Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.

2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
VALIDASI BUKU AJAR EKOLOGI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA

Hunaepi1) Nova Kurnia2) Laras Firdaus3)


1,3)
Dosen Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram
2)
Dosen Prodi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram
e-mail : hunaepibio@ymail.com

Abstrak: Kearifan lokal telah menjadi bagian yang sangat penting untuk diintegrasikan dalam
pembelajaran di mahasiswa. Namun demikian, kajian empiris yang didapatkan, saat ini
pengintegrasian kearifan lokal khususnya pada matakuliah ekologi belum pernah dilakukan oleh
dosen. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan buku ajar ekologi yang berbasis
kearifan lokal yang valid untuk mengembangkan sikap ilmiah mahasiswa. Dalam penelitian ini
buku yang akan dikembangkan adalah buku ajar ekologi berbasis kearifan lokal yang bertujuan
untuk mengembangakan sikap ilmiah mahasiswa. Tahapan dari penelitian yang dilakukan adalah
validity, practicallity, dan effectiveness dari buku ajar ekologi berbasis kearifan lokal yang akan
dicapai dalam 2 (dua) tahun. Untuk tahun pertama penelitian ini, peneliti hanya fokus melakukan
validasi buku ajar dan perangkat pembelajaran, dimana validasi keduanya telah melibatkan 8 orang
validator dari unsur pakar dan praktisi. Hasil validasi menunjukkan bahwa buku ajar ekologi
berbasis kearifan lokal berkategori valid dan dapat digunakan pada skala penerapan
(implementasinya), begitu juga dengan validitas perangkat (silabus, SAP, LKM, Rubrik, dan
Angket) dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan pada tahap implementasi

Kata Kunci: Buku ajar ekologi , Kearifan Lokal, Sikap Ilmiah

PENDAHULUAN Matakuliah ekologi saat ini bagi


Ekologi merupakan salah satu cabang mahasiswa masih dipandang sebagai momok
ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara karena ekologi memiliki karakteristik masih
mahluk hidup dengan lingkungannya. Melalui terhubung atau terkait dengan cabang ilmu
kajian ekologi dapat diketahui keberadaan lainnya hal ini menuntut mahasiswa untuk
mahluk hidup dalam suatu habitat, kelimpahan, menggunakan konsep-konsep cabang ilmu
dan sebarannya sebagai suatu ekspresi atau lainnya dalam mempelajari ekologi.
perwujudan dari kondisi lingkungan (Barbour Keberadaan karakteristik tersebut menjadi
et al., 1987) mempelajari ekologi memerlukan salah satu penyebab tidak semua mahasiswa
penguasaan yang baik dibidang fisiologi, dapat memahmi konsep ekologi dengan baik.
klimatologi, zoologi, ilmu tanah, ilmu fisika, Amprasto et al (2007) mengatakan rendahnya
kimia dan bidang ilmu laninya hal ini agar hasil belajar ekologi diakibatkan oleh tuntutan
ekologi dapat dipahami dengan utuh. untuk memahami cabag ilmu lain (Nursal,
Ekologi merupakan matakuliah wajib 2013; Fauziah, et al., 2013). Kesulitan yang
yang harus ditempuh oleh mahasiswa program umum ditemukan dalam pembelajaran ekologi
studi pendidikan Biologi FPMIPA IKIP adalah masih kurangnya kemampuan
Mataram dengan bobot SKS 3 yang dibagi mahasiswa dalam menelaah dan memahami
menjadi 2 teori dan 1 SKS Praktikum fenomena dan fakta di alam dengan
(Kurikulum Program Studi Pendidikan Biologi menggunakan ilmu ekologi.
FPMIPA IKIP Mataram Tahun 2014). Mata Selain pemahaman konsep mahasiswa
kuliah ekologi memiliki tujuan agar mahasiswa masih tergolong rendah (hasil observasi),
dapat memahami prinsip-prinsip dasar interaksi tujuan pembelajaran ekologi belum sepenuhnya
antara Mahluk Hidup dengan Lingkungannya. dapat tercapai, khususnya pada tujuan
Melalui pembelajaran ekologi mahasiswa akan pembentukan mahasiswa untuk memiliki
merasa dekat dengan lingkungan alam sehingga kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
dapat meningkatkan kecintaan dan sekitarnya, dan dan sikap ilmiah mahasiswa
kepeduliannya terhadap lingkungan hidup juga belum terbentuk dengan baik. Hunaepi
untuk ikut menjaga kelestarian, dan melalui (2014) survei profil sikap ilmiah mahasiswa
pembelajaran ekologi mahasiswa dapat program studi pendidikan biologi didapakan
menanamkan sikap ilmiah. bahwa sikap ilmiah mahasiswa masih tergolong

