Anda di halaman 1dari 16

HASNA NUFAKHRINA

41115110
FISIP – ADMINISTRASI NEGARA

ALTERNATIF FORMULA KEBIJAKAN PADA PENETAPAN TRAYEK


ANGKUTAN UMUM DI KOTA SERANG

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan public dibidang transportasi umum di Indonesia cukup
kompleks, dinilai masih belum layak dan masih memiliki sejumlah masalah yang
belum juga terselesaikan. Kekurangan infrastruktur dan sarana transportasi umum
masih belum memadai sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi yang juga menimbulkan masalah kemacetan. Ditambah lagi
dengan kondisi kendaraan yang tidak layak jalan berdampak pada berkurangya
minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Kondisi fisik angkutan
yang sangat tidak layak menjadi persoalan lain yang harus dirasakan penumpang
angkutan umum dan membuat tidak nyaman. Mulai dari bodi kendaraan yang
berkarat dan keropos, atap kendaraan yang berlubang yang menimbulkan
kebocoran disaat hujan, kaca jendela yang tidak lengkap, juga ban kendaraan
yang tipis, ditambah dengan coretan-coretan pada bagian dinding dan atap yang
mengganggu kenyamanan. Kondisi fisik kendraan seperti itu salah satunya dapat
terlihat hampir di seluruh Indonesia. Masalah lain yang banyak ditemukan yaitu
maslah ketidak teraturan trayek angkutan umum, terutama angkot.
Salah satu cara untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut adalah
dengan memperbaiki kualitas pelayanan angkutan umum dengan menata dan
mengembangkan pola jaringan trayek kendaraan umum yang ada sekarang ini di
Kota Serang. Menurut Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika pengertian
trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang
yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap
maupun tidak terjadwal. Sedangkan jaringan trayek adalah kumpulan dari
trayektrayek yang menjadi suatu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang.
Pelayanan angkutan umum di Kota Serang diselenggarakan dengan
menggunakan mobil bus dan mobil penumpang yang dilayani dalam trayek tetap
dan teratur; dan tidak dalam trayek. Yang dimaksud dengan trayek tetap dan

1
teratur adalah angkutan kota, angkutan perbatasan, dan angkutan khusus.
Sedangkan angkutan umum tidak dalam trayek yang dimaksud meliputi angkutan
taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisata, angkutan karyawan, angkutan antar
jemput dan angkutan kawasan permukiman.
Pelayanan angkutan kota dilaksanakan dalam jaringan trayek kota, yaitu
trayek yang seluruhnya berada dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota
kabupaten. Penerapan sistem jaringan trayek angkutan umum di Kota Serang
setidaknya telah diberlakukan sejak tahun 2009 hingga saat ini, namun
pelaksanaannya dinilai masih belum maksimal. Penerapan sistem trayek dinilai
belum berhasil karena pada kenyataannya kode trayek belum mencerminkan arah
atau tujuan akhir dari angkutan umum di Kota Serang. Masyarakat yang ingin
menggunakan angkutan umum harus menyebutkan terlebih dahulu kemana
tujuannya layaknya ketika kita akan bepergian menggunakan taksi (angkutan
umum tidak dalam trayek). Hal ini cukup merepotkan, terutama untuk penduduk
luar daerah yang kebetulan berkunjung ke Kota Serang.
Belum tertibnya trayek angkutan kota di Kota Serang karena hampir
seluruh sopir angkot melakukan pelanggaran terhadap trayek yang telah
ditentukan. Hal ini disebabkan oleh tidak disiplinnya para pengendara angkutan
umum di Kota Serang. Meskipun pemerintah telah menetapkan jaringan trayek
angkutan umum di Kota Serang melalui Surat Keputusan Walikota Serang No.
551.23/Kep.74-Huk/2009, para sopir angkutan kota tetap saja tidak
mengindahkan adanya peraturan tersebut. Para sopir justru melewati jalur-jalur
yang tidak sesuai dengan ketentuan trayek. Kondisi ini juga diperparah dengan
banyaknya sopir yang semena-mena menaik-turunkan penumpang di tengah-
tengah perjalanan. Ini biasanya terjadi jika di dalam angkutan terdapat banyak
penumpang dengan tujuan yang berbeda-beda. Pada situasi ini, biasanya sopir
akan menurunkan penumpang minoritas dengan tujuan berbeda. Misalnya, di
dalam angkot sudah ada 2 orang penumpang ke arah Royal, kemudian di tengah
perjalanan, ada 5 orang mau ke arah Kepandean, maka sudah pasti penumpang (2
orang) yang sebelumnya akan diturunkan dan naik angkot yang lain. Seperti yang
penulis alami mengenai ketidaktertiban trayek angkot di Kota Serang, Provinsi
Banten. Beberapa hari yang lalu saat penulis hendak berangkat ke tempat kerja di
daerah pakupatan, penulis naik angkot no.02 dari kepandean yang diangkotnya
tertera label jurusan ke pekupatan via jl. Jendral Sudirman (arah lurus dari
Ramayan sampai pakupatan), dalam perjalanan ketika sampai di simpang 4 pocis,

