Anda di halaman 1dari 32

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN DEWASA DENGAN

COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP), FEBRILE NEUTROPENIA,


PANSITOPENIA, OSTEOSARKOMA STADIUM IV POST KEMO DOXORUBICIN,
DAN HIPONATREMIA DI GEDUNG A RUANG RAWAT INAP TERPADU LANTAI 7
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO TANGGAL 01-03 OKTOBER 2019

Disusun oleh :

GETA PRITHA ELVARA

P2.31.31.1.15.022

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI

POLIKLINIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jalan Hang Jebet Raya III Blok F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporankasus besar anak yang telah dilaksanakan tiga hari berturut-turut pada pasien
deasa.
Laporan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.Oleh karena itu kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kamidapat memperbaiki laporan ini.Akhir
kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Jakarta, September 2019

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini diajukan oleh : Geta Prith Elvara


NPM : P23131115022
Program studi : Sarjana Terapan Gizi
Judul laporan : Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Dewasa Dengan Community Acquired Pneumonia
(CAP), Febrile Neutropenia, Pansitopenia,
Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin,
Dan Hiponatremia Di Gedung A Ruang Rawat Inap
Terpadu Lantai 7 Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo
Tanggal 01-03 Oktober 2019
Tanggal Pengesahan :

Laporan ini telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing utama laporan studi kasus
besar penyakit dalam di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Supervisior Pelayanan Gizi Pembimbing lapangan


Rawat inap terpadu gedung A

Martha Susanty, STP, MPH, RD Astrine Permata Leoni, S.Gz


NIP. 19740305199603200 NPS 144 939

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skrining Gizi MST ............................................................................................. 17

Tabel 2 Hasil pengukuran antropometri ........................................................................ 18

Tabel 3 Hasil laboratorium ............................................................................................ 19

Tabel 4 Hasil klinis/fisik ................................................................................................. 20

Tabel 6 Perbandingan asuopan pasien ......................................................................... 21

Tabel 7 Terapi Obat dan dosis ...................................................................................... 21

Tabel 8 Perbandingan Asupan dengan Diet yang diberikan ......................................... 24

Tabel 9 Hasil monitoring LLA ........................................................................................ 24

iv
DAFTAR SINGKATAN

1. CAP : Community Acquired Pneumonia


2. PAGT : Proses Asuhan Gizi Terstandar
3. FN : Febrile Nutropenia
4. MASCC : Multinational Association For Supportive Care in Cancer
5. MST : Malnutrition Screening Tool
6. LLA : Lingkar Lengan Atas
7. BB : Berat Badan
8. TB : Tinggi Badan
9. IMT : Indeks Massa Tubuh

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ................................................................................................... 5
B. Tujuan ................................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8
A. Skrining Gizi ....................................................................................................... 8
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) ............................................................ 9
C. Community Acquired Pneumonia (CAP) .......................................................... 11
D. Febrile Neutropenia .......................................................................................... 12
E. Pansitopenia........................................................................................................ 13
F. Osteosarcoma stadium IV ................................................................................... 14
G. Hiponatremia .................................................................................................... 16
BAB III HASIL PENGAMATAN ...................................................................................... 17
A. Skrining Gizi ..................................................................................................... 17
B. Pengkajian Gizi ................................................................................................ 18
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 29
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 29
B. Saran ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan


disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status
gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan
terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit
atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak
melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi
metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan
fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki
sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.Pada Manajemen
Asuhan Gizi Klinik (MAGK), studi kasus merupakan salah satu kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
seorang calon ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi pasien rawat inap.
Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit dengan
diagnosis Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia,
Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan
Hiponatremia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Osteosarkoma merupakan keganasan sistem skeletal
nonhematopoetik yang tersering ditemukan yaitu sekitar 20% dari tumor

5
ganas primer tulang. Osteosarkoma berada pada urutan ke-5 tumor ganas
pada anak usia 15-19 tahun, dan urutan ke-2 pada orang dewasa muda
setelah limfoma. Di Indonesia, berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2013
didapatkan prevalensi penyakit kanker sebesar 1,4 per mil (%).Odds ratio
tumor tulang adalah 4.62 sedangkan insiden tumor tulang ganas di Indonesia
didapatkan sebesar 1,6% dari seluruh jenis tumor ganas pada manusia,
dengan kecenderungan meningkatnya insiden tumor tulang setiap tahunnya.
Pasien kanker dengan kemoterapi memiliki kecenderungan untuk
terkena infeksi lain. Hal tersebut dikarenakan adanya gejala febrile
netropenia. Pada keadaan ini, pasien kanker memiliki jumlah netrophil yang
rendah yaitu 500/mm3. Pasien dengan febrile neitropenia memiliki
kecenderungan sebesar 50% mengalami infeksi. Lokasi infeksi tersering
adalah pada saluran pencernaan, paru, dan kulit.
Oleh karena itu perlunya asuhan gizi yang di lakukan secara terkontrol
pada penyakit dengan Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile
Neutropenia, Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo
Doxorubicin, Hiponatremia yang dapat menyebabkan gangguan asupan
makan sehingga memengaruhi status gizi pasien.

