Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH UTILITAS

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Anggota

1. Yesi Kurniawati ( 40040118650004 )

2. Putri Puji Nugraheni ( 40040118650024 )

3. Mirza Muhammad Faisal ( 40040118650027 )

4. Bagus Satriyo ( 40040118650028 )

5. Valdi Erlambang ( 40040118650039 )

JURUSAN STr. TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. CONTOH PENERAPAN PENGGUNAAN COOLING TOWER DI INDUSTRI

1. Untuk industri oil dan gas rata-rata menggunakan Cooling tower jenis induced draft.

Menara pendingin induced draft dengan aliran melintang (GEO4VA)

Menara pendingin induced draft dengan aliran berlawanan (GEO4VA)

Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – www.energyefficiencyasia.org


2. Cooling tower digunakan pada industri petrokimia, sebagai contoh PT. Petrokimia
Gresik,
Pada pabrik ini digunakan 2 sistem cooling tower yaitu counter current dan cross flow

Sumber: Azizah, Fitria Nur.2014 .Laporan Kuliah Kerja nyata Praktek. Universitas
Brawijaya.Malang

3. Penggunaan Gas cooling tower pada industri Semen di PT. Holcim TBK
Pada Gas Cooling Tower System (Gct)Di Pt. Holcim Tbk.”.Universitas Diponegoro:
Semarang.
Sumber: Adhitama Muhammad. 2012. Makalah Seminar Kerja Praktek “Proses
Otomatisasi
B. CARA KERJA JENIS-JENIS COOLING TOWER
Berdasarkan Metode Perpindahan Panas:
1. Menara Pendingin Draft Mekanik
Menara Pendingin Draft Mekanik merupakan menara draft mekanik memiliki fan yang
besar untuk mendorong atau mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air jatuh
turun diatas permukaan bahan pengisi, yang membantu untuk meningkatkan waktu
kontak antara air dan udara – hal ini membantu dalam memaksimalkan perpindahan
panas diantara keduanya. Laju pendinginan menara draft mekanis tergantung pada
banyak parameter seperti diameter fan dan kecepatan operasi, bahan pengisi untuk
tahanan sistim dll. Menara draft mekanik tersedia dalam range kapasitas yang besar.
Menara tersedia dalam bentuk rakitan pabrik atau didirikan dilapangan – sebagai
contoh menara beton hanya bisa dibuat dilapangan. Banyak menara telah dibangun dan
dapat digabungkan untuk mendapatkan kapasitas yang dikehendaki. Jadi, banyak
menara pendingin yang merupakan rakitan dari dua atau lebih menara pendingin
individu atau “sel”. Jumlah sel yang mereka miliki, misalnya suatu menara delapan sel,
dinamakan sesuai dengan jumlah selnya. Menara dengan jumlah sel banyak, dapat
berupa garis lurus, segi empat, atau bundar tergantung pada bentuk individu sel dan
tempat saluran udara masuk ditempatkan pada sisi atau dibawah sel

Gambar 2. Menara Pendingin Draft Mekanik


2. Mechanical Draft Cooling Tower

Cooling tower ini menggunakan Fan/kipas untuk menghisap udara. Udara dihisap
melalui louver/pengarah dari samping masuk ke dalam Cooling Tower kemudian dihisap
keatas. Udara dingin ini mengalami kontak langsung dengan air yang jatuh dari bak atas
menuju bak bawah, sehingga air panas keluar dari Condenser (500C) dipompa menuju ke
Cooling Tower didinginkan dengan udara sehingga temperaturnya turun menjadi 26–270C.
Prinsip kerja menera pendingin jenis ini adalah di bagian atas Cooling Tower, terdapat
beberapa kipas (fan) yang digerakkan oleh motor listrik melalui rangkaian gigi reduksi
(gearbox) untuk menurunkan putaran motor. Air pendingin yang panas masuk ke header
atas dan di-spraykan ke bawah menuju kisi-kisi yang bertipe pantul (splash).
Udara atmosfir dari samping melalui sirip-sirip akibat hisapan fan dan mengalir ke atas,
bertemu dengan air yang dispray, sehingga mendinginkan air. Udara panas akan
dihembuskan kembali ke atmosfir oleh fan lewat bagian atas cooling tower. Air dingin akan
berkumpul dibak penampung (basin) dibagian bawah cooling tower. Selanjutnya air
pendingin disirkulasikan lagi ke kondensor.
3. Natural Draft Cooling Tower

Menara pendingin jenis natural draft atau hiperbola menggunakan perbedaan suhu
antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam menara. Begitu udara
panas mengalir keatas melalui menara (sebab udara panas akan naik), udara segar yang
dingin disalurkan ke menara melalui saluran udara masuk dibagian bawah. Tidak
diperlukan fan dan disana hampir tidak ada sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi
kinerja.

Prinsip kerja menara pendingin jenis ini adalah di bagian bawah Cooling Tower,
terdapat beberapa aliran air panas masuk ke cooling tower. Setelah itu akan terjadi
perpindahan panas mengalir keatas cooling tower, udara dingin disalurkan masuk. Maka
akan terjadi pendinginan yang disebabkan perpindahan panas antara udara panas dan udara
dingin. Udara panas yang tersisa akan terlepas ke atmosfir.

Metode perpindahan panas:


1. Wet cooling tower (cooling towers basah)
Pada cooling towers jenis ini, air panas didinginkan hingga temperatur lebih rendah dari
temperatur bola basah udara sekitar. Seperti ketika udara jenuh melewati aliran air maka
kedua aliran dari air dan udara akan relatif sama. Sedangkan jika udara tidak jenuh
maka udara akan menyerap uap air lebih banyak..
2. Dry cooler (pendingin kering)
Pada cooling towers ini pemindahan panas melewati permukaan yang memisahkan
fluida kerja dengan udara ambient (temperatur terendah yang bisa dicapai dalam
penguapan air). Sehingga akan terjadi perpindahan panas konveksi dari fluida kerja
dengan panas yang dipindahkan lebih besar daripada proses penguapan.
3. Fluid cooler (pendingin fluida)
Pada cooling towers ini saluran fluida kerja dilewatkan melalui pipa, dimana air hangat
dipercikkan dan kipas dihidupkan untuk membuang panas dari air. Perpindahan panas
yang dihasilkan lebih mendekati ke cooling tower basah, dengan keuntungan seperti
pada pendingin kering yakni melindungi fluida kerja dari lingkungan terbuka.

Menurut arah aliran udara terhadap aliran air:


1. Aliran crossflow
Pada tipe ini, aliran udara bergerak memotong secara tegak lurus terhadap aliran air
pada bahan pengisi.

Gambar 3. Aliran Cross Flow


2. Aliran counterflow
Pada tipe ini, aliran udara pada saat melewati bahan pengisi (fill material) sejajar
dengan aliran air dengan arah yang berlawanan.
Gambar 4. Aliran Counter Flow

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JENIS-JENIS COOLING TOWER


1. MECHANICAL DRAFT COOLING TOWER
 Kelebihan/Keuntungan
1. Proses pendinginannya lebih cepat, karena kecepatan anginnya disesuaikan
dengan kondisi.
2. Fleksible karena kecepatan anginnya bisa diubah-ubah disesuaikan dengan
kondisi udara luar dan beban turbin.
3. Untuk Kapasitas yang sama digunakan, mechanical draft cooling tower jauh
lebih kecil ukurannya daripada natural draft cooling tower. Hal ini karena
peningkatan kapasitas disebabkan oleh meningkatnya volume udara dipaksa
keluar oleh kipas pendingin.
 Kekurangan/Kerugian
1. Lebih banyak tenaga/energi yang diperlukan untuk menjalankan sistem.
2. Peningkatan biaya berjalan karena peningkatan pemeliharaan kipas pendingin,
motor dan kontrol yang terkait.
3. Bisa menyebabkan low level fogging (terbentuknya es).
2. NATURAL DRAFT COOLING TOWER
 Kelebihan/Keuntungan
1. Tidak memerlukan daya, karena cooling tower ini memanfaatkan udara
ambien dan tidak memerlukan kipas/fan.
2. Biaya Pemeliharaan rendah, karena tidak perlu memerlukan biaya tambahan
untuk pemeliharaan kipas pendingin dan motor.
3. Tidak terjadi pembentukan es, karena perpindahan panas terjadi antara udara
panas dan udara dingin.
 Kekurangan/Kerugian
1. Biaya Pembangunannya mahal, karena memerlukan konstruksi beton yang
banyak yang digunakan untuk dinding menara.
2. Mengganggu pemandangan, karena adanya konstruksi beton menara dengan
ketinggian hingga mencapai 200 m.
3. Tidak Fleksibel, karena kecepatan anginnya tidak dapat disesuaikan dengan
kondisi.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PENDINGINAN


1. OPEN RECIRCULATING CWS

once through

open recirculating

closed recirculating

Seperti pada gambar, air yang telah diteransferi panas selanjutnya didinginkan oleh
udara pada sistem terbuka, sehingga dinamakan opened . Recirculating berarti air
digunkan berkali-kali melalui sistem cooled and reused . Kekurangan dari proses ini
adalah adanya air yang lolos (windage loss dan evaporation loss) sehingga harus ada
make-up water. Kontaknya dengan udara secara langsung juga menambah jumlah
mineral pada air, sehingga konsentrasi mineral ini harus dikontrol (melalui blowdown
water ). Sistem ini biasa ditemui di kilang minyak dan industri petrokimia.
2. CLOSED RECIRCULATING CWS
Sistem closed ini menggunakan tempat tertutup untuk mentransferkan panas dari
medium (air),sehingga mediumnya bisa digunakan lagi. Biasanya digunkan fluida lain
sebagai medium transfer dari air yang panas. Kelebihannya adalah kehilangan air lebi
sedikit karena prosesnya yang tertutup. Sistem ini biasa dijumpai pada sistem pendingin
mesin, bearing, dan AC.
3. ONCE THROUGH CWS
Sistem ini merupakan sistem yang paling boros air karena air hanya digunakan
sekali jalan dan dibuang. Sistem ini biasa digunakan pada industri yang dekat dengan
sumber air yang melimpah, contoh pada sistem distilasi air laut.

Dasar Sistem Pendinginan Open Recirculation


Karakteristik Kerugian Keuntungan
Contoh
-Spray Pond Jumlah air yang -Korosi -Biaya relatif
Cooling Tower digunakan -Fouling sedang
-Evaporative sedang -Kerak dibandingkan
Condenser -Banyak mikroba dengan close dan
-Biasa digunakan -Pelapukan kayu once through
di kilang minyak -Adanya air yang
dan petrokimia lolos, perlu make-
up water
-Kontak langsung
dengan udara
menambah
mineral di air

Dasar Sistem Pendinginan Closed Recirculation


Karakteristik Kerugian Keuntungan
Contoh
-Jaket mesin Jumlah air yang -Korosi. -Biaya operasional
diesel digunakan -Fouling. murah.
-Radiator diabaikan. -Biaya -Kualitas air sangat
motor investasinya bagus.
-Chilled water mahal. -Medium
sistem -Perlu water pentransfer panas
-Pendingin treatment bisa digunakan
mesin, bearing, -pertumbuhan berulang-ulang
dan AC micro-organisme -Kehilangan air
lebih sedikit

Dasar Sistem Pendinginan Once Through


Karakteristik Kerugian Keuntungan
Contoh
-Sistem air minum Jumlah air yang -Korosi -Tidak
-Air untuk digunakan -Fouling memerlukan
pelayanan umum. sangat banyak. -Kerak cooling tower.
-Sistem distilasi air -Mikroba -Tidak perlu water
laut -Boros treatment.
penggunaan air -Biaya investasi
-terjadi murah/rendah,
pencemaran karena perangkat
lingkungan pengolahan yang
(temperature diperlukan lebih
buangan air sederhana.
cukup panas)

E. MASALAH YANG SERING TIMBUL DALAM SISTEM AIR PENDINGIN.


1. Pembentukan kerak
Unsur-unsur yang larut dalam air seperti kalsium dan silika akan mengalami
pengentalan yang mana suatu saat bisa melewati kelarutannya dan akhirnya bisa
mengendap sebagai endapan kerak yang keras pada perpipaan ataupun heat exchanger
yang selanjutnya bisa mengurangi flow air dan juga mengurangi perpindahan panas
pada heat exchanger tersebut.
Proses pengendapan itu terjadi misalkan :
Ca(HCO3)2 → CaCO3↓ + CO2 + H2O
Mg(HCO3)2 → MgCO3↓ + CO2 + H2O
2. Terjadinya korosi
Air yang mengandung oksigen dalam kondisi jenuh atau bersifat agresif terhadap
sistem logam dan mendorong terjadinya akumulasi dari hasil korosi yang selanjutnya
akan bisa mengurangi laju perpindahan panas.
Korosi adalah suatu proses electro kimia dimana suatu metal (misal:besi, baja) kembali
dalam status alamiahnya, misal : Fe Oxida atau karat.
Contoh :
Fe → Fe3+ + 2e
4Fe2+ + 3O2 → 2Fe2O3
Fe2O3 + H2O → Fe(OH)3
3. Terjadinya Fouling
Padatan yang tersuspensi didalam air pendingin jumlahnya bisa bertambah atau
semakin pekat, karena partikel-partikel yang ada di udara bisa terjaring oleh air didalam
menara pendingin. Ditambah dengan hasil korosi, semua padatan itu terbawa oleh aliran
dan bisa mengendap pada permukaan perpindahan panas ataupun pada perpipaan.
Peristiwa semacam ini tidak hanya mengurangi efisiensi perpindahan panas tetapi juga
mendorong terjadinya korosi yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi oksigen
yang terjadi pada bagian bawah endapan tersebut.
4. Pertumbuhan lumut dan mikroba
Mikroorganisme yang berasal dari air baku atau yang terjaring dari udara, pada
umumnya memperoleh suasana lingkungan yang sesuai dengan syarat hidupnya, suhu
yang lebih hangat dan pada aliran pendingin banyak nutrient sebagai bahan makanan.
Akibat yang ditimbulkan ialah berkembang biaknya bakteri berlipat ganda sehingga
menghasilkan endapan yang bisa dilihat mata. Endapan inipun akan mengurangi
efisiensi perpindahan panas dan mendorong terjadinya proses korosi seperti akibat yang
ditimbulkan oleh padatan yang tersuspensi

F. PERSYARATAN AIR PENDINGIN


Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heatexchanger)
dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Masalah yang sering
timbul dalam sistem air pendingin adalah:
a. Korosi
b. Pembentukan kerak dan deposit
c. Fouling akibat aktivitas mikroba

a. Korosi pada Sistem Air Pendingin


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi ialah pH, temperature, partikel
padatan dan deposit, kecepatan aliran air dan pertumbuhan mikroba. Ph dan suhu semakin
tinggi akan meningkatkan korosi. Kecepatan air yang masuk dapat menimbulkan korosi
terlebih adanya padatan dan gelembung-gelembung gas menyebabkan korosi meningkat.
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah penyumbatan
dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk yang diinginkan karena adanya
kebocoran-kebocoran, dan menurunnya efisiensi perpindahan panas.
Oleh karena itu, air pendingin harus memiliki pH netral atau kisaran batas
minimumnya, tidak mengandung padatan terlarut seperti Fe, tidak mengandung gas
terlarut. Air yang akan dijadikan air pendingin harus melalui treatmen ttertentu agar
memenuhi persyaratan. Treatmentyang dilakukan dengan menambahkan bahan kimia yang
disebut corrosion inhibitor.

b. Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin


Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain penurunan efisiensi
perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya tahanan dalampipa serta
penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil.Terbentuknya kerak disebabkan oleh air yang
sadah..Sehingga persyaratan air pendingin kesadahannya harus rendah. Treatment khusus
yang digunakan untuk meminimalisir terbentuknya kerak dengan menginjeksikan bahan
kimia atau scale inhibitor.

c. Fouling pada Sistem Air Pendingin


Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendinginyang
memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup mendapat
sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada hampir diseluruh bagian
dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisma yang tumbuh danberkembang tersebut
merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi lokal penyumbatan dan
penurunan efisiensi perpindahan panas.
Penggunaan air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnyamasalah-
masalah dalam sistem air pendingin. Persyaratan bagi air yang dipergunakan sebagai air
pendingin tidak seketat persyaratan untuk umpan ketel. Contoh persyaratan untuk air
pendingin untuk sistem resirkulasi terbuka ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel persyaratan untuk air pendingin resirkulasi terbuka


Parameter Nilai
1. Konduktivitas (mhos/cm) <1000
2. Turbiditas (ppm) <10
3. Suspended Solid (ppm) <10
4. Total Hardness (ppm as CaCO3) <100
5. Total iron (ppm as Fe) <1,0
6. Residual chlorine (ppm as Cl2) 0,5-1,0
7. Silicate (ppm as SiO2) <150
8. Total Chromate (ppm as CrO4) 1,5-2,5
9. Ph 6,5-7,5