2
seharusnya angkot no.02 tersebut belok kanan menuju jl. Diponegoro dan
selanjutnya ke jl. Veteran (Ramayana) kemudian lurus ke jl. Jendral Sudirman.
Namun angkot yang saya tumpangi itu malah belok kiri ke jl. Maulana Hasanudin
dan akhirnya angkot itu menuju Pasar Rau dan kemudian kembali masuk jl.
Jendral Sudirman melalui simpang 4 Mc.Donalds lewat pontir. Dengan begitu
akan memakan waktu lama untuk sampai di tujuan. Padahal menurut peraturan,
trayek angkot no.2 sebagai berikut:
Nomor Trayek: 2
Ciri fisik: Warna Cat Angkutan Umum Bagian Atas Berwarna Biru muda (Biru
Langit). Dan berwarna Putih pada bagian bawah dengan tulisan Angkutan Kota
Berwarna Hitam.
Rute yang dilalui:
TERMINAL PAKUPATAN » JL.RAYA JAKARTA » JL.JEND. SUDIRMAN »
SIMPANG 4 CICERI » JL.AHMAD YANI » SIMPANG 4 SUMUR PECUNG »
JL.AHMAD YANI » SIMPANG 4 BNI / PISANG MAS » JLVETERAN »
JL.YUMAGA » JL.KI MAS JONG » JL.KH.SYAM’UN » JL.MAYOR SYAFEI
» TERMINAL KEPANDEAN » MAYOR SYAFEI » SIMPANG 4 POCIS /
ROYAL » JL.DIPONEGORO » SIMPANG 4 ALUN » LAUN » JL.VETERAN »
SIMPANG 4 BNI / PISANG MAS » JL.AHMAD YANI » SIMPANG 4 SUMUR
PECUNG » JL.AHMAD YANI » SIMPANG 4 CICERI » JL.JEND. I
SUDIRMAN » JL.RAYA JAKARTA » TERMINAL PAKUPATAN
Dari data tersebut hal ini dirasa dapat merugikan masyarakat sebagai
konsumen atau penumpang dan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
menggunakan angkutan kota (angkot) karena ketidaktertiban angkutan kota
(angkot) tersebut. Selain itu perjalanan menjadi lebih lama, banyak waktu yang
terbuang karena angkot tidak langsung ke tujuan. Masalah inipun sudah lama
sekalali terjadi dan sampai saat ini belum juga terselesaikan. Padahal, Kota
Serang merupakan ibukota dari Provinsi Banten yang seharusnya secara
manajemen transportasi harus maju dan lebih baik dari daerah disekitarnya agar
menjadi contoh yang baik di Provinsi Banten. Namun melihat perkembangannya,
transportasi Kota Serang masih banyak yang perlu diperbaiki.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Alternatif Formula Kebijakan Pada Penetapan Trayek Angkutan
Umum Di Kota Serang?