B. Tujuan
1. Umum
Mampu menerapkan proses asuhan gizi terstandar pada pasien
dengan diagnosis Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile
Neutropenia, Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo
Doxorubicin, Dan Hiponatremia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi karakteristik pasien meliputi
diagnosis medis
b. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada Community
Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia, Pansitopenia,
Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan Hiponatremia.
c. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran Antropometri pada pasien
Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia,

6
Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan
Hiponatremia.
d. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa gizi pada pasien
Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia,
Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan
Hiponatremia .
e. Mahasiswa mampu memberikan intervensi kepada pasien Community
Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia, Pansitopenia,
Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan Hiponatremia.
f. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi
pada pasien Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile
Neutropenia, Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo
Doxorubicin, Dan Hiponatremia.
g. Mahasiswa mampu membuat media dan melakukan asuhan gizi pada
pasien Community Acquired Pneumonia (CAP), Febrile Neutropenia,
Pansitopenia, Osteosarkoma Stadium IV Post Kemo Doxorubicin, Dan
Hiponatremia.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat diawali dengan skrining atau penapisan.
Skrining gizi merupakan proses yang cepat, sederhana, efisien, mampu
dilakukan, murah, tidak beresiko kepada individu yang diskrining, valid dan
reliabel serta dapat dilaksanakan petugas kesehatan ruangan dan penetapan
diit oleh dokter. Alat skrining di rumah sakit atau formulir kolaborasi dengan
format ADIME lain: MUST (Malnutrition Universal Screening Tools); NRS
2002 (Nutritional Risk Screening); MNA (Mini Nutritional Asessment); SNAQ
(Short Nutritional Asessment Quisioner); STAMP (Screening Tools
Asessment of Malnutrition in Pediatric); PNI (Prognostic Nutritional Indexs)
dan SGA (Subjective Global Assesment).1
Skrining gizi bertujuan mengidentifikasi pasien yang beresiko
malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang
dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisa anak,
geriatrik, dengan kemoterapi atau radiasi, luka bakar, pasien dengan
imunitas, sakit kritis. Sebagian besar alat skrining terdiri dari 3 pertanyaan
dasar: penurunan BB, penurunan asupan makanan, dan keparahan penyakit.
Berdasarkan Journal Of Clinical Nursing Tahun 2011, alat skrining gizi
yang cepat, mudah dan cocok digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang
dirawat di rumah sakit adalah MST (Malnutrition Skrining Tools) dibandingkan
alat skrining lain seperti MUST, NRS 2002, MNA, SNAQ, STAMP, PNI dan
SGA. Kelebihan dari alat skrining MST adalah lebih efisien (waktu 30 detik),
pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai
keandalan 90-97%, tidak tergantung pada proses asuhan antropometri dan
laboratorium. Berikut adalah conth formulir MST.

8
Sumber : Buku PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit) 2013

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses asuhan gizi adalah metoda standar dalam memecahkan
masalah gizi, meningkatkan kualitas dan keberhasilan asuhan gizi,
membutuhkan cara berpikir kritis dan menggunakan terminologi internasional.
Pada intinya dalam memberikan asuhan gizi dengan pendekatan PAGT,

9
seorang dietisien melakukan analisa dan asimilasi data dengan kerangka
berpikir kritis, kemudian dari data-data tersebut diidentifikasi masalah gizi
kemudian memberikan asuhan gizi yang berkualitas yaitu tepat cara, tepat
waktu tepat pasien dan aman bagi pasien.
Tujuan proses asuhan gizi yaitu membantu pasien untuk memecahkan
masalah gizi dengan mengatasi berbagai faktor yang mempunyai kontribusi
pada ketidakseimbangan atau perubahan status gizi. Tujuan ini dicapai
melalui langkah-langkah dalam PAGT dimulai dari pengumpulan data yang
kemudian diindentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Ketepatan dalam
menentukan akar permasalahan akanmempengaruhi pemilihan intervensi
yang sesuai. Berdasarkan gejala dan tanda masalah gizi tersebut dapat
dimonitor dan diukur perkembangannya untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
PAGT dilakukan sebagai berikut;2
1. Assesmen atau pengkajian gizi
Asesmen gizi dikelompokkan dalam 5 aspek yaitu pengukuran
antropometri meliputi BB, TB, LLA, analisis data biokimia, pemeriksaan
fisik dan klinis, analisis riwayat gizi, dan riwayat personal
2. Diagnosa gizi
Diagnosa gizi merupakan tahap mencari pola hubungan antara
data-data yang sudah di dapatkan saat assement dengan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah dan kemudian dinyatakan
secara singkat dan jelas dengan terminologinya menggunakan format
PES
3. Intervensi gizi
Intervensi gizi dibuat berkaitan dengan diagnosis gizi yang telah
ditetapkan. Pada intervensi gizi tetapkan dahulu tujuan dan prioritas
intervensi berdasarkan masalah gizi nya, kemudian rancang strategi
intervensi berdasarkan penyebab masalahnya atau etiologi, atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi gejala atau tanda.
Intervensi gizi meliputi penetapan tujuan dan implementasi gizi
berupa preskripsi diet dan edukasi gizi.

