Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Farhan Nurrahman (175020307111018)

Rangkuman Akuntansi Manajemen Strategis ( Kelas CB)

Advance Manufacturing Technology


Konsep skema AMT telah banyak diuraikan oleh beberapa peneliti. Raymond mendefinisikan
AMT sebagai sistem produksi otomatis yang merupakan integrasi dari tenaga kerja, mesin,
alat alat untuk perencanaan, kontol dan proses produksi termasuk pembelian bahan baku,
suku cadang,komponen produksi, pengiriman, dan jasa produk akhir. AMT terdiri dari teknik
manufaktur baru,kombinasi antara mesin, informasi teknologi, mikroelektronic dan
manajemen organisasi baru di dalam proses manufaktur. Definisi AMT menurut Jonsson
adalah variasi teknologi yang berbasiskan penggunaan komputer untuk mengontrol atau
memonitor proses manufaktur. Sejalan dengan peneliti sebelumnya,

Lebih khusus, AMT dapat dideskripsikan sebagai kelompok teknologi yang berbasiskan
komputer termasuk: Computer aided design (CAD), Computer aided manufacturing (CAM),
Materials requirements planning (MRP), Manufacturing resources planning (MRPII),
Enterprise resources planning (ERP), Electronic data interchange (EDI), Optimized
production technology (OPT), Quality control software (QCS), Statistical Process Control
(SPC), Expert systems, Manufacturing automation protocol (MAP), dan masih banyak lagi.

AMT dibagi menjadi empat kategori berdasarkan area implementasi:


1. Planning and Controlling
2. Information resource management
3. Product design and development
4. Factory automation.
Selain itu, AMT dikembangkan klasifikasi nya sebagai berikut:
1. Planning and controlling : ERP
2. Information resource management: Technology databases/product data management
(PDM),
3. Product design and development, LAN-WAN/Intranet/shared database/internet, CAD,
CAE.
4. Factory automation: Integrated design processsing systems (CAD, CAE, CAM, CAPP),
Numerical control machines, CNC, DNC, Computer aided inspection, FMS, FMC, automated
tool change parts loading/unloading robots, automated storage-retrieval system (AR/RS) and
Automated guided vehicles (AGVs).
Just In Time
Suatu sistem produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada
waktunya sesuai dengan jumlah yang dikehendakinya.Tujuan sistem produksi Just In Time
(JIT) adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi
(overproduction), persediaan yang berlebihan (excess Inventory) dan juga pemborosan dalam
waktu penungguan (waiting). Dengan adanya sistem JIT, kita telah dapat mengatasi 3
pemborosan (overproduction, excess inventory dan waiting) diantara 7 pemborosan (7 Waste)
yang harus dihindari dalam sistem produksi Toyota.

Dalam menjalankan sistem produksi Just In Time atau sistem produksi JIT ini, diperlukan
ketelitian dalam merencanakan jadwal-jadwal produksi mulai jadwal pembelian bahan
produksi, jadwal penerimaan bahan produksi, jadwal jalannya produksi, jadwal kesiapan
produk hingga ke jadwal pengiriman barang jadi. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan
manufakturing modern saat ini menggunakan berbagai perangkat lunak (Software) yang
canggih dalam merencanakan jadwal produksi yang didalamnya juga termasuk mengeluarkan
pesanan pembelian (purchase order) dan pengendalian jumlah persedian (Inventory).
Software Produksi tersebut juga dapat melakukan penukaran informasi mulai dari Pemasok
(vendor) hingga ke Pelanggan (Customer) melalui Electronic Data Interchange (EDI) untuk
memastikan kebenaran sampai ke data-data yang paling rinci (detail).

Kelebihan Sistem Produksi Just In Time (JIT)

 Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi.
 Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya
memerlukan modal kerja yang rendah.
 Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan akibat
produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi
semakin rendah.
 Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan mendadak
dalam permintaan.
 Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh
Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan pengerjaan
ulang.

Kelemahan sistem produksi Just In Time (JIT)

 Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau “Zero
Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi yang
mengalami kecacatan.
 Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas maupun
ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan manufakturing
yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan
mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
 Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
 Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
 keberhasilan Sistem Produksi Just In Time sangat tergantung pada komitmen seluruh
karyawan perusahaan mulai dari lebel yang terendah hingga pada level yang tertinggi.

Target Costing
Metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya
produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan demikian perusahaan
memperoleh laba yang diharapkan.
Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan.
Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi
pasar yang sangat kompetitif:
1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara
sepihak.
2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.
Implementasi target costing
Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian
fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara lain:
 Menentukan harga pasar
 Menetukan laba yang diharapkan
 Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
 Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk
menurunkan biaya produk.
 Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan
biaya

LIFE CYCLE COSTING
Total biaya selama siklus hidup produk sering kali dipisahkan menjadi tiga komponen,
yaitu biaya hulu, biaya produksi, dan biaya hilir.
1. Biaya hulu
riset dan pengembangan desain : membuat prototipe, pengujian, teknis, dan pengembangan
kualitas.
2. Biaya produksi
pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tak langsung.
3. Biaya hilir
pemasaran dan distribusi, pengemasan, pengangkutan, contoh promosi, advertensi.
pelayanan dan garansi, keluhan, pelayanan, pertanggungjawaban produk, dukungan
kepada pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai