net/publication/328282020
CITATIONS READS
0 657
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Strengthening a Stakeholder Collaboration on Climate Change Mitigation in upstream Ciliwung Watershed, Bogor District, Indonesia View project
Community Enterprises, Livelihood and It's Sustainability in Rural Area View project
All content following this page was uploaded by Thomas Oni Veriasa on 15 October 2018.
i |
KREDIT
Penulis:
Thomas Oni Veriasa
ISBN: ..................
.Veriasa T.O. 2018. Perencanaan Bisnis Berbasis Potensi Desa: Sebuah Panduan
Untuk Pemodelan Bisnis dan Penilaian Kelayakan Finansial.
Diterbitkan oleh:
.......................
ii |
Daftar isi
KREDIT ................................................................................................ ii
Daftar isi ............................................................................................. iii
Pengantar ............................................................................................ v
BAGIAN 1: Mengenal Perencanaan Bisnis ................................ 1
Apa itu perencanaan bisnis? ............................................................... 1
Mengapa perlu perencanaan bisnis? ............................................... 2
Tiga inti kegiatan bisnis ...................................................................... 3
Rencana bisnis versus rencana pemasaran ................................. 4
Tahapan kunci perencanaan bisnis ? ............................................. 6
BAGIAN 2: Pemodelan Bisnis Dengan Kanvas
Model Bisnis ..................................................................................... 11
Apa itu kanvas model bisnis? ........................................................... 11
Apa keunggulan kanvas model bisnis? ......................................... 13
Pemodelan bisnis dalam satu halaman......................................... 13
1. Segmentasi Konsumen (Customer segments) ...................... 15
2. Nilai-nilai produk yang ditawarkan (Value proposition) 16
3. Saluran distribusi (Distribution channel ) .............................16
4. Hubungan dengan pelanggan (Customer relationship) ..16
5. Sumber pendapatan utama (Revenue streams) .................17
6. Sumberdaya kunci yang dimiliki (Key resources) ..............17
7. Kegiatan kunci (Key activities) ...............................................18
8. Mitra kunci (Key partners) ..........................................................18
9. Struktur Biaya (Cost structure) ................................................19
Validasi sederhana kanvas model bisnis .................................... 20
BAGIAN 3: Penilaian Kelayakan Bisnis................................... 22
Sekilas tentang penilaian kelayakan bisnis ............................... 22
iii |
Aspek pasar dan pemasaran ......................................................... 23
Aspek teknis dan teknologi ........................................................... 24
Aspek manajemen ............................................................................ 24
Aspek finansial .................................................................................. 24
Aspek legalitas / hukum ................................................................. 25
Aspek dampak sosial ekonomi dan lingkungan .................... 25
Aspek keberlanjutan ........................................................................ 25
BAGIAN 4: Penilaian Kelayakan Finansial .............................27
Analisa penghasilan usaha .............................................................. 27
Tahapan perhitungan ...................................................................... 28
Analisa Manfaat dan Biaya ............................................................... 28
Nett Present Value (NPV) ............................................................... 29
Discounted Payback Period (DPP) ............................................... 30
Internal Rate Return (IRR) .............................................................. 30
Nett Benefit/Cost Ratio (Nett B/C Ratio) ..................................... 31
BAGIAN 5: Beberapa Contoh Kasus Bisnis di Perdesaan ... 33
Model bisnis Tombo Kopi, desa Tombo, Batang ........................ 33
Penghasilan usaha kopi Robusta di Cibulao, Puncak-Bogor . 50
Kelayakan finansial usaha kopi Robusta di Cibulao,
Puncak-Bogor ........................................................................................ 52
Penutup .............................................................................................. 58
Daftar Pustaka..................................................................................59
iv |
Pengantar
v |
pada pasal 87 sampai pasal 90 yaitu mengenai Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) dan pelaksanaannya di atur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa pada
pasal 132 sampai pasal 142. BUMDes adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes
diharapkan tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru di wilayah
perdesaan.
Undang-Undang ini memberikan payung hukum atas BUMDes
sebagai pelaku ekonomi yang mengelola potensi desa secara kolektif
untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa. Dengan demikian,
lembaga ekonomi desa (BUMDes) dapat berperan sebagai katalisator
harga-harga produk ekonomi desa sehingga harga-harga menjadi
lebih stabil, menjadi lembaga yang mampu memberdayakan
masyarakat dengan salah satunya meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam memberi nilai tambah (Value-added) produk-produk unggulan
desa; mengambil alih kendali sistem perdagangan dari para tengkulak
dimana produk-produk ekonomi desa dikelola oleh BUMDes
sebelum dijual keluar desa; menjadi lembaga keuangan mikro di
tingkat desa sehingga mampu memberdayakan masyarakat melalui
pembiayaan usaha masyarakat.
Saat ini, pemerintah khususnya Kementrian Desa dan Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) terus mendorong
tumbuhnya lembaga ekonomi desa yang tangguh melalui program
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
BUMDes sebagai salah satu pilar kegiatan ekonomi di desa yang
berfungsi, tidak hanya sebagai lembaga sosial (social institution), tetapi
juga komersial (commercial institution). Sebagai lembaga sosial,
BUMDes berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui
kontribusinya dalam fungsi-fungsi pelayanan sosial, penyediaan
peluang usaha dan fasilitasi pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sedangkan sebagai sebuah entitas usaha komersial, BUMDes
diharapkan mampu menghidupkan perekonomian masyarakat desa,
vi |
salah satunya dengan mencari keuntungan melalui penawaran
sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar.
Hal yang sangat penting didalam pengembangan BUMDes adalah
perubahan "mind set" terhadap keberadaan BUMDes itu sendiri.
Salah satu faktor utama kegagalan pengembangan BUMDes adalah
pola pikir yang menganggap BUMDes hanya sebagai "program
pemerintah". BUMDes kemudian banyak diserahkan pengelolaannya
kepada aparat pemerintah desa dan perangkat desa yang kemudian
membuat BUMDes kurang kreatif di dalam pengembangannya,
hanya menunggu program dan anggaran dari pemerintah. Akhirnya,
banyak BUMDes kurang berkembang dan perlahan mati suri. Selain
itu, juga terdapat persoalan kapasitas sumberdaya manusia pengelola
BUMDes yang masih lemah dan bahkan tidak memiliki wawasan
serta pengalaman wirausaha.
Namun demikian, hal ini tidak bisa di generalisir. Di beberapa
tempat dapat dijumpai BUMDes yang berkembang pesat dan maju,
tetapi jumlahnya tidak banyak jika dibandingkan dengan jumlah
BUMDes di seluruh Indonesia.
BUMDes sebagai layaknya perusahaan, membutuhkan kepiawaian
wirausaha dimana seharusnya bisnis BUMDes mampu berkembang
dengan perputaran modal yang ada. Pola pikir terhadap BUMDes
perlu dirubah dengan membangun BUMDes seperti perusahaan
dimana memerlukan manajerial yang baik, memiliki pemimpin yang
mempunyai wawasan dan pengalaman tentang wirausaha, serta
kemampuan mencermati potensi yang ada di desa untuk
dikembangkan menjadi bisnis utama BUMDes.