10
4. Monitoring dan evaluasi gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon yang ditunjukkan pasien terhadap terapi diet yang diberikan dan
untuk melihat seberapa besar keberhasilan terapi diet yang telah dicapai
Pada kegiatan monitoring kita dapat mengamati perkembangan
kondisi pasien dengan melihat dan mengecek ketaatan pasien terhadap
diet yang diberikan, mengecek asupan makan pasien, mengumpulkan
alasan yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan pada
pasien, dan mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif.
Evaluasi, berdasarkan tahapan monitoring di atas maka akan
didapatkan dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku dan pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi,
dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi dan
dampak terhadap pasien melalui intervensi gizi yang diberikan.

C. Community Acquired Pneumonia (CAP)


1. Pengertian
Community-acquired pneumonia (CAP) adalah pneumonia yang
terjadi akibat infeksi yang didapat oleh pasien di luar rumah sakit atau di
komunitas. CAP menurut Infectious Diseases Society of America (IDSA)
adalah infeksi akut parenkim paru yang ditandai dengan terdapatnya
infiltrat baru pada foto toraks atau ditemukannya perubahan suara napas
dan atau ronkhi basah lokal pada pemeriksaan fisik paru yang konsisten
dengan pneumonia pada pasien yang tidak sedang dirawat di rumah sakit
atau tempat perawatan lain dalam waktu 14 hari sebelum timbulnya
gejala.
2. Etiologi
Beberapa penelitian prospektif yang dilakukan untuk meneliti
etiologi CAP gagal mengidentifikasi kuman penyebab pada 50 persen
kasus. Beberapa kuman penyebab yang paling banyak ditemukan adalah
Streptococcus pneumonia yang menjadi penyebab pada dua pert tiga
kasus pneumonia.

11
Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
penyebab terbanyak CAP di ruang rawat inap dari bahan sputum adalah
kuman gram negatif seperti Klebsiella pneumonia, Acitenobacter
baumanii, Pseudomonas aeruginosa sedangkan kuman gram positif
seperti S.pneumoniae, S.viridans,S.aureus ditemukan dalam jumlah
sedikit.
3. Gejala Klinik
Gejala klinik pada pneumonia komunitas biasanya ditandai dengan
demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat sampai ≥38°C (aksilia),
batuk dengan perubahan karakteristik sputum/purulen (batuk dengan
dahak mukoid atau purulen yang terkadang disertai dengan darah), nyeri
dada, dan sesak nafas, leukosit ≥ 10.000 atau 4.500, pada pemeriksaan
fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronki.
4. Penilaian Derajat Keparahan Penyakit
Penilaian derajat beratnya CAP dapat mempergunakan beberapa
skor yaitu CURB-65 (confusion, uremia, respiratory rate, low blood
pressure, age 65 years or greater). Pasien pneumonia yang mendapatkan
skor 0 dengan skor CURB65 dapat rawat jalan dengan diberikan
antimikroba oral selama 5 hari. Pneumonia derajat sedang jika hasil skor
CURB-65 1 atau 2 dan pasien harus dirujuk ke rumah sakit, skor3-4
tergolong pneumonia berat dan harus segera mendapatkan antimikroba
empirik.

D. Febrile Neutropenia
Febrile neutropenia (FN) adalah komplikasi serius yang sering
dikaitkan dengan kemoterapi kanker. Febrile neutropenia (FN) didefinisikan
sebagai temperatur di atas 38,3oC pada sekali pengukuran suhu oral atau
didapatkan suhu 38,0oC dalam jangka waktu lebih dari 1 jam dengan hitung
jenis neutrofil kurang dari 500/mm3 atau hitung jenis neutrofil kurang dari
1000/mm3 dengan prediksi penurunan sampai 500/mm3 dalam waktu 48 jam.
Febrile Neutropenia terjadi pada 10–50% pasien setelah kemoterapi
dengan tumor padat dan lebih dari 80% setelah kemoterapi pada pasien
dengan keganasan hematologi. Berdasarkan tipe keganasan, sudah jelas

12
bahwa pasien dengan keganasan hematologi memiliki risiko lebih besar untuk
terjadinya neutropenia dibandingkan pasien dengan tumor padat, karena
proses dasar penyakit dan intensitas terapi yang dibutuhkan lebih tinggi.
Pasien dengan febrile neitropenia memiliki kecenderungan sebesar
50% mengalami infeksi. Lokasi infeksi tersering adalah pada saluran
pencernaan, paru, dan kulit. Sementara, organisme yang paling banyak
menyebabkan infeksi dan bakteremia adalah bakteri batang gram negatif
(Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa),
diikuti oleh bakteri aerobik, kokus gram positif (Staphylococcus sp.,
Streptococcus sp., dan Enterococcus).
Multinational Association For Supportive Care in Cancer (MASCC)
Multinational Association For Supportive Care in Cancer (MASCC)
dikembangkan untuk mengidentifikasi pasien dengan febrile neutropenia
dengan risiko rendah komplikasi medis serius atau kematian. Skor MASCC
menggunakan karakteristik yang dapat diidentifikasi pada awal febrile
neutropenia untuk memprediksi risiko komplikasi yang rendah dan potensi
keberhasilan manajemen rawat jalan.
Poin penilaian dari setiap kriteria yang dipenuhi oleh pasien
ditambahkan untuk menghasilkan skor akhir. Hasil dari set validasi awal
menemukan bahwa skor MASCC 21 atau lebih tinggi diidentifikasi pasien
berisiko rendah dengan nilai prediksi positif 91%, spesifisitas 68%, dan
sensitivitas 71%.

E. Pansitopenia
Pansitopenia adalah keadaan berkurangnya jumlah sel dari semua
jalur sel darah utama dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Penurunan sel
darah merah ditandai dengan menurunnya tingkat hemoglobin dan
hematokrit. Pada dasarnya pansitopenia disebabkan oleh kegagalan sumsum
tulang untuk memproduksi komponen darah, atau akibat kerusakan
komponen darah di darah tepi, atau akibat maldistribusi komponen darah.
Kemungkinan penyebab pansitopenia adalah anemia aplastik/hipoplastik
karena sebab-sebab seperti; infeksi virus (dengue/hepatitis), infeksi
mikrobakterial, kehamilan, penyakit Simmond, sklerosis tiroid, infiltrasi

13
sumsum tulang (leukemia, mieloma multipel, metastasis karsinoma, dll),
anemia defisiensi folat dan vitamin B12, lupus eritematosus sistemik, serta
paroxysmal nocturnal hemoglobinuria.

F. Osteosarcoma stadium IV
1. Pegertian
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari
sel mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
2. Etiologi
Menurut Fuchs dan Pritchad (2002) osteosarkoma dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :
 Senyawa kimia : Senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkil,
beryllium dan methylcholanthrene merupakan senyawa yang dapat
menyebabkan perubahan genetik
 Virus : Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src yang
merupakan proto-onkogen, virus FBJ yang mengandung
protSkrining o-onkogen c-Fos yang menyebabkan kurang responsif
terhadap kemoterapi.
 Radiasi, dihubungkan dengan sarcoma sekunder pada orang yang
pernah mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.
 Lain-lain
 Penyakit lain : Paget’s disease, osteomielitis kronis,
osteochondroma, poliostotik displasia fibrosis, eksostosis
herediter multipel dll.
 Genetik : Sindroma Li-Fraumeni, Retinoblastoma, sindrom
Werner, Rothmund-Thomson, Bloom.
 lokasi implan logam.
3. Gejala
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda dan
gejala, antar lain:
 Nyeri lokal yang semakin progresif (yang awalnya ringan dan
intermiten namun lama kelamaan menjadi semakin hebat dan
menetap) 1

14
 Massa (pada ekstremitas yang membesar dengan cepat, nyeri
pada penekanan dan venektasi)
 Edema jaringan lunak ( ± )
 Fraktur patologis dapat terjadi pada 5-10% pasien osteosarkoma
 Keterbatasan gerak (range of motion )
 Penurunan berat badan
 Anemia
4. Penentuan Stadium
Terdapat 2 jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan
Musculoskeletal Tumor Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor
berdasarkan derajat dan ekstensi lokal serta stadium berdasarkan
American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7.
Sistem Klasifikasi Stadium MSTS (Enneking)
 IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
 IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
 IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis : derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen,
 IIB : tanpa metastasis
 III : ditemukan adanya metastasis
Sistem Klasifikasi AJCC edisi ke 7
 IA derajat keganasan rendah, ukuran ≤ 8
 IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya diskontinuitas
 IIA derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8
 IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
 III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
 IVA metastasis paru
 IVB metastasis lain

15
G. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan gangguan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit yang paling sering ditemukan pada praktek klinis. Seseorang
dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam tubuhnya
turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal. Klasifikasi
hiponatremia, yaitu :
 Hiponatremia ringan : kadar natrium plasma antara 130 dan 135
mmol/L yang diukur dengan ion elektroda khusus.
 Hiponatremia sedang : kadar natrium plasma antara 125 dan 129
mmol/L yang diukur dengan ion elektroda khusus
 Hiponatremia berat : kadar natrium plasma antara <125 mmol/L yang
diukur dengan ion elektroda khusus

16
BAB III

HASIL PENGAMATAN
A. Skrining Gizi
Skrining gizi pasien dewasa yangdilakukan di RSCM menggunakan skrining
MST. Skrining ini dilakukan oleh perawat dan di validasi oleh dietisien
Tabel 1 Skrining Gizi MST
NO Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak 1
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. Tidak (skor1)
b. Tidak tahu ( tetapi baju longgar, skor 2)
c. Ya, BB turun sebanyak
1-5 kg (skor1)
6-10 kg (skor2)
11-15 kg (skor3)
>15 kg (skor4)
2 Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu 1
makan? Atau ada masalah mengunyah dan menelan
a. Tidak (skor0)
b. Ya (skor1)
Skor MST 3
3 Apakah pasien dengan kondisi khusus? ✓(YA)

Hasil skrining menunjukkan bahwa skor MST pasien yaitu 3. Psien


mengalami penurunan berat badan sebesar 2 kg dalam 6 bulan. Saat
pengamatan pasien memiliki kesulitan mengunyah dan menelan dikarenakan
adanya luka di gusi dan sariawan. Oleh karena itu pasien memerlukan
asuhan gizi setiap hari dan dilakukan pemantauan monitoring dan evaluasi
terhadap pasien.

17
B. Pengkajian Gizi
1. Data identitas pasien
Nama Pasien : Tn. H.E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 24 tahun
Agama : Kristen
Ruang : 704E
MRS : 26-09-2019
Pengkajian : 30-09-2019
Diagnosa medis : CAP CURB 65-1, Febrile neutropenia mascc
score 21, pansitopenia pada malignansi,
osteosarcoma stadium IV post kemo doxo,
hiponatremia
2. Assesment
i. Riwayat Personal
Tn. H.E berjenis kelamin laki-laki. Tn H.E berusia 24 tahun.
Sejak 3 hari SMRS pasien mengalami demam naik turun. Demam
tertinggi 38,1oC, mual dan muntah. Batuk berdahak kurang lebih 1
minggu SMRS. Pasien sudah menjalankan kemoterapi doxo.
Riwayat penyakit keluarga hipertensi.

ii. Antropometri
Data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada
individu. Pengukuran yang umum dilakukan diantaranya tinggi
badan (TB), berat badan (BB), tinggi lutut, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, dan sebagainya. Berikut hasil pengukuran yang
dilakukan saat pengamatan
Tabel 2 Hasil Pengukuran Antropometri
No Pengukuran Nilai
45 kg dengan massa kanker
1 Berat Badan (BB)
di lutut (rekam medis)
2 Tinggi badan 174 cm (rekam medis)
3 BBI 67 kg

18
20,7 kg/cm2
4 Estimasi IMT
Status gizi : gizi buruk
20 cm
5 LILA Konfersi bb : 51 kg
LLA/U : 64,9%
Dari tabel diatas didapatkan LLA/U pasien yaitu 64,9%, pasien
dikategorikan gizi buruk. Pasien terdapat masa kanker di lutut
sehingga penentuan status gizi tidak dapat dilakukan melalui IMT.
iii. Biokimia
Tabel 3 Hasil Laboratorium
Hasil lab tanggal 11/09/19
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal Keterangan
HB 9 g/dl 13-16 g/dL Rendah
HT 24,7% 40-48% Rendah
Leukosit 1370/mm3 5 – 10 ribu/ml Rendah
GDS 98 mg/dl <145 mg/dl Normal
Natrium 127 mmol/L 135-147 mmol/L Rendah
Kalium 3,5 mmol/L 3,5-5 mmol/L Normal
Clorida 97 mmol/L 100-106 mmol/L Rendah
SGOT 12 U/I 0 – 32 U/L Normal
SGPT 14 U/I 0 - 33 U/L Normal
ANC 320,58 1000-1800 Rendah
Albumin 3,67 g/dl 4 – 5,2 g/dl Rendah
Sumber : Buku Penuntun Diet

Berdasarkan hasil lab diatas, didapatkan leukosit pasien rendah


menandakan pasien mengalami infeksi. Nilai ANC pasien kurang
dari 1000 menandakan pasien mengalami febrile neutropenia
sebagai akibat dari kemoterapi yang dijalankan.

19
iv. Fisik/Klinis
Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Compos mentis
Pasien sulit menelan karena ada sariawan
dan luka di gusi
Wasting
Batuk berdahak
Terdapat massa kanker di lutut
Tekanan darah 99/57 mmHg (rekam medis)
Nadi 97x/menit (rekam medis)
Pernapasan 16x/menit (rekam medis)

Berdasarkan data diatas pasien mengalami kesulitan untuk


menelan dan mengunya karena ada sariawan dan luka di gusi.
Pasien mengalami wasting di tangan dan kaki. Tekanan darah, nadi,
dan pernapasan pasien normal.

v. Riwayat Gizi
Pola makan SMRS pasien pagi konsumsi pisang 1 buah. Pukul
09.00 konsumsi nasi 1,5P, hewani ½ P, tempe ½ P, dan sayur ½ P.
Selingan pagi buah 1P. Siang konsumsi nasi 1,5P, hewani ½ P,
tempe ½ P, dan sayur ½ P. Selingan sore jus bit, wortel, nanas, 500
ml. Malam konsumsi nasi 1,5P, hewani ½ P, tempe ½ P, dan sayur
½ P. Sebelum tidur konsumsi pisang 1P.
Asupan MRS makan bubur 1/2P. Hewani dan nabati tidak
dimakan. Snack tidak dimakan. Konsumsi buah 3,5P dan jus bit
wortel 300 ml. Siang hari makan nasi padang 1/2P dengan ikan nila
goreng dan kuah santan.
Kebutuhan pasien
Energi : 35 kkal x 67 = 2345 kkal
Protein : 1,2 x 67 = 80 gram
Lemak : 25% x 2345/9 = 65 gram

20
Karbohidrat : 61,3% x 2345/4 = 359 gram

Tabel 5 Perbandingan Asupan Pasien


Zat Gizi Kebutuhan SMRS % MRS %

Energi 2345 1537,5 65 893,8 38

Protein 80 36,5 45 19,5 24

Lemak 65 42 64 15 23

Karbohidrat 359 243 67 165,5 46

vi. Terapi Medik


Tabel 6 Terapi Obat dan Dosis
No Obat yang diberikan Dosis
1 Cefepim 3 x 29 mg
2 Levofloxcin 1 x 750 mg
3 Paracetamol 3 x 500 mg
4 Ranitidin 2 x 50 mg

vii. Diagnosa gizi


Malnutrisi (NC-4.1) berkaitan dengan asupan SMRS inadekuat dan
penyakit kanker yang diderita ditandai dengan LLA/U 64,9%,
estimasi asupan SMRS energi 65%, protein 45%, Lemak 64%, dan
karbohidrat 67%.

viii. Intervensi Gizi


 Tujuan : Memperbaiki keadaan malnutrisi dengan peningkatan
asupan minimal 80% dari kebutuhan
 Implementasi : Diberikan diet TETP 2300 kkal bertahap dimulai
dari 1100 kkal dalam bentuk nasi tim dengan frekuensi 3 x
makan utama 2 kali selingan per oral
Edukasi mengenai diet yang diberikan sesuai dengan kondisi
pasien.

21
ix. Monitoring dan Evaluasi
Memantau asupan makan dan daya terima pasien dalam waktu
1x24 jam
Hasil monitoring pasien selama 3 hari :
 FOLLOW UP HARI 1 (tanggal 02/10/19)
a) (A) Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah, nafsu makan
membaik, sariawan membaik. Pasien suka makan lauk dari luar
RS. Biasanya hanya nasi yang dimakan dari RS. Sebelumnya
diberikan diet TETP 110 kkal estimasi asupan energi 81%, protein
67,5%, lemak 100%, karbohidrat 73,3%.
 Hasil data lab (tgg 30/09/19)
HB : 8,5 g/dl
Leukosit : 6.300/mm3
Albumin : 3,34 g/dl
 Tekanan darah : 97/66 mmhg
 Suhu : 36,60C
 LILA belum ada perubahan
b) (D) Malnutrisi berkaitan dengan riwayat asupan kurang dan
penyakit kanker yang diderita ditandai dengan estimasi asupan
protein 67,5% dan karbohidrat 73,3%
c) (I) Tujuan : Memenuhi asupan zat gizi pasien sesuai kebutuhan
minimal 80%
Implementasi : diberikan diet TETP dinaikkan menjadi 1500 kkal
dalam bentuk nasi tim 3 x makan utama 2 x selingan per oral
d) (ME) Memantau asupan makan dan daya terima pasien setiap 1x24
jam

 FOLLOW UP HARI 2 (tanggal 03/10/19)


a) (A) Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah, nafsu makan baik,
sariawan sudah hilang. Pasien tidak makan makanan rumah sakit
karena tidak suka dengan aromanya. Sebelumnya diberikan diet
TETP 1500 kkal estimasi asupan energi 60,5%, protein 48%,
lemak 63%, karbohidrat 61,2%.

22
 Hasil data lab (tgg 30/09/19)
HB : 8,5 g/dl
Leukosit : 6.300/mm3
Albumin : 3,34 g/dl
 Tekanan darah : 104/68 mmhg
 Suhu : 36,60C
 LILA belum ada perubahan
b) (D) Malnutrisi berkaitan dengan riwayat asupan kurang dan
penyakit kanker yang diderita ditandai dengan estimasi asupan
energi 60,5%, protein 48%, lemak 63% dan karbohidrat 61,2%
c) (I) Tujuan : Memenuhi asupan zat gizi pasien sesuai kebutuhan
minimal 80%
Implementasi : diberikan diet TETP dinaikkan menjadi 1900 kkal
dalam bentuk nasi biasa 3 x makan utama 2 x selingan per oral.
d) (ME) Memantau asupan makan dan daya terima pasien setiap 1x24
jam

 FOLLOW UP HARI 3 (tanggal 03/10/19)


a) (A) Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah, nafsu makan baik,
sariawan sudah hilang. Pasien sudah mulai makan makanan rumah
sakit. Sayur masih tidak dimakan oleh pasien. Sebelumnya
diberikan diet TETP 1900 kkal estimasi asupan energi 69,2%,
protein 55%, lemak 77%, karbohidrat 65,5%.
 Hasil data lab (tgg 30/09/19)
HB : 8,5 g/dl
Leukosit : 6.300/mm3
Albumin : 3,34 g/dl
 Tekanan darah : 100/69 mmhg
 Suhu : 36 0C
 LILA belum ada perubahan
b) (D) Malnutrisi berkaitan dengan riwayat asupan kurang dan
penyakit kanker yang diderita ditandai dengan estimasi asupan
energi 69,2%, protein 55%, lemak 77% dan karbohidrat 65,5%

23
c) (I) Tujuan : Memenuhi asupan zat gizi pasien sesuai kebutuhan
minimal 80%
Implementasi : diberikan diet TETP 1900 kkal dalam bentuk nasi
biasa 3 x makan utama 2 x selingan per oral.
d) (ME) Memantau asupan makan dan daya terima pasien setiap 1x24
jam