174
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
rendah, sikap ilmiah yang di survei yakni yang digali, dipelihara, dan dilaksanakan
tingkat kejujuran, kesadaran, sikap terbuka, dan dengan baik, akan berfungsi sebagai pedoman
rasa ingin tahu. Fauziah et al (2013) hidup, serta nilai kearifan lokal tersebut
menyatakan dalam proses perkulihan ekologi merupakan penentu kualitas generasi muda.
Tumbuhan sikap ilmiah mahasiswa masih jauh Untuk memudahkan pengembangan
dari harapan, rendahnya sikap ilmah sikap ilmiah mahasiswa dengan
mahasiswa dilihat dari kurangnya keterlibatan pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal ke
dan kemandirian mahasiswa dalam proses dalam materi ekologi, maka dibutuhkan sumber
kegiatan belajar mengajar. Bundu (2005) belajar yang memadai salah satunya adalah
kurang baiknya sikap ilmiah mahasiswa dapat buku ajar. Saat ini buku ajar ekologi di
berdampak buruk pada hasil belajar. program studi pendidikan biologi IKIP
Keyataan ini, tentunya merupakan Mataram yang bernuansa kearifan lokal belum
masalah yang perlu di cari solusinya. Salah ada, sehingga memang pengembangan buku
satu solusi yang bisa dilakuan adalah dengan ajar ini menjadi hal yang penting. Buku ajar
megintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke yang baik adalah buku ajar yang memiliki
dalam materi-materi ekologi itu sendiri. Ugwu kesesuaian dengan tingkat perkembangan
(2011) menyatakan bahwa pembelajaran kognitif peserta didik. tingkat keterbacaan
seharusnya diintegrasikan dengan kearifan suatu buku sangat penting karena berpengaruh
lokal atau pengetahuan lokal, karena melalui pada motivasi dan minat siswa untuk membaca
pengintegrasian tersebut, akan diproleh dan mempelajarinya. Klare (1984) menyatakan
pemahaman tentang konsep yang dipelajari, bahwa bacaan yang memiliki tingkat
dan nilai-nilai kehidupan dari konsep yang keterbacaan yang baik akan memengaruhi
dipelajarinya tersebut, dan hal itu sangat mudah pembacanya dalam meningkatkan minat belajar
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari- dan daya ingat, menambah kecepatan dan
hari. Laksmi menyatakan bahwa siswa yang efisiensi membaca, dan memelihara kebiasaan
diajarkan dengan mengintegrasikan kearifan membacanya. Sedangkan Gerlach dan Ely
lokal kedalam pembelajaran sikap ilmiahnya (1980), buku ajar/bahan ajar yang berkualitas
lebih tinggi dari pada yang diajarkan dengan baik harus memenuhi syarat 1) ketepatan
cara konvensional. kognitif, 2) tingkat berpikir, 3) biaya, 4)
Local widom (kearifan lokal) disebut ketersedian bahan, dan 5) mutu teknis.
juga dengan istilah indigenous knowledge atau Deskripsi di atas peneliti memandang
local knowlede. Lokal dapat diartikan sebagai sangat penting untuk mengembangkan buku
lokasi (tempat), sedangkan wisdom (kearifan) ajar berbasis kearifan lokal untuk
adalah cara pandang atau metode dalam mengembangkan sikap ilmiah mahasiswa.
memandang. Mungmachon (2012) menyatakan Kearifan lokal dipilih menjadi basis
antara lain adalah; (a) kearifan lokal pengembagan buku ajar, karena kearifan lokal
merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh pada prinsipnya dapat menumbuh kebangkan
melalui pengalaman hidup, mengandung pesan- karakter, termasuk di dalamnya sikap ilmiah.
pesan moral yang lebih bernilai dari sesuatu
apapun, (b) kehidupan yang bersifat METODE PENELITIAN
uncertainity, unpredictable, yang dapat Penelitian ini merupakan penelitian
mengakibat ketidakharmonisan di antara pengembangan dengan tujuan mengembangkan
anggota komunitas (masyarakat), dan solusi buku ajar ekologi. Buku ajar ekologi yang akan
dari permasalahan tersebut adalah kearifan dihasilkan, yaitu buku ajar ekologi berbasis
lokal itu sendiri. Sementara Sungkharat et al., Kearifan Lokal. Menurut Nieveen (2007)
(2010) dalam Wijayanti dan Rokhman (2011), kerangka suatu produk yang berkualitas
menyatakan bahwa usaha untuk merestorasi meliputi tiga kriteria, yaitu validity,
nilai untuk memberdayakan suatu komunitas practicality, dan effectiveness. Dalam
adalah dengan kembali kepada lokalisasi penelitian ini dibatasi pada proses
sebagai suatu budaya, yakni kearifan lokal, pengembangan dan validity (validitas) dari
karena kearifan lokal itu sendiri merupakan prodak berupa buku ajar dan perangkat yang
pengetahuan yang dibentuk oleh suatu dihasilkan.
komunitas melalui pengalaman hidup dan terus Buku ajar yang dikembangkan
diaplikasikan, sehingga secara tidak langsung divalidasi oleh para pakar dan praktisi. Secara
ditransformasi menjadi nilai, budaya, pedoman tehnis validasi buku ajar akan dilakukan dalam
hidup (ways of life), cara mengetahui (ways of forum kajian ilmiah pendidikan atau Focus
knowing). Pernyataan senada juga dinyatakan Group Discussion (FGD). FGD akan diikuti
Ibrahim (2014), yakni bahwa kearifan lokal oleh tim peneliti sendiri, 2 orang pakar, dan

