Anda di halaman 1dari 6

Alwi Hasyim Batubara, Konsep Good Governance dalam Konsep Otonomi Daerah

KONSEP GOOD GOVERNANCE


DALAM KONSEP OTONOMI DAERAH

Alwi Hasyim Batubara

Abstract: Good governance is connection with local government implementation. Bureaucracy


development is one of a pact instrument to realize good governance concept in local government. But,
the concept is depend on political will from government, legislative, and society.

Keywords: good governance, local autonomy

1. PENDAHULUAN 2. PEMBAHASAN
Good governance dalam konteks
otonomi daerah merupakan bahasa strategi Konsep Good Governance
karena, pertama, erat relevansinya dengan Jika mengacu pada program World Bank
berkembangnya operasionalisasi manajemen dan dan United Nation Development Program
administrasi publik, selaras dengan berbagai (UNDP), orientasi pembangunan sektor publik
perubahan kemasyarakatan, baik pada skala adalah untuk menciptakan good governance.
domestik maupun skala internasional. Pertimbangan Pengertian good governance sering diartikan
kedua adalah relevansinya yang nyata dengan sebagai kepemerintahan yang baik. Gunawan
upaya kita untuk membangun sistem nasional Sumodiningrat (1999: 251) menyatakan good
yang berdaya saing tinggi dan adaptif dalam governance adalah upaya pemerintahan yang
memasuki era globalisasi dan liberalisasi amanah dan untuk menciptakan good governance
ekonomi. Pertimbangan ketiga adalah relevansinya pemerintahan perlu didesentralisasi dan sejalan
dengan organisasi sektor publik saat ini tengah dengan kaidah penyelenggaraan pemerintahan
menghadapi tekanan untuk lebih efisien, yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya nepotisme. Sementara itu, World Bank
sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang mendefinisikan good governance sebagai suatu
dilakukan. Pertimbangan keempat relevansinya penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
dengan perubahan paradigma pembangunan, solid dan bertanggung jawab yang sejalan
yakni dari paradigma rule governance menjadi dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
paradigma good governance. Dalam good penghindaran salah alokasi dana investasi, dan
governance peran serta aktif masyarakat sangat pencegahan korupsi baik secara politik maupun
mendominasi pembangunan. Pertimbangan kelima, administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta
dalam revansinya dengan bentuk organisasi penciptaan legal and political framework bagi
birokrasi pada masa-masa sekarang sudah tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002: 18).
saatnya untuk ditinjau kembali dan diarahkan Selanjutnya, UNDP memberikan beberapa
kepada bentuk organisasi yang terbuka atau karakteristik pelaksanaan good governance,
fleksibel, ramping atau pipih (flat), efisien dan meliputi:
rasional, serta terdesentralisasi. Atau dengan kata a) Participation. Keterlibatan masyarakat dalam
lain, penyelenggaraan urusan pemerintahan pembuatan keputusan baik secara langsung
hendaknya lebih dititikberatkan kepada kapasitas maupun tidak langsung melalui lembaga
dan peran serta masyarakat di tingkat daerah atau perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
wilayah. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
Kelima latar belakang tersebut terkait kebebasan berasosiasi dan berbicara serta
erat dengan permasalahan pokok yang dihadapi berpartisipasi secara konstruktif.
manajemen publik di antaranya: b) Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan
1. Bagaimana mewujudkan good governance dilaksanakan tanpa pandang bulu.
dalam konteks otonomi daerah. c) Transparency. Tranparansi dibangun atas
2. Bagaimana mengupayakan sistem pelayanan dasar kebebasan memperoleh informasi.
publik yang berorientasi pada kebutuhan dan Informasi yang berkaitan dengan kepentingan
kesejahteraan masyarakat. publik secara langsung dapat diperoleh oleh
mereka yang membutuhkan.

1
Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan, Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2006

d) Responsiveness. Lembaga-lembaga publik perundangan sendiri. Dengan diberikannya hak


harus cepat tanggap dalam melayani kekuasaan dan pemerintahan kepada badan
stakeholder. otonomi, seperti provinsi, kabupaten, dan kota
e) Consensus orientation. Berorientasi pada maka dengan inisiatifnya sendiri dapat mengurus
kepentingan masyarakat yang lebih luas. rumah tangganya dengan membuat/mengadakan
f) Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan peraturan-peraturan daerah yang tidak boleh
yang sama untuk memperoleh kesejahteraan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
dan keadilan. 1945 dan peraturan pemerintah serta mampu
g) Efficiency and Effectiviness. Pengelolaan menjalankan kepentingan umum. Otonomi adalah
sumber daya publik dilakukan secara berdaya derivat dari desentralisasi. Dalam Undang-
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
h) Accountability. Pertanggungjawaban kepada Daerah disebutkan bahwa otonomi daerah adalah
publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
i) Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke pemerintahan sesuai dengan peraturan
depan. perundang-undangan.
Secara prinsipil terdapat dua hal yang
Desentralisasi dan Otonomi tercantum dalam otonomi yaitu hak dan
Desentralisasi dari sudut asal usul kata wewenang untuk memanajemeni daerah serta
berasal dari bahasa Latin, yaitu “de” atau lepas tanggung jawab untuk kegagalan dalam
dan ”centrum” atau pusat, jadi desentralisasi memanajemeni daerah. Sementara “daerah”
dapat berarti lepas dari pusat. Handoko (2003: dalam arti local state government adalah
229) mengartikan desentralisasi sebagai pemerintah di daerah yang merupakan
penyebaran atau pelimpahan secara meluas perpanjangan tangan dari pemerintah pusat.
kekuasaan dan pembuatan keputusan kepada Sumodiningrat (1999: 255) mengemukakan
tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. bahwa hakikat otonomi adalah meletakkan
Desentralisasi menurut Rondinelli (1981) landasan pembangunan yang tumbuh berkembang
merupakan: “the transfer or delegation of legal dari rakyat, diselenggarakan secara sadar dan
and authority to plan, make decisions and mandiri oleh rakyat. Dewasa ini isu otonomi
manage public functions from the central daerah dan demokratisasi menjadi salah satu
governmental its agencies to field organizations agenda reformasi yang utama. Tema sentral
of those agencies, subordinate units of kebijaksanaan pembangunan di era reformasi
government, semi autonomous public corporation, adalah mengedepankan paradigma pembangunan
area wide or regional development authorities, manusia yang menempatkan warga negara atau
functional authorities, autonomous local rakyat sebagai pelaku pembangunan dan yang
government, or non-governmental organizations” menempatkan otonomi daerah sebagai wahana
(desentralisasi adalah pemindahan wewenang mewujudkan kesejahteraan rakyat.
perencanaan, pembuatan keputusan, dan Banyak pendapat yang mengungkapkan
administrasi dari pemerintah pusat kepada bahwa pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
organisasi-organisasi lapangannya, unit-unit saat ini diyakini bisa menjamin segera
pemerintah daerah, organisasi-organisasi setengah terwujudnya good local governance. Apalagi jika
swantantra-otorita, pemerintah daerah, dan dibandingkan secara dikotomis dengan praktik
nonpemerintah daerah (Koirudin, 2005: 3). sentralistik di masa lalu yang meminggirkan
Sejalan dengan pengertian/definisi desentralisasi sebagian besar komponen masyarakat, pelaksanaan
di atas, dalam Undang-Undang No.32 Tahun otonomi daerah memiliki legitimasi/justifikasi
2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan politik dan moral yang sangat kuat.
bahwa desentralisasi adalah penyerahan Permasalahannya bukan terletak pada perlu atau
wewenang pemerintah kepada daerah otonom tidaknya otonomi, melainkan otonomi yang
untuk mengatur dan mengurus urusan bagaimanakah yang bisa kita andalkan untuk
pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan mewujudkan good governance? (Wibawa, 2005).
Republik Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah yang landasan
Istilah otonomi berasal dari bahasa berpikirnya mengacu pada good governance
Yunani autos dan nomos yang berarti maka pembangunan daerah dan strategi apapun

2
Alwi Hasyim Batubara, Konsep Good Governance dalam Konsep Otonomi Daerah

yang ingin ditempuh daerah untuk berkembang di dalam birokrasi digusur dengan
mewujudkannya, sepenuhnya menjadi tanggung budaya pelayanan (Dwiyanto, 2005).
jawab elite politik, elite birokrasi, dan eksponen Tidak dapat dipungkiri, baik di negara
penting dari masyarakat daerah itu sendiri maju maupun di negara sedang berkembang,
(Koirudin, 2005: 181). birokrasi pemerintah masih mendominasi hampir
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hal ini
Manajemen Publik yang Bercirikan Good dapat dilihat dari berbagai peran yang dimainkan
Governance oleh birokrasi pemerintah, mulai dari peran
Salah satu harapan terhadap reformasi mengatur kehidupan masyarakat (regulative),
adalah menuntun kembali fungsi pemerintah dan melindungi masyarakat (protective), mendistribusikan
aparatnya untuk menjadi pelayan publik, dalam sumber daya yang terbatas dari kelompok yang
arti tugas pemerintah adalah melayani mampu ke kelompok yang kurang mampu
masyarakat dan bukan sebaliknya masyarakat (redistributive), memberikan subsidi agar
yang melayani pemerintah. Birokrasi merupakan masyarakat mau melakukan yang diinginkan
lembaga formal pemerintah dalam menjalankan pemerintah (distributive), sampai pemberian
proses pemerintahan untuk memberikan pelayanan publik (public service). Oleh karena
pelayanan kepada masyarakat umum. itu tidaklah mengherankan jika ada pameo
Pengembangan budaya baru yang sesuai dengan sebagaimana yang dikatakan oleh Stiglitz (1988)
visi dan misi birokrasi sebagai agen pelayanan dalam Purwanto (2005): “from birth to death,
publik tentu harus dilakukan (Dwiyanto, 2005). our lives are affected in countless ways by the
Dalam hal ini pemerintah memiliki kekuasaan, activities of government” yang artinya kurang
fungsi, kewenangan, serta tugas yang harus lebih adalah sejak lahir sampai mati seorang
dijalankan dalam rangka melaksanakan warga negara tidak akan dapat melepaskan diri dari
penyelenggaraan negara. Kekuasaan pemerintah jangkauan birokrasi pemerintah.
ini dapat terbagi atas beberapa lembaga negara Dari uraian sebelumnya jelas teridentifikasi
dan pemerintah. Lembaga negara dan pemerintah betapa pentingnya good governance dalam
inilah yang selanjutnya dikatakan sebagai penyelenggaraan negara. Berikut ini akan
birokrasi. Birokrasi memiliki sistem tersendiri dikemukakan beberapa butir pendapat tentang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sistem bagaimana membangun manajemen publik yang
pertama yang diciptakan adalah bagaimana bercirikan good governance, antara lain:
mengatur hubungan antarpemerintahan; kedua
jika telah tercipta sistem tersebut maka 1. Organisasi sektor publik agar memperhatikan
pemerintah harus mengatur bagaimana hubungan value for money dalam menjalankan aktivitasnya.
antara pemerintah pusat dan daerah, katakanlah Value for money merupakan konsep pengelolaan
desentralisasi dan otonomi. Organisasi birokrasi organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
merupakan salah satu konsep organisasi yang tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan
cukup tua. Konsep organisasi birokrasi bukan efektivitas (Mardiasmo,2002: 4).
merupakan konsep yang buruk, oleh karena itu Value for money dapat tercapai apabila
organisasi birokrasi banyak dipakai oleh organisasi telah menggunakan biaya input paling
pemerintahan di seluruh dunia, dan selalu kecil untuk mencapai output yang optimum
berkutat dengan berbagai peraturan. Dalam dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
perjalanan waktu pelaksanaannya menimbulkan Kampanye implementasi konsep value for money
keruwetan dan perasaan enggan untuk berurusan pada organisasi sektor publik gencar dilakukan
dengan birokrasi yang tercermin dari istilah seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas
birokratis, yang identik dengan urusan berbelit- publik dan good governance. Implementasi
belit. Sebagai penguasa mereka sering kali justru konsep value for money diyakini dapat
membutuhkan pelayanan dari warga. Karena itu, memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan
upaya untuk mengembangkan orientasi dan kinerja sektor publik. Manfaat implementasi
tradisi pelayanan kepada warga dalam birokrasi konsep value for money pada organisasi sektor
pemerintah selalu mengalami kesulitan. Orientasi publik antara lain: a) Meningkatkan efektivitas
pelayanan hanya akan dapat dikembangkan pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
apabila budaya kekuasaan yang selama ini diberikan tepat sasaran; b) Meningkatkan mutu
pelayanan publik; c) Menurunkan biaya

3
Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan, Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2006

pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi cara adalah menerapkan konsep customer’s
dan terjadinya penghematan dalam penggunaan oriented dalam masalah-masalah kepegawaian.
input; d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi Customer’s oriented pada hakikatnya adalah
pada kepentingan publik; e) Meningkatkan kepentingan pelayanan untuk masyarakat,
kesadaran akan uang publik (publik costs (Utomo, 2003: 42).
awareness) sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik. 4. Gray dalam tulisannya menyimpulkan bahwa
institusi pasar adalah salah satu lembaga yang
2. Mengadopsi pendekatan New Public Management dalam praktiknya membolehkan adanya otonomi
(NPM) dan Reinventing Government (Osborne & dan kebebasan individu. Salah satu klaim dari
Gaebler,1992). Di banyak negara terutama negara pendapatnya adalah agar pemerintah mengendalikan
Anglo-Saxon berbagai perubahan dilakukan bahkan menghentikan kecenderungan sentralisasi
dengan mengadopsi pendekatan NPM dan dan mengembalikan kekuasaan serta inisiatif
reinventing government. sosial-ekonomi kepada masyarakat. Meskipun
NPM berakar dari teori manajemen yang pemerintah telah begitu besar beban kerja dan
pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis aktivitasnya, yang dibutuhkan bukanlah
komersial dan manajemen sektor swasta adalah pemerintahan minimum, melainkan suatu kerangka
lebih baik dibandingkan dengan praktik dan yang terbatas dengan agenda tanggung jawab
manajemen sektor publik. Untuk memperbaiki yang positif atau disebut dengan “a limited or
kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa framework of government with significant
praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di positive responsibilities” (Gray 1989) dalam
sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti Kristiadi (1998).
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender Dari pendapat Gray tersebut, dapat
(Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan diringkas beberapa peranan administrasi publik
privatisasi perusahaan-perusahaan publik. dalam masyarakat. Pertama, administrasi publik
Keinginan untuk mewirausahakan berperan menjamin pemerataan distribusi
pemerintah bukan berarti mempertentangkan pendapatan nasional kepada kelompok masyarakat
antara administrasi publik dengan administrasi miskin secara berkeadilan. Kedua, administrasi
privat, tetapi mengusahakan agar segala sesuatu publik berperan melindungi hak-hak pribadi
yang diwirausahakan tidak hanya dimonopoli masyarakat atas pemilikan kekayaan, serta
oleh pihak pengusaha tertentu yang dekat dengan menjamin kebebasan bagi masyarakat untuk
pemerintah, tetapi menumbuhkan persaingan melaksanakan tanggung jawab atas diri mereka
yang sehat antarpengusaha yang berkualitas sendiri dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
(Syafiie dkk., 1999: 117-118). pelayanan bagi kelompok masyarakat lanjut usia.
Ketiga, administrasi publik berperan melestarikan
3. Enterprising the government; ketika kehidupan nilai-nilai tradisi masyarakat yang sangat
tentang demokrasi makin merasuk dalam bervariasi itu dari satu generasi ke generasi
kehidupan masyarakat, khalayak pun semakin berikutnya, serta memberikan jaminan dan
kritis dan punya daya tawar menawar dengan dukungan sumber-sumber sehingga nilai-nilai
birokrat. Di sinilah tuntutan terhadap layanan tersebut mampu tumbuh dan berkembang sesuai
publik semakin kencang, dan salah satu tuntutan perubahan zaman, serta dapat terus
pilihannya adalah swastanisasi lembaga-lembaga hidup secara damai, serasi dan selaras dengan
pemerintahan dalam artian peningkatan kualitas budaya lain di lingkungannya. Pemikiran Gray
layanannya kepada publik sebagai konsumennya. ini tampaknya masih cukup relevan dengan
Enterprising the government pada intinya adalah kondisi perkembangan paradigma pembangunan
memompa efisiensi dan efektivitas organisasi di negara-negara dunia ketiga, tidak terkecuali
bisnis ke organisasi pemerintahan. Walaupun Indonesia.
terdapat beberapa perbedaan, tetapi layanan
publik dapat meniru layanan konsumen dalam 5. Kebutuhan untuk mengoptimalkan peranan
dunia bisnis. Tujuan akhir dari pegawai mekanisme pasar dan peranan administrasi publik.
pemerintah adalah membuat pelanggan merasa Atau dengan kata lain bagaimana mewujudkan
puas, dengan memenuhi kebutuhan dan keseimbangan baru (newly and dynamic
harapannya terhadap layanan publik. Salah satu equilibrium) antara peranan pemerintah yang

