Anda di halaman 1dari 4

Nama :

NIP :

Golongan :

Angkatan :7

1. a. Masalah pokok dari kasus diatas adalah pelayanan public yang jelek dari instansi
kesehatan khususnya di Puskesmas Duren Sawi dan BLUD Puskesmas Tanah Abang.
Hal ini dikarenakan segala aspek layanan tidak berjalan dengan baik, ( Prinsip
Pelayanan Publik ), kedua Puskesmas Tersebut memiliki prinsip pelayanan:
- Tidak Partisipatif :. Dalam hal membuat pelayanan harus melibatkan masyarakat,
dalam hal diatas masyarakat sangat asing di tempat pelayanan mereka . ini
diperkuat dengan banyak masyarakat tidak tahu soal jam buka puskesmas
- Tidak Transparan : tidak adanya informasi bagi masyarakat dalam hal jenis
pelayanan, waktu tunggu pelayanan di kedua Puskesmas dan birokrasi tentang
JKN - KIS yang lama dalam hal rujukan.
- Tidak Responsif : kedua puskesmas tersebut jelek sekali dan bertolak belakang
dengan prinsip pelayanan yang responsive. Hal ini dibuktikan dengan pasien yang
disabilitas tidak mendapatkan pelayan yang seharusnya. Padahal pasien seperti
tersebut merupakan pasien prioritas, pelayanan UGD yang Lama dan berbelit-belit
- Tidak Efektif dan Tidak Efesien : Pasien dikedua Puskesmas tersebut
mendapatkan pelayanan yang berbelit-belit dan menyita waktu sehingga tidak
mendapatkan kepuasaan . contohnya : hanya ambil rujukan harus menunggu lama
padahal pasien tersebut merupakan pasien prioritas,
- Tidak Akuntable : pegawai dikedua puskesmas tidak mempunyai sikap
akuntabilitas karena pasien dibiarkan menunggu lama, pasien diabilitas tidak
mendapatkan pelayanan yang seharusnya.

b. UPT. Puskesmas Duren Sawit :

 Sari (39 Tahun) : Pasien puskesmas duren sawit yang mendapat


pelayanan yang lama dan berbelit – belit

BLUD Puskesmas Tanah Abang

 Nuraini ibu yang menemani anank nya Amelia (9th) : dating berobat
siang hari supaya terhindar dari pelayanan poli yang lama, berharap
mendapatkan pelayanan yang cepat (UGD)
 Beben : Pasien Disabilitas yang tidak mendapatkan pelayanan prioritas
yang seharusnya,

Aktor pendukung :
 Sutiyo ( 58th) : peserta JKN-KIS yang mendapatkan keuntungan dari pelayanan
KIS dari segi terbantu dalam masalah dana pengobatan, walaupun birokrasi
agak lama tapi pak sutiyo tidak mempermasalahkannya.
 Phrisella Devi (27th) : mendapatakn dampak positif dari pelayanan JKN-KIS
karena pengobatan yang didpat mudah dan murah dan mendapatkan
keuntungdan dapat menklaim uang asuransi nya.
 Lisa ( Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang ) : menjelaskan soal
penguatan bidang kesehatan tentang pelayanan yang kerumah-rumah, jadi
pemberi layanan akan mendatangi rumah-rumah warga yang berhak
mendapatkan layanan kesehatan, contoh : pelayanan melahirkan , pelayanan
pengobatan. Walaupun puskesmas di kabupaten Tanggerang memiliki fasilitas
puskesmas 24 jam .

2. A. Pelanggaran Nilai- nilai dasar PNS :


- Akuntabilitas :
Setiap pegawai dikedua puskesmas (puskesmas duren sawit dan BLUD puskesmas
tanah abang) tidak melaksanakan tugas pertanggung jawaban na dengan baik
sebagai pelayan bidang kesehatan dalam melayani masayarakat yang sakit karena
tugas dan tanggung jawab sebagai PNS dibidang kesehatan adalah melayani pasien
dengan sepenuh hati dan mempunyai integritas tinggi. ini tertera dalam kasus
diatas pasien menunggu lama. Ini disebabkan petugas nya tidak bekerja dengan
disiplin tepat waktu, efektif dan efesien.
Peran Aktor yang terlibat tentang pengetahuan peran PNS :
Sari, Nuraini, dan Pak Beben : sedikit kesal karena pelayan public dibidang
kesehatan tidak menjalankan akuntabilitas nya dengan baik sehingga mereka tidak
melaksanan kewajiban nya dan pasien tidask mendapatkan kepuasan pelayanan
Prisella devi dan sutiyo : medapatkan pelayanan dan mencoba sabar akibat
birokrasi yang agak panjang.
Lisa sebagai kepala dinas beliau melakukan akuntabilitas dengan baik karena
membuat kebijakan seluruh puskesmas di tanggerang membuat inovasi pelayanan
yang rumah kerumah . sebagai kepala dinas dia melaksanakan tugas na untuk
membuat masyarakat tanggerang khususnya medapatkan fasilitas kesehatan
dengan baik.
- Nasionalisme :
Rasa nasionalisme dari PNS yang bekerja di instansi kesehatan di kasus diatas
sangat kurang karena tidak mengamalkan ideology Negara kita Pancasila .
contohnya : tidak menghormati hak pelayanan yang seharusnya didapat (Beben,
penyandang disabilitas) padahal beliay tahu kalau penyandang disbilitas akan
mendapatkan pelayanan yang khusus di puskesmas tp tetap mengantri. (sila kedua)
- Etika Publik
PNS yang bekerja di instansi kesehatan tersebut tidak melaksanakan etika public
yang berlaku karena pasien tersebut dibiarkan menunggu lama dan tidak
mendapatkan yang sudah hak nnya ( Sari, Nuraini, Beben) padahal aturan
pelayanannya jelas pasien ada batas maksimal untuk mendapatkan pelayanan ini
smua sudah tertera di indicator mutu puskesmas. Indicator mutu merupakan
standar dari puskesmas untuk melakukan pelayanan. Hasil akhirnaya Adalah
pelayanan public yang baik.
- Komitmen Mutu
Komitmen mutu masing-masing puskesmas dan pihak JKN-KIS tidak berjalan
dengan baik karena masih adanya pasien yang menumpuk , waktu tunggu lama,
birokrasi tidak jelas, membuat pasien bolak-balik (Sari, Nuri, Beben, sutiyo,
phrisella devi).padahal smua itu harusnya berjalan baik dan didasarkan dari
komitmen mutu yang baik bagi semua elemen pegawai.
- Anti Korupsi
Korupsi yang dilakukan para pegawai di instansi diatas bukan kepada keuangan
melainkan kepada waktu . seharusnya sikap anti korupsi harus terkandung dalam
diri pegawai. Baik itu korupsi waktu. Itu tanpak dikasus pasien lama menunggu
buka puskesmas.

B. Dampak Tidak diterapkan nilai – nilai PNS dalam NKRI dalam dikasus diatas adalah :

Membuat citra Pelayanan Kesehatan di Indonesia jadi buruk dan tercoreng karena
tujuan dari pelayanan public yang berhasil adalah kepuasan yang penerima pelayanan
sehingga akan berdampak pada kemjuan bangsa dimasa yang akan dating, dan dampak nya
lebih fatal adalah masyarakat akan menjadi korban kekejaman di tanah kelahiran mereka
sendiri,kekacauan dimana-mana, padalah masyarakat adalah tuan dari tanah Indonesia ini, hal
ini dikarenkana mereka membayar pajak yang membiyai kegiatan public.

Dampak lain yang mungkin akan timbul adalah

- Penggelembungan Organisasi
Hal ini jika terjadi seperti kasus diatas dapat menyebabkan birokrasi yang
seharusnya memberikan pelayanan yang efektif dan efesien malah akan membuat
birikrasi yang membengkak yang membuat struktur organisasi yadi besar sehingga
merekrut pegawai yang banyak padahal itu tidak perlu dilakukan, kalau
pegawainya bekerja sesuai tupoksi dengan integritas tinggi. Contoh : jumlah
pegawai puskesmas jadi banyak)
- Duplikasi Tugas dan Fungsi
Jika Birokrasi yang membengkak masalh lain akan muncul contohnya unit yang
bekerja ditempat tertentu jadi double membuat kinerja pegawai pun kurang baik
(contoh : kasir jadi 2 sangat tidak efesien)
- Red Tape
Birokrasi yang berbelit-belit membuat pelanggan akan mengeluarkan biaya
tambahan yang tidak seharusnya (contoh : Suap, sogok,dll)
- Konflik Kewenangan
Karena prosedur yang lama membuat akan terjadi persaiangan antara 1 puskesmas
dengan puskesmas lain, puskesmas duren sawit dan tanah abang akan tertinggal
dari puskesmas lain sehingga rentan konflik
- KKN (Korupsi,kolusi dan nepotisme)
- Ketentuan yang tidak jelas seperti kasus diatas membuat para pegawai puskemas
rentan untuk melakukan KKN krn tidak ada peraturan yang jelas dan disampaikan
ke public.
- Enggan melakukan perubahan
Jika pegawai sudah terlalu enak kerja santai dampak yang terakhir pegawai di
puskesmas akan susah untuk berubah dan kinerja akan buruk.

3. Gagasan alternative untuk memecahkan masalah


Mendorong para pegawai dapat menerapkan sistem Akuntabilitas, Nasionalisme ,
Etika public, Komitmen Mutu, anti korupsi dengan penuh integritas dengan
memperlakukan sistem Reward fan punishment (jika tidak menerapkan 10S : dihukum
membawa pot bunga, jika pegawai baik : pegawai teladan bulanan), sanksi-
sanki,pembekalan – pembekalan nilai dasar PNS lebih ditekankan lagi penilaian
pelayanan khususnya di Puskesmas dan birokrasi JKN-KIS Karena pada dasarnya jika
standar pelayanan baik maka mau tidak mau pegawai kesehatan akan terdorong
melakukan akan menerapkan prinsip PNS dalam pekerjaaan na ( contoh : Akreditasi
Puskesmas).
Dan juga melaksanakan Merit sistem dalam manajeman ASN yang berdasarkan
Kompetensi, kinerja, kalifikasi pegawai, sehingga para pegawai (khususnya
Puskesmas)akan terpacu untuk memperbaiki diri dalam melaksanakan tugasnya demi
menciptakan pelayanan public yang baik (reformasi birokrasi)

4. Konsekuensi penerapan dari setiap alternative adalah


- Pemerintah harus menyiapkan anggaran untuk memberikan pelatihan / refresh
pelatihan demi menanamkan kembali nilai – nilai dasar PNS kembali yang
mempunyai 5 elemen penting (Akuntabilitas, Nasionalisme, mempunyai Etika
public, Komitmen mutu, dan sikap Anti Korupsi)
- Perekrutan untu CPNS lebih diperketat kembali walaupun sekarang sudah baik
dengan sistem CAT (TKD dan TKB) harus ditambahakan lagi dengan seleksi
wawancara dan psikologi , ini dilakukan biar dapat menilai karekteristik yang
melamar lebih dalam lagi dan penerapannya ke dunia pemerintahan sehinggan
dapat menciptakan CPNS yang berintegritas tinggi
- Isi dari SKP tiap-tiap pegawai lebih detail lagi seperti (bukti kepuasan pelanggan
dengan hasil layanan pegawai), karena ini dapat membuat hasil kinerja pegawai
lebih terukur lagi.
- Pengawasan lebih lagi akan mendapatkan gejolak dari para pegawai, protes dll
sehingga mungkin dapat membuat sedikit kekacauan bagi pelayanan puskesmas. tp
ini tidak akan berlangsung lama jika segera di minimalisir oleh pimpinan.

Anda mungkin juga menyukai