175
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
praktisi yang terdiri dari 6 orang. Saran dan Penilaian terhadap kevalidan buku
masukan dari validator dalam FGD selanjutnya ekologi terdiri atas 5 skala yaitu; tidak valid =
akan ditindak lanjuti untuk penyempurnaan 1, kirang valid = 2, cukup valid = 3, valid = 4,
buku ajar. dan sangat valid = 5. Selanjutnya tanggapan
Instrumen yang digunakan untuk para validator dianalisis secara deskriptif
mengumpulkan data adalah lembar validasi dengan merata-ratakan skor untuk tiap
buku ajar ekologi. Validasi yang dimaksud komponen dan aspek dari semua validator.
untuk memperoleh saran dan masukan dari Buku ajar dapat dinyatakan valid dan
para validator melalui kegiatan FGD. Kegiatan layak digunakan, jika minimal tingkat validitas
FGD akan difasilitasi oleh Pusat Kajian yang dicapai adalah cukup valid. Jika tingkat
Pendidikan Sains dan Matematika (PKPSM) pencapaian validitas di bahwa cukup valid,
IKIP Mataram. Saran dan masukan dari maka perlu dilakukan revisi sampai diperoleh
validator dalam dalam kegiatan FGD model pembelajaran yang valid.
selanjutnya ditindak lanjuti untuk memperbaiki Penelitian pengembangan buku ajar
pengembangan buku ajar ekologi berbasis ekologi secara rinci dapat digambarkan dalam
kearifan lokal. bentuk diagram alur sebagai berikut;