4
Alwi Hasyim Batubara, Konsep Good Governance dalam Konsep Otonomi Daerah

tepat dengan peranan masyarakat yang pendapatan riil penduduknya (Hiit dkk,1999:
partisipatif sekaligus mengindahkan kaidah- 8).
kaidah internasional (Kristiadi, 1998). Meminjam
istilah Oliver Wiliamson (1975, 1980, 1992) dan 6. Mempersiapkan unsur-unsur organisasi yang
Barney and Oucky (1986): good governance mendukung terwujudnya administrasi publik
dapat dicapai melalui pengaturan yang tepat yang memenuhi kriteria good governance dan
fungsi pasar dengan fungsi organisasi termasuk menjamin keseimbangan baru. Refleksi
organisasi publik sehingga dicapai transaksi- pemikiran McKinsey, unsur-unsur organisasi
transaksi dengan biaya paling rendah. Pilihan yang harus dibangun adalah system, strategy,
yang tepat transaksi baik melalui pasar, structure, staff, skill, style, dan share value.
organisasi atau campuran (mixed mode) akan Unsur-unsur yang berkaitan dengan soft
memungkinkan terwujudnya transaksi yang structure, yakni staff, skill, style, dan share value
berbiaya rendah (economizing). Hal ini dilakukan (Hampden and Turner, 1994; Gibson, 1977).
agar: Untuk mewujudkan administrasi publik yang
a. Dapat mengembangkan berbagai macam berciri modern dapat ditempuh melalui sistem
alternatif organisasi dan manajerial yang pendidikan dan pelatihan pegawai negeri yang
semakin banyak memberikan kesempatan sistematis.
kepada masyarakat dan swasta untuk berperan
dalam memproduksi dan distribusi barang- 3. KESIMPULAN
barang dan jasa-jasa. Kata kunci masalah ini Untuk mewujudkan good governance
adalah pengembangan public-private dalam konteks otonomi daerah sekaligus
partnership. bagaimana upaya sistem pelayanan publik yang
b. Dapat mengembangkan administrasi keuangan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan serta
dan anggaran yang berorientasi pada visi dan kesejahteraan masyarakat, diperlukan adanya
misi organisasi dan dapat menjamin reformasi kelembagaan (institutional reform) dan
terlaksananya manajemen sumber daya reformasi manajemen publik (public management
anggaran yang efektif, efisien, dan akuntabel. reform). Reformasi kelembagaan menyangkut
Kata kunci masalah ini adalah budgeting pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di
reform. daerah baik struktur maupun infrastrukturnya dan
c. Dapat membangun organisasi dan sistem yang menyangkut reformasi manajemen publik,
administrasi publik yang berorientasi pada organisasi sektor publik perlu mengadopsi
permintaan kebutuhan dan kepuasan costumer, beberapa praktik dan teknik manajemen yang
sekaligus dapat menjamin kompetisi antar- diterapkan sektor swasta. Selain reformasi
industri, antar-perusahaan, dan usahawan itu kelembagaan dan reformasi manajemen publik,
sendiri. untuk mendukung terciptanya good governance,
d. Dapat mengembangkan daya saing nasional maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan
(national competitiveness) yang tangguh terutama yang terkait dengan sistem pengelolaan
dalam menghadapi ekonomi global (global keuangan pemerintah daerah. Tuntutan pembaharuan
economy). Daya saing nasional (national sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan
competitiveness) adalah tingkat sampai sejauh uang rakyat (public money) dilakukan secara
mana suatu negara dapat memenuhi transparan dengan mendasarkan konsep value for
permintaan pasar internasional dalam money sehingga tercipta akuntabilitas publik
memproduksi barang dan jasa, sementara itu (public accountability) yang pada akhirnya dapat
juga mempertahankan atau meningkatkan menciptakan kesejahteraan pada masyarakat.

5
Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan, Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2006

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus. 2005. Mengapa Pelayanan Publik? Yogyakarta: Gajah Mada university Press.
Gibson, Rowan et al. 1977. Rethinkng the Future. Niholas Brealey Publishing.
Hampden, Charles and Turner. 1994. Corporate Culture. Judy Piatkus Publishers.
Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Hiit, Michael A, dkk. 1999. Manajemen Strategis Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi
(terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi Di Indonesia Format Masa Depan Otonomi Menuju
Kemandirian Daerah. Malang: Averroes Press.
Kristiadi, J.B. 1998. Perspektif Administrasi Publik Menghadapi Abad XXI. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Osborne, David, and Gaebler, Ted. 1992. Reinventing Government (How the Entrepreneurial Spirit is
Transforming The Public Sector). Addison-Wesley Publishing Company Inc.
Purwanto, Erwan Agus. 2005. Pelayanan Publik Partisipatif. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat & JPS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Syafiie, Inu Kencana dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Utomo, Warsito. 2003. Dinamika Administrasi Publik Anlisis Empiris Seputar Isu-Isu Kontemporer
Dalam Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibawa, Samodra. 2005. Good Governance Dan Otonomi Daerah. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

UNDANG-UNDANG
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai