Anda di halaman 1dari 6

Q : Jelaskan mengenai konsep “economic value of time”, sebagai dasar keuangan islam?

Bandingkan

dengan konsep “time value of economic” dalam ekonomi konvensional?

A:

konsep “economic value of time”


Economic value of time adalah yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Uang dapat berkurang ataupun
betambah jika diinvestasikan lagi. Islam memperbolehkan pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi
daripada bayar tunai. Sebagai contoh, bila barang dijual tunai dengan untung Rp500,- maka penjualan
dapat membeli lagi dan menjualnya kemudian sehingga dalam satu hari itu keuntungannya Rp1.000,-
sedangkan bila dijual tangguh bayar maka hak penjual jadi tertahan, sehingga ia tidak dapat membeli
lagi dan menjual lagi, akibat lebih jauh itu, hak dari keluarga dan anak penjual untuk makan malam
tertahan pada pembeli. Alasan inilah, yaitu tertahannya hak penjual yang telah memenuhi kewajiban
(penyerahan barang) maka Islam membolehkan harga tangguh lebih tinggi dari pada harga tunai.

· Konsep “time value of economic”


Time value of money itu adalah konsep yang menganggap nilai uang saat ini lebih tinggi dari uang
dimasa yang akan datang. Jika konsep economic value of time itu kurang lebih uang akan mempunyai
nilai ekonomi lebih bila diinvestasikan dalam kurun waktu tertentu. jadi kalo tidak diinvestasikan ya
nilainya tidak akan bertambah. Misalnya simpan uang dibawah kasur, sepuluh tahun lagi pun nilainya
tidak akan berubah. Berbeda jika kita menginvestasikan uang tersebut pasti sepuluh tahun lagi nilainya
akan berubah (bisa bertambah/berkurang). Dalam time value of money nilai uang pasti berbeda saat ini
dengan dimasa depan walaupun uang tersebut tidak diinvestasikan. Dengan prinsip ini berarti time
value of economic membuka peluang lebar-lebar dengan kebolehan dalam memberikan bunga atas
harta.

Q : Jelaskan perbedaan antara kebijakan moneter islam dengan Kebijakan Moneter Konvensional?

A : Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumen tersebut adalah prinsip syariah tidak
membolehkan adanya jaminan terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena
itu, apabila dikaitkan dengan target pelaksanaan kebijakan moneter maka secara otomatis pelaksanaan
kebijakan moneter berbasis syariah tidak memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai
target/sasaran operasionalnya.

Q : Perbedaan Fungsi Uang dalam Sistem Moneter Islam dan Moneter Konvensional

A:

· Fungsi Uang dalam moneter Islam adalah:

1. Uang sebagai alat tukar

2. Uang sebagai satuan pengukur nilai

3. Uang sebagai alat produksi


· Uang dan nilainya

Uang bukan sesuatu yang menguntungkan. Angka yang tertera tidak menguntungkan dan tidak bernilai.
Dasar kehidupan ekonomi adalah produksi, yang merupakan hasil usaha dari individu-individu. Selama
uang masih dikaitkan dengan produksi, maka tidak ada cara apapun yang dapat membuatnya bernilai.
Uang tidak akan bernilai jika tidak digunakan sebagai alat pembayaran. Maka uang yang ditumpuk tidak
sama dengan uang yang beredar. Jadi uang tidak untuk disimpan atau ditumpuk saja tapi harus
diproduksi.

· Uang dan modal merupakan sesuatu yang berbeda. Dimana uang adalah milik masyarakat,
sedangkan modal adalah milik individu.

Moneter Konvensional:

· Fungsi Uang dalam moneter konvensional adalah:

1. Uang sebagai alat tukar

2. Uang sebagai satuan pengukur nilai

3. Uang sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan

· Uang dan nilainya

Masyarakat selalu mengatakan fungsi uang mempengaruhi simpanan. Menurut ekonomi konvensional,
jika orang yang menumpuk uang berarti ia telah mengumpulkan nilai materi sampai uang yang
tertumpuk itu dapat mencapai kekuatan daya beli.

· Tidak adanya perbedaan antara uang dan modal.

Q : Berikan Contoh instrument kebijakan moneter islam di beberapa Negara?

A:

a. Sudan (BOS) atau Bank Sentral Sudan

Berikut ini adalah instrument-instrumen moneter yang di gunakan BOS dalam oprasionalnya :

Ø Reserve Requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan BOS sedikitnya 20% (100%
untuk simpanan mata uang asing) dari total dana simpanan masyarakat (dengan mengecualikan
simpanan investasi) yang di refleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut.

Ø Bank-bank konvensional harus mencapai dan memelihara rasio liquiditas sebesar 10% dari dana
tabungan dalam bentuk mata uang lokal.

Ø Pelafon kredit untuk sector-sektor prioritas tertentu seperti:

Pertanian

Ekspor

Perindustrian
Pertambangan dan energy

Transportasi dan pergudangan

Professional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil

Perumahan rakyat

Investasi pada pasar saham resmi khartoun

Di mana minimum 90% dari dana kredit bank harus di alokasikan pada sector non-prioritas, termasuk
perdagangan demostik dan jasa yang tidak berhubungan dengan sector prioritas.

Ø Foreign exchange operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan untuk
fungsi control likuiditas).

Ø OMO dengan menggunakan instrument

Ø Central Bank Mushraka Certificate (CMC) dimana fungsi sekuiritas bank sentral konvensional sebagai
pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang berdasarkan sistem bagi hasil.
CMC mempunyai karakteristik sebagai berikut:

§ Tidak mempunyai tinggal jatuh tempo

§ Berbasiskan akuitas (equity-based) dalam jumlah tertentu dari investasi BOS dan pemerintah di bank
–bank konvensional.

Ø Government Musharaka Certificate (GMC) Secara garis besar, kegunaan GMC adalah:

§ Pembiyayaan anggaran

§ Instrument OMO bagi BOS

§ Mobilisasi tabungan nasional

§ Mendorong investasi

§ Sebagai alat pengembangan pasar uang yang sesuai dengan syariah islam

§ Ijaroh certificate (sukuk)

§ Dll.

b. Di Negara Iran

Ø Reserve require ment ratio antara 10%-30%

Ø Adjusted open market operation pada dasarnya omo tidak dapat efektif di gunakan pada negara yang
pasar keuangannya /finansialnya belum berkembang

Ø Discount rate karena adanya pelarangan terhadap riba, maka instrument jenis ini tidak di gunakan
seluas seperti pada sistem perbankan konvensional
Ø Credit ceiling untuk mengendalikan penciptaan uang, pertumbuhan likuiditas oleh otoritas moneter.

c. Di Negara Indonesia

Ø GWM (Giro Wajib Minimum ) dalam pelaksanaannya GWM ini besarnya adalah 5% dari dana pihak ke
tiga yang berbentuk IDR (rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang asing.
Sedangkan dana pihak ketiga yang di maksud disini adalah dalam bentuk :

§ Giro wadia’ah

§ Tabungan mudorobah

§ Deposito investasi mudhorobah

§ Kewajiban lainnya

Ø Sertifikat Investasi Mudharobah antar bank syariah (IMA) Sertifikat Wadilah Bank Indonesia (SWBI)
adalah instrument BI yang sesuai dengan syariah islam yang di gunakan dalam omo. Dan juga dapat di
gunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana
jangka pendek. Instrumen Bank Indonesia yang sesuai dengan syariah Islam yang digunakan dalam
operasi pasar terbuka. Instrumen ini digunakan untuk mengendalikan uang beredar dengan jalan
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat melalui bank syariah. Instrumen
ini juga dijadikan sebagai sarana penitipan dana jangka pendek khususnya bagi bank yang mengalami
kelebihan likuiditas. Operasionalnya, SWBI memiliki nilai nominal minimum Rp 500 jt dengan jangka
waktu yang dinyatakan dalam hari (misalnya: 7 hari; 14 hari; 30 hari). Pembayaran dan pelunasan SWBI
melalui debit/kredit rekening giro bank yang ada di Bank Indonesia. Jika jatuh tempo dana akan
dikembalikan beserta bonus yang ditentukan berdasarkan parameter sertifikat IMA.

Ø Dan masih banyak bentuk aplikasi kebijakan moneter yang lainnya.

Q: Apakah sistem ekonomi islam dapat di terapkan di Indonesia?

A: Meski Indonesia belum menggunakan sistem ekonomi Islam sebagai sistem perekonomian nasional,
tapi upaya memberikan kesadaran kepada masyarakat, khususnya pengusaha muslim, akan pentingnya
mempraktikkan ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari gencar dilakukan. Namun tidak mudah
untuk menerapkan sistem ekonomi islam tersebut, mengingat banyak faktor penghalangnya juga.
Pertama, karena di Indonesia masyarakatnya masih banyak yang menganut kepercayaan terhadap roh-
roh atau dewa, meskipun agama mereka sebenarnya islam. Kedua, faktor budaya, banyak masyarakat di
Indonesia yang masih menerapkan sistem tradisional. Ketiga, sudah melekatnya system ekonomi
konvensional di masyarakat Indonesia, seperti konsumenisme.

Tetapi perkembangan ekonomi islam bisa saja berkembang di Indonesia dan bahkan sangat mungkin.
Namun yang sebenarnya harus kita lihat adalah, dari segi kualitasnya, bukan kuantitasnya. Dalam artian,
perkembangan ekonomi islam yang dilakukan oleh individu-individu tersebut apakah benar dilandaskan
oleh niat untuk beribadah, taat kepada aturan Al-Qur'an dan Hadist, bukan karena faktor yang lain,
seperti hanya mencantumkan lebel syariah yang dilandaskan hanya ingin merauk untung yang besar
karena melihat perkembangan ekonomi islam yang pesat.
Q : Mengapa Sistem Ekonomi Islam Belum Bisa di Implementasikan secara sempurna di Indonesia ?

A:

ALASAN MENGAPA SISTEM EKONOMI ISLAM DIINDONESIA BELUM SECARA SEMPURNA


DIIMPLEMENTASIKAN

x1Sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang dijalankan berdasarkan syariat Islam atau aturan-
aturan Allah. Dengan bersandarkan kepada Al-quran dan Hadits Nabi Muhammad sebagai pedoman
yang tujuan akhirnya adalah mencapai keridhaan Allah, dengan menggunakan sarana yang tidak lepas
dari syariat Islam. Al-Qur'an dan Al-Hadits merupakan landasan hukum yang lengkap dalam mengatur
segala aspek kehidupan ummat, khususnya di bidang ekonomi.

Sistem Perekonomian Islam bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak terbatas
pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman sehingga
cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun, selama tetap berpegang pada kerangka kerja atau acuan
norma-norma islami, akan tetapi seperti yang kita lihat sekarang di dalam Indonesia.

Berbagai kendala yang dihadapi Indonesia sehingga sulit diterapkannya sistem ekonomi Islam secara
sempurna disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu yang pertama faktor eksternal yang mengacu pada
ketidakmampuan pemerintah dalam mengambil keputusan secara sepihak karena harus disertai dengan
musyawarah dalam mencapai mufakat, faktor kedua yaitu faktor internal yang mengarah kepada
perbedaan keyakinan dalam diri setiap masyarakat.

Alasan yang sering muncul dalam hal ini, adanya keyakinan bagi setiap individu, diketahui Indonesia
memang mayoritas masyarakatnya umat Islam, disisi lain bukan berarti agama Islam saja, tetapi agama
lainnya juga terdapat di Indonesia. Dalam hal ini Indonesia mengakui adanya keberegaman agama, suku
dan budaya, sehingga sistem ekonomi Islam di Indonesia sulit diimplementasikan secara sempurna.

Dari anggapan tersebut sudah jelas kendala yang dihadapi Indonesia, perbedaan keyakinan bagi setiap
individual agama menjadi faktor yang mencolok sehingga tidak serta merta mengambil keputusan pada
satu pihak saja. kurangnya pemahaman mengenai sistem ekonomi Islam, belum berkembangkan
kelembagaan Islam secara menyeluruh dibandingakn lembaga konvensional dan adanya kemalasan
individual dalam sistem ekonomi Islam itu sendiri.

Q: Bagaimana strategi efektif pengembangan system ekonomi islam di Indonesia?

A: a.harus ada wakil yang menyuarakan sistem ekonomi islam,khususnya di bidang politik

b. mengadahkan seminar,diskusi, sarasehan, dan forum -- forum ilmiah baik secara regional, nasional
maupun internasional dengan intensif

c. penyusunan ketentuan -- kententuan sistem ekonomi islam

d. mendorong terbentuknya forum komuniasi syariah

e. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan fokus pada gerakan edukasi dan sosialitas
yang dilakukan secara optimal dan tepat
f. mempersiapkan lembaga penjamin pembiayaan syariah

g. penelitian preferensi dan perilaku konsumer terhadap lembaga -- lembaga syariah

h. memberdayakan pengawasan aspek Syariah

i. mempersiapkan teknologi informasi handal

Anda mungkin juga menyukai