Sumber:
Setiadi, Tjandra. 2007. Diktat Kuliah Utilitas I: Pengolahan dan Penyediaan Air. Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.
Atmadja, S.T.2010.PengendalianKorosiPadaSistemPendinginMenggunakanPenambahanZat
Inhibitor.TeknikMesin, FakultasTeknik, Universitas Diponegoro

G. PENGOLAHAN AIR PENDINGIN


Air pendingin yang telah keluar dari media-media perpindahan panas di area proses
akan disirkulasikan dan didinginkan kembali seluruhnya di dalam CoolingTower.
Penguapandan kebocoran air akan terjadi di dalam Cooling Tower ini. Oleh karena itu,
untuk menjaga jumlah air pendingin harus ditambah air make up yang jumlahnya
sesuai dengan jumlah air yang hilang. Sistem air pendingin terutama terdiri dari
cooling tower dan basin, pompa air pendingin untuk peralatan proses, sistem injeksi
bahan kimia, dan induce draft fan. Sistem injeksi bahan kimia disediakan untuk
mengolah air pendingin untuk mencegah korosi, mencegah terbentuknya kerak dan
pembentukan lumpur diperalatan proses, karena akan menghambat atau menurunkan
kapasitas perpindahan panas. Pengolahan air pada Cooling Tower dilakukan dengan
menginjeksikan zat kimia pada basin,yaitu:
a) Corrosion inhibitor, yaitu asam sulfat agar air yang akan masuk ke unit tidak
menimbulkan korosi.
b) Scaleinhibitor, berupa dispersant yang berfungsi untuk mencegah
pembentukan kerak pada peralatan yang disebabkan oleh senyawa- senyawa
terlarut.
c) Cl2 yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan organisme seperti lumut,
ganggang, dll.
d) pH control system, yaitu dengan penambahan NaOH 48%
Sistem resirkulasi yang dipergunakan bagi air pendingin ini adalah sistem terbuka.
Sistem ini akan memungkinkan berbagai penghematan dalam hal ongkos penyediaan
utilitas khususnya untuk air pendingin. Udara bebasakan digunakan sebagai pendingin
dari air panas yang terbentuk sebagai produk dari proses perpindahan panas. Udara
masuk dari sisi bawah menara berlawanan arah dengan aliran air. Air mengalir ke
bawah menuju basin dan udara mengalir ke atas dihisap oleh Induce Draft Fan pada
sel.Aliran udara ke atas mendinginkan air yang turun ke bawah. Desain temperatur air

pendingin 30oC dan air panas balik 48oC.


http://digilib.unila.ac.id/22/12/BAB%20VI.%20Utilitas78-98.pdf

H. MENUMPUKNYA SLIME MIKROBA PADA PERMUKAAN PIPA DAPAT


MENURUNKAN LAJU PERPINDAHAN PANAS
Menumpuknya slime mikroba pada permukaan pipa merupakan salah satu fouling factor.
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan
Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi. Merupakan angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE.

Untuk Overall Heat Transfer Coefficient dengan adanya slime pada mikroba, sehingga
penambahan nilai hambatan pada Overall Heat Transfer Coefficient.

Dengan laju perpindahan panas sebagai berikut.


Sehingga, nilai Overall Heat Transfer Coefficient menjadi semakin kecil, dengan nilai
koefisien tersebut kecil sehingga laju perpindahan panas di sepanjang pipa menjadi kecil
dengan adanya slime mikroba di sepanjang pipa.

Sumber: Incropera, P., Dewitt, D., Bergman, T. 2007. Fundamental of Heat and Mass
Transfer 6th edition. John Willey and Sons

