Anda di halaman 1dari 7

Laporan praktikum pengolahan limbah cair

Analisis BOD

Oleh:

M Irsad Dzulkifli N

TPKP A

1803018

Teknologi pengolahan karet dan plastic


Politeknik ATK Yogyakarta
2019
I. Judul praktikum
Analisis BOD

II. Tujuan praktikum


Mengetahui nilai BOD pada air limbah.

III. Dasar teori.


Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tida dapat digunakan kembali,
apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan berdampak pada pencemaran
lingkungan dan bagi kesehatan masyarakat sekitar. Limbah ada dua bagian sumber yaitu
limbah yang bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari non-
domestik (pabrik, industri dan limbah pertanian). Karakteristik bahan-bahan yang termasuk
limbah adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif dan lain-lain. Kegiatan industri, domestic,dan kegiatan lain
berdampaknegatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan kuliatas air. Oleh karena
itu diperluakanpengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Oleh karena itu, dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun yang non-
domestik di daerah pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan
limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi
dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan penduduk sekitar.
Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan adalah industri karet.
Dari proses pengolahan karet akan menghasilkan limbah cair yang mengandung senyawa
organik. Hal ini memerlukan penanganan yang terpadu antara pihak pemerintah, industri dan
masyarakat, juga diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah
dalam penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan koagulasi.

Berbagi upaya telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah unutk
menaggulangi kerusakan lingkungan hidup sejak tahun 1980, namun demikian degradasi
lingkungan hidup masih dirasakan saat ini. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan ini
adalah akibat pencemaran terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya
kualitas lingkungan hidup adalah berasal dari kegiatan industri, yaitu pembuangan limbah
industri yang belum memenuhi baku mutu lingkungan. Saat ini kondisi pabrik karet sebagian
besar berada didaerah yang cukup padat pemukimannya, kapasitas produksinya semakin hari
semakin besar, lahan yang tersedia untuk mengelola limbah, rata –rata tidak mencukupi
karena volume air yang digunakan semakin besar dan kualitas limbah semakin kotor dan
upaya pabrik secara sendiri – sendiri melakukan pemilihan bahan baku yang bersih untuk
memperbaiki mutu, meningkatkan efesiensi, dan pencemaran yang kurang berhasil. (Prastiwi
N, 2010)
IV. Alat dan Bahan.
a. Alat

No. Nama alat jumlah

1. Botol winkler 250 ml 4


2. Incubator 1
3. Corong gelas 1
4. Pipet tetes 1
5. Ball pipet 1
6. Buret 50 ml 1
8. Statif dan klem 1
9. Botol semprot 1
10. Pipet ukur 10 ml 1
11. Pipet ukur 5 ml 1
12. Labu takar 1000 ml 1
13. Erlenmeyer 500 ml 3
14. Gelas ukur 500 ml 1

b. Bahan
 Beningan limbah hasil COD
 Air pengencer
 Kertas PH
 Natrium tiosulfat
 Indicator amilum
 MnO4
 Alkali-iodida-azida

V. Cara kerja.
1. Memipet beningan limbah sebanyak 250 ml
2. Mengecek PH beningan limbah ( harus 8).
3. Mengencerkan 250 ml beningan limbah mengunakan air pengencer sampai 1000 ml, lalu
menggojok hingga homogeny.
4. Mengisi 2 botol winkler dengan air hasil pengenceran beningan limbah sampai penuh,
dan 2 botol winkler lainnya diisi air pengencer, masing-masing sampai penuh.
5. Memberi label pada masing-masing botol.
6. Memasukkan botol ke dalam incubator hingga suhu mencapai 20 0C.
7. Menambahkan MnO4 dan alkali-iodida-azida sebanyak 2 ml kedalam masing-masing
botol, kemudian dikocok dan diamkan sampai mengendap, dan beningan di masukkan ke
dalam ke Erlenmeyer.
8. Sisa endapan ditambahkan asam sulfat pekat kemudian di gojok hingga endapan
menghilang.
9. Menitrasi sampel tersebut dengan larutan natrium toisulfat 0,025N hingga larutan
berwarna coklat muda.
10. Menambahkan 1-2 ml indicator amilum, kemudian titrasi kembali hingga warna menjadi
biru jernih.

VI. Data pengamatan dan perhitungan.

a. Titrasi beningan sampel (D0O)


Volume awal: 1,4 ml
Volume akhir: 4,5 ml
Volume titran: 5,9 ml
Normalitas titran: 0,025 N
Volume sampel : 250 ml

RUMUS:

OT=

OT(D0O)== 4,796 (MgO4/l)

b. Titrasi pengencer (B0O)


Volume awal : 7 ml
Volume akhir: 3 ml
Volume titran: 10 ml
Normalitas titran: 0,025 N
Volume sampel : 250 ml

OT(D0O)== 4,065 (MgO2/l)

c. Titrasi beningan sampel (Do5)


Volume awal: 1,5 ml
Volume akhir : 1,9 ml
Volume titran:3,4 ml
Normalitas titran: 0,025 N
Volume sampel :250 ml
OT (Do5)= = 1,3821 (MgO4/l)

d. Titrasi pengencer (Do5)


Volume awal : 3,9 ml
Volume akhir : 2,6 ml
Volume titran: 6,5 ml
Normalitas titran: 0,025 N
Volume sampel: 250 ml
OT (Do5)= = 2,6422(MgO2/l)

RUMUS:

BOD520=
BOD520=

= = 9,3872 (MgO2/l)

VII. Pembahasan
Pengolahan limbah merupakan metode yang digunakan untuk mengolah
limbah industri agar aman ketika dibuang ke lingkungan, tidak membahayakan makhluk
hidup dan habitatnya. Agar kita dapat mengetahui ukuran limbah yang dapat dibuang ke
lingkungan, kita harus mengetahui baku mutu limbah yang diolah. Pengolahan limbah
meliputi proses sedimentasi yaaitu dengan penambahan koagulan dan flokulan, setelah
pengolahan limbah tersebut kita harus menghitung COD,OT, dan BOD agar dapat
memastikan limbah tersebut aman dibuang.
Pada praktikum kali ini kita menganalisis nilai BOD dari limbah cair. Hal
pertama yang kita lakukan sebelum memulai praktikum ini adalah menghitung penaksiran
untuk pengenceran, setelah didapatkan nilai penaksiaran yaitu 20,48. Dan air limbah yang
diambil untuk diencerkan adalah 250 ml. setelah melakukan pengenceran, dilakukan
pengukuran PH pada air limbah yang di encerkan, besar Ph harus 8, apabila kurang dari 8
ditambahkan asam dan apabila lebih dari 8 ditambahkan basa.
Pada praktikum kamikali ini, menggunakan sampel yang koagulannya
menggunakan tawas 3% , setelah sampel dan pengencer dimasukkan kedalam incubator
hingga suhu mencapai 200C, sampel tersebut di titrasi penggunakan larutan standar natrium
tiosulfat 0,025N. hasil dari titrasi masing-masing sampel tersebut digunakan untuk mengitung
OT dan BOD.
Nilai OT dan BOD akan digunakan sebagai perkiraan apakah air limbah
yang akan dibuang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi atau tidak, karena pada dasarnya
semakin besar nilai OT pencemaran akan semakin kecil, dan sebaliknya jika semakin tinggi
nilai BOD maka pencemaran akan semakin besar. Jadi nilai OT dan BOD ini saling
berkebalikan.
Dari hasil praktikum yang dilakukan parameter OT dari sampel
limbahdidapatkan yaitu hasilnya 4,796 (MgO 2/l) dan 1,3821 (MgO2/l). dan standar OT
menurut PP No. 81 tahun 2001 maks OT adalah 6 MgO 2/l, jadi sampel air limbah yang diuji
memnuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Dan dari praktikum yang dilakukan didapat
nilai BOD sebesar 9,3872 MgO2/l dan standar BOD menurut PP No.81 tahun 2001 maksimal
nilai BOD adalah 12 Mg/l. jadi sampel air limbah yang diuji memenuhi standar yang di
tetapkan pemerintah.
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa air
limbah yang diuji layak untuk dibuang ke lingkungan, karena sudah memenuhi standar yang
di tetapkan oleh pemerintah. Dan ketika sampel yang 5 hari telah di diamkan di dalam
incubator ketika di beri reagen sampel berwarna putih bersih, dan terdapat endapan putih di
dasar sampel tersebut. Hal itu dikarenakan air limbah yang telah di uji menggunakan
koagulan tawas 3% yang mana koagulan tersebut baik digunakan untuk pengolahan limbah,
hasil dari limbah yang ditambahkan tawas akan berwarna putih bersih.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan didapatkan nilai BOD sebesar 9,3872 (MgO 2/l), dan
nilai tersebut memenuhi standar BOD yang ditetapkan oleh pemerintah.

IX. Daftar pustaka

Anita,agnes.2005.perbedaan kadar BOD,COD,TSSdan MPN coliformpada air


limbah.sebelum dan sesudah pengolahan RSUd di ngajuk.jurnal
kesehatan lingkungan.2(1):97-110.
Purwanti. 2009.alat dan bahan kimia dalam laboratorium IPA.yogyakarta: SMPN 3 gamping
Salmin. 2005. Oksigen terlarut(DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah
satu indicator untuk menentukan kadar perairan.oseana.30(1):21-26
.

Lampiran.

Anda mungkin juga menyukai