Anda di halaman 1dari 62

ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

PERUBAHAN KE – VII

Hasil Keputusan Rapat Kerja Nasional Pra Kongres di Jakarta tanggal 25-26 Oktober 2013

BAB – I

STATUS PERKUMPULAN

Pasal – 1

IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (untuk selanjutnya disingkat “IPPAT”),


adalah perkumpulan yang merupakan satu-satunya wadah untuk para Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) di seluruh Indonesia.

BAB – II

KEANGGOTAAN

Bagian Pertama

Terjadinya Keanggotaan

A. Anggota Biasa

Pasal – 2

1. Yang dapat menjadi Anggota Biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Anggaran Dasar
ialah semua PPAT yang telah diangkat oleh Pejabat atau instansi yang berwenang dan
masih aktif menjalankan jabatan PPAT.
2. Cara terjadinya keanggotaan :

a. Setiap PPAT yang telah menjadi Anggota Biasa wajib mengajukan surat pendaftaran
ulang sampai waktu yang ditetapkan oleh Perkumpulan dengan menyerahkan Surat
Pendaftaran Ulang, dan setiap PPAT yang akan menjadi calon Anggota Perkumpulan
wajib mengajukan pendaftaran diri dengan menyerahkan Surat Pendaftaran Diri
kepada Pengurus Daerah di tempat kedudukannya dan menyerahkan beberapa
persyaratan yang ditentukan oleh Perkumpulan, antara lain namun tidak terbatas pada:

- Surat Keputusan Pengangkatan selaku PPAT dan Berita Acara Sumpah Jabatan
PPAT.

- Surat Pernyataan untuk tunduk dan taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta peraturan lain yang telah dan akan ditetapkan oleh
Perkumpulan.

b. Apabila ditempat kedudukan PPAT yang bersangkutan belum ada Pengurus Daerah,
maka Surat Pendaftaran Ulang/Surat Pendaftaran Diri diajukan kepada Pengurus
Wilayah yang membawahi tempat kedudukan PPAT yang bersangkutan tersebut.

c. Pendaftaran ulang Anggota atau pendaftaran diri untuk menjadi Anggota


Perkumpulan diajukan secara tertulis.

d. Terhitung sejak diterimanya Surat Pendaftaran Ulang/Surat Pendaftaran Diri sebagai


Anggota, Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah membukukan keanggotaan yang
bersangkutan dalam Buku Daftar Anggota.

e. Terhitung sejak pembukuan keanggotaan yang bersangkutan dalam Buku Daftar


Anggota, Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah memberitahukan kepada yang
bersangkutan dengan memberikan Kartu Tanda Anggota.

f. Apabila dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah diajukan Surat Pendaftaran
Ulang/Surat Pendaftaran Diri, ternyata yang bersangkutan belum memperoleh
pemberitahuan pembukuan keanggotaannya, maka yang bersangkutan dapat
mengajukan surat susulan dan surat susulan tersebut dapat digunakan sebagai bukti
sah keanggotaan yang bersangkutan, oleh karena itu dapat digunakan untuk
mendapatkan Kartu Tanda Anggota.

g. Setiap Anggota Biasa yang tidak melakukan pendaftaran ulang sebagaimana


ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini demi hukum berstatus menjadi
Anggota Luar Biasa.

B. Anggota Luar Biasa

Pasal – 3
1. Yang dapat menjadi Anggota Luar Biasa sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6
Anggaran Dasar ialah semua PPAT Sementara, PPAT Khusus, Emeritus PPAT serta
mereka yang telah mengajukan permohonan untuk diangkat sebagai PPAT dengan cara :

a. Mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Pusat melalui Pengurus Daerah


atau Pengurus Wilayah (apabila ditempat kedudukan atau tempat tinggal yang
bersangkutan tidak terdapat Pengurus Daerah), dengan menyertakan syarat-syarat
keanggotaan yang telah ditetapkan oleh Perkumpulan.

b. Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima surat permohonan untuk
menjadi Anggota Luar Biasa tersebut diatas, Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah
melanjutkan surat permohonan tersebut kepada Pengurus Pusat dengan tembusan
kepada yang bersangkutan.

c. Apabila dalam waktu 30 (tig puluh) hari terhitung setelah diterimanya permohonan
untuk menjadi Anggota Luar Biasa ternyata yang bersangkutan belum menerima
tembusan surat pengiriman permohonannya kepada Pengurus Pusat, maka yang
bersangkutan dapat mengirim surat susulan kepada Pengurus Daerah atau Pengurus
Wilayah dengan tembusan kepada Pengurus Pusat.

d. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya surat permohonan untuk
menjadi Anggota Luar Biasa oleh Pengurus Pusat, maka Pengurus Pusat harus
memutuskan menerima atau menolak permohonan tersebut.

e. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak ditetapkannya keputusan Pengurus Pusat
yang berisi penerimaan atau penolakan permohonan menjadi Anggota Luar Biasa,
Pengurus Pusat menyampaikan keputusan tersebut kepada yang bersangkutan dengan
tembusan kepada Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah yang bersangkutan.

2. Tata cara untuk menjadi Anggota Luar Biasa sebagaimana tercantum dalam ayat 1 Pasal
ini tidak diberlakukan terhadap Emeritus PPAT yang sebelumnya telah menjadi Anggota
Biasa.

C. Anggota Kehormatan

Pasal – 4

1. Anggota Kehormatan yang diatur dalam Pasal 6 Anggaran Dasar ialah Anggota Biasa
dan/atau Anggota Luar Biasa serta pihak lain yang diangkat sebagai demikian oleh
Kongres karena jasa-jasanya yang luar biasa terhadap Perkumpulan atas usulan dari
Pengurus Daerah dan/atau Pengurus Wilayah melalui Pengurus Pusat.

2. Cara terjadinya keanggotaan :

a. Setiap Pengurus Daerah dan/atau Pengurus Wilayah berhak untuk mengusulkan


kepada Kongres melalui Pengurus Pusat untuk mengangkat seseorang baik yang
berasal dari Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, maupun pihak yang dipandang
memenuhi syarat-syarat untuk menjadi Anggota Kehormatan.

b. Usulan Pengurus Daerah dan/atau Pengurus Wilayah sebagaimana yang tercantum


dalam ayat 2 huruf a Pasal ini disampaikan oleh Pengurus Pusat kepada Kongres.

c. Selain karena usulan Pengurus Daerah dan/atau Pengurus Wilayah, Pengurus Pusat
berwenang atas inisiatifnya sendiri mengusulkan seseorang yang dipandang
memenuhi syarat-syarat sebagai Anggota Kehormatan kepada Kongres.

d. Kongres akan memberikan keputusan untuk menerima atau menolak usulan


pengangkatan Anggota Kehormatan sesuai dengan Peraturan yang telah ditetapkan
oleh Perkumpulan.

e. Keputusan Kongres yang berisi penerimaan usul pengangkatan Anggota Kehormatan


disampaikan oleh Pengurus Pusat kepada orang yang diusulkan dalam waktu 60
(enam puluh) hari sejak penutupan Kongres yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Perpindahan

Pasal – 5

1. Setiap Anggota hanya berhak menjadi Anggota dari 1 (satu) kepengurusan Pengurus
Daerah atau kepengurusan Pengurus Wilayah, oleh karena itu setiap perpindahan dari 1
(satu) kepengurusan Pengurus Daerah atau kepengurusan Pengurus Wilayah ke
kepengurusan Pengurus Daerah atau ke kepengurusan Pengurus Wilayah lain, yang
bersangkutan harus memberitahukan perpindahannya itu kepada Pengurus Daerah atau
Pengurus Wilayah tempat tugasnya yang lama ataupun yang baru dengan tembusan
kepada Pengurus Pusat, kecuali bagi Anggota Kehormatan yang bukan PPAT.

2. Setiap Anggota yang menyatakan berhenti sebagai PPAT dan kemudian akan mengajukan
permohonan untuk diangkat sebagai PPAT di wilayah lain, harus memberitahukan
maksudnya tersebut kepada Pengurus Daerah dan Pengurus Wilayah di tempat tugasnya
yang lama, selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum meninggalkan
tempat tugasnya yang lama,dan untuk sementara tidak dapat menggunakan haknya untuk
memilih dan dipilih dalam Kongres atau Konferwil atau Konferda sampai dengan yang
bersangkutan telah diangkat kembali di wilayah yang baru.

3. Setiap Anggota yang telah berhenti dan kemudian diangkat sebagai PPAT di wilayah lain
harus memberitahukannya kepada Pengurus Daerah dan Pengurus Wilayah ditempat
tugasnya yang baru, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menjalankan tugas
jabatannya.
4. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima pemberitahuan perpindahan keanggotaan
tersebut, Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah yang melepaskan maupun yang
menerima pemberitahuan tersebut harus menyampaikan laporan tentang adanya
perpindahan keanggotaan dari anggota yang bersangkutan kepada Pengurus Pusat.

5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima pemberitahuan perpindahan keanggotaan


tersebut, Pengurus Daerah dan Pengurus Wilayah yang ditinggalkan maupun yang baru
serta Pengurus Pusat sudah harus membukukannya di dalam Buku Daftar Anggota.

6. Anggota yang sudah terdaftar dalam Buku Daftar Anggota di Pengurus Daerah wajib
dilaporkan kepada Pengurus Pusat guna mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang
dikeluarkan oleh Pengurus Pusat.

Bagian Ketiga

Berakhirnya Keanggotaan

A. Anggota Biasa

Pasal – 6

1. Selain karena alasan-alasan atau sebab-sebab sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Anggaran
Dasar, yaitu karena :

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. berhenti sebagai PPAT, atau karena

e. dipecat.

2. Dan berakhirnya keanggotaan dapat terjadi karena Anggota yang bersangkutan ditaruh
dibawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun atau dinyatakan pailit
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht
van gewijsde).

Apabila seorang Anggota ditaruh dibawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3
(tiga) tahun atau dinyatakan pailit, maka keluarganya melalui Pengurus Daerah atau
Pengurus Wilayah di tempat kedudukan Anggota yang bersangkutan wajib dalam waktu
14 (empat belas) hari memberitahukan secara tertulis mengenai hal tersebut kepada
Pengurus Pusat dan kemudian Pengurus Pusat menghapus keanggotaan yang
bersangkutan dari Buku Daftar Anggota tanpa persetujuan Kongres.
Pasal – 7

Bagi Anggota yang meninggal dunia, keanggotaannya berakhir terhitung sejak Anggota yang
bersangkutan meninggal dunia.

Apabila seorang Anggota meninggal dunia, maka keluarganya melalui Pengurus Daerah atau
Pengurus Wilayah ditempat kedudukan Anggota yang bersangkutan wajib dalam waktu 14
(empat belas) hari; dan apabila telah lewat batas waktu 30 (tigapuluh) hari sejak
meninggalnya anggota yang bersangkutan tanpa ada pemberitahuan resmi dari keluarga, dan
mengenai hal tersebut telah diketahui oleh pengurus Daerah, maka Pengurus Daerah
berwenang memberitahukan secara tertulis mengenai hal tersebut kepada Pengurus Pusat dan
kemudian Pengurus Pusat menghapus keanggotaan yang bersangkutan dari Buku Daftar
Anggota tanpa persetujuan Kongres.

Pasal – 8

1. Pengunduran diri sebagai Anggota, baik Anggota Biasa atau Anggota Luar Biasa dan/atau
Anggota Kehormatan harus dilakukan dengan cara pemberitahuan secara tertulis oleh
yang bersangkutan kepada Pengurus Pusat melalui Pengurus Daerah atau Pengurus
Wilayah (apabila di tempat tugas atau tempat tinggalnya tidak terdapat Pengurus Daerah)
disertai tembusan kepada Pengurus Wilayah dalam waktu 7 (tujuh) hari sebelum
pengunduran diri.

2. Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah maupun Pengurus Daerah harus membukukan


pengunduran diri tersebut dalam Buku Daftar Anggota masing-masing dalam waktu 3
(tiga) hari setelah diterimanya pengunduran diri.

3. Pengunduran diri tidak dapat dilakukan pada saat Anggota yang bersangkutan sedang
diperiksa oleh Majelis Kehormatan Wilayah atau Majelis Kehormatan Pusat karena
dianggap telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan Peraturan serta keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan oleh Perkumpulan.

Pasal – 9

1. Setiap Anggota yang berhenti sebagai PPAT bukan karena telah mengajukan permohonan
untuk diangkat sebagai PPAT di daerah lain, secara otomatis status keanggotaan Biasa
yang disandangnya berakhir terhitung sejak yang bersangkutan berhenti sebagai PPAT
dan demi hukum menjadi Anggota Luar Biasa.

2. Bagi Anggota yang berhenti sebagai PPAT dan kemudian yang bersangkutan telah
mengajukan permohonan untuk diangkat sebagai PPAT di daerah/wilayah kerja yang
baru, keanggotaannya tidak berakhir dan kepadanya dianggap berlaku ketentuan Pasal 5
Anggaran Rumah Tangga ini yaitu tetap dianggap sebagai Anggota Biasa.

3. Seorang Anggota yang berhenti sebagai PPAT selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah berhenti harus memberitahukan pemberhentiannya itu kepada Pengurus Daerah,
Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus Pusat dengan menyertakan fotocopy surat-surat
pemberhentiannya sebagai PPAT.

4. Dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah menerima pemberitahuan atau laporan adanya
Anggota yang telah berhenti sebagai PPAT, maka Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah
maupun Pengurus Pusat membukukannya dalam Buku Daftar Anggota.

Pasal – 10

1. Pemecatan dari keanggotaan ada 2 (dua) macam yaitu :

a. Pemecatan Sementara, dan

b. Pemecatan Tetap.

2 Kewenangan untuk melakukan pemecatan, baik yang sementara maupun yang tetap ada
pada Majelis Kehormatan Wilayah di tingkat pertama dan Majelis Kehormatan Pusat di
tingkat banding, serta Kongres di tingkat akhir (peninjauan kembali).

3. Seorang Anggota dapat dikenakan tindakan :

a. Pemecatan sementara dari keanggotaan apabila :

i Melanggar dan/atau tidak mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah


Tangga, Kode Etik dan Peraturan serta keputusan-keputusan Perkumpulan;

ii Melakukan perbuatan yang terbukti merugikan Perkumpulan;

iii Tidak mengindahkan peringatan dan/atau petunjuk dari Pengurus Daerah atau
Pengurus Wilayah ataupun Pengurus Pusat ataupun Majelis Kehormatan Wilayah
ataupun Majelis Kehormatan Pusat, baik yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis;

iv Tidak membayar uang iuran selama 6 (enam) bulan sekalipun telah diperingatkan
secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut.
b. Pemecatan tetap dari keanggotaan, apabila Anggota bersangkutan :

- dijatuhi pidana penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih karena melakukan
kejahatan, atau

- dinyatakan pailit dan/atau ditaruh dibawah pengampuan secara terus menerus


lebih dari 3 (tiga) tahun oleh suatu putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijs).

4. Pemecatan sementara baru dapat dijatuhkan setelah terlebih dahulu Majelis Kehormatan
Wilayah memberikan kesempatan kepada Anggota yang bersangkutan untuk mengajukan
pembelaan diri, baik secara lisan maupun secara tertulis.

5. Untuk keperluan pemeriksaan dan pembelaan diri tersebut Majelis Kehormatan Wilayah
memanggil Anggota yang bersangkutan secara tertulis untuk menghadiri Sidang Majelis
Kehormatan Wilayah yang dimaksud untuk melakukan pemeriksaan itu.

6. Apabila menurut pendapat Majelis Kehormatan Wilayah yang melakukan pemeriksaan,


ternyata Anggota yang bersangkutan betul-betul telah terbukti secara sah bersalah
melakukan perbuatan pelanggaran sebagaimana terurai dalam ayat 3 huruf a Pasal ini,
maka Majelis Kehormatan Wilayah berwenang memutuskan pemecatan sementara
terhadap Anggota yang bersangkutan.