I. CARA MENGETAHUI AIR CENDERUNG BERSIFAT KOROSIF ATAU


MEMBENTUK KERAK PADA AIR PENDINGIN
Korosifitas dan pembentukan kerak dapat diketahui dengan menghitung “Indeks
Stabilitas” atau “Langelier Index (LI)” atau “saturation index (SI)” atau disingkat “LSI”.
LI memberikan indikasi apakah air bersifat membentuk kerak atau melarutkan kalsium
karbonat. Walaupun demikian LI bukan merupakan pengukuran potensial korosi atau
pembentukan kerak secara pasti.
Sifat Kimia air memainkan peranan penting dalam keefektifan sumber perairan, sebagai
aplikasi untuk mencegah kerak air. Ion kalsium tidak hilang dalam air (dalam hal ini, ion
kalsium tidak terlarut dalam air, tetapi mengendap bersama partikel padat yang melewati
sistem batuan tanpa meninggalkan kerak). Untuk proses yang efektif, air baku tidak harus
mengandung ion kalsium yang banyak. Parameter ini dihitung sebagai Langlier’s
Saturation Index. Langlier’s Saturation Index adalah suatu nilai hasil perhitungan yang
digunakan untuk memprediksi stabilitas kalsium karbonat (CaCO3) dalam air.
Dengan batasan apakah ion kalsium (sebagai kalsium karbonat) dalam air akan
mengendap, terlarut atau berada dalam kesetimbangan. LSI dapat digunakan untuk
menetapkan persyaratan korosifitas air (efek Kalsium). Konsep LSI menggunakan pH air
sebagai parameter utama, sehingga LSI dapat diinterpretasikan sebagai perubahan pH yang
dibutuhkan untuk membawa air pada kesetimbangan.
Air dengan LSI lebih dari 1 dapat diartikan memiliki pH 1 unit lebih tinggi dari
kebutuhan. Penurunan nilai pH sebanyak 1 unit akan membuat air menjadi setimbang. Hal
ini terjadi karena sebagian besar total alkalinitas dipengaruhi CO32-penurunan pH, dibawah
ini ganbaran dissosiasi asam karbonat
H2CO3 —–à HCO3- + H+
HCO3- —–à CO32- + H+
Jika LSI negatif : Tidak berpotensi terjadinya pengerakan, CaCO3 terlarut dalam air
Jika LSI positif : Kerak dapat terpentuk dan CaCO3 mungkin mengendap
Jika LSI 0 : Batas berpotensi terjadinya kerak. Kualitas air, perubahan temperatur, atau
penguapan dapat merubah nilai LSI. LSI memungkinkan digunakan sebagai indikator
potensial pengerakan pada air pendingin (cooling water).

Perhitungan Langlier’s Saturation Index

1. Sebelum memulai perhitungan nilai LSI, terlebih dahulu dilakukan pengecekan air
untuk parameter kesadahan total (mg/L CaCO3), alkalinitas (mg/L CaCO3), pH dan
temperatur air.

2. Dilakukan konversi nilai – nilai diatas menjadi faktor konversi untuk perhitungan
Langlier’s Saturation Index

3. Dilakukan perhitungan LSI dengan rumus sebagai berikut :

LSI = (pH + Hardness Factor + Alkalinity Factor + Temperature Factor)-12.1

4. Dibandingkan nilai perhitungan yang didapatkan dengan standar nilai LSI untuk
mengetahui tingkat korosifitas air hasil test.

Tabel Perbandingan Indeks Stabilitas

Indeks Stabilitas
Karakteristik Stabilitas
Langelier Index (L.I ) Aggressive Index (A.I) Ryznar Index (R.I)

Sangat agresif < – 2,0 < 10,0 > 10


Cukup agresif –2 – < 0,0 10,0 – 12,0 6,0 – 10,0
Tidak agresif > 0,0 > 12,0 < 6,0

Tabel Kriteria Nilai LSI


Nilai LSI Kriteria
-0.5 – 0.5 Balance
< – 0.5 Corrosive
> 0.5 Scale Forming

Keterangan :
L.I = pHa – pHs
A.I = pHa + log10 (A) log10(Ca) ; A = Alkalinitas total dalam mg/L CaCO3
R.I = 2pHs – pHa = pH – 2 ( L.I )

Sumber: http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/korosifitas-kerak-dan-perhitungannya/
diakses pukul 05.43 pada 24 Desember 2014.

 DIAGARAM ALIR PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR INDUSTRI

Raw water yang diolah berasal dari air sungai Lematang dengan laju alir 3600 m3/jam.
Tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Raw Water Intake Station
Raw water yang berasal dari sungai Lematang dipompakan masuk ke channel dimana
terdapat dua channel dengan laju alir 1800 m3/jam untuk setiap channel. Channel ini
dilengkapi dengan sensor level untuk mengukur ketinggian air yang masuk. Kedua channel
dilengkapi dengan dua macam screener, yaitu Coarse Screener (80 mm/saringan kasar) dan
Fine Screener (12 mm/saringan halus). Dua penyaring ini bekerja secara otomatis
mengumpulkan polutan–polutan. Untuk coarse screener akan mengumpulkan polutan yang
kasar sedangkan fine screener mengumpulkan polutan yang lebih kecil dan dibuang dalam
kontainer.
Air keluaran dari channel akan dialirkan ke slit sludge (desalting tank) untuk
memisahkan lumpur dan pasir dengan mengalirkan udara yang akan menyebabkan densitas
campuran menjadi rendah dan terjadi pengendapan. Air tersebut akan dipompakan ke splitter
box (untuk diolah lebih lanjut) dengan dua buah pompa sentrifugal vertikal. Pada raw water
intake station ini terdapat satu pompa yang secara otomatis akan berfungsi bila terjadi
kebakaran, disebut sebagai diesel fire water pump (tipe sentrifugal horizontal), yang akan
mendistribusikan air ke mill site.
2. Splitter Box
Pada splitter box ini terjadi proses klarifikasi, yaitu penghilangan padatan tersuspensi
dalam air dengan menggunakan bahan kimia. Splitter box dilengkapi dengan alat ukur
turbidity, pH, dan temperatur. Pengukuran tiga variabel tersebut digunakan sebagai parameter
untuk menentukan dosis koagulan dan flokulan yang harus ditambahkan pada pengolahan air
selanjutnya.
Pengolahan air pada splitter box ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Penambahan Desinfektan
Tahap ini merupakan tahap pembebasan air dari bakteri dan alga yang sangat berbahaya dengan
menggunakan bahan kimia sodium hypochloride (NaOCl). Penginjeksian hypo ini dilakukan
dari bawah permukaan air, untuk menghindari kontak dengan udara, sehingga penguapan hypo
yang bersifat volatile ini dapat dihindari.
b. Penambahan Koagulan
Koagulasi merupakan proses pembesaran ukuran partikel menjadi flok–flok yang kecil dengan
menggunakan poly aluminium chloride (Al2(OH)3Cl3). Pada splitter box ini terjadi pengadukan
alamiah tanpa menggunakan mixer, tapi dengan memanfaatkan desain splitter box, dimana air
yang telah ditambahkan bahan–bahan kimia akan jatuh secara gravitasi ke bagian yang
berbentuk slope, sehingga gerakan turbulensi air tersebutlah yang berfungsi sebagai
pengadukan. Setelah melewati dua tahapan di atas, air akan dipompakan ke dua unit clarifier
(pulsator) dengan laju alir 1800 m3/jam. Pada splitter box juga terdapat dirty wash water yang
berasal dari air backwash sand filter dan pressure sand filter dan air kotor (sump pit) hasil
penggunaan dalam pabrik seperti kamar mandi, laboratorium pencucian alat, dan lain–lain.
3. Pulsator (clarifier)
Air masuk ke clarifier melalui vacuum chamber, mengalir secara vertikal dari pipa
perforated. Pada tahap ini terjadi pencampuran air yang mengandung partikel–partikel halus
(aluminium hidroksida) dengan reagent Polymer Anionic Polyacrilamide. Reagent ini
berfungsi sebagai flokulan yang akan membantu proses flokulasi, yaitu pembentukan flok–flok
kecil menjadi flok besar sehingga dapat mengendap. Pada pulsator ini juga dilengkapi dengan
alat ukur pH, sehingga penurunan pH akibat penambahan PAC dapat dilihat dan segera
ditangani dengan penambahan natrium hidroksida (NaOH) sebagai pH adjustment. Pada
pulsator ini terjadi proses sedimentasi, dimana flok–flok besar yang telah terbentuk akan
mengendap. Pulsator bekerja secara pulsasi, dimana secara otomatis sludge akan
terkonsentrasi ke konsentrator, kemudian sludge ini akan dialirkan ke sludge basin untuk diolah
lebih lanjut oleh Unit Effluent Treatment. Air yang telah terbebas dari sludge akan dikirim ke
unit sand filter untuk penyaringan.

4. Sand filter
Water Treatment Plant di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper ini memiliki enam
unit sand filter. Sand filter ini berfungsi untuk menyaring berbagai macam impurities yang
masih terdapat dalam air. Komposisi sand filter adalah di bagian bawah yang berfungsi sebagai
penyangga, disusun gravel (koral halus) dan dibagian atasnya dilapisi pasir (susunannya dari
bawah ke atas adalah koral kasar–koral halus–pasir kasar–pasir halus). Air akan dialirkan dari
atas, sehingga air yang keluar merupakan air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan
pada proses.
Pada selang waktu tertentu, sand filter ini harus mengalami backwash untuk menjaga
keefektifan proses penyaringannya. Backwash yang dilakukan ada dua macam yang pertama
adalah Backwash berdasarkan waktu. Backwash ini dilakukan setiap 48 jam sekali, yang kedua
adalah Backwash berdasarkan kejenuhan. Kejenuhan dihitung dengan menggunakan sensor,
yaitu siphon yang akan memberikan data berupa tekanan. Semakin rendah tekanan
menunjukkan semakin tinggi kejenuhannya. Batas tekanan maksimal adalah 10 kPa. Jika
tekanan telah mencapai 10 kPa, maka harus dilakukan backwash. Tahapan–tahapan proses
backwash, yaitu:
a. Aliran air masuk dari clarifier ditutup dan air pada bagian atas filter dibuang ke dirty
wash water basin sampai ketinggian pada filter mencapai wear.
b. Udara disemprotkan dari bagian bawah filter untuk melepaskan kotoran–kotoran yang
menempel pada pori–pori filter tersebut. Udara bersih tersebut disemprotkan selama 2
menit, sedangkan waktu total udara yang disemprotkan selama 10 menit.
c. Setelah 2 menit udara disemprotkan, air inlet dari clarifier dialirkan untuk menyapu
kotoran–kotoran yang telah terangkat sehingga mengalir ke dirty wash water basin.
d. Setelah 10 menit, backwash dengan udara dihentikan dan diganti dengan
menyemprotkan air dari bagian bawah filter, sedangkan air inlet clarifier terus mengalir
secara kontinyu sampai proses backwash selesai.
e. Proses backwash secara keseluruhan membutuhkan waktu selama 20 menit.
f. Setelah backwash selesai, maka aliran dari bawah filter dihentikan, sedangkan aliran
air dari clarifier dibuka, dan penyaringan dapat dilakukan kembali.
5. Clearwell basin
Air bersih dari sand filter akan dialirkan ke clearwell sebagai tempat penyimpanan
(storage) dengan kapasitas 24.000 m3/jam, pada penggunaan selanjutnya dihubungkan dengan
treatment water basin, yang kemudian akan didistribusikan ke berbagai proses, yaitu:
a. Sebagai mill water, dimana pendistribusiannya menggunakan tiga buah pompa dengan
kapasitas laju alir 2.085 m3/jam per unit. Biasanya dalam pengoperasian yang normal
hanya memakai dua pompa, jika ada pemakaian yang berlebih bisa digunakan ketiganya
sekaligus.
b. Fire water (air pemadam kebakaran).
c. Backwash water untuk sand filter.
d. Bahan baku air untuk potable water.
6. Portable water
Untuk pengolahan potable water digunakan sebuah pressure sand filter yang bekerja
seperti saringan gravitasi untuk meningkatkan kualitas air. Penyaringan dilakukan di dalam
tangki tertutup, dimana air akan melewati media penyaring dalam tekanan yang cukup tinggi.
Untuk mencegah penyumbatan, saringan akan di–backwash oleh air dari potabale water basin.
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama Muhammad. 2012. Makalah Seminar Kerja Praktek “Proses Otomatisasi


Atmadja,S.T.2010.Pengendalian Korosi pada Sistem Pendingin Menggunakan Penambahan
Zat Inhibitor.TeknikMesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Azizah, Fitria Nur.2014 .Laporan Kuliah Kerja nyata Praktek. Universitas Brawijaya.Malang

http://digilib.unila.ac.id/22/12/BAB%20VI.%20Utilitas78-98.pdf
http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/korosifitas-kerak-dan-perhitungannya/diakses
pukul 05.43 pada 24 Desember 2014.

Incropera, P., Dewitt, D., Bergman, T. 2007. Fundamental of Heat and Mass Transfer 6 th
edition. John Willey and Sons

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – www.energyefficiencyasia.org

Setiadi, Tjandra. 2007. Diktat Kuliah Utilitas I: Pengolahan dan Penyediaan Air. Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai