Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Biokimia

Acara Lipida

Disusun Oleh:
Dimas Choiri Amar (20180210046)
A2/3

Asisten : Herda pratiwi S. P


Co ass : Syifa aulia

Progam Studi Agroteknologi


Falkutas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2019
A. Identitas Praktikan
1. Nama : Dimas Choiri Amar
2. NIM : 20180210046
3. Gol/Kel : A2/3
4. Hari/Tanggal :
5. Asisten : Herda Pratiwi S. P
6. Co asisten : Syifa Aulia
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui kandungan lipida dari beberapa bahan
2. Untuk mengetahui asam lemak bebas pada beberapa bahan
C. Bahan Dan Alat
1. Alat :
Erlenmeyer
Tabung reaksi
Penjepit
Gelas ukur
Pro pipet
Pipet ukur
Label
2. Bahan :
Minyak sayur segar
Minyak sayur tengik
Putih telur
KoH
Air santan
Air suling
Kertas buram
D. Cara Kerja
1. Uji asam lemak bebas
a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan bahan kedalam Erlenmeyer dengan 50 ml alcohol 96%
c) Panaskan pada 60 C
d) Tambahkan pp 1 tetes
e) Titrasi dengan 0,1 N KoH hingga warna berubah
f) Catat KoH yang dibutuhkan

2. Uji kertas buram


a) Siapkan alat dan bahan
b) Letakkan putih telur, minyak sayur, air santan, dan air suling di atas
kertas buram
c) Diamkan selama 7 menit
d) Amati dibawah cahaya lampu atau sinar matahari
E. Hasil Pengamatan
1. Uji menggunakan asam lemak bebas
KoH yang
No nama
dibutuhkan
1 minyak sayur segar 1 4,8 ml KoH
2 minyak sayur segar 2 6,5 ml KoH
3 air santan 9 ml KoH
4 minyak sayur tengik 3 ml KoH

2. Uji kertas Buram


No nama keterangan
1 putih telur mengkilat
2 minyak sayur mengkilat
3 air santan tidak mengkilat
4 air suling tidak mengkilat

F. Pembahasan
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara
keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk
padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan titik cair dari lemak disebabkan karena
perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis atau trans yang
terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun
penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-
asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak
hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih
dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis
asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus
sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati ,2007
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan sumber energi
utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang disimpan pada jaringan
adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai pengangkut
zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi
misalnya kolestrol berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan
testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan
sebagai provitamin D (Sutresna, 2009).
Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai macam jenis. Menurut
struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (triglyceride), phospholipida, lecithine, dan
sphyngomyelineb. Menurut sumbernya (bahan makanannya), lemak terdiri dari lemak hewani
dan lemak nabati. Menurut konsistennya, lemak terdiri dari dari lemak padat (lemak atau
gaji) dan lemak cair (minyak). Menurut wujudnya, lemak terdiri dari lemak tak terlihat
(invisible fat) dan lemak terlihat (visible fat). Lemak nabati mengandung lebih bayak asam
lemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan berbentuk cair (minyak),
sedangkan lemak hewani mengandung asam lemak jenuh, khususnya yang mempunyai rantai
karbon panjang yang berbentuk padat (Riawan 1990).
Pada praktikum yang dilakukan dengan menggunakan asam lemak bebas dilakukan titrasi
pada bahan minyak sayur segar 1, minyak sayur segar 2, air santan, dan minyak sayur tengik.
Pada minyak sayur segar 1 dibutuhkan 4,8 ml KoH agar bisa bertitrasi, pada minyak sayur
segar 2 dibutuhkan 6,5 ml KoH, pada air santan dibutuhkan 9 ml KoH, dan pada minyak
sayur tengik dibutuhkan 3 ml KoH. Dari ke empat bahan tersebut minyak sayur tengik yang
paling sedikit membutuhkan KoH sebanyak 3 ml sedangkan air santan membutuhkan 9 ml
KoH untuk melakukan titrasi.
Pada uji kertas buram digunakan bahan putih telur, minyak sayur, air santan, dan air
suling. Ke empat bahan tersebut diletakkan di atas kertas buram lalu di diamkan selama 7
menit. Setelah bahan tersebut mengering ada beberapa yang mengkristal atau mengkilat yaitu
putih telur, minyak sayur, dan air santan. Dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat
bahwa putih telur, minyak sayur, dan air santan memiliki kandungan lipida.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dapat mengetahui kandungan lipid dari beberapa bahan.
2. Dapat mengetahui asam lemak pada beberapa bahan.

H. Daftar Pustaka
Riawan S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara.

Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh
dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 4, Februari 2008
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo
Sutresna, Nana. 2009. Kimia. Bandung: Grafindo.
Lampiran

Gambar 1. Uji kertas buram yang Gambar 2. Praktikan melakukan


mengkilat titrasi
Laporan Praktikum Biokimia
Acara Enzim

Disusun Oleh:
Dimas Choiri Amar (20180210046)
A2/3

Asisten : Herda Pratiwi S. P


Co ass : Syifa Aulia

Progam Studi Agroteknologi


Falkutas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2019
I. Identitas Praktikan
7. Nama : Dimas Choiri Amar
8. NIM : 20180210046
9. Gol/Kel : A2/3
10. Hari/Tanggal :
11. Asisten : Herda Pratiwi S. P
12. Co asisten : Syifa Aulia
J. Tujuan Praktikum
3. Untuk mengetahui amilase dari beberapa sumber alami
4. Untuk mengetahui pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase
K. Bahan Dan Alat
3. Alat :
Erlenmeyer
Tabung reaksi
Penjepit
Gelas ukur
Karet
Pro pipet
Pipet ukur
Label
4. Bahan :
Amilum
Alkohol
Kacang hijau
Tauge
Larutan buffer pH 4, 6, dan 8
Indikator pp
Larutan iod

L. Cara Kerja
1. Uji pH terhadap aktivitas enzim diastase
a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan pH kedalam yabung reaksi
c) Panaskan pada suhu 40 C selama 3’, 6’, dan 9’
d) Teteskan sebanyak 1 tetes pH dan tambahkan iod 1 tetes
e) Amati perubahan

2. Uji pengaruh suhu


a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan 1 tetes diastase dan 0,5 ml amilum
c) Amati pada suhu kamar, 40 C, dan 100 C.
d) Tetesi iod sebanyak 1 tetes
e) Amati perubahan warna

3. Uji amylase
a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan 0,2 ml kacang hijau dan 0,2 tauge kedalam tabung reaksi
c) Tambahkan 0,5 ml amilum
d) Inkubasi pada suhu 40 C
e) Teteskan sebanyak 1 tetes dan tambahkan iod
f) Amati perubahan warna

M. Hasil Pengamatan
1. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase

4 6 8
Waktu/pH
Warna endapan warna endapan warna endapan
0 +1 biru tua - +1 biru ungu +1 +4 biru tua +4
3 +2 biru tua - +4 biru tua +3 +3 biru tua +3
6 +2 biru tua - +4 biru tua +4 +3 biru tua +2
9 +2 biru tua - +5 biru tua +5 +1 biru ungu +2
Benedict +1 kuning

2. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim diastase

Suhu warna 1 warna 2


Suhu kamar Bening (+) Biru tua (+++++)
40 C Bening (+) Biru tua (+++++)
100 C Bening (+) Biru keunguan (+)

3. Uji amilase tauge

waktu Tauge Kacang hijau


0 Turun (biru kehitaman) +3 Naik (ungu muda) +3
5 turun (ungu kebiruan) +2 Naik (ungu) +4
10 turun (ungu kebiruan) +2 Naik ( ungu pekat) +5

N. Pembahasan
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan penting di dalam
aktivitas biologic. Enzim berfungsi sebagai katalisator Di dalam sel dan sifatnya
sangat khas. Di dalam jumlah sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu
sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil
akhir reaksinya.di dalam sel terdapat banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya,
sehingga suatu enzim hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja.
Ada enzim yang dapat mengkatalisa suatu kelompok substrat, ada pula yang hanya
satu kelompok substrat saja, dan ada pula ynag bersifat stereospesifik. Karena enzim
mengkataliser reaksi-reaksi di dalam system biologis, maka enzim juga disebut
sebagai biokatalisator (Kartasapoetra 1994).
Menurut Soenardi (2008) Enzim merupakan suatu kelompok protein yang
berperan penting di dalam aktivitas biologic. Enzim berfungsi sebagai katalisator si
dalam sel dan sifatnya sangat khas. Di dalam jumlah sangat kecil, enzim dapat
mengatur reaksi tertentu sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.di dalam sel terdapat banyak jenis
enzim yang berlainan kekhasannya, sehingga suatu enzim hanya mampu menjadi
katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim yang dapat mengkatalisa suatu
kelompok substrat, ada pula yang hanya satu kelompok substrat saja, dan ada pula
ynag bersifat stereospesifik. Karena enzim mengkataliser reaksi-reaksi di dalam
system biologis, maka enzim juga disebut sebgai biokatalisator
Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim.
Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi
substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam
beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil reaksi enzim juga
dapat menghambat kecepatan reaksi. Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya
tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak
10OC, menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu
optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah
enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh
manusia memiliki suhu optimum sekitar 37o C. Enzim organism mikro yang hidup
dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang tinggi.
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai + 60o C. Ini
disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika
pemanaasan dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal
ini disebabkan oleh karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat
pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini. Hubungan antara
aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada Gambar berikut (Indah, 2004).
Pada praktikum yang dilakukan dengan perlakuan uji pH, suhu, dan amilase
tauge yang diperhatikan dalam pengamatan adalah warna larutan yang berubah dan
endapan yang didapatkan. Uji pH, suhu, dan amilase tauge diukur dengan warna yang
didapatkan sedangkan untuk uji pH menggunakan warna dan endapan pada larutan.
Pada tabel pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dilakukan pada 3 perlakuan, yaitu
dengan menggunakan pH 4, pH 6, dan pH 8 masing masing pH di diamkan selama 0
menit, 3 menit, 6 menit, dan 9 menit. Pada pH 4 di dapatkan hasil 0 menit berwarna
biru tua, 3 menit berwarna biru tua, 6 menit berwarna biru tua, dan 9 menit berwarna
biru tua lalu dari beberapa waktu yang digunakan tidak ditemukan endapan pada pH
4. Pada pH 6 didapatkan warna biru ungu pada menit 0, warna biru tua pada menit 3,
warna biru pada menit 6, dan biru tua pada menit 9 endapan pada menit 0 hanya
memiliki sedikit endapan, endapan pada menit 3 dan 6 memiliki endapan yang cukup
banyak, sedangkan pada menit ke 9 memiliki endapan yang banyak. Pada pH 8 menit
ke 0, 3, dan 6 warna yang didapatkan biru tua sedangkan pada menit ke 9
mendapatkan warna biru keunguan, endapan yang didapatkan pada menit ke 0 cukup
memiliki banyak endapan, pada menit ke 3 dan 6 endapan yang dimiliki banyak, dan
pada menit ke 9 endapan yang dimiliki sedikit.
Pada uji suhu dengan perlakuan warna 1 di dapatkan warna bening pada suhu
ruangan, 40 C, dan 100 C. pada warna kedua suhu ruangan dan suhu 40 C mendapati
warna biru tua, sedangkan paa suhu 100 C berwarna biru keunguan. Pada saat suhu di
atas 60 C larutan telah mengalami denaturasi, denaturasi ini di tandai dengan
munculnya endapan.
Pada pengujian amylase terhadap tauge dan kacang hijau, didapatkan data
pada percobaan tauge mendapatkan warna yang berbeda, ini dikarenakan enzim
bekerja sehingga menimbulkan perbedaan warna sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Akan tetapi berbeda dengan kacang hijau yang bekerja aktif pada menit ke
10 ketika dipanaskan, pada menit ke 0 dan 5 enzim belum bekerja dengan efektif.
O. Kesimpulan
Dari pengamatan dan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dapat mengetahui amylase pada beberapa sumber alami
2. Dapat mengetahui pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase

P. Daftar Pustaka
Indah, Mutiara. 2004. Enzim. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Kartasapoetra AG. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta. Rineka Cipta.

Soenardi, 2008. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Universitas Ilmu Pangan
dan Gizi.Yogyakarta.
Lampiran

Gambar 1. Perubahan warna pada masing masing pH

Gambar 2. Uji amylase pada kacang hijau


Gambar 4. Uji pH terhadap aktivitas enzim diastase

Anda mungkin juga menyukai