Grafik Asupan Pasien


2000
1867
1800
1600 1592.5
1400 1392.5
1200 Energi

1000 Protein
800 Lemak
600 Karbohidrat
400
263.5 220 235.5
200
65.5
54 41
38.5 50
44.5
0
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Tabel 7 Perbandingan Asupan Pasien dengan Diet yang diberikan

Diet Hari 1 (1100 Diet hari 2 (1500 Diet Hari 3 (1900


Zat Gizi kkal) kkal) kkal)
Nilai % Nilai % Nilai %
Energi 1867 168 1392,5 93 1592,5 85
Protein 54 141 38,5 79 44,5 89
Lemak 65,5 98 41 89 50 89
Kerbohidrat 263,5 216 220 107 235,5 110

Tabel 8 Hasil Monitoring LILA Pasien

Hari I Hari 2 Hari 3


LILA 20 cm 20 cm 20 cm

24
Leaflet Edukasi

25
BAB IV

PEMBAHASAN
Osteosarkoma merupakan salah satu jenis tumor ganas tulang primer
yang berasal dari sel mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan
matriks osteoid. Pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker umumnya
adalah melalui terapi radiasi, operasi, dan kemoterapi. Pengobatan tersebut
mempunyai efek . menghambat masukan zat-zat gizi yang penting bagi tubuh.
Pengobatan dengan radiasi pada pasien kanker dapt menimbulkan berbagai
efek pada saluran pencemaan seperti mulut kering, radang tenggorokan,
kerusakan gigi, dan gusi, mual, muntah serta gangguan indra perasa dan
penciuman. Pengobatan kanker dengan kemoterapi, efeknya tidak hanya
berdampak pada tubuh yang terkena kanker saja tetapi dapat mempengaruhi
kondisi tubuh secara keseluruhan. Sel-sel tubuh yang semula normal dapat
menjadi rusak. Apabila kerusakan telah mencapai saluran gastrointestinal
maka akan terjadi diare, konstipasi, dan malabsorbsi. Efek samping yang
terjadi selama kemoterapi ini membuat pasien kanker sulit untuk
mengkonsumi zat gizi secara optimal. Oleh karena itu, tidak jarang pasien
kanker akan mengalami malnutrisi.
Selain mempengaruhi asupan zat gizi, pasien kanker dengan
kemoterapi umumnya akan mengalami febrile neutropenia. Febrile
neutropenia ini merupakan keadaan dimana suhu tubuh mencapai 38 oC dan
neutrofil kurang dari 500/mm3. Keadaan febrile neutropenia ini membuat
pasien akan mudah terkena infeksi. Lokasi infeksi tersering adalah pada
saluran pencernaan, paru, dan kulit.
CAP merupakan salah satu jenis pneumonia yang didapatkan oleh
pasien diluar Rumah Sakit. Penyebab umum dari CAP ini yaitu bakteri
Streptococcus pneumonia yang menjadi penyebab pada dua pert tiga kasus
pneumonia.
Keadaan febrile neutropenia dapat mendukung terjadinya infeksi pada
paru-paru. Sehingga pasien kanker yang mengalami febrile neutropenia
memiliki kemungkinan untuk terkena infeksi pada paru-paru. Hal tersebut
dikarenakan, neutrofil sebagai sistem pertahanan pertama tubuh berkurang

26
jumlahnya sehingga perlawanan terhadap benda-benda asing dan infeksi
menurun.
Tn.H.E berusia 24 tahun. Sejak 3 hari SMRS pasien mengalami demam
naik turun. Demam tertinggi 38,1oC, mual dan muntah. Batuk berdahak
kurang lebih 1 minggu SMRS. Pasien sudah menjalankan kemoterapi doxo.
Riwayat penyakit keluarga hipertensi. Pasien saat ini didiagnosa penyakit
CAP CURB 65-1, Febrile neutropenia mascc score 21, pansitopenia pada
malignansi, osteosarcoma stadium IV post kemo doxo, hiponatremia. Pasien
di pantau selama tiga hari berturut turut dan dilakukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar yang sesua dengan literatur.
Dari pengamatan 3 hari, pasien di berikan diet TETP 2300 kkal, pada
hari pertama pengamatan, pasien di berikan secara bertahap mulai dari 1100
kkal dalam bentuk nasi tim karena asupan MRS pasien sebelumnya hanya
800 kkal. Pada hari kedua pengamatan diet dinaikkan menjadi 1500 kkal
karena nafsu makan pasien membaik, sariawan di mulut membaik. Pasien
mampu menghabiskan >80% dari diet yang diberikan. Pada pengamatan hari
ketiga, diet dinaikkan menjadi 1900 kkal dalam bentuk nasi biasa karena
nafsu makan pasien sudah baik dan sariawan sudah menghilang. Pasien
mampu menghabiskan >80% dari diet yang diberikan. Berdasarkan 3 hari
pengamatan jika dibandingkan dengan kebutuhuhannya, asupan pasien
masih <80% kebutuhan. Dari hasil pengamatan selama tiga hari tidak adanya
keluhan pasien seperti mual dan muntah serta nafsu makan pasien membaik.
Selama pengamatan pasein lebih banyak menghabiskan makanan dari luar
rumah sakit sehingga asupan hari pertama pasien sangat lebih. Alasan
pasien tidak mengkonsumsi makanan rumah sakit karena pasien tidak bisa
menerima aroma dari makanan yang disajikan. Namun, pada hari ketiga
pengamatan pasien sudah mulai bersedia mengkonsumsi makanan dari
rumah sakit hanya saja menu sayur tetap tidak dimakan oleh pasien.
Dari pengamatan fisik dan klinis di dapatkan bahwa tekanan darah
pasien dalam pengamatan selama 3 hari normal, nafsu makan pasien
membaik hingga hari ke 3, pasien sudah tidak ada keluhan seperti muntah,
mual, tetapi masih ada keluhan batuk.

27
Dari pengamatan LILA pasien selama 3 hari, menunjukkan bahwa LILA
pasien belum bertambah masih sama pada saat awal pengamatan.
Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga pasien dengan metode
ceramah dan tanya jawab, yaitu dengan cara menjelaskan mengenai penyakit
yang di alami pasien sampai dengan diet yang harus dijalaninya.
Dalam pemberian edukasi ini digunakan leafleat tentang diet energi
tinggi protein sebagai alat bantu konseling, sehingga pasien dapat lebih
mengerti dan pasien dapat membacanya kembali jika lupa. Penyampaian
materi menggunakan bahasa yang sederhana sehingga keluarga pasien dan
pasien mudah memahami materi yang disampaikan.
Kebutuhan gizi pada pasien kanker harus diperhatikan. Umumnya
pasien kanker diberikan diet Tinggi Energi Tinggi Protein. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya inflamasi dalam tubuh pasien kanker sehingga
dibutuhkan protein sebegai pengganti sel-sel yang rusak. Namun, pemberian
diet tetap disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pasien karena pada
pasien kanker adanya gejala mual, muntah, mulut kering, kerusakan gusi
yang dapat mempengaruhi asupan pasien.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
a. Antropometri
Tidak ada perubahan antropometri pasien.
b. Fisik/Klinis
Hasil monitoring dan evaluasi data fisik/klinis menunjukkan kondisi
pasien membaik, tidak ada keluhan dari pasien seperti mual dan
muntah, sariawan membaik. Namun, pasien masih mengeluhkan
adanya batuk hingga hari ke-3 pengamatan.
c. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Berdasarkan tiga hari pengamatan, asupan pasien mengalami naik
turun. Namun, asupan pasien masih berada diatas 80%. Selain itu
pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah yang
mempengaruhi asupan.
d. Edukasi/Konseling Gizi
Pasien dan keluarga pasien telah memahami diet untuk pasien
yaitu diet rendah protein dan rendah garam. Keluarga pasien
memberikan motivasi pada pasien untuk menjalankan dietnya
B. Saran
a. Pasien dapat menjalankan diet yang telah diberikan oleh dietisien
serta menjaga asupan makanannya sehingga dapat
mempertahankan status gizi normal
b. Pasien dan keluarga pasien diberikan edukasi gizi dengan harapan
dapat mengetahui dan memahami cara pemberian makan, porsi
untuk pasien.

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Herawati, dkk. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih
Efektif dibandingkan SGA. 2014
2. Kementrian Kesehatan RI. PAGT 2013. 2013
3. Febria, Elza. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia
pada Pasien Usia Lanjut. 2016
4. Lionel A, et all. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic
Society Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired
Pneumonia in Adults. 2007
5. Anindia, Alin. Studi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Pneumonia. 2016
6. I Nyoman Gede Budiana. Febrile Neutropenia pada Pasien Pascakemoterapi.
2017
7. Samoon, Zarka. Applying Multinational Association of Supportive Care of
Cancer Index Score for Identifying Febrile Neutropenia Patients at High Risk
of Complications at Tertiary Care Hospital, Pakistan. 2017
8. Philippine Clinical Practice Guidelines. Diagnosis, Empiric Management and
Prevention of Community-Acquired Pneumonia in Immunocompetent Adults.
2016
9. Tamam, Moedrik. Faktor Risiko Terjadinya Demam Neutropenia pada Anak
Leukemia Limfoblastik Akut. 2013
10. Lucas, Austin J. Management and Preventive Measures for Febrile
Neutropenia. 2018
11. Blanca E. Gonzalez. Febrile Neutropenia. 2015
12. Puspita, Ika. Perbandingan Pola Terapi Antibiotik Pada Community- Acquired
Pneumonia (Cap) Di Rumah Sakit Tipe A Dan B. 2017
13. European Dialysis and Transplant Association. Panduan Praktik Klinis
Diagnosis dan Tatalaksana Hiponatremia
14. Yaswir, Rismawati. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium
dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. 2012
15. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan
Osteosarkoma
16. Taj,M. Validation of MASCC Score for Risk Stratification in Patients of
Hematological Disorders with Febrile Neutropenia. 2015

30

Anda mungkin juga menyukai