Anda di halaman 1dari 5

Natsir, Muhammad Zein Haidar. Fosilisasi Konvensional.

FOSILISASI KONVENSIONAL

Muhammad Zein Haidar Natsir1.a, Hafizhah1, Kevin Guly Ramadhan1, Khadwan Mubarok1, Mayang
Oktavio Adji1, Putri Gumaya Sari1, Rizky Fauzan1, Widad Arif Abdillah1, Zeina Alsyadila1.
Leonardo Immanuel Manalu, Muhammad Iqbal Rozaki, Fauzia Surya kencana.
1
Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: muhammad.118150077@student.itera.ac.id

Abstract
Fossilization is a process of hoarding in the form of the remains of organisms such as animals or plants
that accumulate in sedimentary rocks or sediments that are either preserved as a whole, in part or in
trace only. Fossilization is divided into two namely conventional and unconventional fossilization.
Fossilization also consists of several processes, namely mold and cast, permineralization, replacement,
carbonization, trace fossils, reclization. This experiment aims to determine the process of mold and
cast fossilization, simulate the formation of trace fossils, and simulate the deposition of residual
organisms in burial sedimentation strata.
Keywords: Fossilization, Mold and Cast, Trace fossil, and Burial Strata.
Abstract
Fosilisasi adalah sebuah proses penimbunan berupa sisa-sisa organisme seperti hewan atau tumbuhan
yang terakumulasi dalam batuan sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan
secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Fosilisasi dibagi menjadi dua yaitu fosilisasi
konvensional dan unkonvensional. Fosilisasi juga terdiri dari beberapa proses yaitu mold and cast,
permineralization, replacement, carbonization, trace fossils, reclization. Praktikum kali ini bertujuan
untuk mengetahui proses fosilisasi mold and cast, mensimulasikan pembentukan trace fossil, dan
mensimulasikan pengendapan sisa organisme dalam strata sedimentasi burial.
Kata kunci : Fosilisasi, Mold and Cast, Trace fossil, dan Strata Burial.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti “menggali dari dalam
tanah”. Maksud dari menggali dari dalam tanah itu sendiri adalah sisa atau bekas dari makhluk
hidup yang kemudian mengeras berubah menjadi batu atau mineral. Fosilisasi merupakan
sebuah proses suatu organisme makhluk hidup untuk menjadi fosil. Kemudian, fosilisasi
memiliki banyak macam jenis dan bentuknya antara lain mold, cast, track, trail, burrow, dan
strata-burial. Fosilisasi yaitu semua proses yang melibatkan penimbunan hewan atau
tumbuhan dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami pengawetan seluruh maupun
sebagian tubuhnya serta pada jejak-jejaknya.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana proses terbentuknya fosilisasi mold dan cast
Natsir, Muhammad Zein Haidar. Fosilisasi Konvensional.

 Bagaimana proses terbentuknya track, trail, dan burrow


 Bagaimana proses terbentuknya strata-burial
1.3 Maksud dan Tujuan
 Praktikan dapat mengetahui proses fosilisasi mold dan cast
 Praktikan dapat mengetahui proses fosilisasi track, trail, dan burrow
 Praktikan dapat mengetahui proses terbentuknya strata-burial
1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum
Mempelajari proses fosilisasi ini sangatlah penting karena kita dapat mengetahui
apa saja yang terjadi pada masa lalu sehingga menyebabkan terjadinya fosilisasi. Dengan
adanya praktikum kali ini kita bisa mengetahui daerah lingkungan hidup seperti apa yang bisa
membahayakan kehidupan dari makhluk hidup itu sendiri. Batuan yang terdapat fosil
didalamnya dan terbentuk pada zaman tertentu pasti berbeda kandungan fosilnya dengan
batuan yang terbentuk dizaman lainnya. Tetapi apabila ditemukan fosil yang sama pada jenis
batuan yang berbeda maka batuan tersebut terbentuk pada waktu yang sama.
1.5 Tinjauan Pustaka
Fosilisasi yaitu proses pembentukan fosil yang melibatkan penimbunan hewan atau
tumbuhan dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami pengawetan seluruh maupun
sebagian tubuhnya serta pada jejak-jejaknya. (Amin,2013)
Fosilisasi Konvensional adalah proses yang terjadi secara umum pada sisa-sisa
organisme baik hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimentasi atau endapan-
endapan yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian, ataupun jejaknya saja.
(Malik Majid,2018)
Fosil digunakan untuk mencari jejak kehidupan masa lalu. Fosil ini tidak hanya
sisa-sisa organisme yang sebenarnya, seperti gigi, tulang, kerang, dan daun (fosil tubuh),
tetapi juga hasil dari aktivitas mereka, seperti liang dan sidik jari kaki (fosil jejak), dan
senyawa organik juga dihasilkan lewat jejak kehidupan, yang dikenal dengan pseudo fossils.
(Willis & Thomas, 2010)

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 Hasil
Setelah melakukan praktikum fosilisasi konvensional, praktikan dapat
mengetahui proses-proses fosilisasi pada mold and cast, track fossil, dan strata burial. Berikut
adalah proses fosilisasi yang dilakukan saat praktikum :
2.1.1 Proses Fosilisasi Mold and Cast
1) Siapkan mangkuk plastik, nampan, dan gypsum, lalu masukkan gypsum ke dalam
mangkuk, kemudian tambahkan air secukupnya. Lalu aduk gypsum hingga mengental,
tuangkan gypsum ke dalam nampan. Selanjutnya masukkan sisa organisme berupa
Natsir, Muhammad Zein Haidar. Fosilisasi Konvensional.

cangkang kerang, kemudian tunggu hingga kering. kemudian lepaskan sisa organisme dan
terbentuklah mold.

Gambar 1. Mold
2) Mold kemudian diisi lagi dengan gypsum agar terbentuk cast

.
Gambar 2. Cast
2.1.2 Proses Fosilisasi Track, Trail and Burrow
1) Siapkan mangkuk plastik, nampan plastik, dan gypsum, lalu masukkan gypsum ke dalam
mangkuk kemudian tambahkan air mineral secukupnya.
2) Aduk gypsum hingga mengental, lalu masukkan lagi gypsum ke dalam nampan.
Selanjutnya letakkan anak ayam diatas adonan gypsum, biarkan hewan tersebut berjalan
diatas gypsum agar membentuk fosilisasi track.

Gambar 3. Track
3) Kemudian letakkan cacing diatas gypsum, biarkan cacing berjalan menyeret dan menggali
ke dalam gypsum. Agar membentuk fosilisasi trail dan burrow.

.
Gambar 4. Trail

Gambar 5. Burrow
2.1.3 Proses Pembentukan Strata-Burial
1) Siapkan gunting, lakban, dan impraboard. Potong impraboard membentuk balok. Lalu
lakban dan bentuk menjadi sebuah balok tapi sisi atasnya terbuka.
Natsir, Muhammad Zein Haidar. Fosilisasi Konvensional.

2) Setelah terbentuk tuangkan pasir untuk lapisan pertama kemudian letakkan sisa organisme
berupa cangkang kerang pada pasir.

Gambar 6. Lapisan pertama strata-burial


3) Masukkan lagi pasir pada lapisan kedua tetapi jenis pasir yang berbeda, untuk mengubur
sisa organisme pada lapisan pertama. Selanjutnya masukkan sisa organisme berupa
cangkang bekicot pada pasir.

Gambar 7. Lapisan kedua strata-burial


4) Berikutnya masukkan lagi pasir pada lapisan ketiga, untuk mengubur sisa organisme pada
lapisan kedua. Lalu masukkan sisa organisme berupa batang kayu, batang daun, dan daun.

Gambar 8. Lapisan ketiga strata-burial


5) Selanjutnya masukkan lagi pasir pada lapisan keempat, untuk mengubur sisa organisme
pada lapisan ketiga. Lalu masukkan sisa organisme berupa daun.

Gambar 9. Lapisan keempat strata-burial


6) Kemudian tutup lapisan keempat dengan pasir. Lalu beri gypsum lagi untuk menutup pasir
pasir tadi.

Gambar 10. Lapisan terakhir strata-burial


7) Tunggu hingga gypsum mengering. Setelah mengering maka terbentuklah simulasi strata-
burial yang menjelaskan bahwa yang paling bawah adalah lapisan yang tertua.
2.2 Pembahasan
Natsir, Muhammad Zein Haidar. Fosilisasi Konvensional.

Percobaan pertama yaitu pembentukkan mold and cast. Pembentukan mold yang
dilakukan pada saat praktikum, menggunakan cangkang kerang, diletakan diatas adonan
gypsum yang masih basah sehingga apabila nanti mengering dapat membentuk cetakan
cangkang kerang, Mold juga terdiri dari dua jenis yaitu eksternalmold dan internalmold.
Eksternalmold adalah hasil cetakan yang hanya tercetak bagian luarnya saja. Sedangkan
internalmold sebaliknya. Mold yang terbentuk adalah eksternalmold, karna yang tercetak
bagian luarnya saja dari cangkang kerang. Kemudian proses cast, cast adalah mold yang terisi
oleh material sedimen.
Kemudian percobaan kedua yaitu trace fossil yang terdiri dari tiga bentuk fosil
jejak, yaitu track,trail dan burrow. Prosesnya yaitu buat adonan gypsum dengan air mineral
kemudian aduk dengan sendok hingga mencair lalu tuangkan pada nampan. Kemudian letakan
anak ayam pada nampan berisi adonan gypsum. Biarkan anak ayam tersebut berjalan dan
meninggalkan jejak. Dalam percobaan trace fossil ini kami menggunakan anak ayam untuk
membuat track. Dan cacing untuk membuat trail dan burrow. Setelah adonan gypsum
mengering maka terbentuklah track berupa jejak kaki anak ayam, trail yang berupa jejak
pergerakan cacing yang berjalan menggunakan perut dan burrow yang berupa pergerakan
cacing kedalam adonan gypsum. Kekurangan pada percobaan kedua ini adalah pada bentuk
fosil track karena jejak kaki yang digunakan terlalu kecil karena menggunakan jejak kaki anak
ayam.
Terakhir, yaitu proses pembentukan strata-burial ini menggunakan infraboard
yang telah dibentuk menjadi kotak dengan bagian atas yang terbuka lalu diisi oleh pasir yang
berbeda beda pada setiap lapisannya. Selanjutnya menggunakan sisa organisme yang
diletakan pada pasir dan ditimbun lagi oleh jenis pasir yang berbeda dari jenis pasir yang
sebelumnya hingga mencapai empat lapisan. Setelah itu lapisan yang paling atas diberikan
gypsum cair hingga menutupi seluruh permukaan pasir. Pada lapisan pertama sisa
organismenya adalah cangkang kerang, kedua, cangkang bekicot, ketiga batang kayu dan
batang daun, dan terakhir, daun. Dari proses pembentukan strata-burial ini menunjukan
bahwa lapisan pertama adalah lapisan yang pertama terbentuk dan memiliki umur yang paling
tua.

3. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa. Proses mold
and cast merupakan hasil cetakan dari sisa-sisa organisme yang kemudian terendapkan oleh
material batuan sedimen. Kemudian, proses yang kedua adalah trace fossil, yaitu proses
fosilisasi berupa jejak dari suatu organisme masa lampau, seperti jejak pergerakan makhluk
hidup yang kemudian terendapkan pada batuan sedimen. Dan yang terakhir adalah proses
pembentukan strata-burial. Pada proses ini menjelaskan bahwa pada setiap lapisan memiliki
jenis fosil yang berbeda. Semakin keatas lapisannya maka semakin muda usia fosil atau
batuannya begitu juga sebaliknya. Jadi, proses pembentukan strata-burial dapat digunakan
untuk menentukan umur dari sebuah batuan atau fosil.

4. Referensi
 https://www.researchgate.net/publication/312967328_JEJAK_SISA_KEHIDUPAN_MA
SA_LALU_Trace_Fossile_BIOTA_LAUT_DI_DAERAH_PEGUNUNGAN_HALMAH
ERA_TENGAH_PROVINSI_MALUKU_UTARA
 https://id.scribd.com/document/393054174/fosilisasi-konvensional
 https://www.slideshare.net/febrymtriumvirat/proses-fosilisasi-pada-mahluk-hidup

Anda mungkin juga menyukai