Studi Pendahuluan

Pengembangan Buku Ajar ekologi

Produk awal Draf Buku ajar ekologi

Draf 1 validasi

revisi

Buku Ajar Ekologi Berbasis Kerifan Lokal


Validity

Menyiapkan perangkat SILABUS, SAP, LKM,


Rubrik, Instrumen Sikap
Ilmiah

Draf 2 validasi

revisi

Buku Ajar yang valid

Buku Ajar Ekologi Berbasis Kearifan Lokal Yang Valid

Gambar 1: Diagram Alur Pengembangan Buku Ajar Ekologi Berbasis Kearifan Lokal

176
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
HASIL DAN PEMBAHASAN di kembangakan menjadi buku dan yang akan
A. Pengembangan Buku Ekologi, Lembar diintegrasikan dengan kearifan lokal. Adapun
kerja Mahasiswa, dan Instrumen Sikap pokok bahasan yang akan dikembangkan antara
Ilmiah lain; Bab 1. Konsep dasar ekologi, Bab 2.
Proses pengembangan buku ajar Ekosistem, Bab 3. Ekologi populasi, Bab 4.
ekologi berbasis kearifan lokal dimulai dari Ekologi komunitas, Bab 5. Interaksi
tahap analisis kurikulum yang ada di program intraspesies dan interspesies, Bab 6.
studi pendidikan biologi, kurikulum yang Predatorisme, dan Bab 7. Parasitisme.
digunakan adalah kurikulum berbasis KKNI Selanjutnya adalah dilakukan pemetaan
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), kearifan lokal yang ada di NTB untuk
dengan adanya kurikulum KKNI ini maka diintegrasikan dengan pokok-pokok bahasan
Profil lulusan harus dapat mencerminkan buku ekologi yang telah dianalisis sebelumnya.
kemampuan minimal yang harus dikuasai Proses pemetaan dilakukan dengan metode
mahasiswa setelah lulus yang merujuk pada wawancara, kajian buku-buku dan jurnal
empat aspek kebutuhan (1) sikap (attitude), (2) ilmiah.
bidang kemampuan kerja, (3) pengetahuan, dan Untuk lebih mendukung proses
(4) manajerial dan tanggung jawab. pembelajaran khusunya dalam kegiatan
Ekologi memiliki bobot 3 SKS dengan praktikum dibutuhkan Lembar Kerja
pembagian 2 SKS untuk teori dan atau (1) SKS Mahasiswa (LKM). LKM yang dikembangkan
untuk praktik. Deskripsi matakuliah yakni adalah LKM yang akan digunakan dalam
menelaah ekologi sebagai ilmu, ekosistem kegiatan praktikum. Tema LKM disesuaikan
sebagai satu kesatuan ekologi, ekologi dengan pokok bahasan buku ekologi yang
komunitas, ekologi populasi, evolusi dikembangkan. LKM dilengkapi dengan rubrik
ekosistem dan sistem buatan atau binaan penilaian
manusia, dan Standar Kompetensi yang ingin Instrumen sikap ilmiah digunakan
dicapai setelah proses pembelajaran ekologi untuk mrngukur sikap ilmiah mahasiswa,
adalah mahasiswa memiliki kemampuan bentuk instrumen adalah angket. Angket
pemahaman konsep-konsep dasar ekologi dan digunakan untuk megukur sikap ilmiah. Buku
terapannya dalam kehidupan sehari-hari. ajar, LKM Silabus, SAP, Rubrik dan Angket
Matakuliah ini terdiri dari 6 (enam) yang telah dikembangkan selanjutnya
Kompetensi Dasar antara lain; 1) Mahasiswa dilakukan validasi melalaui proses FGD.
mampu mengkomunikasikan pemahaman
mengenai ruang lingkup ekologi; 2) Mahasiswa B. Validitas buku ajar
mampu mengkomunikasikan pemahaman Kegiatan penelitian pengembangan
mengenai konsep ekosistem; 3) Mahasiswa buku ajar ekologi berbasis kearifan lokal untuk
mampu menjelaskan pemahaman mengenai mengembangkan sikap ilmiah mahasiswa. yang
ekologi populasi; 4) Mahasiswa mampu telah dilakukan pada tahun pertama (1)
mengkomunikasikan pemahaman ekologi penelitian ini difokuskan pada aspek
komunitas; 5) Mahasiswa mampu pengemagan dan validitas (validity) dari buku
mengkomunikasikan pemahaman Interaksi ajar ekologi berbasis kearifan lokal, lembar
intraspesies dan interspesies; 6) Mahasiswa kerja mahasiswa, dan instrumen sikap ilmiah.
mampu mengkomunikasikan pemahaman Proses validasi dilakukan melalui kegiatan
tentang predatorisme; dan 7) Mahasiswa FGD yang melibatkan 8 orang validator (2
mampu mengkomunikasikan pemahaman orang pakar dan 6 orang praktisi). Adapun
mengenai parasitisem komponen buku yang divalidasi secara garis
Kegiatan analisis kurikulum besar terbagi menjadi 3 (tiga) komponen yaitu;
dilanjutkan dengan analisis kebutuhan 1) kelayakan isi, 2) bahasa, 3) penyajian. Hasil
mahasiswa akan buku ajar ekologi. Buku analisis validas buku ajar ekologi berbasis
ekologi yang dikembangakan akan menjadi kearifan lokal melalui kegiatan FGD yang telah
buku suplemen dari matakuliah ekologi yang diakukan dapat digambarkan dalam bentuk
ada di program studi pendidikan biologi. Hal diagram batang sebagai beikut:
ini dikarenakan belum tersedianya buku ajar
ekologi yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
Analsis SK dan KD untuk
menentukan pokok-pokok bahasan yang akan