Sebagai sebuah lembaga ekonomi BUMDes bergerak dengan
mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang ada di suatu desa.
Untuk itu perlu dilakukan perencanaan bisnis desa yang
mengoptimalkan sumber daya desa untuk tujuan-tujuan ekonomi
dan sosial dan tentunya memperhatikan keberlanjutan sumber daya
tersebut antar generasi.
Proses perencanaan bisnis desa terutama memilih dan menentukan
produk unggulan dan merumuskan arah bisnis BUMDes, merancang
strategi pemasaran serta strategi kelembagaan BUMDes dalam
vii |
menghadapi pasar dan persaingan usaha menjadi sangat penting
dirumuskan agar BUMDes memiliki peta jalan (road map) dalam
mencapai VISI dan MISInya.
Dalam hal ini, di dalam pengembangan rencana bisnis dan
pengembangan BUMDes, jika diperlukan, dapat melibatkan
wirausahawan dan lembaga-lembaga akademik yang berfokus pada
usaha ekonomi mikro.
Pemahaman terhadap proses perencanaan bisnis desa ini penting
juga bagi aparatur pemerintah pusat yang membidangi dalam
program pembangunan desa di seluruh Indonesia. Dengan
pemahaman yang baik diharapkan dapat merencanakan program
pembangunan ekonomi desa yang tepat sasaran; mendampingi dan
mengevaluasi BUMDes yang sudah ada; ataupun memberikan
asistensi kepada BUMDes yang baru mulai berdiri. Akhirnya, tujuan-
tujuan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat setidakny
dapat di stimulasi pencapaiannya melalui BUMDes yang kuat serta
ekonomi desa yang bertumbuh.
viii |
BAGIAN 1
Mengenal
Perencanaan Bisnis
1 |
Dalam konteks pembangunan desa, bisnis atau usaha yang
dikembangkan merupakan sebuah proses mengoptimalkan
penggunaan sumber daya (sumber daya alam, sumber daya fisik,
sumber daya manusia, sumber daya sosial/kelembagaan dan sumber
daya finansial) di wilayah desa atau kawasan perdesaan untuk
mencapai tujuan–tujuan ekonomi dan sosial dengan
mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan di masa yang akan
datang.
Secara sederhana, perencanaan bisnis adalah "peta jalan" sebuah
bisnis menuju kesuksesan. Berapa ukuran sukses, yang menentukan
adalah si pembuat peta jalan bisnis tersebut.
3 |
Tabel 1. Tiga inti kegiatan bisnis
Pengelolaan Pengelolaan
Inovasi Produk
Konsumen Infrastruktur
Biaya tinggi untuk Biaya tetap (fixed cost)
Mengawali sebagai yang
akuisisi pelanggan yang tinggi untuk
pertama masuk ke pasar
membuatnya penting membuat volume produk
memungkinkan untuk
Ekonomi
Sangat berorientasi
Berpusat pada karyawan; menekankan
pada layanan;
memanjakan bintang- standardisasi,
Mentalitas yang berasal
bintang kreatif prediktabilitas, dan
dari pelanggan
efisiensi
Sumber: Osterwalder dan Pigneur, 2010
4 |
Konsep Penjualan
Orientasi 1
Fokus 2
Cara 3
Hasil Akhir 4
Pabrikasi atau Fokus pada Penjualan dan Laba di dapat
produksi pengembangan promosi kepada dari volume
produk konsumen penjualan
Konsep Pemasaran
Orientasi 1
Fokus 2
Cara 3
Hasil Akhir 4
Target Pasar yang Produk yang Pemasaran Laba di dapat
ingin diraih dikembangkan terpadu untuk dari dampak
fokus kebutuhan penciptaan “citra kepuasan
Konsumen produk” konsumen
5 |
pengulangan pembelian. Jika pembelian terjadi berulangkali oleh
pengguna produk maka loyalitas pelanggan sudah tercapai. Hal ini
dikarenakan terjadi ikatan antara pengguna produk dengan produk
dan produsennya8.
Ide Bisnis
Pengembangan 5 Realisasi 4
Tumbuh kembanglah bisnis Mulailah kegiatan
anda secara perlahan tapi pasti. bisnis dan buatlah
Berkembang terlalu cepat tanpa rencana bisnis menjadi
pondasi yang kuat dapat kenyataan
menghancurkan bisnis anda
6 |
Banyak BUMDes saat ini terjebak pada usaha perdagangan ritel
seperti mini market, toko alat tulis kantor (ATK) dan fotocopy atau
lembaga keuangan mikro simpan pinjam yang kejadiannya lebih
banyak pinjam daripada menyimpan dan hampr bisa dipastikan
macet pembayarannya. Ide bisnis yang seperti ini biasanya di dapat
karena terinspirasi dari bisnis BUMDes di wilayah lain tanpa
melakukan adaptasi dan penyesuaian (copy-paste). Sebenarnya, hal ini
tidak salah juga, namun jika tujuannya untuk menggerakkan
perekonomian masyarakat desa, maka pilihan bisnis tersebut
nampaknya perlu dipikir ulang kembali.
Dengan membuat perencanaan bisnis diharapkan BUMDes mampu
mengoptimalkan sumber daya desa secara kreatif dan inovatif untuk
mendorong perekonomian desa dan menciptakan lapangan kerja
baru dan tentunya memperhatikan keberlanjutan sumber daya
tersebut.
Tahapan kunci perencanaan bisnis yang disarankan dalam buku ini
adalah dimulai dari menuangkan ide ke dalam konsep model bisnis,
menguji model dengan melakukan validasi terhadap konsep bisnis
tersebut, menyusun rencana bisnis detil, dan merealisasikan rencana
tersebut dengan memulai kegiatan bisnis.
7 |
Menguji konsep model bisnis
Selanjutnya, konsep model bisnis yang telah di rancang perlu
dilakukan pengujian atau validasi. Tujuannya adalah untuk
memberikan keyakinan kepada kita dalam memutuskan apakah
model bisnis yang akan kita kembangkan tersebut "layak" atau "tidak
layak". Pengujian kelayakan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua
cara) yaitu pengujian sederhana dan penilaian kelayakan bisnis yang
lebih komperehensif.
Pertama, pengujian sederhana dan cepat dapat dilakukan dengan
menanyakan kepada calon konsumen produk kita atau dengan
meminta saran dari orang lain yang berpengalaman bisnis. Anda bisa
membuat kuisioner sederhana untuk menanyakan kepada calon
konsumen, apakah produk yang akan dikembangkan sudah sesuai
kebutuhan dan preferensi mereka, bagaimana dengan rencana harga
yang akan diterapkan, apakah cara anda menginformasikan produk
sudah cukup efektif untuk konsumen, apakah cara anda
mendistribusikan produk sudah cukup efisien dan efektif bagi
konsumen, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang dibutuhkan.
Berkonsultasi dan meminta pendapat dengan orang yang telah
berpengalaman bisnis tentang inovasi produk dan kelayakan bisnis
kita, akan sangat membantu penyempurnaan model bisnis yang akan
dikembangkan.
Kedua, melakukan penilaian kelayakan terhadap bisnis yang akan kita
kembangkan. Pengujian dengan cara ini akan memasukan berbagai
aspek di dalam pengelolaan bisnis sebagai bahan analisis
komperehensif. Aspek-aspek tersebut mencakup pasar dan
pemasaran, teknis dan teknologi, manajerial, finansial, legalitas
hukum, dampak sosil dan lingkungan serta aspek keberlanjutan.
Realisasi
Ketika model bisnis dan rencana sudah disusun serta di validasi,
segeralah memulai bisnis tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan
pada bagian sebelumnya, salah satu kunci keberhasilan bisnis adalah
kecepatan masuk ke pasar. Dengan ide bisnis yang kreatif, inovatif
dan unik, memungkinkan kita untuk menentukan harga dan
mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar dan luas.
Catatan Kaki
1
Conyers, Diana and Peter Hills.1984. An Introduction to Planning in the Third World. New
York. John Wiley and Sons.
2
Osterwalder, Alexander. 2004. "The business Model Ontology - A proposition in a design
science approach" . University of Lausanne, Swiss. [Phd Dissertation]. Halaman 15.
3
Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur.2010. Business Model Generation. John Wiley &
Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
9 |
4
di olah dari Kanzunnudin, Mohammad. 2009. Konsep Penjualan Versus Konsep
Pemasaran. Fokus Ekonomi 4. 2: 1-8
5
Kotler Philip dan Kevin Lane Keller, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid
satu, Penerbit Erlangga, Jakarta. Halaman 5.
6
ibid.
7
Boone, L.E dan David L. Kurtz, 2007. Pengantar Bisnis, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
halaman 27
8
Griffin, Jill. 2005. Customer loyalty: Menumbuhkan dan mempertahankan kesetiaan
pelanggan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Halaman 16.
10 |
BAGIAN 2
Pemodelan Bisnis
Dengan Kanvas Model Bisnis
11 |
Model bisnis menggambarkan alasan dan dasar bagaimana sebuah
lembaga ekonomi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-
nilai produknya3. Kini BMC telah menjadi alat bantu yang efektif dan
banyak digunakan untuk mengembangkan startup business di berbagai
bidang.
Kanvas model bisnis adalah alat bantu yang berupa template yang
memudahkan kita untuk memahami model bisnis dengan cara yang
mudah dan terstruktur. Kekuatan BMC adalah mampu
menggambarkan ide bisnis dengan sangat jelas dalam sebuah kanvas
(kertas). Dengan cara ini, kita dapat menjelaskan, memvisualisasikan,
menilai, bahkan mengubah suatu model bisnis, agar mampu
menghasilkan kinerja yang lebih optimal. BMC dilakukan sebelum
kita menyusun suatu rencana bisnis yang detil.
Di dalam BMC terdapat 9 (sembilan) elemen yang saling
berhubungan, di mana inovasi atau ide dapat di analisa kekuatan dan
kelemahannya dengan mudah. Sembilan elemen tersebut adalah 1)
Customer Segments; 2) Value Proposition; 3) Distribution Channels; 4)
Revenue Streams; 5) Customer relationships; 6) Key activities; 7) Key resources;
8) Key partners; 9) Cost stucture4.
12 |
Apa keunggulan kanvas model bisnis?
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi keunggulan kanvas model
bisnis atau BMC sehingga banyak diminati dan digunakan untuk
pengembangan inovasi model bisnis.
• Pertama, format BMC membantu kita untuk fokus pada satu atau
beberapa produk/komoditas dan kemudian menajamkan model
bisnisnya. Karena orientasi BMC adalah konsumen dan pasar, hal
tersebut membuat kita mencurahkan kreativitas dan inovasi
penciptaan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
• Kedua, BMC di desain sebagai kanvas model atau sketsa model
bisnis sehingga kita dapat melihat gambaran utuh sebuah lukisan
atau sketsa gambar. Layaknya orang membuat sketsa, kita dapat
merubah, memperbaiki, memodifikasi sketsa agar menghasilkan
gambar yang indah. BMC sangat fleksibel dan mudah untuk
dimodifikasi dengan tetap memberi gambaran secara menyeluruh
terhadap model bisnis yang akan dikembangkan.
• Ketiga, sembilan elemen di dalam BMC memberikan stimulan
kepada kita untuk benar-benar memahami model bisnis yang akan
kita kembangkan dan memberikan tantangan kepada kita agar
menjadi desainer bisnis untuk diri kita sendiri.
• Keempat, Transparan − BMC memberikan kemudahan bagi kita
untuk mengkomunikasikan gagasan atau ide bisnis tersebut
kepada tim atau investor. Bahkan kita dapat meminta saran dan
pendapat dari orang-orang yang lebih berpengalaman di bidang
bisnis.
13 |
berorientasi pada konsumen sebagai pasar bisnis produk kita.
Dengan demikian, di dalam BMC, titik tolak penyusunan adalah
menentukan apa persoalan atau kebutuhan konsumen yang ingin kita
selesaikan melalui produk kita5.
Cara menyalurkan
Cara penyebaran
produk ?
informasi produk ?
INTERNAL EKSTERNAL
14 |
seperti perilaku konsumen, daya beli, kepuasan dan lain-lain.
Elemen-elemen yang termasuk dalam relasi eksternal adalah customer
segments, value proposition, customer relationship, distribution channels dan
revenue stream.
Sedangkan relasi internal adalah elemen-elemen BMC yang aktivitas
utamanya dipengaruhi faktor dari dalam seperti aset dan sumberdaya,
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kualitas produk, kebutuhan
dukungan mitra, sampai kemampuan permodalan. Elemen-elemen
yang termasuk dalam relasi internal adalah key resources, key activities,
key partnerships, dan costs structure.
15 |
2. Nilai-nilai produk yang ditawarkan (Value
proposition)
Value proposition adalah nilai-nilai yang ditawarkan oleh sebuah
produk agar konsumen mau membeli produk kita. Value proposition
dapat mengacu pada keunggulan produk, keunikan atau produk tepat
guna yang dibutuhkan konsumen. Untuk menemukan nilai-nilai
sebuah produk, pertanyaan-pertanyaan berikut akan memandu kita
untuk merumuskannya.
• Apa nilai-nilai (keunggulan) yang ditawarkan oleh produk kita ke
konsumen?
• Apa yang membedakan produk kita dengan produk lain yang
sejenis?
• Kebutuhan konsumen yang mana (target) yang ingin dipuaskan
melalui produk kita?
16 |
mengembangkan strategi ini terkadang kita masih mengalami
kesulitan. Beberapa pertanyaan di bawah ini, sedikitnya akan
memberikan pencerahan kepada kita tentang "customer relationship
strategy".
• Hubungan seperti apa yang diharapkan konsumen, sehingga kita
harus membangun dan menjaganya?
• Dengan cara apa, kita mengelola hubungan dengan konsumen?
• Pertimbangkan bentuk kegiatan dengan biaya yang akan
dikeluarkan.
17 |
• Apa sumber daya yang sudah kita miliki yang mampu
mendukung peningkatan aliran pendapatan (produksi)? lahan,
tempat usaha, peralatan produksi, kendaraan operasional, tenaga
kerja, modal dan lain-lain.
• Sumberdaya apa yang dibutuhkan untuk menunjang distribusi
produk dan pengelolaan pelanggan ?
19 |
(forecasting atau peramalan) pendapatan dan pengeluaran dengan
menggunakan analisa manfaat dan biaya (benefit & cost analysis),
pengembalian modal (break event point), pengembalian atas investasi
(return on investment) dan lain-lain.
Catatan Kaki
1
Di unduh di laman
http://www.hec.unil.ch/aosterwa/PhD/Osterwalder_PhD_BM_Ontology.pdf
2
Osterwalder, Alexander. 2004. "The business Model Ontology - A proposition in a design
science approach" . University of Lausanne, Swiss. [Phd Dissertation]. Halaman 15.
3
Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur.2010. Business Model Generation. John Wiley &
Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Halaman 14
4
ibid.
20 |
5
referensi bacaan yang disarankan: https://strategyzer.com/books/business-model-
generation
6
Clark, Tim, Alexander Osterwalder, and Yves Pigneur. 2012. Business Model You.
Business Model You, LLC. USA.
Kotler, Philip, Gary Amstrong. 2008. Principles of Marketing. Pearson Global Edition. USA
7
21 |
BAGIAN 3
Penilaian
Kelayakan Bisnis
22 |
Beberapa aspek yang penting untuk dalam penilaian kelayakan model
bisnis adalah 1) aspek pasar dan pemasaran; 2) aspek teknis dan
teknologi; 3) aspek manajemen; 4) aspek finansial; 5) aspek
legalitas/hukum; 6) aspek dampak sosial, ekonomi dan budaya.
23 |
merancang strategi pemasaran produk yang akan kita kembangkan1.
Tujuannya adalah untuk meraih sebagian pasar potensial atau
peluang pasar serta melihat seberapa besar pengaruh strategi
pemasaran kita dalam meraih besarnya "market share".
Kajian atau riset pasar perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas serta untuk menjawab kesesuaian beberapa aspek
dalam BMC yaitu customer segments, value proposition, distribution channels,
customer relationship.
Aspek manajemen
Mencakup struktur organisasi, pembagian peran, manajemen
produksi dan stok, controling, kebutuhan-kebutuan peningkatan
kapasitas staff, perencanaan kegiatan operasional, dan lain-lain.
Aspek ini berkaitan dengan aktivitas kunci (key activities) pada BMC.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan manajerial dan perencanaan
kegiatan dapat dilakukan dengan analisa sebab akibat (problem tree
analysis) dan analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats)2.
Aspek finansial
Terkait kebutuhan sumber dana untuk memulai usaha dan proyeksi
pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang
bersangkutan. Diperlukan sebuah Penilaian kelayakan finansial
dengan menggunakan Nett Present Value, Internal Rate Return,
Discounted payback period, Nett Benefit and Cost Ratio.
24 |
Aspek legalitas / hukum
Terkait ijin badan usaha seperti akta pendirian badan usaha (PT, CV,
Koperasi), Surat ijin usaha perusahaan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Ijin gangguan (HO), ijin produksi seperti PIRT,
BPOM, Sertifikasi Halal MUI dan perijinan dan lain-lain.
Aspek keberlanjutan
Penilaian terhadap aspek ini penting dilakukan untuk memastikan
kondisi bisnis yang berkelanjutan. Kepastian terhadap bahan baku,
tenaga kerja, dukungan permodalan, dukungan kebijakan
pemerintah, dukungan pemasaran, dll. Untuk memastikan hal
tersebut kita perlu membangun kemitraan dengan pihak-pihak
strategis yang dapat membantu kita agar bisnis yang kita
kembangkan dapat berkelanjutan.
Dalam membangun kemitraan, diperlukan analisis para pihak
25 |
(stakeholder mapping) untuk memetakan siapa saja mitra kunci (key
partners) dan apa saja perannya dalam mendukung bisnis kita3.
Catatan Kaki
1
Kotler, Philip. 1999. Kotler on Marketing. The Free Press. New York
2
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
3
Grimble R, Wellard K. 1997. Stakeholders Methodologies in Natural Resource
Management: a Review of Principles, Experiences and Opportunities. Agricultural System.
55 (2): 173-193.
26 |
BAGIAN 4
Penilaian
Kelayakan Finansial
27 |
! !
!= !! !! − !! !!
!!! !!!
Tahapan perhitungan
1. Identifikasikan semua tahapan produksi termasuk biaya-biaya
sosial dan lingkungan yang dikeluarkan (jika ada).
2. Identifikasikan jenis input produksi (m) di setiap tahapan produksi
dan jumlah input produksi 𝒗𝒋 yang digunakan setiap jenisnya.
Kemudian, identifikasikan harga (𝒒𝒋 )setiap jenis input produksi
tersebut.
3. Identifikasikan jenis produk (n), kapasitas/volume produksi (𝒚𝒊 )
dan harga jual (𝒑𝒊 ).
4. Lakukan perhitungan yaitu omset penjualan (𝒑𝒊 . 𝒚𝒊 ) dikurangi
biaya-biaya (𝒒𝒋 . 𝒗𝒋 ) per bulan selama 1 tahun.
Catatan: di setiap tempat tentunya akan berbeda penggunaan input
produksi, harga, jumlah produksi dan biaya-biaya sosial dan
lingkungan, tergantung dengan kondisi masyarakat dan kultur yang
berkembang.
28 |
Analisis finansial adalah suatu analisis yang hanya membatasi
manfaat (benefit) dan pengorbanan (cost) dalam proyek hanya dari
sudut pandang perusahaan tersebut. Analisis finansial dalam evaluasi
kelayakan usaha lebih bersifat analisis tentang arus dana dalam
usaha 3 . Perusahaan sendiri menjadi sumber dana untuk investasi
dalam suatu proyek perusahaan tersebut. Sumber dana dari
perusahaan tersebut dapat berupa dana penyusutan dan laba yang
ditahan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mendapat
sumber pendanaan usaha dari luar perusahaan tersebut. Sumber
pendanaan usaha yang berasal dari eksternal perusahaan tersebut
contohnya adalah kredit bank, penjualan saham, penjualan obligasi,
dan lain sebagainya4.
Analisis finansial menggunakan ukuran-ukuran arus tunai
berdiskonto dalam mengestimasi hasil (returns) yang akan diterima
oleh peserta usaha 5 . Analisis finansial manfaat dan biaya
menggunakan beberapa metode pengukuran diantaranya yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Discounted Payback
Periods dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio). Kesemua metode
ini digunakan secara bersamaan dan saling terkait satu dengan yang
lainnya.