3
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui alternatif formula kebijakan pada penetapan trayek angkutan
umum di Kota Serang

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yg tepat sangat diperlukan dalam pelaksanaan suatu
penelitian. Metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan
penelitian sehingga dengan penggunaan metode yg tepat, tujuan penelitian dapat
tercapai. Metode penelitian atau sering juga disebut sebagai metodelogi
penelitian adalah sebuah desain atau rancangan penelitian. Metode penelitian yg
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan
menyajikan serta menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang
cukup jelas pada objek yang diteliti, jadi penulis mengadakan suatu pengamatan
langsung terhadap permasalahan yang terjadi kemudian mengadakan suatu
analisis terhadap masalah tersebut, dengan bertujuan agar dapat menarik suatu
kesimpulan.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian merupakan metode atau cara
yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
buku-buku, jurnal, makalah, surat kabar, dan bahan publikasi lainnya yang
digunakan untuk memperoleh teori, konsep, dan pemikiran tentang permasalahan
yang dibahas, serta penulis juga melakukan Observasi yaitu merupakan
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang
diteliti.

F. Landasan Teori
1. Kebijakan publik
Kebijakan publik dalam definisi yang mashur dari Dye adalah
whatever governments choose to do or not to do. Maknanya Dye hendak

4
menyatakan bahwa apapun kegiatan pemerintah baik yang eksplisit
maupun implisit merupakan sebuah kebijakan (Indiahono, 2009:17).
Selain Dye, James E. Anderson juga memberikan pengertian kebijakan
publik sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau
sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau
suatu hal yang diperhatikan (Agustino, 2014:7). Definisi lain mengenai
kebijakan publik ditawarkan Carl Friedrich dalam Indiahono (2009:18)
yang mendefinisikan bahwa: “Kebijakan sebagai suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan tertentu”.

2. Formulasi kebijakan publik


Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan
publik merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan
evaluasi kebijakan hanya dapat dilaksanakan apabila tahap formulasi
kebijakan telah selesai, disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau
program dalam mencapai tujuan-tujuannya sebagian besar bersumber
pada ketidaksempurnaan pengolaan tahap formulasi (Wibawa; 1994, 2).
menurut Winarno (1989, 53),Formulasi kebijakan sebagai suatu
proses, dapat dipandang dalam 2 (dua) macam kegiatan. Kegiatan
pertama adalah memutuskan secara umum apa yang apa yang harus
dilakukan atau dengan kata lain perumusan diarahkan untuk memperoleh
kesepakatan tentang suatu alternatif kebijakan yang dipilih, suatu
keputusan yang menyetujui adalah hasil dari proses seluruhnya.
Sedangkan kegiatan selanjutnya diarahkan pada bagaimana keputusan-
keputusan kebijakan dibuat, dalam hal ini suatu keputusan kebijakan
mencakup tindakan oleh seseorang pejabat atau lembaga resmi untuk
menyetujui, mengubah atau menolak suatu alternatif kebijakan yang
dipilih.

3. Transportasi angkutan umum

5
Transportasi merupakan industri jasa yang mengemban fungsi
pelayanan publik dan misi pembangunan nasional yang secara umum
menjalankan fungsi untuk mendukung perwujudan kesejahteraan
masyarakat. Penyelenggaraan transportasi berperan mendorong
pemerataan pembangunan dan melayani kebutuhan masyarakat luas baik
di perkotaan maupun di perdesaan. Mengingat pentingnya transportasi,
maka sangat perlu dibuat aturan/kebijakan mengenai transportasi baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, maka penyelenggaraan
kegiatan transportasi/perhubungan di Kota Serang diatur melalui
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
Secara umum, peraturan daerah ini berisi tentang segala hal yang
berkaitan dengan proses penyelenggaraan bidang perhubungan,
komunikasi dan informatika di Kota Serang.
Peraturan daerah ini merupakan sebagai pedoman dan landasan
serta memberikan arahan yang jelas pada sektor perhubungan,
komunikasi dan informatika di Kota Serang mengingat Kota Serang telah
mengalami banyak perkembangan dengan mobilitas yang tinggi dan
tentunya berdampak pada peningkatan aktivitas pada sektor
perhubungan, komunikasi dan informatika.
Angkutan umum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem transportasi kota dan merupakan komponen yang perannya sangat
penting karena angkutan umum adalah sarana yang dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat kota untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (UU LLAJ), pengertian angkutan adalah perpindahan
orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Penyelenggaraan
angkutan biasanya dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum.
Dalam hal penggunaan angkutan umum yang bersifat massal,
perlu ada kesamaan diantara para penumpang, antara lain kesamaan asal
dan kesamaan tujuan. Oleh karena itu, maka menurut UU LLAJ pasal 140
disebutkan bahwa pelayanan angkutan dengan kendaraan bermotor umum
terdiri atas pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum

6
dalam trayek; dan pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum tidak dalam trayek.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 Tahun
2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan
Kendaraan Umum, trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk
pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal
dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak
terjadwal.
Termasuk jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan
bermotor umum dalam trayek menurut pasal 142 UU LLAJ adalah sebagai
berikut:
1. Angkutan lintas batas negara;
2. Angkutan antarkota antarprovinsi;
3. Angkutan antarkota dalam provinsi;
4. Angkutan perkotaan; atau
5. Angkutan perdesaan.

Pemerintah Kota Serang saat ini telah berupaya melakukan penataan di


bidang transportasi melalui pembenahan jaringan trayek angkutan umum di Kota
Serang. Jaringan trayek angkutan umum yang berlaku saat ini sebanyak 12 (dua
belas) jalur trayek angkutan perkotaan di wilayah Kota Serang. Adapun jaringan
trayek yang ditetapkan tersebut sesuai dengan tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1: Daftar Trayek Angkutan Umum Penumpang di Kota Serang
WARNA
KODE WARNA ATAS
NO JURUSAN JUMLAH BAWAH
TRAYEK KENDARAAN
KENDARAAN
Pakupatan – Ciceri –
1 01 214 Kuning Biru Metalik
Kepandean PP
Pakupatan – Ahmad Yani –
2 02 200 Putih Biru Metalik
Kepandean PP
Pakupatan – Pasar Rau –
3 03 187 Hijau Biru Metalik
Kepandean PP
Pakupatan – Cipocok – Pasar
4 04 165 Pink Biru Metalik
Rau PP
Cipocok – Yumaga –
5 05A 29 Abu-abu Biru Metalik
Kepandean – Royal PP

7
Cipocok – Yumaga –
6 05B Kepandean – Royal PP (Via 13 Abu-abu Biru Metalik
Buah Gede/Al-Azhar)
Cipocok – Royal – Pasar
7 06 91 Dongker Biru Metalik
Lama – Pasar Rau PP
Kepandean – Lopang –
8 07 218 Coklat Biru Metalik
Pasar Rau PP
Sawah
Luhur/Kemayungan/Lebak
9 08 5 Merah Biru Metalik
Indah – Pasar Rau – Royal
PP
Pakupatan – Polda Banten –
10 09 26 Hitam Biru Metalik
Simpang Boru – Cipocok PP
Pakupatan – Polda Banten –
11 10 KP3B Palima – Kepandean 0 Ungu Biru Metalik
PP
12 11 Pasar Rau - Banten 112 Biru Tua Biru Tua

JUMLAH 1260 - -
(Sumber: Kota Serang Dalam Angka 2014 dan Surat Keputusan Walikota Serang No.
551.23/Kep.74-Huk/2009)

G. Kerangka Pemikiran

FORMULASI KEBIJAKAN PADA PENETAPAN TRAYEK ANGKUTAN


UMUM DI KOTA SERANG

PROSES PEMBUATAN ALTERNATIF FORMULASI KEBIJAKAN


PADA PENETAPAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI KOTA
SERANG

PEMILIHAN ALTERNATIF FORMULASI KEBIJAKAN PADA


PENETAPAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI KOTA SERANG

8
H. Pembahasan
1. Identifikasi Alternatif
Didalam mengidentifikasi sebuah alternatif kebijakan terdapat 3 poin penting
yaitu :
 Sumber alternatif kebijakan
 Mencari alternatif kebijakan
 Menciptakan alternatif kebijakan
Patton dan sawicki mengidentifikasi beberapa metode yg dapat digunakan
pembuat kebijakan untuk mengembangkan alternatif kebijakan yaitu :
a) Metode status quo (no-action)
Altenatif ini dipilih dengan alasan tidak cukup dana untuk membuat
alternatif kebijakan baru, dengan kebijakan status quo sudah dapat
mencapai sasaran / program kebijakan, kebijakan status quo dapat
mengurangi tindakan dan resiko, status quo merupakan solusi yg terbaik
dikarenakan masalahnya sangat pelik sehingga tidak ada solusi yg
optimal.
b) Metode survai cepat
Analisis kebijakan dapat menanyakan kepada teman atau kelompok
tertentu mengenai suatu masalah dan minta saran bagimana memecahkan
masalah tersebut. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan berbagai ide yg
baik dalam memecahkan masalah. Metode ini dapat menghasilkan
serangkaian daftar saran alternatif kebijakan untuk kemudian diolah oleh
analisis kebijakan.
c) Tinjauan pustaka
Berbagai sumber literature seperti buku dan jurnal berisi pengetahuan
teoritik dan kasus dari berbagai bidang, seperti bidang perumahan,
pendidikan, perpajakan, polusi dan sebagainya. Semuanya itu dapat
digunakan sebagai sumber informasi untuk menawarkan alternatif
kebijakan dalam menyelesaikan masalah.
d) Perbandingan dengan pengalaman nyata
Memperoleh informasi tentang alternatif kebijakan yg nyata yg telah
digunakan oleh pihak lain adalah penting terutama apabila masalah yg
dihadapi memiliki kesamaan setting sosial.
e) Metode analogy, metaphora dan synetic

9
Analogy dan metaphora digunakan untuk memecahkan masalah, baik
dalam hal mendefinisikan masalah maupun untuk membantu analis dalam
mengidentifikasi kemungkinan alternatif. Para pendukung metode ini
berpendapat bahwa para analis kebijakan sering gagal menemukan solusi
terhadap suatu masalah sebab mereka tidak mengenali bahwa masalah yg
dihadapi sebenarnya adalah masalah yg lama. Sedangkan synetics adalah
metode pemecahan masalah dalam kelompok melalui diskusi sehingga
kesempatan untuk menemukan alternatifnya meningkat.
f) Curah pendapat
Metode ini dapat dilakukan melalui konferensi yg kreatif guna
menghasilkan serangkaian daftar guna memecahkan masalah. Metode ini
menunjuk pada diskusi kelompok tentang masalah dan berbagai
kemungkinan alternatif kebijakan.
Pada hal ini, penulis akan mengidentifikasikan alternatif kebijakan pada trayek
angkutan umum di Kota Serang yang bertujuan untuk menertibkan trakyek
angkutan umum dengan menggunakan penggabungan metode antara metode
survai cepat, tinjauan pustaka dan curah pendapat. Sehingga hasilnya nanti
dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna transportasi angkutan
umum. Terdapat 3 alternatif kebijakan yg penulis identifikasi yakni :
 Mengfungsikan terminal kelas B (sub terminal) Cipocok dan
Kepandean
 Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting) angkutan umum
angkot
 Pengadaan BRT (Bus Rapid Transit) di Kota Serang

2. Mendefinisikan dan Merumuskan Alternatif


Ada 3 alternatif yang penulis usulakan dalam membuat formulasi kebijakan
pada trayek angkutan umum di Kota Serang, yaitu:
1) Mengfungsikan terminal kelas B (sub terminal) Cipocok dan
Kepandean
Angkutan kota yang trayeknya telah ditentukan beroperasi di luar trayek
mereka. Tak hanya itu, angkutan dalam kota provinsi (AKDP) kini
masuk ke dalam kota sehingga semakin menambah ketidaktertiban. Hal
itu karena kedua sub terminal belum berfungsi sebagaimana seharusnya,
maka angkutan kota dalam provinsi banyak yang masuk seenaknya ke

10
dalam Kota Serang. AKDP dari selatan seharusnya hanya sampai ke
Terminal Cipocok Jaya. Sedangkan AKDP yang dari barat harusnya
hanya sampai Terminal Kepandean. Sehingga, angkot di Kota serang
tidak direcoki AKDP. Untuk dapat mengfungsikan kembali terminal-
terminal kelas B tersebut perlu juda diadakannya perbaikan pada
terminal tersebut, agar layak untuk difungsikan.

2) Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting) angkutan umum


angkot
Sekarang ini, hampir seluruh angkot di Kota Serang beroperasi diluar
trayeknya. Dan hampir semuanya melewati pusat kota sekitaran alun-
alun dan pusat perbelanjaan seperti Pasar Rau. Hal ini pun bukannya
tanpa alasan, para supir angkot merasa pembagian trayek itu tidak adil,
karena bagi mereka yang ditempatkan pada trayek di pinggiran kota
yang sepi penumpang merasa dirugikan. Ini salah satu alasan mengapa
angkutan umum tidak beroperasi dan tidak tertib pada trayeknya.
Merujuk pada hal tersebut maka sekiranya perlu diadakan rerouting
pada angkutan umum di Kota Serang agar para supir angkutan umum
bisa lebih tertib trayek. Penataan ulang rute atau trayek ini bisa dengan
cara mengurangi jumlah rute/trayek, dan mengalihkannya dengan
trayek baru, yang mulanya jarak dekat dalam kota menjadi di pinggiran
dengan jarak yang lebih jauh yaitu menuju ke pusat kota atau pusat
perbelanjaan, agar angkutan umum yang mendapat trayek di pinggiran
tidak hanya beroperasi di pinggiran kota saja yang sepi penumpang.
Dengan begitu dapat mengurangi kepadatan angkutan umum di tengan
kota dan mengurangi kemacetan.

3) Pengadaan BRT (Bus Rapid Transit) di Kota Serang


Bus Rapid Transit atau disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang
cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan
jadwal. Menggunakan bus untuk melayani servis yang kualitasnya lebih
baik dibandingkan servis bus yang lain. Setiap sistem BRT pasti
menggunakan sistem improvantasi yang berbeda, walaupun

11
improventasinya berbagi dengan sistem BRT yang lain. Penggunaan
BRT misalnya seperti TransJakarta atau biasa disebut busway.
Pengadaan BRT ini bisa dengan cara mengganti angkutan umum kecil
seperti angkot, karena satu buah bis BRT bisa mewakili 2-3 buah angkot
dan tentunya akan mengurangi jumlah kendaraan di jalanan, juga dapat
mengurangi kemacetan. Diadakannya BRT ini tentunya bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan para pengguna transportasi umum sehingga
dapat menarik masyarakat lain untuk menggunakan transportasi umum.
Dengan begitu penggunaan kendaraan pribadi akan berkurang yang
akan berdampak juga pada berkurangnya kemacetan di Kota Serang ini.
Adanya BRT juga akan dibarengi dengan pengadaan halte-halte di
beberapa titik pusat aktivitas masyarakat yang bertujuan sebagai tempat
transit. Hal-hal demikian itu tentu saja akan menbutuhkan dana yang
besar untuk mewujudkannya. Namun Kota Serang ini cukup lambat
dalam kemajuan kotanya. Dan bila pemerintah bisa mengadakan BRT
ini, dirasa akan memberikan kemajuan yang baik bagi Kota Serang
yang tidak lain sebaga ibukota Provinsi Banten yang akan memberikan
contoh bagi daerah di sekitarnya.

3. Menilai Alternatif
Rekomendasi kebijakan adalah proses untuk melakukan pilihan terhadap
berbagai alternatif kebijakan berdasarkan kriteria kriteria yg telah ditetapkan :
a) Metode perbandingan
Semua alternatif kebijakan yg akan dievaluasi dibandingkan
berdasarkan kriteria kriteria yg telah ditentukan, kemudian dipilih salah
satu alternatif kebijakan yg memperoleh nilai yg tertinggi
b) Metode memuaskan
Yakni pemilihan alternatif dilakukan atas dasar kemampuan setiap
alternatif memenuhi semua kriteria atau persyaratan yg telah ditetapkan.
Apabila tidak ada alternatif yg memenuhi semua kriteria, maka perlu
mengurangi jumlah kriteria yg telah ditetapkan
c) Non dominated alternatives method
Yakni melakukan evaluasi terhadap semua alternatif berdasarkan jumlah
kriteria yg telah ditetapkan untuk mengetahui sejauh mana memenuhi
kriteria tersebut. Alternatif yg rendah skornya disingkirkan dari tahap

12
evaluasi berikutnya. Alternatif yg paling unggul pada semua kriteria
atau pada beberapa kriteria dianalisis lebih lanjut dengan kriteria yg
lain.

Dari ketiga metode di atas, penulis memilih metode non dominated


alternatives method, karna pada kali ini menurut penulis metode yg cocok
dalam memilih kebijakan publik pada pembangunan jalur khusus sepeda
dikota serang. dengan skor 1 (rendah) 2 (sedang) 3 (tinggi).
Dengan menggunakan cara ini yaitu seperti tabel dibawah ini :

 Langkah Pertama penilaian masing masing alternatif


Kriteria Alternatif Kebijakan
Mengfungsikan Melakukan penataan Pengadaan BRT
terminal kelas B (sub ulang rute atau trayek (Bus Rapid Transit)
terminal) Cipocok dan (rerouting) angkutan di Kota Serang
Kepandean umum angkot
Kelayakan Teknis 2 3 1
Kelayakan Finansial 2 2 3
Partispasi Masyarakat 3 3 2
Alternatif kebijakan Mengfungsikan terminal kelas B (sub terminal) Cipocok dan
Kepandean, dan Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting) angkutan umum
angkot adalah yg paling baik dari pada alternatif kebijakan Pengadaan BRT (Bus Rapid
Transit) di Kota Serang. Analisis kebijakan kemudian menggunakan kriteria baru, yakni
kemudahan pelaksanaan yg digunakan untuk melakukan penilaian, sehingga dapat
menetapkan alternatif kebijakan yg paling baik
 Langkah kedua penilaian alternatif kebijakan
Kriteria Alternatif Kebijakan
Mengfungsikan terminal Melakukan penataan ulang
kelas B (sub terminal) rute atau trayek (rerouting)
Cipocok dan Kepandean angkutan umum angkot
Kelayakan Teknis 2 3
Kelayakan Finansial 2 2
Partispasi Masyarakat 3 3
Kemudahan Pelaksanaan 2 2

4. Memilih Alternatif
Dalam memilih alternaitf kebijakan publik ada beberapa variabel yg perlu
dipertimbangkan yakni :
 Kesesuaian dengan visi dan misi

13
 Dapat diimpelementasikan
 Mampu mempromosikan pemerataan dan keadilan pada masyarakat
 Mendasarkan pada kriteria yg jelas dan transparan
Dalam hubungannya dengan kriteria yg berfungsi sebagai standar penilaian
ini, bardach sebagaimana dikutip oleh patton dan sawicki mengajukan
beberapa kriteria sebagai berikut :
 Kelayakan teknis, yakni apakah alternatif kebijakan yg dipilih dapat
mengatasi pokok persoalan yg muncul.
 Kemungkinan ekonomi dan financial
 Kelayakan politik
 Kelayakan administratif
Sedangkan korten mengajukkan satu model, bahwa keberhasilan suatu
program akan ditentukan oleh hubungan dari tiga aspek yakni jenis program,
penerima program, dan organisasi pelaksana program.
Setelah menilai alternatif kebijakan, dan mengikuti kriteria kebijakan diatas,
maka alternatif kebijakan pada trayek angkutan kota di Kota Serang yakni,
Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting) angkutan umum
angkot.

5. Pengesahan Kebijakan
Setelah melalui beberapa proses, akhirnya penulis memutuskan mengesahkan
alternatif kebijakan Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting)
angkutan umum angkot. Karena jika hanya dengan mengfungsikan terminal
kelas B saja, pelanggaran trayek masih bisa terjadi. Sepengetauhan penulis di
Serang ini belum pernah ada rerouting, jika saja pihak yang bertanggungjawab
atas masalah trayek ini bisa menata ulang trayek angkot di Kota Serang
kemungkinan besar masalah trayek angkot ini bisa dibenahi. Walaupun dalam
proses rerouting ini akan memakan waktu yang lama tapi juga efektif.

I. Kesimpulan
1. Simpulan
Biasanya orang memulai kegiatannya pada pagi hari, baik ke sekolah, ke
tempat kerja, maupun kegiatan lainnya dan pulang pada siang atau sore hari.
Pada saat orang bersamaan melakukan kegiatan pergerakan, maka pada jam
tertentu di jalan akan terjadi penumpukan arus lalu lintas. Pada kondisi seperti

14
itulah disebut jam puncak atau peak hours. Ditambah lagi dengan angkutan
umum yang tidak tertib pada trayeknya. Permasalahan trayek angkutan umu di
Kota Serang sudah sangat lama terjadi, namun sampai saat ini belum juga ada
perbaikan. Berbagai kendala mungkin jadi penghambat penyelesaian masalah
trayek angkot di Kota Serang ini. Tapi jika terus menerus seperti itu
masalahnya tidak akan kunjung selesai. Dengan alternatif kebijakan
Melakukan penataan ulang rute atau trayek (rerouting) angkutan umum,
penanganan yang tegas dan maksimal dari pihak Dishub, tentunya akan
menyelesaikan permasalahan alot di Kota Serang ini.
2. Saran
Dengan telah ditemukannya beberapa kekurangan dan kelemahan dalam
proses formulasi kebijakan publik pada trayek angkutan umum di Kota
Serang, kiranya perlu dilakukan pembenahan dan langkah-langkah
penyempurnaan tindakan tegas yang sesuai Peraturan Daerah Kota Serang
Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika yang digunakan sebagai pedoman untuk mangatur
transportasi di Kota Serang. Juga alternatif kebijakan rerouting dapat
terlaksana dan tercapai sesuai dengan harapan.

15
DAFTAR PUSTAKA
 Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
 ____________ . 2015. Kota Serang Dalam Angka 2015. Serang: Badan Pusat
Statistik Kota Serang
 Dunn, William N. 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
 Gunawan, H. Ary,.1986.Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia ,
Jakarta :Bina Aksara.
 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi,
Jakarta, PT Alex Media Komputindo, 2003
 Imron, Ali. 2008. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Bus_Rapid_Transit
 http://kotaserang.com/2013/08/info-daftar-pembagian-trayek-angkutan-umum-
kota-serang.html

16

Anda mungkin juga menyukai