Kel. 2
Kel. 2
PEMBELAJARAN
Makalah ini di buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas kelompok dengan mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Disusun oleh:
Kelompok 2
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Evaluasi pembelajaran ini dengan
lancar. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya, kelak syafa’at beliaulah yang diharapkan diakhir zaman.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. Kami
menyadari, dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini untuk
memberikan sumber informasi, serta memberikan masukan pendapat. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar isi ………………………………………………………………………………………I
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. II
Bab I pendahuluan……………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………....... 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………….…………. 1
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………………… 2
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 17
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Benyamin S. Bloom, hasil belajar dapat di kelompokkan kedalam tiga domain,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain di susun menjadi beberapa jenjang
kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks mulai dari
hal yang muda sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak. Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek
evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang
berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang
lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu domain hasil
belajar, system pembelajaran, proses dan hasil belajar, dan hasil kompetensi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek
evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran
menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Dalam tulisan ini ruang lingkup evaluasi
pembelajaran akan di tinjau dari berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem
pembelajaran, proses dan hasil belajar, dan kompetensi.hal ini di maksudkan agar guru betul-
betul dapat membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian hasil belajar
sehingga terjadi kekeliruan atau tumpang tindih dalam penggunaannya.
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk. (1956) hasil belajar dapat di kelompokkan ke dalam tiga
domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain di susun menjadi beberapa
jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai
dari hal yang muda sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:
a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan,
yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja oprasional yang dapat di gunakan, di
antaranya mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun
daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali,
memilih, menyatakan.
2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang di sampaikan guru dan
dapat memanfaatkan nya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.
Kemampuan ini di jabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemhkan, menafsirkan, dan
mengekstrapolasi. Kata kerja oprasional yang dapat di gunakan, di antaranya mengubah,
mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas,
menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan,
menuliskan kembali, meningkatkan.
3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode perinsip, dan teori-
teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja oprasional yang dapat di gunakan,
diantara nya mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan,
mengerjakan dalam teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menurut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya. Kemampuan analisis di kelompokkan menjadi tiga, yaitu
analisis unsur, analisis hubungan, analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata
kerja oprasional yang dapat di gunakan di antaranya mengurai, membuat diagram,
memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan , membuat garis besar,
menghubungkan, memerinci.
5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja
operasional yang dapat di gunakan, di antaranya menggolongkan, menggabungkan,
merekonstruksikan, menghimpun, menciptakan, merencanakan, menyusun, ,
membangkitkan, mengorgabisasi, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyartaan atau konsep berdasarkan
kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembankan kriteria atas
patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,
diantaranya menilai, membandingkan , mempertentangkan, mengkritik, membeda-
bedakan, membertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
b. Dominan afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke
arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai
yang di terima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam
membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa
jenjang kemampuan, yaitu:
1) Kemampuan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
Kata operasional yang dapat digunakan, diantaranya menanyakan, memilih,
menggambarkan, mengikuti, memberikan berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
2) Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga
bereaksi terhadap salah satu cara. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,
diantaranya menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,
mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberi tahu,
mendiskusikan.
3) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai
suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja yang
digunakan, diantaranya melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, memilih dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu nilai.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan,
memodifikasi.
c. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja operasional yang dapat di
gunakan harus sesuai dengan komplek keterampilan masing-masing yaitu:
1) Muscular or motor skill, meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, menggerakkan, menampilkan.
2) Manipulation of materials or objects, meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan,
menggeser, memindahkan, membentuk.
3) Neuromuscular coordination, meliputi: memadukan, memasang, memotong, menarik,
dan menggunakan.
Maka kemampuan peserta didik dapat di klarifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi
dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman
dan aplikasi. Sedangkan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas.
Pemahaman tentaang insstrumen ini menjadi penting karena dalam praktik evaluasi dan
penilaian, pada umumnya guru selalu mendasarkan pada prosess pengukuran. Dalam
pengukuran tertentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-
tes. Alat ukur tersebuut ada yang bai, ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik
adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel perilaku
tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baikadalah valid, reliable, relevan,
representative, praktis, deskriminatif, spesifik, dan proporsional.
