan lingkungan.
2) Memodifikasi stimulus lingkungan yang sehat.
3) Menjaga stabilitas lingkungan.
4) Melakukan kolaborasi dan fasilitas dalam menciptakan lingkunagan yang sesuai
standar.
5) Memberikan pendidikan kesehtan tentang para meter/indicator kesehtan
lingkungan.
6) Melakukan kontrol infeksi/pencegahan infeksi nasokomial.
7) Melaksanakan manajemen teknik isolasi penyakit infeksi.
8) Melaksanakan manajemen teknik isolasi dalam rangka pemberian kemoterapi
dan penurunan system imun/kekebalan tubuh.
s. Memenuhi kebutuhan ibu hamil
1) Melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil.
2) Melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan ibu hamil, yang meliputi :
perubahan fisiologi ibu hamil, nutrsis ibu hamil, perawatan payudara, senam
hamil, imunisasi, kebersihan diri, persiapan persalinan, dan perawatan bayi.
3) Mendengar denyut jantung janin.

22
4) Memonitor keadaan janin.
5) Menyiapkan pemeriksaan USG system reproduksi.
6) Melakukan pemeriksaan laboratorium : HCG test (test kehamilan), hemoglobin,
protein urine, dan reproduksi urine.
7) Melaksanakan konsultasi rujukan kehamilan bila terjadi kehamilan patologis.
8) Memenuhi kebutuhan ibu hamil dengan komplikasi.
9) Menerima konsultasi kehamilan.
t. Memenuhi kebutuhan ibu melahirkan
1) Melakukan pemeriksaan fisik ibu melahirkan.
2) Melakukan persalina kala 1 keadaan normal (observasi his observasi jalan lahir).
3) Mengisi partograf.
4) Melakukan persalinan kala II keadaan normal.
5) Melakukan indukasi.
6) Melakukan episotomi.
7) Melakukan persalinal kala III keadaan normal.
8) Melakukan persalinan kala IV keadaan normal.
9) Melaksanakan manajemen nyeri.
10) Melaksanakan ikatan tali kasih (bounding attachment) ibu-bayi.
11) Merawat bayi segera setelah lahir.
12) Memotong dan mengikat tali pusat.
13) Menjahit episiotomy.
14) Menolong persalinan dengan tindakan khusus.
15) Melaksanakan rujuk persalinan.
16) Menerima konsultasi persalinan.
u. Memenuhi kebutuhan bayi baru lahir
1) Menilai apgar score.
2) Melakukan pemeriksaan fisik bayi (umum dan reflex).
3) Memandikan bayo.
4) Memakaikan pakaian bayi.
5) Mengatur suhu kamar dan tempat tidur bayi.
6) Merawat tali pusta bayi.

23
7) Mengajarkan ibu merawat tali pusat bayi.
8) Mengajarkan ibu cara menyusui (ASI).
9) Mengajarkan ibu cara melakukan masase payudara.
10.) Melakukan stimulasi tumbuh kembang bayi.
11.) Melakukan resusitasi jantung paru pada bayi.
12.) Melaksanakan rujukan bayi baru lahir.
13.) Menerima konsultasi bayi baru lahir.
v. Memenuhi kebutuhan post partum.
1) Melaksanakan pemeriksaan fisik ibu post partum yang meliputi : pemeriksaan
umum, tinggi fundus, lochea, perineum, dan diatasis kelitus abdominis.
2) Melaksanakan tindakan dan pendidikan kesehatan ibu post partum yang meliputi
: nutrisi, perawatan payudara, senam nifas, perawatan vulva dan perineum, dan
perawatan kebersihan diri.
3) Melaksanakan perawatan post partum blue
4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang KB
5) Memasang IUD dan AKBK.
6) Memberikan alat kontrasepsi.
7) Melaksanakan konsultasi ibu post partum yang bermasalah.

w. Memenuhi kebutuhan pasangan usia subur ( PUS)


1) Melaksanakan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi.
2) Menerima konsultasi tentang kesehatan reproduksi.

x. Memenuhi kebutuhan remaja putri


1) Melaksanakan pendidikan kesehatan tentang : menstruasi dan kesehatan
reproduksi.
2) Melaksanakan rujukan remaja putri yang bermasalah reproduksi.
3) Menerima konsultasi remaja putri yang bermasalah reproduksi.

y. Memenuhi kebutuhan pranikah.


Melaksanakan pendidikan kesehatan pranikah tentang kesehatan reproduksi.

24
z. Memenuhi kebutuhan menopause.
1) Melaksanakan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisiologis sistem
reproduksi dan penanganan berbagai masalah menopause , ( contoh : cara
mengunakan lubrigasi vagina, teknik distraksi dispeurenia)
2) Melaksanakan rujukan masalah menopause
3) Menerima konsultasi masalah menopause.
2. Kebutuhan keluarga, kelompok, dan masyarakat.
a. Kebutuhan Keperawatan Keluarga
1) Melaksanakan pengkajian keperawatan keluarga
2) Melaksanakan analisis data dan merumuskan diagnosis keperawatan keluarga
3) Merencanakan tindakan keperawatan keluarga
4) Melaksanakan tindakapan keperawatan keluarga yaitu :
 Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga
 Memberikan konsultasi keperawatan
 Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keluarga
 Melaksanakan keperawatan gerontik.
5) Melakukan evaluasi keperawatan keluarga
6) Melakukan dokumentasi keperawatan keluarga

b. Kebutuhan Keperawatan Kelompok Dan Masyarakat.


1) Melakukan pengkajian keperawatan kelompok dan masyarakat
2) Melaksanakan analisis data dan merumuskan diagnosis keperawatan dan
masyarakat
3) Merencanakan tindakan keperawatan kelompok dan masyarakat
4) Melaksanakan tindakan keperawatan kelompok dan masyarakat, yaitu :
 Memberikan penyuluhan keperawatan kelompok dan masyarakat
 Melaksanakan keperawatan kesehatan kerja
 Melaksanakan usaha kesehatan sekolah
 Penemuan kasusu kelompok dan masyarakat
 Memberantas penyakit menular

25
 Melaksanakan keperawatan gerontik
 Melaksanakan keperawatan pada karang werda
 Melaksanakan dasa wisma
 Melaksanakan imuniasasi dimasyarakat.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan dikelompok dan masyarakat
6) Melakukan pendokumentasian.

2. Pasal mengatur Tugas dan kewenangan


1.1 Tugas dan wewenang perawat di atur dalam:
a) Pasal 29
1) Dalam menyelengarakan praktik keperawatan,perawat bertugas sebagai :
 Pemberi asuhan keperawatan.
 Penyuluh dan konselor bagi klien.
 Pengelola pelayanan keperawatan.
 Peneliti keperawatan
 Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenwng.
 Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2) Tugas perawat dalam menyelenggarakan praktik keperawatandapat
dilaksanakan secara berama ataupun sendiri-sendiri.
3) Pelaksanaan tugas perawat haru dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
akuntabel.
b) Pasal 30
1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemebri asuhan keperawatan dibidang
upaya kesehatan perorangan ,perawat berwenang:
 Melakukan pengkajian keperawatan secara holistic.
 Menetapkan diagnosis keperawatan.
 Merencanakan tindakan keperawatan.
 Melaksanakan tindakan keperawatan.
 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
 Melakukan rujukan.

26
 Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi.
 Memberikan konsultasi keperawatan dan berkoaborasi dengan dokter.
 Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
 Melakukan penatalaksanaan pemebrian obat pada klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan dibidang
upaya kesehatan masyarakat ,perawat berwewenang:
 Melakukan pengkjian keperawatan kesehatan masyarakat ditingkat
keluarga dan kelompok masyarakat.
 Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyrakat.
 Membantu penemuan kasus penyakit.
 Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
 Melakukan rujukan kasus.
 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan masyarakat.
 Melakukan pemberdayaan masyarakat.
 Melaksanakan advokasi dalam perawatan keperawatan masyarakat.
 Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
 Melakukan penyuluhankesehatan dan konseling.
 Mengelola kasus.
 Melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternative.
c) Pasal 31
1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien,perawat
berwenang:
 Melakukan pengkjian keperawatan secara holistic ditingkat individu dan
keluarga serta ditingkat kelompok masyarakat.
 Melakukan pemberdayaan masyarakat.
 Melakukan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat.
 Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
 Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

27
2) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan
keperawatan,perawat berwewenang:
 Melakukan penkajian dan menetapkan permasalahan.
 Merencanakan,melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan.
 Mengelola kasus.
3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti keperawatan,perawat
berwewenang:
 Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika.
 Menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin
pimpinan.
 Menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai engan etika profesi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.2 Hak dan kewajiban perawat diatur dalam :
a) Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan ptraktik keperawatan berhak :
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien dan/atau
keluarganya.
3) Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah diberikan.
4) Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
b) Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban :
1) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

28
2) Memberikan pelayan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Merujuk klien yang tidak bisa ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan
lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
4) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
5) Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/ atau keluarganya sesuai
dengan batas kewenangannya.
6) Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi perawat.
7) Melaksanakan penugassan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

1.3 Hak dan kewajiban klien diatur dalam :


a) Pasal 38
Dalam praktik keperawatan, klien berhak :
(1)Mendapatkan informasi secara brnar, jelas, dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
(2)Meminta pendapat perwat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
(3)Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)Memberikan persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan
diterimanya.
(5)Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
b) Pasal 40
Dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban :
(1)Menmberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang massalah
kesehatannya.
(2)Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat.
(3)Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan.

29
(4)Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

D. MALPRAKTIK
Malpraktek merupakan bentuk pelanggaran terhadap kaidah profesi. Dalam arti secara
medik, malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga profesi kesehatan untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan berdasarkan ukuran yang lazim
untuk standart dilingkungan yang sama. Standart pelayanan sendiri merupakan suatu
pedoman yang harus diikuti oleh perawat dalam menyelenggarakan praktik
keperawatan. Dengan demikian jika seorang perawat dalam melaksanakan praktik
keperawatan belum memenuhi standart pelayanan dapat dikenakan sanksi baik secara
administrasi maupun sanksi yuridis.
Secara yuridis, arti kelalaian dan kesalahan dalam dunia medis tidak dijelaskan secara
rinci dan definitif. Secara substansi, hukum lebih melihat dari sebab akibat tindakan
yang menyebabkan kelalaian (meninggal atau cacat/ culpa lata), hal ini tertuang dalam pasal
359 KUHP “Barang siapa karena salahnya mengakibatkan matinya orang, dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun”.
Namun demikian, arti luas malpraktek tidak sama dengan kelalaian, malpraktek sangat
spesifik dengan status profesi. Dengan kata lain bahwa didalam malpraktek tidak harus
selalu ada unsur kelalaian.
Dalam hal hukum yang dilanggar, yuridical criminal membagi tiga kategori, yaitu;
Criminal Malpractice, Civil Malpractice dan Administrative Malpractece. Dalam
halperbuatan perawat di dakwa melakukan criminal malpractice harus dibuktikan
denganadanya tindakan yang memenuhi unsur pidana, yaitu
a) Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela (positive act / negative act).
b) Dilakukan dengan sikap batin yang salah berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessnes) atau kealpaan (negligence).
Sedangkan tindakan perawat yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.

30
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan
prinsip ini maka sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang
dilakukan perawat tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya. Dalam
perihal perawat dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga
perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam
melakukan policy power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai
ketentuan dibidang kesehatan, misalnya adalah Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin
Praktek Perawat yang mengatur tentang batas kewenangan serta kewajiban perawat.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka perawat yang bersangkutan dapat dipersalahkan
melanggar hukum administrasi. Karenanya, didalam suatu profesi termasuk profesi
keperawatan berlaku adanya norma etika (ethical Norm) dan norma hukum (Yuridical
Norm), untuk itu apabila terjadi dugaan kesalahan harus dilihat dari kedua sudut pandang
norma tersebut karena antara etika dan hukum ada perbedaan yang mendasar menyangkut
substansi, otoritas, tujuan dan sanksi.

Sebagai upaya pencegahan dari tuntutan malpraktek, ada beberapa referensi yang
menguraikan pedoman guna mencegah terjadinya malpraktek, diantaranya adalah :

1. Memberikan rasa kasih sayang, rasa menghargai, jujur dan rasa hormat kepada pasien
dan keluarganya.
2. Meningkatkan kemampuan ilmu keperawatan secara Up to date untuk menentukan
Asuhan Keperawatan.
3. Apabila terjadi keragu-raguan dalam menentukan asuhan keperawatan agar segera
konsultasikan dengan rekan sejawat dan jangan melakukan tindakan keperawatan yang
belum anda kuasai.
4. Gunakan selalu informed consent dalam melakukan intervensi keperawatan.
5. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan ataupun
catatan medis

31
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan lingkungan sekitar.

Sedangkan upaya untuk menghadapi tuntutan hukum, perawat sebaiknya bersifat pasif dan
apabila tuduhan tersebut bersifat criminal malpractice maka kita dapat malakukan :
a) Informal defence, yaitu dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal
bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin
yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja,
akan tetapi risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa
dirinya tidak mempunyai sikap batin sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik
yang dituduhkan
b) Formal / legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk
pada doktrin-doktrin hukum, yaitu dengan cara menolak unsur-unsur
pertanggungjawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari
pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh
daya paksa

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas dapat diambil kesimpulan


bahwa perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah mulai
dari fungsi hukum dalam praktik keperawatan, regulasi/ landasan Hukum Praktik
Home Care, Tugas Dan Kewenangan Perawat dan Malpraktik Dalam Ilmu
Keperawatan.

B. Saran

Bagi perawat Home care diharapkan memperhatikan Kebijakan-kebijakan yang


mengatur. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi perawat untuk menjalankan tugas-
tugasnya salam bidang keperawatan agar tidak terdapat kesalahan yang dapat merugikan klien
atau perawat itu sendiri.

33

Anda mungkin juga menyukai