177
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Analisi Validasai Buku Ajar Ekologi Berbasis Kearifan
Lokal

Berdasarkan penilaian validator yang Buku ajar ekologi memuat 6 (enam)


di tunjukkan pada diagram di atas bahwa pokok bahasan yakni 1) Konsep dasar ekologi,
komponen validasi buku ajar yang meliputi 1) 2) Ekosistem, 3) ekologi Populasi, 4) Ekologi
kelayakan isi dari buku ekologi didapatkan nila Komunitas, 5) Interaksi intraspesies dan
rata-rata 4 dengan kategori baik. Kelayakan isi interspesies, 6) Sumber Daya Alam.
dilihat dari aspek kelengkapan materi, akurasi,
dan kemutahiran materi. Kelengkapan materi C. Validitas Lembar Kerja Mahasiswa
pada dasarnya merupakan keluasan cakupan Lembar Kerja Mahasiswa merupakan
materi dari buku ekologi yang dikembangkan lembar panduan bagi mahasiswa untuk
dalam hal ini sebagai acuan penyusunan melakukan kegiatan pengamatan atau
keluasan materi adalah tuntutan dalam praktikum pada saat kegiatan belajar mengajar.
kurikulum yang berlaku pada program studi Dalam hal ini Lembar Kerja Mahasiswa
pendidikan biologi; 2) komponen bahasa (LKM) yang dikembangakan adalah LKM
didapatkan nilai rata-rata 3.8 dengan katagori ekologi. LKM yang telah dikembangakan
cukup valid, dan 3) komponen bahasa selanjutnya dilakukan validasi untuk menilai
didapatkan nilai rata-rata 4 dengan kategori kelayakan dari perangkat agar perangkat dapat
valid. Dengan merata-ratakan hasil penilaian digunakan. Validator dalam hal ini, yaitu
dari semua validator pada tiap komponen maka validator yang terlibat dalam validasi buku.
didapatkan hasil validasi dengan nila rata-rata Adapun aspek yang dinilai adalah 1) Format, 2)
3.9 dengan kategori dapat digunakan dengan Bahasa, 3) Isi konten, dan 4) Isi konstruk.
revisi sedikit. Revisi yang diusulkan dalam Hasil validasi dari validator secara umum
kegiatan FGD oleh validator ditindaklanjuti memberikan penilaian bahwa LKM ekologi
oleh peneliti untuk dilakukan perbaikan pada dinyatakan dapat digunkaan dengan sedikit
tiap aspek yang disarankan. Kesepakatan revisi atau perbaikan. Ringkasan hasil validasi
validator secara umum, yaitu buku ajar ekologi LKM dapat digambarkan dalam bentuk
berbasis kearifan lokal dapat digunakan dalam diagram batang sebagai berikut;
kegiatan uji coba dengan sedikit revisi.

Gambar 3. Diagram Batang Hasil Analisi Validasai Lembar Kerja Mahasiswa

178
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
Gambar 3 menunjukkan bahwa hasil bahwa instruem sikap ilmiah dinyatakan cukup
penilaian LKM untuk aspek Format baik dan dapat digunakan dengan revisi sedikit.
mendapatkan nilai rata-rata 3.9 dengan ketegori Ringkasan hasil validasi instrumen sikap ilmiah
cukup valid, aspek bahasa nilai rata-rata 3.9 dapat dilihat pada Gambar 4.
dengan kategori cukup valid, aspek isi konten
nilai rata-rata 3.9 kategori cukup valid, dan isi
konstruk nilai rata-rata 4 dengan kategori valid.
Nilai rata-rata dari keseluruhan aspek yakni 3.9
dengan kategori dapat digunakan dengan revisi
sedikit. Berdasarkan penilaian tersebut ada
beberapa revisi yang diusulkan dalam kegiatan
FGD oleh validator dan ditindaklanjuti oleh
peneliti untuk dilakukan perbaikan pada tiap
aspek yang disarankan. Kesepakatan validator
seclara umum, yaitu LKM ekologi yang Gambar 4. Diagram Hasil Validasi
dikembangkan dapat digunakanan dengan Instrumen Sikap Ilmiah
revisi sedikit. Gambar 4 menunjukkan bahwa angket
sikap ilmiah pada aspek isi mendapatkan nilai
D. Validasi Instrumen Sikap lmiah rata-rata dari kedua validator mencapai 3.7
Sikap ilmiah diukur dengan dengan kategori cukup valid, dan pada aspek
menggunakan dua instrumen yakni angket dan bahasa dan penulisan pernyataan mendapatkan
rubrik. Angket digunakan untuk melihat sikap nilai rata-rata 3.6 dengan kategori cukup valid.
ilmiah dari mahasiswa setelah melalui proses Penilain secara umum mendapatkan nilai rata-
pembelajaran dengan mengunaa buku ajar rata 3.6 dengan kategori cukup valid dan dapat
ekologi berbasis kearifan lokal. Sedangkan digunakan dengan revisi sedikit. Selanjutanya
rubrik diguankan untuk mengkonfirmasi angket oleh peneliti dilakukan perbaikan berdasarkan
yang telah diisi oleh mahasiswa. Adapun hasil aspek yang direvisi untuk dapat digunakan
validasi kedua instrumen sikap ilmiah sebagai pada kegiatan uji coba.
berut:
a. Angket E. Validasi Silabus dan Satuan Acara
Instrumen sikap ilmiah dikembangan Perkuliahan (SAP)
dalam bentuk angket terdiri dari 4 indikator Validasi perangkat berupa silabus dan
sikap ilmiah yakni 1) curiosity (sikap ingin Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Validasi
tahu), 2) respect for evidence (sikap untuk yang dimaksud untuk menilai kelayakan dari
senantiasa mendahulukan bukti), 3) flexibility Silabus dan SAP agar dapat digunakan.
(sikap luwes terhadap gagasan baru), critical Validator dalam hal ini, yaitu validator yang
reflection (sikap merenung secara kritis), dan terlibat dalam validasi Buku Ajar. Adapun hasil
4) sensitivity to living things and environment validasi Silabus dan SAP ditampilkan dalam
(sikap peka/peduli terhadap mahluk hidup dan bentuk diagram sebagai berikut:
lingkungan). Angket yang telah dikembangkan a. Validasi Silabus
selanjutnya dilakukan proses validasi untuk Hasil analisis silabus matakuliah
menilai kelayakan dari instrumen sikap ilmiah ekologi di gambarkan dalam bentuk diagram
agar instrumen dapat digunakan. Hasil validasi sebagai berikut;
validator secara umum memberikan penilaian

Gambar 5. Diagram Hasil Validasi silabus

179
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
Dengan merata-ratakan hasil penilaian oleh peneliti untuk dilakukan perbaikan pada
dari semua validator untuk tiap komponen tiap aspek yang disarankan.
maka didapatkan hasil rata-rata komponen b. Validasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
silabus dan SAP berkategori cukup baik dan Hasil analisis validasi Satuan Acara
dapat digunakan dengan revisi kecil. Perkuliahan (SAP) di gambarkan dalam bentuk
Selanjutnya revisi yang diusulkan dalam diagram sebagai berikut;
kegiatan FGD oleh validator ditindaklanjuti

Gambar 6. Diagram Hasil Analisis Validasi Satuan Acara Perkuliahan

Gambar 6 menunjukkan bahwa hasil Barbour, M.G, J.A. Burk and W.D.Pitts. 1987.
validasi pada aspek format, isi, dan bahasa Terrestial Plant Ecology. The
mendapatkan nilai rata-rata 4 dengan katagori Benjamin/Cummings Publishing
valid. Berdasarkan hal tersebut dapat Company, Inc. California.
disimpulkan bahwa satuan acara perkuliahan Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan
dapat digunakan tanpa revisi. proses dan Sikap Ilmiah dalam
KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran Sains Sekolah Dasar.
Kesimpulan Jakarta. Departemen Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Nasional Direktorat Jendral Pendidikan
disimpulkan bahwa buku ekologi berbasis Tinggi Direktorat Ketenagaan
kearifan lokal telah dinyatakan valid oleh para Cobern. W.W and Aikenhead.G. 1997.
validator (pakar dan praktisi) dan dapat Cultural Aspects of Learning Science.
dipergunakan atau diimplementasikan untuk National Association for Research in
dapat mengembangkan sikap ilmiah Science Teaching. Chicago, IL: March
mahasiswa. Begitu juga dengan LKM, 1997.
instrumen sikap ilmiah, silabus dan SAP dapat http://scholarworks.wmich.edu/science
dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam _slcsp/13.
tahapan implementasi. Fauziah. Y., Nursal., dan Septifiranta. 2013.
Analisis Sikap Ilmiah Mahasiswa
Saran Biologi Pada Pelaksanaan Perkuliahan
Penelitian ini sangat perlu untuk Ekologi Tumbuhan Tahun Akademik
dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu untuk 2012/2013. Jurnal Biogenesis, 10(1):
melihat kepraktisan (practicallity) dari buku 11-23.
ekologi berbasis kearifan lokal pada skala
penerapannya dan keefektifan (effectiveness) Gerlach, Vernon S. and Donald P. Ely. 1980.
dari buku tersebut dalam mengembangkan Teaching and Media: A Systematic
sikap ilmiah mahasiswa. Approach. Second Edition. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc
DAFTAR PUSTAKA Hunaepi, 2014. Profil Sikap Ilmiah Mahasiswa
Amprasto, Supriantno.B. dan Safaria.T. 2007. dalam Matakuliah P3Bio. Laporan
Pembelajaran Ekologi Tumbuhan Penelitian. Mataram. FPMIPA IKIP
Menggunakan Metode Pemecahan Mataram.
Masalah dengan Bantuan tutor Sebaya. Ibrahim, M. 2014. Inovasi Pembelajaran Sains
Jurnal Pengajaran MIPA, 9(2). Berbasis Kearifan Lokal. Makalah
Disampaikan pada Seminar Nasional

180
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Vol. 4. No.2 e-ISSN 2540-7899
Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” p-ISSN 2338-4530
FPMIPA IKIP MATARAM 2014.
Makalah Prosiding hal.xv –xxiv.
Keraf, S.A. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit
Buku Kompas. Jakarta
Klare, G.R. 1984. Readability: Handbook of
Reading research. New York.
Longman Inc.
Nieveen, Nienke. 2007. Formative Evaluation
in Educational Design Research.
Proceedings of the Seminar Conducted
at the East China Normal University,
Shanghai (PR China).
Nieveen, Nienke. 1999. Prototyping to Reach
Product Quality. Kluwer Academic
Publisher.
Nursal, dan Fauziah.Y. 2013. Efektifitas
Penerapan Lesson Study pada
Pemebalajaran ekologi tumbuhan di
Program studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Riau. Makalah
prosiding. Seminar Nasional
Universitas Lampung.
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php
/semirata/article/viewFile/608/428
Mungmachon. R.M. 2012. Knowledge and
Local Wisdem: Community Treasure.
International Journal of Humanities
and Social Science, 2(13): 174-180.
Romiszowski. 1986. Developing Auto
instructional Materials. Philedelphia:
Nicolas Publishing
Wijayanti. A.P. dan Rokhman. A. 2011.
Kearifan Lokal sebagai Bagian dari
Demokrasi dan Pembangunan
Indonesia. Proceeding Semnas FISIP-
UT. 607-613
Ugwu.N.A. 2011. Creating Change Through
Integration of Indigenous Knowledge
and Practices Into Chemistry Teaching
For Sustainable Living. Nigeria:
Departemen of Science Education,
University of Uyu,Uyu. Akwa Ibom.

181

Anda mungkin juga menyukai