1. Valid, artinya suatu instrument dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang
hendakdiukur secara tepat.
2. Reliable, artinya suatu instrument dapat dikatakan reliable atau handal jika ia mempunyai
hasil yang taat asal (consistant)
3. Relevan, artinya instrument yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indicator yang telah ditetapkan.
4. Representatif, artinya materi instrmen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan.
5. Praktis, artinya mudah digunakan. jika instrumrn itu sudah memnuhi syarat tetapi sukar
digunakan berarti tidak praktis.
6. Deskriminatif, artinya instrument itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menunjukan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun.
7. Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang
dievaluasi.
8. Proporsional, arrtinya suatu instrument harus memiliki tingkat kesulitan yang
proporsional antar sulit, sedang dan mudah.
Dalam buku successful teaching karangan J. Mursell yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh J. Marsell dan S. Nasution (tanpa tahun :23) dikemukakan bahwa ciri-ciri
evaluasi yang baik adalah “evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluaso
langsung dari proses belajar”. Apa yang dikemukakan oleh Mursell sebenarnya lebih
dikhususkan pada ciri-ciri penilaian proses dan hasil belajar, bukan ciri-ciri evaluasi secara
umum.
Alat-alat evaluasi:
Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu: tes dan bukan tes (non tes)
Selanjutnya tes dan non tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi. Berhubung luas nya
penjelasan yang menyangkut soal tes, dan akan diikuti oleh penjelasan-penjelasan yang
lebih mendalam tentang tes itu sendiri.
1. Teknik Non Tes
Yang tergolong teknik non tes adalah:
- Skala bertingkat (rating scale)
- Kuesioner (questioner)
- Daftar cocok (check-list)
- Wawancara (interview)
- Pengamatan (observation)
- Riwayat hidup
a.) Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggunakan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan bahwa: “Rating gives a numerical
value to sometime of judgement”, maka suatu skala selalu di sajikan dalam bentuk
angka.
Sebagai contoh adalah skor atau biji yang di berikan oleh guru di sekolah untuk
menggambarkan tingkat presentasi belajar siswa.
b.) Kuesioner
Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasar nya,
kuesioner sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh orang yang akan di ukur
(responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri,
pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat nya dan lain-lain.
c.) Daftar cocok (check-list)
Yang di maksud daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya di
singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda
cocok (v) di tempat yang sudah disediakan.
d.) Wawancara (interview)
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Di katakana sepihak karena dalam
mewawancarai ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi wawancara dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapat metode tanpa di batasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
subyek evaluasi.
Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.) Pengamatan (observation)
Adalah suatu tektik yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis.
f.) Riwayat hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari obyek yang di nilai.
2. Teknik Tes
Menurut Drs. Amir Daien Indrakusuma, mengatakan “Tes adalah suatu alat atau
prosedur yang sistematis dan obyetif untuk memperoleh data-data atau keterangan-
keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan
tepat dan cepat”.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3
macam tes:
a.) Tes diagnostic
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat
b.) Tes formatif
Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi
formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti sesuatu program tersebut.
Evaluasi formatif mempunyai manfaat bagi siswa, guru, maupun program itu
sendiri.
- Manfaat bagi siswa
1. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program
secara menyeluruh.
2. Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
3. Usaha perbaikan
4. Sebagai diagnos
- Manfaat bagi guru
1. Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarka sudah dapat diterima
oleh siswa.
2. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi
mulik siswa.
- Manfaat bagi program
1. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam
arti sesuai dengan kecakapan.
c.) Tes sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman sekolah, Tes
formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir
semester.
d.) Tes formatif dan tes sumatif dalam praktek
Dalam buku seri III B dari kurikulum 1975 tentang pedoman penilaian dijelaskan
bahwa tes formatif harus dilaksanakan oleh guru setiap mengakhiri satu sub tokoh
bahasan, sedangkan tes sumatif dilaksanakan setiap mengakhiri satu tokoh
bahasan (program yang lebih besar).