29 |
Rumus NPV adalah sebagai berikut:
!
!"# − !"#
!"# =
1+! !
!!!
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas (PV kas masuk) masih
belum bisa menutup investasi awal.
a = Jumlah investasi awal.
b = Jumlah kumulatif PV kas masuk pada tahun ke– n
c = Jumlah kumulatif PV kas masuk pada tahun ke n + 1
30 |
berlaku, maka investasi terhadap usaha yang akan dilaksanakan
tersebut dianggap layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan
(Husnan dan Muhammad 2000; Sinaga 2009; Berk and DeMarzo
2014).
Besarnya perbedaan IRR di atas tingkat bunga yang berlaku,
bergantung kepada besarnya kemungkinan risiko atas usaha tersebut
dan juga berapa lama investasi (discounted payback periods) kembali
berdasarkan cash flow perusahaan. Keuntungan penggunaan kriteria
IRR adalah dapat mengetahui kemampuan usaha tersebut dalam
menghasilkan persentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun
sepanjang umur ekonomis usaha dan nilai sisa (salvage value) dari
barang-barang modal yang diperhitungkan dalam arus benefit atau
penerimaan9.
Rumus IRR adalah sebagai berikut:
!"#!
IRR = !! + ! [!! − !! ]
!"#! − !"#!
31 |
Rumus Nett B/C ratio adalah sebagai berikut:
! !" − !"
! !!!
1+! ! !"!!"!!
!"# !"#$% =
! ! !" − !" !"!!"!!
!!! 1 + ! !
Catatan Kaki
1
Angelsen, A and Lund J.F. 2011. Measuring Livelihoods and Environmental Dependence:
Methods for Research and Fieldwork. Designing the household questionnaire. eds A
Angelsen, H O Larsen, J F Lund, C Smith-Hall, S Wunder (Washington DC: Earthscan).
2
Affianto A, Djatmiko WA, Riyanto S, Hermawan TT. 2005. Analisis Biaya dan Pendapatan
dalam Pengelolaan PHBM Sebuah Panduan Perhitungan Bagi Hasil. Bogor (ID): Pustaka
Latin.
3
Husnan S and Muhammad S 2000 Studi Kelayakan Proyek - Edisi Keempat (Yogyakarta:
Penerbit UPP AMP YKPN)
4
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek.
Jakarta (ID): PT. Gramedia.
5
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.
6
Sinaga D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Jakarta (ID): Mitra Wacana
Media.
7
Gaspars-Wieloch H 2017 Cent. Eur. J. Oper. Res. pp 1-19
8
Northcott D. 1998. Capital Invesment Decision Making. International Thomson Business
Press. London UK
9
Sinaga, 2009. op cit.
10
Husnan dan Muhammad, 2000. op cit.
32 |
BAGIAN 5
Beberapa Contoh
Kasus Bisnis di Perdesaan
33 |
Gambar 7. Tanaman Kopi di kelola dengan sistem tumpang sari
di bawah tegakan pohon pinus (multistrata system)
34 |
Beberapa area pemasaran mencakup wilayah seperti Batang,
Pekolangan, Kendal, Pemalang, Semarang, Yogyakarta, Jakarta dan
Bali. Selain itu, Tombo kopi melakukan penjualan produk jadi
(olahan minuman kopi) dengan jumlah pelanggan yang datang ke
Tombo Kopi mencapai 25-30 orang per hari atau rata-rata 900
orang per bulan.
Berikut adalah Business Model Canvas Kopi Tombo.
35 |
Key Partnership Key Actifities Value Propositions Customer Relationship Customer Segments
36 |
8 7 2 4 1
- Sosialisasi di tingkat desa dan kelompok di 3 dusun. - Kopi premium berkualitas - Klinik Kopi - Kafe-kafe di Jabdetabek,
- Perum Perhutani - Serial Pelatihan kepada pesanggem dan ARC / Tombo yang dihasilkan dari proses - Penjualan dengan Yogyakarta dan Bali
- LMDH Kopi. tanpa bahan kimia (organik) mengedukasi. - Kafe-kafe di Tegal,
- KTH - Pengadaan peralatan pengolahan dan produksi - Sistem kemitraan antara - Pengelolaan Pekalongan, batang dan
- Pemdes Tombo - Pendampingan budidaya dan pengolahan pasca pesanggem (KTH) dengan ARC komunitas dan Semarang.
- P4W IPB panen. / Tombo Kopi akan menjawab jaringan pelanggan. - Konsumen langsung Kopi
- Penguatan jaringan komunitas kopi dan jaringan persoalan ketersediaan bahan - Event Cupping Coffee Premium (Penikmat kopi
pelanggan. baku yang selama ini menjadi dan diskusi secara Premium) di seluruh
- Aktivitas Produksi masalah. periodik. Indonesia
- Kampanye, promosi dan pemasaran. - Membeli Kopi di Tombo Kopi - Layanan komplain - Konsumen langsung Kopi
- Monitoring dan evaluasi. berarti pelanggan ikut terlibat pelanggan (telpon Klasik Grade B (Penikmat
dalam pengentasan dan instagram) kopi Pabrikan/ kebutuhan
kemiskinan di desa Tombo dan souvenir) di seluruh
turut serta dalam kepedulian Indonesia.
Key Resources kaum dhuafa. Channels - Jaringan toko kopi dan
6 3 supermarket di Tegal,
- Kebun Kopi 40ha Pekalongan dan Batang.
- Bangunan Kafe 80m2 + tanah 150m2 - Penjualan Langsung
- Perlengkapan produksi pulper 2 unit dan roaster 1 kg (direct selling) –
- peralatan kafe +furniture. Penawaran Produk
- 14 pesanggem yang sudah didampingi di tambah 70 - Penjualan Online
pesanggem yang akan didampingi. - Jaringan komunitas
- kapasitas produksi dengan bahan baku 400kg beras kopi dan jaringan
kopi pelanggan kafe yang
- Jaringan pasar dan komunitas kopi. sudah ada.
- Jaringan sosial media (instagram) 3.526 follower
(https://www.instagram.com/tombocoffee/)
- ARC memiliki 2 (dua) anggota yang berpengalaman
dan sudah serin menjadi juri kontes kopi lokal.
Cost Structure Revenue Streams
9 5
- Pengadaan peralatan - Beras Kopi (green bean)
- Dukungan awal biaya produksi - Kopi Premium Biji (Roast bean)
- Biaya kampanye, promosi dan pemasaran - Kopi Premium Bubuk
- Biaya serial pelatihan pesanggem dan ARC / Tombo Kopi - Kopi Klasik bubuk (grade B)
37 |
Kopi Premium Bubuk memiliki segmen pasar konsumen langsung
(penikmat kopi premium). Konsumen ini adalah konsumen
langsung atau konsumen rumahan yang merupakan penikmat kopi
premium. Saat ini jumlah konsumen ini memiliki tren peningkatan
yang cukup tajam dari tahun ke tahun dan masih belum tergarap
semua oleh Tombo kopi karena kekurangan bahan baku. Secara
lokasi tidak dibatasi karena menggunakan sistem penjualan online
dan ongkos kirim ditanggung pembeli.
38 |
Batang. Selain itu kopi ini dihasilkan dari sistem pertanian organik
(bebas bahan kimia). Dalam proses ini ARC / Tombo Kopi telah
bekerjasama dengan P4W IPB sebagai lembaga penelitian pertanian
yang mampu untuk mengasistensi penjaminan mutu dan
pendampingan Sistem Lembaga ekonomi Komunitas dengan sistem
jaringan pesanggem. Termasuk juga mengurus standar Halal dari
MUI. Untuk ijin PIRT saat ini Tombo Kopi sudah memilikinya
untuk produk Kopi Premium dan Klasik.
Dengan sistem kemitraan antara pesanggem (KTH) dengan ARC /
Tombo Kopi menjawab persoalan ketersediaan bahan baku yang
selama ini menjadi masalah.
Dengan membeli Kopi di Tombo Kopi, pelanggan telah turut
berpartisipasi dalam pengentasan kemiskinan di desa Tombo dan
ikut terlibat dalam pemberdayaan petani. Tombo kopi akan
mengalokasikan 2,5-4% dari keuntungan bersih untuk zakat dan
membantu kaum dhuafa. Pola alokasi ini sudah dilakukan walaupun
jumlahnya belum dihitung secara jelas nilainya.
39 |
adalah kampanye sosial media instagram untuk mempromosikan
produk.
Segmen pasar konsumen langsung (penikmat kopi premium). Kanal
yang digunakan adalah kampanye sosial media instagram untuk
mempromosikan produk. Secara konvensional, Tombo Kopi akan
melakukan kegiatan berkala seperti cupping (test citarasa) kopi dan
melakukan edukasi kopi melalui pertemuan-pertemuan komunitas
kopi di wilayah tersebut. Segmen pasar konsumen langsung yang
lebih umum dan toko-toko kopi untuk bersaing dengan kopi bubuk
pabrikan yang sudah beredar dipasaran. Kanal yang digunakan
adalah kampanye sosial media instagram untuk mempromosikan
produk.
Segmen toko-toko yang menjual kopi bubuk misalnya toko
kelontong dan supermarket-supermarket di Pekalongan, Batang dan
Tegal akan digarap menggunakan jalur konvensional yaitu melalui
penawaran door to door atau direct selling.
40 |
Klinik kopi juga akan diselenggarakan setiap saat di Tombo Kopi
bagi pesanggem dan pelanggan segmen kafe di Tegal, Pekalongan,
Batang dan Semarang untuk memudahkan proses konsultasi dan
belajar bersama didalam mengembangkan bisnis kopi di wilayah
masing-masing.
Untuk pelanggan segmen kafe akan dikelola dengan membangun
jaringan komunikasi melalui sosial media Whatsapp group dan
instragram. Untuk menjamin kepuasan konsumen, Tombo kopi
akan membuat layanan komplain melalui saluran telpon/Hp agar
permasalahan pelanggan segera diatasi.
41 |
− Saat ini sudah ada 14 orang pesanggem yang didampingi secara
intensif dan dapat menjadi penyebar pengetahuan bagi 70 orang
pesanggem lainnya yang akan didampingi.
− Assalwa Resource Center/Tombo kopi sudah memiliki
pengalaman mendampingi pesanggem sehingga masalah-masalah
terkait pesanggem dan pengelolaan kebun kopi sudah dipahami
dari awal. Walaupun secara kapasitas perlu ditingkatkan terutama
dalam mengelola dinamika kelompok dan memfasilitasi
pesanggem mancari solusi atas permasalahan yang terjadi.
43 |
AKAR MASALAH DAMPAK
KRONIK MASALAH
44 |
Panen masih petik
hijau dan langsung
Pesanggem di jual ke pasar
mengolah lahan
serampangan dan
budidaya kopi tidak
Kapasitas pesanggem Tidak ada
dilakukan dengan
dalam pengolahan pengolahan pasca
baik Harga kopi
lahan, budidaya dan panen
rendah
pengolahan pasca
panen rendah sebagian
pesanggem
terpengaruh
Iming-iming sistem
ijon Pesanggem tidak
Pesanggem yang berdaya, tidak
Kapasitas ARC dalam didampingi ARC Pendapatan
Pengolahan lahan
sejahtera dan
mendampingi belum signifikan Produktivitas rendah
dan budidaya miskin
pesanggem masih (10 KK) dan masih Kopi Rendah
masih belum baik berkelanjutan
lemah ada kendala
dteknis dilapangan
8. Mitra kunci (Key Partners)
Mitra kunci atau pihak strategis yang diharapkan mendukung bisnis
Kopi Tombo adalah sebagai berikut:
a. Perum Perhutani sebagai pemegang hak kelola lahan negara yang
perlu dijaga hubungannya agar akses lahan garapan pesanggem
dapat terus berkelanjutan dan dapat ditingkatkan luasannya.
b. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) “Rekso Tri Mulyo”
yang merupakan induk organisasi pesanggem yang memiliki
perjanjian legal formal pengelolaan lahan garapan dengan Skema
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
c. Kelompok Tani Hutan (KTH) adalah kelompok tani dibawah
struktur LMDH yang merupakan wadah pesanggem didalam
melakukan koordinasi dan pengelolaan lahan di kawasan Perum
Perhutani.
d. Pemerintah Desa sebagai pemegang kewenangan pembangunan
wilayah yang harus didorong terus agar program pembangunan
dapat mengentaskan kemiskinan didesa, salah satunya dengan
program pemberdayaan pesanggem yang dimasukan dalam
RPJMDesa.
e. Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
(P4W) Institut Pertanian Bogor sebagai lembaga penelitian dan
akademik yang memiliki kompetensi untuk membantu
penjaminan mutu dari kegiatan pengelolaan kopi (kualitas dan
kuantitas) dan menjamin bahwa sistem lembaga ekonomi
komunitas berbasis jaringan pesanggem dapat dilaksanakan
dengan baik. Hubungan dengan IPB sudah dibangun sejak 2002
melalui pemodelan perencanaan desa berbasis masyarakat dan
saat ini proses asistensi dengan P4W IPB dilakukan dengan
model konsultasi. P4W IPB akan dilibatkan pada proses
peiningkatan kapasitas pesanggem dan ARC / Tombo Kopi,
memperkuat jaringan pasar serta pada proses Monitoring dan
Evaluasi.
Para mitra diidentifikasikan dengan menggunakan pemetaan para
pihak (stakeholder mapping) serta dipetakan peran masing-masing
pihak. Contoh pemetaan para pihak dalam pengelolaan kopi desa
Tombo seperti pada gambar berikut.
46 |
47 |
Gambar 15. Pemetaan mitra kunci dalam pengelolaan kopi desa Tombo
9. Struktur biaya (Cost Structure)
Terkait dengan model bisnis kopi ini, beberapa komponen biaya
yang penting adalah sebagai berikut.
− Pengadaan peralatan produksi (mesin-mesin)
− Dukungan awal biaya produksi
− Biaya kampanye, promosi dan pemasaran
− Biaya serial pelatihan untuk pesanggem dan ARC/Tombo Kopi
Secara rinci, struktur biaya di analisis menggunakan analisa proyeksi
(fore casting) dengan menggunakan NPV, B/C Ratio
48 |
49 |
Gambar 16. Analisa usaha pengelolaan kopi Desa Tombo
Penghasilan usaha kopi Robusta di Cibulao,
Puncak-Bogor2
Di dalam proses produksi, terdapat 2 (dua) jenis produk yang
dihasilkan oleh petani dari jenis kopi Robusta yaitu kopi basah
(cheery) dan beras kopi (green bean). Dalam kasus Cibulao, input atau
biaya-biaya produksi kopi tergolong murah karena hanya
dibebankan pada biaya tenaga kerja saja dan bahkan tenaga kerja
juga melibatkan istri dan anak. Biaya distribusi kopi hampir bisa
dipastikan tidak ada karena para pembeli dari luar kota mengambil
sendiri produk kopi petani.
Perhitungan input produk mengacu pada jumlah hari orang kerja
yang dibutuhkan selama produksi kopi dan besaran upah harian
yang berlaku di daerah Cibulao dan sekitarnya. Untuk harga jual kopi
basah dan beras kopi, harga yang digunakan mengacu pada harga
pasar yang berlaku di Cibulao dan area puncak, Kabupaten Bogor.
Jumlah panen kopi basah sekitar 750 Kg/hektar. Untuk proses
pengolahan pasca panen menjadi beras kopi, jumlahnya menyusut
menjadi 25% dari total jumlah panen kopi basah.
Untuk kopi basah (cherry) input produksi hanya berupa biaya tenaga
kerja pada tahapan pembersihan lahan, pemangkasan dan
pemanenan. Sedangkan untuk beras kopi (green bean), input
produksinya meliputi biaya produksi kopi basah ditambah biaya
tenaga kerja untuk tahapan pengeringan, pengupasan kulit kopi, sortir
dan grading, serta kebutuhan bahan bakar untuk mesin-mesin.
Dari hasil perhitungan di dapat bahwa dari produksi kopi basah,
petani mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 248.333,- per
bulan atau Rp 2.980.000,- per tahun. Sedangkan dari produksi beras
kopi, petani mendapatkan keuntungan bersih yang cukup signifikan
yaitu Rp 716.563,- per bulan atau 8.598.750 per tahun.
50 |
Tabel 2. Penghasilan dari produk kopi basah (Cheery)
51 |
Kelayakan finansial usaha kopi Robusta di
Cibulao, Puncak-Bogor3
Analisa kelayakan finansial pengelolaan kopi di Cibulao
menggunakan data luasan kebun kopi 4 hektar, dan data produksi
kopi Robusta di tahun 2017 sebagai data dasar. Dari data tersebut,
kebutuhan investasi awal adalah Rp 50.000.000,-. Dari total investasi
tersebut, Rp 36.000.000,- digunakan untuk pembelian bibit (8.000
pohon) dan Rp 14.000.000,- digunakan untuk perawatan dan
pembelian pupuk kompos selama 3 (tiga) tahun pertama. Umur
investasi diperkirakan selama 10 tahun. Omset penjualan kopi adalah
Rp 18.000.000,- (kopi basah/cherry) dan Rp 45.000.000,- (beras
kopi/green bean) yang di mulai pada tahun ke-3. Suku bunga 7%
mengacu pada suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tarif pajak
untuk UMKM sebesar 1% dari omset penjualan. Porsi pendapatan
omset penjualan 75% mengacu pada bagi hasil PHBM (25% untuk
Perum Perhutani). Biaya operasional sebesar Rp 6.080.000,- (kopi
basah) dan Rp 10.605.000,- (beras kopi). Rincian biaya operasional
atau input produk dapat dilihat pada tabel 3 dan Tabel 4 dalam
Kasus 2. Pada kasus ini, diasumsikan bahwa harga, produktivitas,
dan biaya operasional adalah stabil/konstan. Ini berarti, omset
penjualan per tahunnya juga konstan atau stabil.
52 |
Tahapan penyelesaian
2. Menghitung PV kas masuk (PV cash inflows) per tahun selama 10 tahun.
Caranya adalah sebagai berikut:
Kas masuk contoh tahun ke-3: 2.240.000 = 1.828.507
t 3
(1 + i) (1 + 0,07)
Tabel 5. Perhitung arus kas masuk dan PV kas masuk usaha kopi Ribusta
Kopi Basah Beras Kopi
Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3) Kas Masuk per tahun (mulai tahun ke-3)
Deskripsi Kas masuk PV Kas Masuk Deskripsi Kas masuk PV Kas Masuk
Tahun ke-1 0 0 Tahun ke-1 0 0
Tahun ke-2 0 0 Tahun ke-2 0 0
Tahun ke-3 2.240.000 1.828.507 Tahun ke-3 17.695.000 14.444.391
Tahun ke-4 2.240.000 1.708.885 Tahun ke-4 17.695.000 13.499.431
Tahun ke-5 2.240.000 1.597.089 Tahun ke-5 17.695.000 12.616.290
Tahun ke-6 2.240.000 1.492.607 Tahun ke-6 17.695.000 11.790.926
Tahun ke-7 2.240.000 1.394.959 Tahun ke-7 17.695.000 11.019.557
Tahun ke-8 2.240.000 1.303.700 Tahun ke-8 17.695.000 10.298.651
Tahun ke-9 2.240.000 1.218.412 Tahun ke-9 17.695.000 9.624.906
Tahun ke-10 2.240.000 1.138.702 Tahun ke-10 17.695.000 8.995.241
Total 11.682.862 Total 92.289.394
53 |
3. Menghitung NPV dengan cara sebagai berikut:!NPV= Total PV kas masuk -
Nilai investasi awal
54 |
kas masuk selama 5 tahun (nilai b ) adalah: !
PV kas masuk tahun ke-1 + tahun ke-2 ......+ tahun ke-5 !
0+0+14.444.391+13.499.431+12.616.290 = 40.560.112
Nilai n = 5 (tahun terakhir dimana PV kas masuk mendekati investasi awal - a )
Nilai a = 50.000.000 (investasi awal)!
Nilai b = 40.560.112 (kumulatif PV kas masuk sampai tahun ke-5)!
Nilai c = 52.351.038 (kumulatif PV kas masuk sampai tahun ke-6 atau n+1 )
DPP = 5 + ((50.000.000-40.560.112)/(52.351.038-40.560.112))*12
= 5,96 atau 5 tahun 9,6 bulan
Maka periode pengembalian investasi (DPP) adalah 5 tahun 9,6 bulan
!"#!
IRR = !! + ! [!! − !! ]
!"#! − !"#!
Tahap pertama, diketahui tingkat suku bunga yang menghasilkan PV positif (𝑖!)
adalah 7% (bunga acuan). Untuk menghitung tingkat suku bunga yang
menghasilkan PV negatif (𝑖!) adalah dengan mencoba pada suku bunga 20%.
55 |
Jika PV kas masuk dikurangi investasi awal maka hasilnya = - 2.848.234.
Tahap kedua, diketahui NPV yang menghasilkan nilai positif (𝑁𝑃𝑉! ) adalah
42.289.394 dan NPV yang menghasilkan nilai negatif (𝑁𝑃𝑉! ) adalah -2.848.234.
Maka,
!IRR = 0,07 + 42.289.394 * (0,2-0,07)
42.289.394- (-2.848.234)
IRR = 0,07 + 42.289.394 * (0,13)
45.137.628
!IRR = 0,1917 atau 19,17% lebih besar dari suku bunga acuan yaitu 7%.
Dengan demikian maka investasi usaha beras kopi dinilai layak.
atau
Nett B/C ratio = Total PV kas masuk (positif)
Total PV kas keluar (negatif)
1. Nett B/C ratio Kopi Basah !
Nett B/C ratio = 11.682.862 = 0,233 atau < 1
50.000.000 !
Maka, investasi usaha untuk produk kopi basah tidak layak. !
2. Nett B/C ratio Beras Kopi
!Nett B/C ratio = 92.289.294 = 1,845 atau > 1
50.000.000 !
Maka, investasi usaha untuk produk beras kopi dinilai layak. !
Kesimpulan
Walaupun dari penghasilan penjualan langsung kopi basah robusta,
petani mendapatkan keuntungan (tabel 2 dan tabel 3). Namun, usaha
tersebut tidak akan bertahan lama. Hal ini dikarenakan jika
perhitungan menggunakan analisa manfaat dan biaya yang
memasukan faktor bunga dan pajak, maka usaha kopi basah robuta
tidak mampu menutupi biaya investasi dan operasionalnya. Dengan
56 |
demikian berarti usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak
layak.
Agar dapat menguntungkan dan memberi manfaat yang lebih baik
maka pilihannya adalah mengolah kopi basah menjadi beras kopi.
Keuntungan yang di dapat sangat signifikan dengan tingkat
pengembalian investasi cukup cepat yaitu selama 5 tahun 9,6 bulan.
Catatan Kaki
1
Data primer. Didapat melalui proses fasilitasi focus group discussion (FGD) bersama
pengurus Tombo Kopi dan Assalwa Resource Center selama 2 hari.
2
Veriasa, Thomas Oni, Ernan Rustiadi, Rilus A Kinseng. 2018. Impact of Joint Community
Forest Management (PHBM) on Local Economic Income in Upstream of Ciliwung
Watershed, Bogor Regency-Indonesia. Paper presented at "The 6th International
Conference of JABODETABEK Study Forum", IPB International Convention Center, Bogor.
August 29-30, 2018.
3
ibid.
57 |
Penutup
Pemahaman dasar terhadap proses perencanaan bisnis desa terutama
dalam pemodelan bisnis dan penilaian kelayakan finansial sangatlah
penting bagi aparatur pemerintah mulai dari pusat hingga ke desa,
dalam hal ini juga termasuk didalamnya pengelola BUMDes.
Membangun bisnis yang kreatif dan inovatif tidaklah mudah,
diperlukan penemuan-penemuan ide bisnis yang terkadang berasal
dari sekitar kita.
Desa dengan segala potensi sumberdayanya dapat menjadi sumber
inspirasi pengembangan bisnis berbasis potensi lokal. Bukan tidak
mungkin dari desa lahir bisnis-bisnis kreatif yang mendunia. Dengan
catatan bahwa hanya dan jika pemerintah desa beserta masyarakatnya
memang mempunyai tekad yang kuat untuk mengembangkan
lembaga ekonomi desa yang "out of the box".
Dengan proses perencanaan bisnis yang baik diharapkan lembaga
ekonomi desa seperti BUMDesa dan UMKM lainnya dapat
mengoptimalkan sumber daya desa dan mendorong perekonomian
desa serta menciptakan lapangan kerja baru dan tentunya
memperhatikan keberlanjutan sumber daya yang ada di desa
tersebut.
Terakhir, semoga buku ini dapat membantu siapa saja yang ingin
mengembangkan ide-ide bisnis di perdesaan.
58 |
Daftar Pustaka
Affianto A, Djatmiko WA, Riyanto S, Hermawan TT. 2005. Analisis
Biaya dan Pendapatan dalam Pengelolaan PHBM Sebuah Panduan
Perhitungan Bagi Hasil. Bogor (ID): Pustaka Latin.
Angelsen A and Lund JF. 2011. Measuring Livelihoods and
Environmental Dependence: Methods for Research and Fieldwork.
Designing the household questionnaire. eds A Angelsen, H O Larsen, J F
Lund, C Smith-Hall, S Wunder (Washington DC: Earthscan).
Berk J dan DeMarzo P. 2014. Corporate finance - third edition (Boston:
Pearson Education Inc)
Boone LE dan Kurtz DL. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID):
Penerbit Salemba Empat.
Clark T, Osterwalder A, Pigneur Y. 2012. Business Model You.
Business Model You, LLC. USA.
Conyers D and Hills P.1984. An Introduction to Planning in the Third World.
New York. John Wiley and Sons.
Gaspars-Wieloch H 2017 Cent. Eur. J. Oper. Res. pp 1-19
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta
(ID): UI Press.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL. 1988. Pengantar
Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Griffin J. 2005. Customer loyalty: Menumbuhkan dan mempertahankan
kesetiaan pelanggan. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Grimble R, Wellard K. 1997. Stakeholders Methodologies in Natural
Resource Management: a Review of Principles, Experiences and
Opportunities. Agricultural System. 55 (2): 173-193.
Husnan S and Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek - Edisi
Keempat .Yogyakarta (ID): Penerbit UPP AMP YKPN
Kanzunnudin M. 2009. Konsep Penjualan Versus Konsep Pemasaran.
Fokus Ekonomi 4. 2: 1-8
Kotler P dan Amstrong G. 2008. Principles of Marketing. (US):Pearson
Global Edition.
59 |
Kotler P dan Keller KL, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi ketigabelas,
jilid satu. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Northcott D. 1998. Capital Invesment Decision Making. London (UK):
International Thomson Business Press.
Osterwalder A. 2004. "The business Model Ontology - A proposition in a design
science approach" . University of Lausanne, Swiss. [Phd Dissertation].
Osterwalder A dan Pigneur Y. 2010. Business Model Generation. New
Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc., Hoboken.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sinaga D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Jakarta
(ID): Mitra Wacana Media.
Veriasa, Thomas Oni, Ernan Rustiadi, Rilus A Kinseng. 2018. Impact
of Joint Community Forest Management (PHBM) on Local
Economic Income in Upstream of Ciliwung Watershed, Bogor
Regency-Indonesia. Paper presented at "The 6th International
Conference of JABODETABEK Study Forum", IPB International
Convention Center, Bogor. August 29-30, 2018.
60 |
61 |
62 |