Anda di halaman 1dari 21

Analisis Kebijakan Sosial: Rumusan hingga Implementasi Program Dana

Desa

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan

Dosen Pengampu :

Wahyuni Mayangsari, S.Sos., M.Kesos.

Oleh:

Fitria Wulan Sari 160910301004


Lailatun Nikmah 180910301033

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jember

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahaesa penulis panjatkan, karena


penulis selalu memperoleh rahmat dan limpahan karunia Nya dalam menyelesaikan
tulisani ini tepat pada waktunya. Penulisan ini merupakan bagian yang penting bagi
upaya penulis dalam pencapaian karir akademik dan memberi kebanggaan pada diri
dan keluarga penulis, serta institusi tempat menuntut ilmu.
Kebijakan sosial memang selalu memiliki tujuan yang baik untuk
masyarakat luas, namun dalam rumusan hingga implementasinya seringkali masih
ada kekurangan sehingga tujuan tidak dapat terwujud secara optimal. Maka di
Tulisan ini penulis ingin menganalisis salah satu kebijakan sosial yaitu program
dana desa. Mulai dari perumusan kebijakan hingga bagaimana implementasinya di
masyarakat.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Sehingga di
harapkan berbagai kritik dan saran guna memperbaiki tulisan menjadi lebih baik.
Penulis berharapsemoga dengan tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat oleh
berbagai pihak
Jember, 21 September 2019
Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
2.1 Kebijakan ...................................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Kebijakan ................................................................................. 7
2.1.2 Definisi Kebijakan Publik ...................................................................... 7
2.1.3 Definisi Kebijakan Sosial....................................................................... 8
2.2 Program Dana Desa....................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 19
4. 1 KESIMPULAN .......................................................................................... 19
4.2 SARAN ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan zaman, masyarakat juga terus berusaha
meningkatkan kemampuannya untuk hidup yang lebih baik. Bersamaan dengan
kemajuan pengetahuan dan teknologi, negara-negara di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang pun semakin tumbuh. Di negara-negera tersebut
dimanakah tempat yang paling merasakan perkembangan itu, jawabannya adalah
kota. Daerah perkotaan yang akan merasakan lebih awal segala perkembangan
secara teknologi dan pengetahuan baik dari dalam negara itu sendiri maupun dari
negara lain.
Itulah yang menyebabkan masyarakat dunia saat ini akan lebih memilih
hidup di perkotaan dibanding pedesaan. Akses-akses teknologi dan pengetahuan
yang hadir di perkotaan diikuti dengan semakin terbukanya akses-akses ekonomi,
hal inilah yang melahirkan semakin banyaknya diferensiasi mata pencaharian di
perkotaan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015 lebih dari setengah
penduduk Indonesia tinggal di kota. Tren ini diperkirakan terus meningkat pada
tahun-tahun mendatang. Pada 2035, diproyeksikan penduduk di kota mencapai
67% dari penduduk Indonesia.
Paradigma yang dimiliki masyarakat saat ini, kota merupakan tempat
terbaik untuk memperoleh penghidupan. Akhir banyak masyarakat desa yang
berpindah ke kota untuk mencari mata pencaharian. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa terdapat ketimpangan antara kota dan desa. Kota selalu
identik dengan pekerjaan kantoran dengan gaji yang banyak sedangkan desa identik
dengan pekerjaan bertani dengan gaji yang minim.
Akibat dari ketimpangan ini pemerintah berusaha merumuskan kebijakan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan antara desa dan kota. Kebijakan ini
disebut sebagai dana desa, kebijakan ini menggunakan pendekatan bottom-up
karena menganggap bahwa kebijakan dengan pendekatan top-down tidak dapat
secara optimal menyelesai masalah di tiap-tiap desa. Dengan pendekatan bottom-
up tiap-tiap desa dibebaskan untuk membuat programnya sendiri sesuai dengan
kebutuhan, masalah, serta potensi di desa mereka. Program ini tidak hanya
diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran
irigasi tapi untuk pembangunan ekonomi seperti kewirausahaan dalam bentuk
wisata desa atau produk desa.
Namun, tentu saja pasti ada celah untuk selalu dikoreksi dari program dana
desa. Program yang secara ideal ditujukan untuk peningkatan kualitas dan kapasitas
desa hingga masyarakat desa tidak berjalan secara optimal karena beberapa hal.
Salah satunya tidak berfungsinya Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), kurang
mapannya Sumber Daya Manusia di desa, tidak optimalnya fungsi dari Pendamping
Desa, hingga rawan korupsi oleh pejabat-pejabat desa. Maka, tulisan ini ingin
berusaha mengidentifikasi rumusan awal kebijakan dana desa hingga
implementasinya di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Program Dana Desa yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan antara
desa dan kota dirasa masih belum optimal pelaksanaannya, bahkan justru membawa
problematika baru seperti penyelewengan di jajaran pejabat desa maupun aparatur
negara lainnya. Belum lagi masih banyak desa yang belum dapat secara kreatif
memanfaat dana desa untuk pembangunan di desa mereka. Maka dari itu perlu
adanya analisis serta identifikasi terkait permasalahan yang timbul dari program
dana desa.

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka perlunya akan


kajian terhadap “Analisis Kebijakan Sosial: Rumusan hingga Implementasi
Program Dana Desa”. Beberapa pertanyaan yang ingin di jawab dalam tulisan ini
adalah:

1. Bagaimana Program Dana Desa dapat berdampak dalam


mengurangi ketimpangan di desa-desa seluruh Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. Program Dana Desa
2. Mampu dijadikan sebagai bahan rujukan dalam menganalisis
kebijakan dana desa
3. Merumuskan solusi atas permasalahan yang terjadi dalam
implementasi dana desa

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam tulisan ini diharapkan mampu bermanfaat dalam berbagai hal seperti:
1. Sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan.
2. Sebagai bahan rekomendasi dalam pembangunan bagi pemerintah
3. Serta sebagai pengembangan pengetahuan bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan

2.1.1 Definisi Kebijakan


 Menurut Lasswell (1970): kebijakan adalah sebagai suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected
program of goals values and practices).
 Menurut Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya
untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of
concern).
 Menurut Eulau (1977): kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh
tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan
melaksanakan kebijakan.
 Menurut KBBI: Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta
cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).
 Menurut Budiardjo (1988): kebijakan adalah sekumpulan keputusan
yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu konsep
yang menjadi pedoman dasar untuk mencapai tujuan dalam memecahkan masalah.

2.1.2 Definisi Kebijakan Publik


 Menurut Dye yang dokutip Young dan Quinn (2002:5): “whatever
goverments choose to do or not to do.”
 Robert Eyestone sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:6):
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan
lingkungannya.
 Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:2): kebijakan publik ialah
sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di tengah masyarakat,
baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
 James E. Anderson memberikan pengertian kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian kebijakan publik adalah suatu


kebijakan yang bersifat mengikat dan dibuat untuk mencapai tujuan tertentu,
mencakup berbagai sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan
hukum dan sebagainya. Selain itu pihak-pihak yang mendapat manfaat tidak secara
selektif ditentukan, namun bisa dinikmati bersama oleh keseluruhan lapisan
masyarakat.

2.1.3 Definisi Kebijakan Sosial


· Kebijakan sosial adalah strategi-strategi, tindakan-tindakan, atau rencana-
rencana untuk mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial
(Huttman, 1981).
· Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara
melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan (Marshall,1965).
· Kebijakan sosial adalah perencanaan untuk mengatasi biaya-biaya sosial,
peningkatan pemerataan, dan pendistribusian pelayanan dan bantuan sosial (Rein,
1970).
· Kebijakan sosial merupakan bagian dari kebijakan publik (public policy).
Kebijakan publik meliputi semua kebijakan yang berasal dari pemerintah, seperti
kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanan keamanan (militer), serta
fasilitas-fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik). Kebijakan sosial merupakan
satu tipe kebijakan publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial
(Magill, 1986).
· Jadi kebijakan sosial merupakan suatu pedoman atau rancangan yang dibuat
oleh pemerintah sebagai respon dari masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Seringkali kebijakan sosial juga memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan sosial
seringkali memiliki target atau sasaran penerima manfaat atas keberadaan program
atau layanan turunan dari kebijakan yang dibuat.

2.2 Program Dana Desa

Dasar hukum paling pokok dari program dana desa terdapat dalam Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Selain tentang program dana desa,
Undang-Undang ini mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, sampai
pemberdayaan desa. Dari Undang-Undang No. 6 tersebut juga terdapat peraturan
turunan dalam memperjelas pelaksanaan program dana desa. Berikut adalah Dasar
Hukum Pengaturan Desa dan Dana Desa.

Secara definisi, Dana Desa sendiri adalah dana APBN yang diperuntukan
bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kotaa dan diprioritaskan untuk
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Didasari oleh UU
6/2014 tentang Desa pada Pasal 72 ayat (2) dijelaskan secara spesifik tentang
Alokasi anggaran sebagaimana pada ayat (1) huruf b bersuber dari Belanja Pusat
dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.
Tambahan untuk menjelaskan besaran alokasi anggaran dijelaskan pada Pasal 72
ayat (2) yaitu ditentukan 10% dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara
bertahap. Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan
berdasarkan:

a) Jumlah penduduk,
b) Angka kemiskinan
c) Luas wilayah, dan
d) Tingkat kesulitan geografis

Dana Desa sendiri memiliki Tujuan yang dirumuskan oleh pemerintah


sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan publik di desa


2. Mengentaskan kemiskinan
3. Memajukan perekonomian desa
4. Mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa
5. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan

Namun, jika dijabarkan Tujuan dana desa yang disalurkan kepada


masyarakat desa antara lain1:
1. Membantu mengatasi permasalahan ekonomi di desa, antara lain
kemiskinan bisa dikurangi, angka pengangguran bisa diturunkan, laju
urbanisasi bisa dihambat dan ketimpangan bisa dipersempit;
2. Membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, membantu
pemerataan pembangunan dan hasilnya, membangun infrastruktur dan
menciptakan peluang serta lapangan kerja baru;
3. Selain menggunakan untuk pembangunan desa, tetapi juga untuk
membangun sumber daya manusia (SDM) di desa seperti melaksanakan
pembinaan, bimbingan serta pendampingan, dan pemantauan yang lebih
tertata dan saling berhubungan;

1
Wibowo, Dwi Mukti. 2019. Dana Desa sebagai Pelumas Roda Pembangunan Ekonomi Desa.
Wartaekonomi. https://www.wartaekonomi.co.id/read229990/dana-desa-sebagai-pelumas-roda-
pembangunan-ekonomi-desa.html
4. Memperkuat koordinasi, konsolidasi, dan sinergi terhadap pelaksanaan
program yang menjadi prioritas pembangunan desa dari tingkat pemerintah
pusat, daerah, kecamatan, hingga desa itu sendiri;
5. Membangun infrastruktur dan layanan fasilitas publik serta
memberdayakan dan mengembangkan perekonomian yang ada di desa
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

Mengingat Nawa Cita Presiden Joko Widodo di Tahun 2014, nawa cita
ketiga menyatakan bahwa pembangunan desa menjadi salah satu prioritas
pemerintah. Secara lengkap nawa cita ketika berbunyi membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik legislatif dan eksekutif
mewujudkannya dalam kebijakan dengan bentuk Undang-Undang.

Dasar hukum paling fundamental dalam Program Dana Desa ialah Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Garis besar Undang-undang ini
melakukan perubahan mindset tentang desa yang tidak hanya dijadikan sebagai
objek pembangunan, menjadi ditempatkan sebagai subjek dalam melakuakn
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, adat istiadat,
dan nilai sosial budaya masyarakat desa.

Program Dana Desa dapat dikategorikan sebagai kebijakan sosial karena


sesuatu dengan konsep-konsep dasar dalam kebijakan sosial. Pertama, dana desa
merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah
sosial. Dalam kasus ini, masalah sosial yang ingin dituntaskan ialah ketimpangan
antara kota dan desa. Hal ini dapat dibuktikan dari angka kemiskinan di Papua
sebesar 27,53% sedangkan angka kemiskinan di Jakarta sebesar 3,47%.

Kedua, ada tindakan yang berusaha dilakukan oleh pemerintah untuk


menyelesaikan masalah ini. Upaya pemerintah tidak hanya diatur dalam UU 6/2014
tentang Desa namun juga dari turunan-turunan peraturan lainnya untuk
melaksanakan program ini, selain itu ada juga integrasi dari kementerian-
kementerian lain seperti kemendagri, kementerian desa dan pembangunan daerah
tertinggal dan kementerian bappenas. Ketiga, ada sasaran selektif dari program
dana desa yaitu desa beserta masyarakat desa. Keempat, program dana desa
memiliki tujuan yang berusaha mensejahteraan masyarakat, yaitu mengurangi
kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan di desa.

Dalam menganalisis kebijakan ini, kami menggunakan Kerangka Analisis


Kebijakan yang dikembangkan oleh Quede (1995: 172-173) dalam Edi Suharto.

Fokus Analisis
Definisi
Kebijakan Sosial
Apa masalah Masalah sosial yang terjadi adalah ketimpangan sosial
sosialnya? antara kota dan desa.
Faktor apa yang Masalah tersebut tersebut dipengaruhi oleh banyak hal,
mempengaruhi salah satunya karena perkembangan pengetahuan dan
masalah tersebut? teknologi seringkali lebih menyentuh masyarakat perkotaan
sehingga kesempatan-kesempatan ekonomi terbuka lebih
banyak di kota. Akibatnya penduduk desa anggapan bahwa
untuk mencari penghidupan paling baik dengan berpindah
ke kota. Sehingga pertumbuhan dan pembangunan desa
tidak berjalan secara optimal karena sumber daya manusia
yang dianggap mampu membangun desa mencari pekerjaan
di kota. Sehingga kesempatan ekonomi di desa tidak mampu
mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran.
Siapa yang Masalah tersebut tentu saja mempengaruhi masyarakat desa.
terpengaruh Masyarakat desa yang miskin dan tertinggal akan terus
secara langsung menerus berada dilingkaran tersebut karena tidak
oleh masalah terbukanya akses untuk mengubah atau meningkatkan
tersebut? kualitas hidup mereka. Masalah itu tentu akan terus
berkepanjangan tanpa ada kesadaran baik dari masyarakat
maupun pemerintah pusat. Sekalipun ada kesadaran untuk
mengubah penghidupan masyarakat namun dengan keluar
dari desa, masalahnya dapat berkepanjangan karena
masyarakat kota pun masih berketergantungan terhadap
hasil alam dari pedesaan. Karena pada dasarnya masyarakat
di perkotaan pun masih membutuhkan banyak potensi-
potensi yang ada di desa.
Implementasi
Kebijakan Sosial
Apa tujuan Sesuai dengan rumusan pemerintah, program dana desa
kebijakan sosial? bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pelayanan publik di desa
2. Mengentaskan kemiskinan
3. Memajukan perekonomian desa
4. Mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa
5. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek
pembangunan
Program dan Prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa
pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat.
apa yang Pembangunan desa meliputi, sarana prasarana, pelayanan
diberikan? sosial dasar, sarana ekonomi desa, pembangunan embung,
pelestarian lingkungan hidup, dan penanggulangan bencana
alam.
Pemberdayaan masyarakat meliputi, peningkatan kualitas
pelayanan sosial dasar, pengelolaan sumber daya lokal,
pengelolaan usaha ekonomi produktif, penguatan kapasitas
terhadap bencana, pelestarian lingkungan hidup dan tata
kelola desa yang demokratis.
Prioritas pelaksanaannya yaitu tenaga kerja setempat, bahan
baku lokal, dan swakelola.
Bagaimana Sesuai dengan Pasal 72 ayat (1) UU 6/2014 tentang Desa,
kebijakan tersebut Pendapat Desa bersumber dari:
didanai? 1. Pendapatan Asli Desa: Hasil usaha, hasil aset,
swadaya dan partisipasi, gotong-royong, dan lain-
lain pendapatan asli Desa
2. Dana Desa dari APBN
3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kab/Kota (paling sedikit 10%)
4. Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima Kab/Kota
(minimal 10% dari Dana Bagi Hasil dan Dana
Alokasi Umum)
5. Bantuan keuangan dari APBD Prov dan APBD
Kab/Kota
6. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
7. Lain-lain pendapatan Desa yang sah
Konsekuensi
Kebijakan Sosial
Apa keuntungan Keuntungan dari program ini bagi masyarakat desa dapat
dan kerugian meningkatkan fasilitas yang ada ataupun yang belum ada,
kebijakan? desa yang awalnya sempat tertinggal semakin maju, kualitas
sumberdaya manusianya menjadi lebih baik, mengurangi
ketimpangan sosial antara kota dan desa.
Kerugian kebijakan bagi masyarakat apabila saat
penggunaan dana kurang tepat atau berada di tangan yang
salah maka apa yang menjadi tujuan awal diadakannya
kebijakan ini tidak akan terealisasikan justru akan
menambah masalah baru bagi pemerintah.
Apa konsekuensi Konsekuensi bagi penerima kebijakan, masyarakat yang
kebijakan bagi awalnya tidak berfungsi dengan baik karena adanya
klien, sistem kebijakan ini maka mereka berfungsi sebagaimana
sosial, dan sistem mestinya. Antara sistem sosial yang satu dengan yanga lain
pelayanan sosial? menjadi terintegrasi, sistem pelayanan sosial yang awalnya
banyak kekurangan bisa menjadi lebih baik dengan adanya
kebijakan ini. Hal itu berdampak langsung kepada
masyarakat pedesaan, mereka menjadi tidak bisa
berkembang dan mandiri. Oleh karena itu pemerintah
berinisiatif untuk membuat kebijakan yang dapat mengatasi
masalah tersebut. Bersama menteri keuangan, kemendagri,
kementrian desa dan pembangunan daerah tertinggal, serta
kementerian bapennas maka dibuatlah program Dana Desa
yaitu dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan
bagi desa melalui kabupaten atau kota. Dana ini digunakan
untuk membiayai pembangunan, pembinaan masyarakat
desa.

Dalam implementasi program dana desa sendiri terdapat output dalam


pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi
tahun 2015-2016, dana desa mampu membangun 95,200 km jalan desa, 914.00 m
jembatan, 22.616 unit sambuangan air, 1.339 unit embung desa, 4.004 unit
polindes, 3.106 unit pasar desa, 14.957 unit PAUD desa, 19.485 unit sumur,
103.405 unit Drainase & irigasi. Selain itu dana desa harus mampu berguna untuk
mengembangkan potensi yang ada di desa menjadi kegiatan ekonomi atau usaha
produktif yang memajukan desa dan mensejahterakan masyarakat desa.

Dengan usaha yang produktif maka dana desa seharusnya mampu


menciptakan kesempatan ekonomi masyarakat desa, mengurangi pengangguran,
kemiskinan dan urbanisasi. Potensi desa mampu dikembangkan contohnya berbasis
sumberdaya alam, seperti sumber mata air untuk dikembangkan menjadi usaha air
bersih. Desa-desa yang memiliki kekayaan alam yang indah, sangat potensial
dikembangkan menjadi desa wisata. Demikian pula desa-desa yang memiliki
keahlian atau kreatifitas tertentu seperti ukir, batik, tenun, bordir, juga bisa
dikembangkan menjadi produk kreatif yang unik dan bernilai jual tinggi.

Didukung data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan terdapat
pengurangan jumlah penduduk miskin di pedesaan. Menurut BPS, jumlah
penduduk miskin di daerah perdesaan per Maret 2019 sebanyak 15,15 juta ji wa
atau 12,85 persen. Jumlah tersebut turun 393.400 orang dari 15,54 juta orang pada
September 2018. Walaupun data tersebut tidak menyebutkan bahwa penurunan
jumlah penduduk miskin di pedesaan dampat dari program dana desa, namun salah
satu tujuan untuk mengurangi kemiskinan di desa dapat tercapai.
Selain menggunakan bantuan Kerangka Analisis Kebijakan yang
dikembangkan oleh Quede (1995: 172-173) dalam Edi Suharto untuk
mempermudah proses analisis. Kami pun berusaha melihat celah-celah kritik dalam
perumusan kebijakan hingga implementasinya di masyarakat. Mengingat Program
Dana Desa masih membutuhkan kritisi untuk mencapai tujuannya secara optimal.

Analisis masalah yang ditimbulkan oleh program dana desa ini berdasarkan
fakta lapangan maupun hasil penelitian dari ahli kebijakan. Masalah pertama adalah
penyelewengan dana desa yang dilakukan baik oleh pejabat kota/kabupaten ataupun
pejabat desa. Dalam catatan Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat sebanyak
141 kepala desa termasuk desa-desa di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi
tersangka korupsi sampai semester 1 Tahun 2018 yang merugikan negara sampai
40,6 miliar. Tren korupsi tersebut naik sejak tahun 2015, hal ini membukti bahwa
tata kelola dana desa belum sepenuhnya terbebas dari korupsi.

Masalah kedua terkait nilai publik dari program dana desa, karena terdapat
ketidakkonsistenan antara otonomi desa dibawah UU Desa (No. 6/2014). Karena
pada praktiknya, diatur peraturan lainnya Peraturan Menteri Desa No. 18/2017 yang
secara spesifik menjelaskan kegiatan atau proyek apa yang dapat dilakukan oleh
Desa. Peraturan ini justru dapat bertentangan dengan semangat otonomi desa.
Karenanya dalam temuan salah satu penelitian, beberapa pejabat desa yang
diwawancarai mengaku memandang Dana sebagai beban, alih-alih instrumen
pemberdayaan.

Masalah ketiga terkait legitimasi dari program dana desa, di level nasional
kementerian keuangan selaku pelaksana dari kebijakan ini telah mengambil
langkah-langkah untuk mempromosikan koordinasi secara horizontal seperti rapat
koordinasi dan pembagian tugas terkait pemantauan dan evaluasi. Namun,
semangat kolaboratif dan inisiatif untuk mencapai tujuan belum tentu dapat
ditularkan pada jajaran dibawah selaku pelaksana sebenarnya dari program dana
desa. Karena program ini dapat bekerja secara optimal jika terdapat partisipasi aktif
baik dari pihak desa dan masyarakat desa untuk upaya pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat.
Masalah keempat terkait kemampuan operasional, manajemen dan
pemantauan keuangan yang ada memiliki fokus terbatas dan belum dirancang untuk
melacak kinerja desa sepanjang waktu dan menginformasikan adaptasi lebih lanjut.
Akibatnya masalah ini dapat menjadi celah pihak-pihak tidak bertanggungjawab
untuk mengambil keuntungan pribadi/kelompok dari program ini. Selain itu juga
sering terdapat masalah dalam proses pencairan dana karena perbedaan kapasitas
pejabat desa dengan pihak kota atau kabupaten setempat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa program dana


desa merupakan kebijakan sosial. Sesuai dengan tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan perekonomian
desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antardesa serta memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Program dana desa dapat
dimaksimalkan kegunaannya di beberapa desa di Indonesia baik dalam segi
pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial. Namun program dana desa masih dapat
celah untuk dikritisi yaitu terkait tata kelola, nilai publik, legitimasi dan dukungan
serta kemampuan operasional. Mengingat bahwa program dana desa merupakan
kebijakan dengan pendekatan bottom-up, program ini membutuhkan peran aktif
desa dan masyarakat desa untuk mencapai tujuannya secara optimal karena desa
merupakan subjek dalam pembangunan.

4.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang kami buat, kamidapat memberikan saran


sebagai berikut :

1. Perlu adanya badan yang mengawasi tata kelola program dana desa, selain
itu perlu adanya peran aktif dari segala pihak untuk turut mengawasi berjalannya
program dana desa.

2. Perlu adanya forum atau ruang untuk pejabat desa maupun masyarakat desa
untuk meningkatkan inisiatif memperbaiki desa mereka masing-masing dengan
cara sharing dengan desa-desa lain

3. Perlu adanya keterbukaan dalam menerima hal baru berupa wawasan dan
pengetahuan, sehingga tidak terjadi ketidakberhasilan model pembangunan serta
memudahkan dalam proses terbentuknya pembangunan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Fedryansyah, Muhammad. Kebijakan Sosial dalam Pembangunan. Social work


Jurnal Volume: 6 Nomor: 1 Halaman 1 – 153.
Taufiqurokhman. 2014. Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab Negara
kepada Presiden selaku Penyelenggara Pemerintah. Jakarta: FISIP Universitas
Moestopo Beragama Pers\
Suharto, Edi. 2014. Analisis Kebijakan Publik: Paduan Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Keuangan. 2017. Buku Pintar Dana Desa.
Utami, Andhyta Firselly. 2018. Memajukan Indonesia dari Pinggiran dengan
Memaksimalkan Dampak Dana Desa.
Wibowo, Dwi Mukti. 2019. Dana Desa sebagai Pelumas Roda Pembangunan
Ekonomi Desa. Wartaekonomi.
https://www.wartaekonomi.co.id/read229990/dana-desa-sebagai-pelumas-roda-
pembangunan-ekonomi-desa.html
Anggraini, Arlyta Dwi. 2018. Prioritas Penggunaan Dana Desa. Indonesia Baik.
http://indonesiabaik.id/infografis/prioritas-penggunaan-dana-desa
Agam, Septian. 2017. Dana Desa Kembangkan Potensi Pedesaan. Indonesia Baik.
http://indonesiabaik.id/infografis/potensi-desa-1
Daton, Darius Beda. 2019. Mengawasi Dana Desa. Ombudsman.
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--mengawasi--dana-desa
Raharjo, Budi. 2019. Dana Desa jadi Senjata Entaskan Kemiskinan di Perdesaan.
Republika. https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-
analysis/19/07/17/purhe2415-dana-desa-jadi-senjata-entaskan-kemiskinan-di-
perdesaan

Anda mungkin juga menyukai