Dalam pelaksanaan tes sumatif di sekolah-sekolah, ada yang disamakan antara
satu daerah atau wilayah administrative, dan dikenal sebagai TBH (tes hasil
belajat), TPB (tes prestasi belajar) atau istilah lainnya
e.) Perbandingan antara tes diagnostic, tes formatif dan tes sumantif
Untuk memperoleh gambaran mengenai tes diagnostik, tes formatif, dan tes
sumatif secara lebih mendalam, berikut ini akan disajikan antara ketiganya, agar
dapat diketahui tiap-tiap persamaan dan perbedaannya. Dalam membandingkan,
akan ditinjau 9 aspek, yaitu: fungsi, waktu, titik berat, atau tekanannya, alat
evaluasi, cara memilih tujuan yang dievaluasi, tingkat kesulitan soal-soal tes, cara
menyekor tingkat pencapaian dan metode menuliskan hasil tes.
1. Ditinjau dari fungsinya.
a) Tes diagnostic
- Menentukan apakah bahan prasarat telah dikuasai atau belum
- Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari
- Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang di alami untuk menentukan cara
yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan
b) Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai
pelaksanaan satu unit program
c) Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu
program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan
kawannya dalam kelompok.
2. Ditinjau dari waktu
a) Tes diagnostic
- Pada waktu penyaringan calon siswa
- Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran
- Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada
siswa
b) Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat
berlangsung sebaik-baiknya
c) Tes sumatif
Pada akhir unit catur-wulan, semester akhir tahun atau akhir pendidikan
3. Ditinjau dari titik berat penilaian
a) Tes diagnostic
- Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor
- Faktor-faktor pisik, psikologis dan lingkungan
b) Tes formatif
Menekankan pada tingkah laku kognitif
c) Tes sumatif
Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada
tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun
menekankan pada tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih
tinggi (bukan sekedar ingatan atau hafalan saja).
4. Ditinjau dari Alat Evaluasi
a) Tes diagnostik
Tes prestasi belajar yang sudah di distandardisasikan.
Tes diagnostik yang sudah distandardisasikan.
Tes buatan guru.
Pengamatan dan daftar cocok (Check list)
b) Tes formatif
Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
c) Tes sumatif
Tes ujian akhir
5. Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
a) Tes diagnostik
- Memilih tiap-tiap keterampilan prasarat.
- Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang.
- Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku pisik, mental dan perasaan.
b) Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus
c) Tes sumatif
Mengukur tujuan instruksional umum
6. Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Tes
a) Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil banyka soal tes yang
mudah, yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,654 atau lebih
b) Tes formatif
Belum dapat ditentukan
c) Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35 sampai 0,70.
Ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sukar.
7. Ditinjau dari skoring (cara menyekor)
a) Tes diagnostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relative (criteration referenced and norm-
referenced)
b) Tes formatif
Menggunakan standar mutlak (criteration-referenced)
c) Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relatif (norm-referenced), tetapi dapat pula
dipakai standar mutlak (criteration referenced)
8. Ditinjau dari tingkat pencapaian
Yang dimaksud tingkat pencapaian adalah skor yang harus dicapai siswa dalam
setiap tes. Tingkat pencapaian ini tidaklah sama. Tinggi rendahnya tuntutan terhadap
tingkat pencapaian tergantung dari fungsi dan tujuan masing-masing tes.
a) Tes diagnostik
Berhubung ada bernacam-macam tes diagnostik maka tingkat pencapaian yang
dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan,
tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang
keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes
diagnostik.
Tes prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah untuk
mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi
bagi pengetahuan berikutnya. Untuk ini maka tingkat penguasaannya dituntut 100%.
b) Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi instruksional khusus.
Tingkat pencapaian untuk tes formatif adalah 75%, siswa yang belum mencapai skor
75% dari skor yang diharapkan, diwajibkan menempuh kegiatan perbaikan (renudial
program) sampai siswa yang bersangkutan lulus dalam tes yang berarti bahwa siswa
tersebut telah mencapai skor 75% dari skor maksimal yang diharapkan.
c) Tes sumatif
Tes sumatif dilaksanakan pada akhir program, berarti nilainya digunakan untuk
menentukan kenaikan kelas atau kelulusan.
9. Ditinjau dari cara pencatatan hasil
a) Tes diagnostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil
b) Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai
sesuatu tugas.
c) Tes sumatif
Keseluruhan skjor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu
tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari
berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, system pembelajaran, proses dan hasil
belajar, dan kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Bumi Aksara