7. Apabila Anggota yang bersangkutan setelah dipanggil secara wajar sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut ternyata tetap tidak hadir dalam sidang pemeriksaannya tanpa memberikan
alasan tertulis yang sah, maka Majelis Kehormatan Wilayah dapat menyidangkan kasus
tersebut tanpa kehadiran Anggota yang bersangkutan dan selanjutnya dapat menjatuhkan
putusan pemecatan sementara, apabila ternyata Anggota yang bersangkutan betul-betul
telah terbukti secara sah bersalah melakukan perbuatan pelanggaran sebagaimana terurai
dalam ayat 3 huruf a Pasal ini.

8. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak putusan pemecatan sementara dijatuhkan,
Majelis Kehormatan Wilayah melaporkan kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah
serta Pengurus Daerah yang bersangkutan dan memberitahukannya kepada Anggota yang
bersangkutan.

9. Anggota yang dijatuhi pemecatan sementara oleh Majelis Kehormatan Wilayah berhak
mengajukan banding kepada Majelis Kehormatan Pusat melalui Majelis Kehormatan
Wilayah dan Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah (apabila ditempat kedudukan
Anggota yang berrsangkutan tidak terdapat Pengurus Daerah) dalam tenggang waktu 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak putusan pemecatan sementara diberitahukan dan/atau
diterima secara sah dengan menyerahkan permohonan banding dan memori banding
secara tertulis.

10. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diberitahukan dan/atau diterimanya secara
sah atas putusan pemecatan sementara, ternyata Anggota yang bersangkutan tidak
mengajukan banding, maka dengan lewatnya jangka waktu tersebut, putusan Majelis
Kehormatan Wilayah yang berisi pemecatan sementara itu memperoleh kekuatan hukum
yang tetap (inkracht van gewijsde).
11. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah diterimanya permohonan
banding dari Anggota yang dijatuhi putusan pemecatan sementara, Majelis Kehormatan
Pusat harus melakukan pemeriksaan dalam tingkat banding atas putusan Majelis
Kehormatan Wilayah yang dimohonkan banding tersebut.

Dalam pemeriksaan banding, bila dianggap perlu Majelis Kehormatan Pusat dapat
memanggil Anggota yang bersangkutan untuk hadir dalam sidang banding dan
melakukan pemeriksaan langsung.

12. Dalam pemeriksaan tingkat banding, Majelis Kehormatan Pusat dapat menjatuhkan
putusan yang berisi :

a. membatalkan putusan pemecatan sementara;

b. memperkuat putusan pemecatan sementara tanpa perubahan apapun;

c. memperbaiki putusan pemecatan sementara dengan perubahan-perubahan tertentu atas


jangka waktu pemecatan; ataupun

d. menjatuhkan putusan pemecatan tetap.

13. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak putusan dijatuhkan, Majelis Kehormatan Pusat
memberitahukan secara tertulis putusan yang telah dijatuhkannya kepada Pengurus Pusat,
Pengurus Wilayah serta Peng urus Daerah yang bersangkutan dan memberitahukannya
kepada Anggota yang bersangkutan.

14. Putusan Majelis Kehormatan Pusat yang berisi Pemecatan Sementara mempunyai
kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) sejak saat dijatuhkannya putusan tersebut.

15. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Anggota yang bersangkutan menerima
pemberitahuan secara sah atas putusan Majelis Kehormatan Wilayah (dalam hal Anggota
yang bersangkutan tidak mengajukan banding kepada Majelis Kehormatan Pusat) atau
atas putusan Majelis Kehormatan Pusat (dalam hal Anggota yang bersangkutan
mengajukan banding atas putusan Majelis Kehormatan Wilayah yang berisi pemecatan
sementara), Anggota yang bersangkutan sendiri atau melalui kuasanya yang sah berhak
mengajukan permohonan untuk peninjauan kembali berikut alasan-alasannya dan novum
kepada Kongres melalui Majelis Kehormatan Pusat dan Pengurus Pusat.

16. Kongres akan melakukan pemeriksaan mengenai permohonan peninjauan kembali atas
pemecatan sementara yang diajukan oleh Anggota yang bersangkutan melalui Majelis
Kehormatan Pusat dan Pengurus Pusat, dan selanjutnya menjatuhkan putusan sebagai
berikut :

a. memperbaiki putusan pemecatan sementara tersebut dengan perubahan-perubahan


tertentu, misalnya atas jangka waktu pemecatan; atau bahkan

b. menjatuhkan putusan pemecatan tetap dan juga memerintahkan kepada Pengurus


Pusat untuk merekomendasikan kepada instansi yang berwenang untuk menjatuhkan
sanksi pemecatan atau pemberhentian dari jabatan PPAT terhadap Anggota yang
bersangkutan.
17. Keputusan Kongres tersebut diberitahukan kepada Anggota yang bersangkutan secara sah
dan disampaikan kepada Instansi-Instansi yang dipandang perlu, antara lain kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan Kepala Kantor Pertanahan setempat serta kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah
dan/atau Pengurus Daerah setempat, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)
hari setelah Kongres ditutup.

18. Selama dalam pemecatan sementara, Anggota yang bersangkutan tidak diperbolehkan
mengikuti atau melakukan aktivitas Perkumpulan.

19. Tata cara pemecatan sementara sebagaimana diatur dalam ayat-ayat diatas, secara mutatis
mutandis berlaku dalam proses pemecatan tetap, dengan ketentuan bahwa Kongres baik
dengan atau tanpa permintaan Anggota yang bersangkutan lewat Majelis Kehormatan
Pusat dan Pengurus Pusat berhak untuk melakukan peninjauan kembali putusan
pemecatan tetap.

20. Anggota yang diperiksa karena melakukan perbuatan yang dapat diancam sanksi yang
berupa pemecatan sementara atau pemecatan tetap ataupun dalam proses peninjauan
kembali atas putusan pemecatan sementara atau pemecatan tetap, berhak didampingi oleh
tim bantuan hukum yang disediakan oleh Perkumpulan.

Pasal – 11

Bagi Anggota yang dinyatakan pailit dan/atau ditaruh dibawah pengampuan secara terus
menerus lebih dari 3 (tiga) tahun, demi hukum keanggotaannya berakhir terhitung sejak
putusan Pengadilan yang berkenaan dengan hal tersebut mempunyai kekuatan hukum yang
tetap (inkracht van gewijsde)

B. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan

Pasal – 12

Segala ketentuan mengenai berakhirnya keanggotaan dari Anggota Biasa sebagaimana yang
diuraikan dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 11 Anggaran Rumah Tangga ini, mutatis
mutandis berlaku pula bagi berakhirnya Anggota Luar Biasa atau Anggota Kehormatan.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban Anggota


A. Hak Anggota

Pasal – 13

1. Anggota Biasa berhak untuk :

a. mengikuti semua kegiatan Perkumpulan yang sesuai dengan Anggaran Dasar dan/atau
Anggaran Rumah Tangga;

b. memilih dan dipilih sebagai Anggota Pengurus ataupun Majelis Kehormatan, dengan
mengindahkan ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perkumpulan;

c. mengeluarkan pendapat dan mempunyai 1 (satu) suara dalam Rapat;

d. mendapat pelayanan dan manfaat yang sama dari Perkumpulan.

2. Anggota Luar Biasa berhak :

a. berbicara dalam Rapat;

b. dipilih sebagai Anggota Majelis Kehormatan (khusus yang berasal dari Emeritus
PPAT);

c. mendapat pelayanan dan manfaat yang sama dari Perkumpulan.

3. Anggota Kehormatan berhak untuk :

a berbicara dalam Rapat;

b. mendapat pelayanan dan manfaat yang sama dari Perkumpulan.

4. Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa yang sudah membayar uang iuran berhak
mendapatkan Kartu Tanda Anggota Perkumpulan.

B. Kewajiban Anggota

Pasal – 14

Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. menjunjung tinggi dan taat terhadap Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta
peraturan lainnya yang telah dan yang ditetapkan Perkumpulan, demikian pula terhadap
Kode Etik;

b. mempertahankan dan membela nama baik serta kehormatan Perkumpulan;

c. mengamankan dan melaksanakan segala keputusan Perkumpulan;

d. menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dan saling hormat menghormati antara
sesama anggota, baik Anggota Biasa, maupun Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan
maupun Pengurus;

e. membayar uang iuran Perkumpulan.

BAB – III

SUSUNAN KEPENGURUSAN

DAN

ALAT PERLENGKAPAN PERKUMPULAN

Bagian Pertama

Susunan Kepengurusan Perkumpulan

Pasal – 15

1. Pada setiap Kabupaten atau Kota, dimana berkedudukan sekurangnya 5 (lima) orang
PPAT, sedapat mungkin dibentuk 1 (satu) Pengurus Daerah.

2. Apabila jumlah anggota IPPAT sebagai yang termaksud dalam ayat 1 Pasal ini, ternyata
kurang dari 5 (lima) orang, maka atas persetujuan Pengurus Wilayah setempat harus
menggabungkan diri pada Pengurus Daerah yang berdekatan, menunggu tercapainya
jumlah yang dipersyaratkan untuk dapat membentuk 1 (satu) Pengurus Daerah.

3. Tanpa mengurangi apa yang dicantumkan dalam ayat 2 Pasal ini, Pengurus Wilayah
berhak apabila menurut pertimbangannya hal itu merupakan suatu keharusan (antara lain
karena faktor geografis dan komunikasi) untuk menetapkan pembentukan Pengurus
Daerah pada satu Kabupaten atau Kota, sekalipun jumlah anggota yang berkedudukan di
Kabupaten atau Kota tersebut kurang dari 5 (lima) orang.
4. Ketentuan yang tercantum dalam ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak meniadakan pengakuan
atas keberadaan Pengurus Daerah yang telah berdiri dengan jumlah anggota kurang dari 5
(lima) orang.

5. Bagi Daerah yang mengalami pemekaran menjadi Kabupaten/Kota yang baru, Pengurus
Daerah yang bersangkutan harus mengadakan Konferensi Daerah dengan agenda :

a. Menyetujui pemekaran-pemekaran Pengurus Daerah yang baru;

b. Menetapkan Ketua Panitia Pelaksana Pembentukan Pengurus Daerah yang baru.

6. a. Ketua panitia Pelaksana selanjutnya menyusun anggota panitia dan menyampaikan


secara tertulis kepada Pengurus Daerah lama untuk mendapatkan Surat Keputusan.

b. Bilamana dalam tempo 1 (satu) bulan pengurus Daerah lama tidak mengeluarkan
Surat Keputusan dimaksud maka Ketua Panitia Pelaksana berhak mengajukannya ke
Pengurus Wilayah setempat untuk mendapatkan Surat Keputusan.

7. Panitia Pelaksana wajib mengundang seluruh Anggota yang terdaftar dan berada di
daerah pemekaran dimaksud untuk melaksanakan Rapat Anggota dengan agenda :

a. Memilih dan menetapkan Formatur Pengurus Daerah yang baru.

b. Menetapkan program atau rencana kerja disesuaikan dengan Program/Rencana Kerja


Pengurus Pusat hasil Kongres.

8. Pelaksanaan Rapat Anggota sebagaimana ayat 7 dan Konferensi Daerah sebagaimana


ayat 5 Pasal ini mutatis mutandis mengacu pada ketentuan Pasal 20 Anggaran Rumah
Tangga ini juncto Pasal 21 Anggaran Dasar.

Pasal – 16

1. Dalam setiap Propinsi dimana terdapat lebih dari 1 (satu) Pengurus Daerah dibentuk 1
(satu) Pengurus Wilayah.

2. Selama dalam 1 ( satu) Propinsi hanya terdapat 1 (satu) Pengurus Daerah, maka Pengurus
Daerah tersebut berada dibawah kepengurusan Pengurus Wilayah yang ditetapkan oleh
Pengurus Pusat.

3. Apabila dalam Propinsi yang dimaksud dalam ayat 2 Pasal ini telah terdapat lebih dari 1
(satu) Pengurus Daerah, maka Pengurus Daerah yang semula berada dibawah
kepengurusan Pengurus Wilayah yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat tersebut berhak
membentuk Pengurus Wilayah sendiri.

4. Bagi Wilayah yang mengalami pemekaran menjadi Propinsi yang baru, Pengurus
Wilayah yang bersangkutan harus mengadakan Konferensi Wilayah dengan agenda :
a. Menyetujui pemekaran-pemekaran Pengurus Wilayah yang baru.

b. Menetapkan Ketua Panitia Pelaksana pembentukan Pengurus Wilayah yang baru.

5. a. Ketua Panitia Pelaksana selanjutnya menyusun anggota Panitia dan menyampaikan


secara tertulis kepada pengurus Wilayah lama untuk mendapatkan Surat Keputusan.

b. Bilamana dalam tempo 1 (satu) bulan Pengurus Wilayah lama tidak mengeluarkan
Surat Keputusan dimaksud maka Ketua Panitia Pelaksana berhak mengajukannya ke
Pengurus Pusat untuk mendapatkan Surat Keputusan.

6. Panitia Pelaksana wajib mengundang seluruh Anggota yang terdaftar dan berada di
Propinsi pemekaran dimaksud melalui para Pengurus Daerah setempat untuk
melaksanakan Rapat Anggota dengan agenda :

a. Memilih dan menetapkan Formatur Pengurus Wilayah yang baru.

b. Menetapkan program atau rencana kerja disesuaikan dengan Program / Rencana


Kerja Pengurus Pusat hasil Kongres.

7. Pelaksanaan Rapat Anggota sebagaimana ayat 6 dan Konferensi Wilayah sebagaimana


ayat 4 Pasal ini mutatis mutandis mengacu pada ketentuan Pasal 19 Anggaran Rumah
Tangga ini juncto Pasal 21 Anggaran Dasar.

Bagian Kedua

Alat Perlengkapan Perkumpulan

A. Kongres dan Kongres Luar Biasa

Pasal – 17

1. Kongres adalah Rapat Anggota Perkumpulan pada tingkat Nasional sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 10 ayat 1 Anggaran Dasar.

2. Kongres diselenggarakan sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali.

3. Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila :

a. dianggap perlu dan/atau mendesak oleh Pengurus Pusat setelah mendapat persetujuan
dari Rapat Pleno Pengurus Pusat, atau;

b. ada permintaan lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Pengurus
Wilayah berdasarkan keputusan Konferensi Wilayah Luar Biasa.
Dan telah mendapat persetujuan dari dan berdasarkan keputusan Rapat Majelis
Kehormatan, Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah berhak menyelenggarakan Kongres
dengan mengindahkan ketentuan Anggaran Dasar ini atas biaya Perkumpulan.

4. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus Pusat bersama dengan Panitia Pelaksana


Kongres yang dibentuk oleh Pengurus Pusat.

5. Panitia Pelaksana Kongres bertanggung jawab mengenai teknis pelaksanaan Kongres dan
harus mempertanggung jawabkannya kepada Pengurus Pusat.

6. Ketentuan mengenai penyelenggaraan Kongres secara mutatis mutandis berlaku pula


untuk penyelengaraan Kongres Luar Biasa.

7. Thema, acara dan segala hal yang berkaitan dengan penyelengaraan, bahan/materi
Kongres serta nominasi calon formatur Pengurus Pusat dan calon Anggota Majelis
Kehormatan Pusat yang akan dipilih dalam Kongres ditetapkan oleh Rapat Kerja
Nasional yang diadakan 6 (enam) bulan menjelang Kongres sebagaimana termaktub
dalam Pasal 26 Anggaran Rumah Tangga ini.

8. Undangan untuk menghadiri Kongres harus sudah dikirimkan oleh Pengurus Pusat
kepada setiap Anggota Perkumpulan melalui Pengurus Daerah dan/atau Pengurus
Wilayah selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sebelum Kongres diadakan dan
diumumkan dalam iklan surat kabar harian yang mempunyai peredaran di seluruh
Indonesia.

Undangan tersebut harus secara tertulis dengan menyebutkan tempat, waktu dan acara
Kongres.

9. Peserta Kongres terdiri dari :

a. para Anggota Perkumpulan;

b. anggota Pengurus Pusat;

c. anggota Majelis Kehormatan Pusat;

d. anggota Majelis Kehormatan Wilayah;

e. anggota Pengurus Wilayah, dan

f. anggota Pengurus Daerah.

10. Setiap Anggota Biasa yang hadir dalam Kongres berhak untuk mengeluarkan 1 (satu)
suara.

11. Setiap peserta Kongres berhak untuk hadir dan memberikan pendapat/usul dalam
Kongres.

12. Pada setiap Kongres sedapat mungkin diselenggarakan up-grading dan refreshing course
(pembinaan dan pembekalan) bagi para Anggota Perkumpulan.
13. Pengurus Pusat dapat mengundang para pejabat dilingkungan instansi pusat dan Propinsi
serta lembaga atau orang tertentu yang dipandang tepat untuk hadir dalam Kongres.

14. Kongres dipimpin oleh suatu Presidium yang terdiri dari para Ketua Pengurus Wilayah
atau wakil Pengurus Wilayah yang ditunjuk oleh Rapat Pengurus Wilayah yang
bersangkutan.

Presidium tersebut akan memilih Ketua, Wakil Ketua, serta Sekretaris dan Wakil
Sekretaris yang akan memimpin Sidang Pleno Kongres

15. Kongres mengesahkan korum Kongres dibawah pimpinan Presidium.

Kongres menetapkan dan mengubah :

a. tata urutan jadwal acara Kongres dan Rapat-Rapat Perkumpulan,

b. tata tertib Kongres dan rapat-rapat Perkumpulan,

c. petunjuk dan tata cara penyelenggaraan Kongres, Rapat Kerja Nasional, Konferensi
Wilayah, Rapat Kerja Wilayah, Konferensi Daerah, serta

d. petunjuk dan tata cara pencalonan dan pemilihan calon formatur Pengurus Pusat dan
calon anggota Majelis Kehormatan Pusat, calon formatur Pengurus Wilayah dan calon
anggota Majelis Kehormatan Wilayah dan calon formatur Pengurus Daerah, yang
untuk setiap penyelenggaraan Kongres, Konferensi Wilayah, Konferensi Daerah,
Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja Wilayah dan pada setiap penyelenggaraan
Kongres, Konferensi Wilayah dan Konferensi Daerah, Rapat Kerja Nasional, Rapat
Kerja Wilayah tidak diperlukan pengesahan terlebih dahulu dari sidang pleno.

16. Kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar, Kongres adalah sah apabila dihadiri oleh
lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Anggota Biasa dan keputusan
Kongres diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut
tidak tercapai, maka keputusan Kongres adalah sah jika disetujui oleh lebih dari ½ (satu
per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Kongres.

Apabila jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan
apabila dalam pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju
sama banyaknya maka usul yang yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan
lain dalam Anggaran Dasar.

17. Apabila dalam pembukaan Kongres tidak tercapai korum,maka Kongres diundurkan
untuk selama 1 (satu) jam, dan apabila sesudah pengunduran itu belum juga tercapai
korum yang dipersyaratkan, Kongres dianggap sah dan dapat mengambil keputusan yang
sah.

18. Kongres akan membicarakan dan memberikan keputusan tentang :

a. penilaian atas pertanggung-jawaban yang disampaikan oleh Pengurus Pusat dan


Majelis Kehormatan Pusat mengenai pelaksanaan tugas masing-masing selama masa
jabatannya serta atas perhitungan dan pertanggung-jawaban mengenai keuangan
Perkumpulan;

b. Usul dari peserta Kongres;

c. Penetapan dan pengubahan Anggaran Dasar dan Kode Etik apabila diperlukan;

d. Garis besar program kerja Perkumpulan

e. Pemilihan, penetapan serta pelantikan Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat;

f. Tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya dan rapat-rapat Perkumpulan;

g. Pengangkatan Anggota Kehormatan, apabila diperlukan;

h. Pemecatan Anggota atau melakukan peninjauan kembali putusan Majelis


Kehormatan Pusat dan/atau putusan majelis Kehormatan Wilayah;

i. Memberikan tanda penghargaan kepada Anggota, orang atau pihak lain yang telah
menunjukkan pengabdian dan/atau pengorbanan bagi kepentingan profesi atau
organisasi;

j. Hal-hal lain yang dianggap penting dan/atau perlu.

Mengenai petunjuk dan tata cara penyelenggaraan Kongres akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional.

19. Pengurus Pusat membuka Kongres dan selanjutnya memimpin sidang :

a. Pengurus Pusat selanjutnya memberi kesempatan kepada para (Ketua) Pengurus


Wilayah untuk bermusyawarah menentukan Presidium, akan tetapi apabila
sebelumnya telah terbentuk, maka Pengurus Pusat mengumumkannya dan
menyerahkan pimpinan sidang kepada Presidium.

b. Setelah Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat memberikan Laporan


Pertanggung jawaban kepada dan telah diterima oleh Sidang Pleno Kongres, maka
Presidium menyatakan Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat demisioner;

c. Pelaksanaan serah terima jabatan bukan merupakan serah terima administratif dan
protokoler, akan tetapi hal tersebut akan membebaskannya dari tanggung jawab
selama masa kepengurusannya.

d. Semua kewenangan Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat selama Kongres
dipegang oelh Presidium.

B. Keputusan Diluar Kongres

Pasal – 18
Dipersamakan dengan keputusan Kongres adalah keputusan yang diambil diluar Kongres
dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Pengurus Pusat mempersiapkan rencana Keputusan tersebut untuk selanjutnya dikirim


dengan surat tercatat atau kurir kepada seluruh Anggota Biasa Perkumpulan melalui
Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah disertai pertimbangan dan penjelasan seperlunya.

b. Pengurus Wilayah mengumpulkan hasil keputusan para Anggota tersebut dalam waktu 30
(tiga puluh) hari setelah menerima rencana keputusan dari Pengurus Pusat.

- Hasil keputusan tersebut disampaikan oleh Pengurus Wilayah kepada Pengurus Pusat
dengan surat tercatat atau kurir.

- Jika Pengurus Wilayah tidak memberikan jawaban dalam waktu 30 (tiga puluh) hari,
maka keputusan dianggap telah disetujui oleh para Anggota Biasa Perkumpulan yang
berada dibawah kepengurusan Pengurus Wilayah yang bersangkutan.

c. Keputusan Diluar Kongres adalah sah jika disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh Anggota Biasa Perkumpulan.

d. Pengurus Pusat harus menyampaikan keputusan diluar Kongres tersebut kepada seluruh
Anggota Perkumpulan melalui Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah dalam waktu 30
(tiga puluh) hari setelah hasil jawaban dari seluruh Pengurus Wilayah diterima.

Jika ternyata rencana keputusan diluar Kongres tidak disetujui, maka hal itu harus
diberitahukan kepada semua Anggota Perkumpulan melalui Pengurus Wilayah dan
Pengurus Daerah.

C. Konferensi Wilayah

Pasal – 19

1. Konferensi Wilayah adalah Rapat para Anggota dari segenap Cabang Perkumpulan yang
termasuk dan berada dibawah kepengurusan Pengurus Wilayah yang bersangkutan

2. Konferensi Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah dengan Panitia Pelaksana


Konferensi yang dibentuk oleh Pengurus Wilayah.

3. Panitia Pelaksana Konferensi Wilayah bertanggung jawab mengenai teknis pelaksanaan


Konferensi Wilayah kepada Pengurus Wilayah.

4. Konferensi Wilayah diadakan setiap 3 (tiga) tahun sekali, yaitu selambat-lambatnya 6


(enam) bulan setelah Kongres dan dipimpin oleh suatu Presidium yang terdiri dari para
Ketua Pengurus Daerah atau wakil-wakil dari Pengurus Daerah yang ada dalam
kepengurusan Pengurus Wilayah yang bersangkutan, dengan ketentuan 1 (satu) Pengurus
Daerah diwakili oleh Ketua Pengurus daerah atau seorang wakil yang ditunjuk dalam
Rapat Pengurus daerah yang bersangkutan.

5. Konferensi Wilayah Luar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu, apabila dianggap perlu
oleh Pengurus Wilayah atau atas permintaan dari sekurang-kurangnya 1 (satu) Pengurus
Daerah yang didukung oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) jumlah Pengurus
Daerah atau apabila Konferensi Wilayah tidak dapat membentuk dan memilih Pengurus
Wilayah dan Majelis Kehormatan Wilayah yang baru.

6. Undangan untuk menghadiri Konferensi Wilayah harus sudah disampaikan oleh Pengurus
Wilayah atau Pengurus Daerah kepada setiap Anggota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum Konferensi Wilayah dilakukan.

Undangan tersebut harus dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan tempat, waktu
dan acara Konferensi Wilayah.

7. Setiap Anggota Perkumpulan dalam Pengurus Wilayah yang bersangkutan berhak untuk
menghadiri dan mengeluarkan pendapat/usul serta setiap Anggota Biasa berhak
memberikan suara dan mempunyai 1 (satu) hak suara dalam Konferensi Wilayah.

8. Pengurus Wilayah dapat mengundang para pejabat dilingkungan instansi Daerah Tingkat
– I /Propinsi yang bersangkutan dan lembaga serta orang yang dipandang perlu untuk
hadir dalam Konferensi Wilayah.

9. Konferensi Wilayah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah seluruh Anggota Biasa yang ada dalam kepengurusan Pengurus Wilayah yang
bersangkutan, dan keputusan Konferensi Wilayah diambil dengan cara musyawarah untuk
mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak tercapai, maka keputusan Konferensi Wilayah
adalah sah jika disetujui sekurang-kurangnya lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Konferensi Wilayah.

10. Apabila dalam pembukaan Konferensi Wilayah, korum yang ditetapkan tidak tercapai,
maka Konferensi Wilayah diundur selama 1 (satu) jam, dan apabila setelah pengunduran
itu korum juga belum tercapai, maka Konferensi Wilayah dianggap sah dan dapat
mengambil keputusan yang sah.

Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka pemungutan
suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan apabila
pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak seruju sama
banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan lain dalam
Anggaran Dasar.

11. Dalam Konferensi Wilayah akan dibicarakan dan diputuskan tentang :

a. penilaian atas pertanggung jawaban yang disampaikan Pengurus Wilayah dan Majelis
Kehormatan Wilayah mengenai pelaksanaan tugas masing-masing selama masa
jabatannya serta penilaian atas perhitungan dan pertanggung jawaban mengenai
keuangan oleh Pengurus Wilayah;
b. Program kerja untuk daerahnya yang merupakan penjabaran program kerja
Perkumpulan yang disesuaikan dengan kondisi setempat;

c. Pemilihan, penetapan dan pelantikan Pengurus Wilayah dan Majelis Kehormatan


Wilayah yang dilanjutkan dengan serah terima jabatan dan pelantikan Pengurus
Wilayah oleh Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Wilayah oleh Majelis
Kehormatan Pusat atau Pengurus Pusat;

d. Pemekaran-pembentukan pengurus Wilayah baru.

e. Usul-usul dari peserta Konferensi Wilayah, atau

f. hal-hal lain yang dianggap perlu.

Mengenai petunjuk dan tata cara penyelenggaraan Konferensi Wilayah akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan disahkan dalam Rapat Kerja
Nasional.

12. Thema, acara dan segala yang berkaitan dengan penyelenggaraan bahan/materi
Konferensi Wilayah serta nominasi calon formatur Pengurus Wilayah yang akan dipilih
dalam Konferensi Wilayah ditetapkan oleh Rapat Kerja Wilayah yang diadakan 2 (dua)
bulan menjelang Konferensi Wilayah sebagaimana termaktub dalam Pasal 26 Anggaran
Rumah Tangga ini.

13. Bagi Pengurus Wilayah yang tidak/belum melaksanakan Konferensi Wilayah dalam
waktu sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 4 Pasal ini tanpa pelu pembuktian dalam
bentuk apapun, Pengurus Pusat berhak memberikan peringatan tertulis kepada Pengurus
Wilayah yang bersangkutan, dan diberikan waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
untuk melaksanakan Konferensi Wilayah.

Apabila Pengurus Wilayah tidak mengindahkan peringatan tersebut maka Pengurus Pusat
wajib membentuk Panitia untuk melaksanakan Konferensi Wilayah, dengan biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Pengurus Wilayah yang bersangkutan.

14. Menyimpang dari ketentuan ayat 12 Pasal ini, Nominasi calon formatur Pengurus
Wilayah,Thema, acara dan segala yang berkaitan dengan penyelenggaraan bahan/materi
Konferensi Wilayah yang diadakan menurut ayat 13 Pasal ini ditetapkan oleh oleh rapat
Panitia Konferensi Wilayah dengan Ketua-Ketua Pengurus Daerah di wilayah yang
bersangkutan, dengan ketentuan bahwa Nominasi calon formatur Pengurus Wilayah di
tetapkan dalam rapat anggota Pengurus Daerah masing-masing yang dituangkan dalam
berita acara rapat anggota.

D. Konferensi Daerah

Pasal – 20
1. Konferensi Daerah adalah Rapat segenap Anggota Biasa Daerah bersangkutan.

2. Konferensi Daerah dilakukan oleh Pengurus Daerah.

3. Konferensi Daerah dilakukan sekali dalam 3 (tiga) tahun, yang diselenggarakan selambat-
lambatnya 4 (empat) bulan setelah Konferensi Wilayah yang dipimpin oleh seorang
Anggota Biasa yang dipilih oleh dan dari peserta Konferensi Daerah.

4. Konferensi Daerah Luar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu, apabila dianggap perlu
oleh Pengurus Daerah atau atas permintaan lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah
seluruh Anggota dari Pengurus Daerah yang bersangkutan.

5. Undangan untuk menghadiri Konferensi Daerah harus sudah disampaikan oleh Pengurus
Daerah kepada setiap Anggota yang berada dalam wilayah Pengurus Daerah tersebut
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rapat diadakan.

Undangan tersebut harus secara tertulis dengan menyebutkan tempat, waktu dan acara
Konferensi Daerah.

6. Setiap Anggota Daerah wajib menghadiri Konferensi Daerah dan berhak untuk
mengeluarkan pendapat serta mengajukan usul-usul dan setiap Anggota Biasa yang
berada di dalam wilayah Daerah tersebut berhak memberikan suara dan mempunyai 1
(satu) hak suara dalam Konferensi Daerah.

7. Pengurus Daerah dapat mengundang para Pejabat dilingkungan instansi Pemerintah


setempat untuk hadir dalam Konferensi Daerah.

8. Konferensi Daerah adalah sah, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh Anggota Biasa dari Daerah yang bersangkutan dan keputusan Konferensi
Daerah diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut
tidak tercapai, maka keputusan Konferensi Daerah adalah sah jika disetujui oleh
sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan
secara sah dalam Konferensi Daerah.

9. Apabila dalam pembukaan Konferensi Daerah korum tidak tercapai, maka Konferensi
Daerah diundur untuk selama 1 (satu) jam dan apabila sesudah pengunduran itu korum
belum juga tercapai, maka Konferensi Daerah dianggap sah dan dilanjutkan serta dapat
mengambil keputusan yang sah.

Apabila suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka pemungutan suara
diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan apabila pemungutan
suara tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul yang
bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditetapkan lain dalam Anggaran Dasar.

10. Dalam Konferensi Daerah dibicarakan dan diputuskan tentang :

a. penilaian atas pertanggung jawaban yang disampaikan Pengurus Daerah mengenai


pelaksanaan tugas masing-masing selama masa jabatannya serta penilaian atas
perhitungan dan pertanggung jawaban mengenai keuangan oleh Pengurus Daerah;
b. Pemilihan, penetapan dan pelantikan Pengurus Daerah yang dilanjutkan dengan serah
terima jabatan dan pelantikan Pengurus Daerah yang baru oleh Pengurus Wilayah;

c. Program/rencana kerja untuk Daerah, yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari
program kerja Perkumpulan disesuaikan dengan kondisi setempat;

d. Pemekaran-pembentukan Pengurus Daerah baru;

e. usul-usul dan permasalahan-permasalahan Anggota, serta

f. hal-hal lain yang dianggap perlu,

11. Bagi Pengurus Daerah yang tidak/belum melaksanakan Konferensi Daerah dalam waktu
sebagaimana yang ditetapkan dalam angka 3 Pasal ini tanpa pelu pembuktian dalam
bentuk apapun, Pengurus Wilayah wajib memberikan peringatan tertulis kepada Pengurus
Daerah yang bersangkutan, dan diberikan waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan untuk
melaksanakan Konferensi Daerah.

Apabila Pengurus Daerah tidak mengindahkan peringatan tersebut maka Pengurus


Wilayah wajib membentuk Panitia untuk melaksanakan Konferensi Daerah, dengan biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Pengurus Daerah yang bersangkutan.

12. Dalam hal masa jabatan Pengurus Daerah habis dan belum dapat diselenggarakan
Konferensi Daerah, maka seluruh Anggota Pengurus Daerah tetap menjalankan
jabatannya dengan sebutan “Pelaksana Harian Pengurus Daerah” dan Anggota Pengurus
Daerah yang bersangkutan wajib mengadakan rapat pengurus Daerah untuk menentukan
Ketua dan Sekretaris Pelaksana Harian Pengurus Daerah yang bersangkutan, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah berakhirnya masa jabatan tersebut.

E. Pengurus Pusat

Pasal – 21

1. Pengurus Pusat terdiri dari :

a. seorang Ketua Umum

b. seorang Ketua atau lebih

c. seorang Sekretaris Umum

d. seorang Sekretaris atau lebih

e. seorang Bendahara Umum

f. seorang Bendahara atau lebih


g. seorang Anggota atau lebih

2. Formatur Pengurus Pusat diangkat oleh Kongres untuk masa jabatan sejak
pengangkatannya oleh Kongres sampai dengan Kongres selanjutnya yang diadakan pada
tahun ke 3 (tiga) sejak pengangkatannya dan tidak dapat diangkat kembali setelah masa
jabatannya berakhir.

3. Yang dapat diangkat sebagai Pengurus Pusat adalah :

a. Anggota Biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat 4 huruf a, b dan c Anggaran
Dasar.

b. selama memangku jabatan sebagai Pengurus Pusat tidak akan berakhir masa
jabatannya sebagai PPAT;

c. senantiasa mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan perundang-


undangan dan Peraturan Perkumpulan serta Kode Etik;

d. loyal kepada Perkumpulan.

4. Para Anggota pengurus Pusat diangkat oleh Formatur Pengurus Pusat dengan masa
jabatan yang sama dengan Formatur Pengurus Pusat. Dan dapat diberhentikan sewaktu-
waktu sesuai dan berdasarkan Keputusan Rapat yang dihadiri oleh Ketua Umum, para
Ketua, Sekretaris Umum, para Sekretaris, Bendahara Umum, para Bendahara dengan
disetujui oleh suara terbanyak dari yang hadir.

5. Calon Formatur Pengurus Pusat sedapat mungkin berkedudukan di Ibukota Negara


Republik Indonesia.

Calon Formatur Pengurus Pusat adalah calon-calon yang dipilih dari calon-calon yang
diajukan oleh masing-masing Pengurus Wilayah berdasarkan keputusan verifikasi Rapat
Kerja Wilayah dan disampaikan oleh Pengurus Wilayah masing-masing dalam Rapat
Kerja Nasional yang diadakan 6 (enam) bulan sebelum Kongres dan mendapat dukungan
dari Pengurus Wilayah dengan urutan suara terbanyak nomor 1 (satu) sampai dengan
nomor 5 (lima), dan apabila sebelum sampai pada rangking ke 5 (lima) telah diperoleh 5
(lima) orang calon atau lebih, maka perhitungan dihentikan sampai disitu.

Apabila Pengurus Wilayah tidak melaksanakan Rapat Kerja Wilayah untuk memberi
usulan nama-nama calon Formatur Pengurus Pusat sebagaimana dimaksud diatas, maka
usulan yang dibuat tanpa berdasarkan Rapat Kerja Wilayah dalam Bentuk Berita Acara
rapat dengan memakai kop surat dan cap dari Pengurus Wilayah yang sah dan resmi
dengan melampirkan Berita Acara Rapat dari masing-masing Pengurus Daerah yang ada
di wilayahnya, maka mengenai usulan nama-nama Calon Formatur Pengurus Pusat
tersebut adalah tidak sah.

6. Pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat dilaksanakan dengan sistim Formatur dan
Formatur terpilih diberi hak dan wewenang untuk menyusun anggota Pengurus Pusat.
Formatur Pengurus Pusat dipilih oleh Sidang Pleno Kongres dari calon Anggota Formatur
Pengurus Pusat yang telah dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional yang
diadakan 6 (enam) bulan sebelum Kongres.

Pemilihan dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menggunakan kertas
suara, dimana setiap kertas suara berisi 1 (satu) suara.

Formatur yang memperoleh suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari seluruh jumlah
suara yang sah yang dikeluarkan dalam Kongres demi hukum menjadi Ketua Umum,
apabila dalam pemungutan suara tersebut tidak terdapat calon Formatur Pengurus Pusat
yang memperoleh suara sebagaimana yang disyaratkan, atau terdapat lebih dari 1 (satu)
calon Formatur Penguru Pusat yang memperoleh suara terbanyak sama besarnya, maka
dilaksanakan pemungutan suara ulang terhadap 2 (dua) orang calon yang memperoleh
suara terbanyak sama besarnya tersebut dan yang mendapat suara terbanyak mayoritas
demi hukum menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat.

Mengenai petunjuk dan tata cara pecalonan dan pemilihan akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional.

7. Pengurus Pusat mempunyai tugas dan kewajiban untuk :

a. melaksanakan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta
keputusan yang ditetapkan oleh Kongres, Kongres Luar Biasa dan Keputusan Diluar
Kongres;

b. Menyampaikan keputusan Kongres atau Kongres Luar Biasa serta Keputusan Diluar
Kongres tersebut kepada semua Anggota melalui Pengurus Wilayah dan Pengurus
Daerah;

c. membina dan memupuk hubungan baik dengan semua aparat Pemerintah serta
Lembaga baik dalam maupun luar negeri yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan fungsi, tugas dan jabatan PPAT serta hukum pada
umumnya;

d. mengadakan rapat, baik berupa Rapat Pleno Pengurus Pusat maupun Rapat Kerja
Nasional dalam rangka pelaksanaan tugas kepengurusannya;

e. memupuk dan membina rasa kebersamaan profesi (corpsgeest) diantara para Anggota;

f. memupuk rasa kepedulian terhadap Perkumpulan;

g. meningkatkan ilmu pengetahuan para Anggota sesuai perkembangan ilmu (khususnya


tentang fungsi, tugas dan jabatan PPAT), memelihara kehormatan diri, etika serta
moral dalam rangka meningkatkan profesinalisme Anggota.

Pengurus Pusat mempunyai wewenang sebagaimana ditetapkan dalam Pasal–18


Perubahan ke–II Anggaran Dasar (hasil Kongres di Surabaya).

8. Rapat Pleno Pengurus Pusat diadakan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali
dan dapat juga diadakan sewaktu-waktu, apabila dianggap perlu oleh Ketua Umum, atau
apabila diminta oleh seorang Ketua atau apabila diminta oleh lebih dari 1/10 (satu per
sepuluh) bagian dari jumlah seluruh anggota Pengurus Pusat dan permintaannya
disampaikan secara tertulis kepada Pengurus Pusat melalui Sekretaris Umum dengan
menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.

Semua anggota Pengurus Pusat berhak menghadiri Rapat Pleno Pengurus Pusat.

9. Rapat Pleno Pengurus Pusat adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh Anggota Pengurus Pusat dan keputusan Rapat diambil dengan
cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak tercapai, maka
keputusan Rapat adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka pemungutan
suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan apabila
pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama
banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan lain dalam
Anggaran Dasar.

10. Apabila dalam pembukaan Rapat Pleno Pengurus Pusat korum tidak tercapai, maka Rapat
diundur selama 1 (satu) jam dan apabila setelah pengunduran itu korum belum juga
tercapai, maka Rapat dianggap sah dan dapat dilanjutkan serta dapat mengambil
keputusan yang sah.

11. Jika Ketua Umum berhalangan tetap (sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan 21 ayat 7
Anggaran Rumah Tangga) maka para Ketua secara mutatis mutandis adalah bertindak
selaku “Presidium Ketua”, diantara anggota Presidium Ketua tersebut, yaitu 2 (dua) orang
Ketua bertindak mewakili Ketua Umum untuk dan atas nama Perkumpulan dalam
kedudukan mereka masing-masing untuk bidangnya masing-masing yang didampingi
oleh Ketua lainnya sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

F. Pengurus Wilayah

Pasal – 22

1. Pengurus Wilayah terdiri dari :

a. seorang Ketua

b. seorang Wakil Ketua atau lebih, bila dianggap perlu

c. seorang Sekretaris

d. seorang Wakil Sekretaris

e. seorang Bendahara
f. seorang Wakil Bendahara, dan

g. beberapa Anggota

2. Pemilihan Ketua Pengurus Wilayah dalam Konferensi Wilayah dilaksanakan dengan


sistim Formatur, dan Formatur terpilih diberi hak dan wewenang untuk menyusun
anggota Pengurus Wilayah.

Formatur dipilih oleh Sidang Pleno Konferensi Wilayah dari calon Formatur Pengurus
Wilayah yang telah dipilih dan ditetapkan oleh Rapat Kerja Wilayah yang diadakan 1
(satu) bulan sebelum Konferensi Wilayah sebagaimana termaktub dalam Pasal 26
Anggaran Rumah Tangga ini.

Pemilihan dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menggunakan kertas
suara, dimana setiap kertas suara berisi 1 (satu) suara.

Formatur yang memperoleh suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari seluruh jumlah
suara yang sah yang dikeluarkan dalam Konferensi Wilayah demi hukum menjadi Ketua
Pengurus Wilayah, apabila dalam pemungutan suara tersebut tidak terdapat calon
Formatur Pengurus Wilayah yang memperoleh suara sebagaimana disyaratkan, atau
terdapat lebih dari1 (satu) calon Formatur Pengurus Wilayah yang memperoleh suara
terbanyak sama besarnya, maka dilaksanakan pemungutan suara ulang terhadap 2 (dua)
orang calon yang memperoleh suara terbanyak atau calon-calon yang memperoleh suara
terbanyak sama besarnya tersebut dan yang mendapat suara terbanyak mayoritas demi
hukum menjadi Ketua Pengurus Wilayah.

Mengenai petunjuk dan tata cara pecalonan dan pemilihan anggota Pengurus Wilayah
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional.

3. Pengurus Wilayah sedapat mungkin berkedudukan di Ibukota Propinsi,

4. Masa jabatan anggota Pengurus Wilayah adalah terhitung sejak pengangkatan oleh
Konferensi Wilayah sampai dengan penutupan Konferensi Wilayah yang diadakan
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Kongres berikutnya.

5. Ketua Pengurus Wilayah yang masa jabatannya telah berakhir tidak dapat dipilih kembali.

6. Para anggota Pengurus Wilayah disahkan dan dilantik oleh Pengurus Pusat.

7. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus Wilayah adalah Anggota Biasa yang telah
menjabat sebagai PPAT sekurangnya 2 (dua) tahun, kecuali untuk jabatan Ketua
sekurangnya 3 (tiga) tahun, serta selama memangku jabatan sebagai anggota Pengurus
Wilayah tidak akan berakhir masa jabatannya sebagai PPAT dan senantiasa mentaati
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, Peraturan Perkumpulan,
peraturan perundang-undangan serta loyal terhadap Perkumpulan.

8. Calon Formatur Pengurus Wilayah adalah calon-calon yang dipilih dari calon-calon yang
diajukan oleh masing-masing Pengurus Daerah yang telah diverifikasi dan ditetapkan
dalam dan berdasarkan keputusan verifikasi Rapat Kerja Wilayah yang diadakan 3 (tiga)
bulan sebelum Konferensi Wilayah yang mendapat dukungan dari Pengurus-Pengurus
Daerah dengan urutan suara terbanyak nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 5 (lima) dan
apabila sebelum sampai pada ranking 5 (lima) telah diperoleh 5 (lima) orang calon atau
lebih, maka perhitungan dihentikan sampai disitu.

9. Pengurus Wilayah adalah koordinator dari Pengurus Daerah-Pengurus Daerah yang ada
dalam wilayah kepengurusan Pengurus Wilayah yang bersangkutan, satu dan lain dengan
mengindahkan ketentuan dalam ayat 10 Pasal ini.

10. Pengurus Wilayah selaku koordinator dari Pengurus Daerah-Pengurus Daerah dalam
daerah kepengurusannya mempunyai tugas dan kewajiban untuk :

a. membina dan memupuk hubungan baik dengan semua instansi Pemerintah dan
lembaga lainnya dalam daerah kepengurusan Pengurus Wilayah yang mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan fungsi, tugas dan jabatan PPAT
dan hukum pada umumnya;

b. mengadakan Rapat Pengurus Wilayah dalam rangka pelaksanaan tugasnya;

c. memberikan laporan secara periodik, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali


kepada atau setiap waktu apabila diminta oleh Pengurus Pusat tentang semua kegiatan
dan keadaan Perkumpulan didaerahnya;

d. memupuk dan membina rasa kebersamaan profesi (corpsgeest) diantara para Anggota

e. memupuk rasa kepedulian Anggota terhadap Perkumpulan;

f. menyelenggarakan kegiatan yang dipandang dapat berguna bagi konsolidasi


organisasi dan peningkatan profesionalisme Anggota, apabila kegiatan tersebut
berskala nasional maka kegiatan tersebut sedapat mungkin dikoordinasikan dengan
Pengurus Pusat;

g. mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan antar Pengurus Daerah yang berada dalam


kepengurusannya;

h. membantu Pengurus Pusat untuk menyebar luaskan informasi kepada para Anggota
baik secara langsung atau melalui Pengurus Daerah.

11. Rapat Pengurus Wilayah diadakan sekurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali dan dapat
diadakan sewaktu-waktu apabila dipandang perlu oleh Ketua atau apabila diminta secara
tertulis oleh sekurangnya 2 (dua) Anggota Pengurus Daerah kepada Pengurus Wilayah
melalui Sekretaris dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.

12. Rapat Pengurus Wilayah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh anggota Pengurus Wilayah dan keputusan Rapat diambil
dengan cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak tercapai,
maka keputusan Rapat adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.
13. Apabila pada pembukaan Rapat korum tidak tercapai, maka Rapat diundur selama 1
(satu) jam dan apabila sesudah pengunduran itu korum belum juga tercapai, maka Rapat
dainggap sah dan dilajutkan serta dapat mengambil keputusan yang sah.

Apabila jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan
apabila pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama
banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan lain dalam
Anggaran Dasar.

14. Apabila karena sebab apapun Ketua Pengurus Wilayah tidak dapat menjalankan jabatan
sampai akhir masa jabatannya, maka Wakil Ketua atau dalam hal terdapat lebih dari
seorang Wakil Ketua, salah seorang diantaranya dipilih oleh Rapat Kerja Wilayah
bertindak sebagai Pejabat Ketua Pengurus Wilayah.

15. Dalam hal masa jabatan Pengurus Wilayah berakhir sebagaimana dalam ayat 4 Pasal ini
dan Pengurus Wilayah belum dapat menyelenggarakan Konferensi Wilayah, maka
seluruh Pengurus Wilayah (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seluruh Anggota Pengurus)
tetap menjalankan jabatannya dengan sebutan “Pelaksana Harian Pengurus Wilayah”.

16. Pelaksana Harian Pengurus Wilayah yang dimaksud dalam ayat 15 Pasal ini wajib
mengadakan Rapat Pengurus Wilayah untuk menentukan dan menetapkan diantara
mereka Ketua, Sekretaris dan Bendahara Pelaksana Harian Pengurus Wilayah yang
bersangkutan. Rapat pengurus wilayah menurut Pasal ini wajib dilaksanakan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah berakhirnya masa jabatan tersebut sebagaimana dalam
ayat 4 Pasal ini.

17. Berita acara dari Rapat Pengurus Wilayah dimaksud dalam ayat 16 Pasal ini wajib
disampaikan kepada Pengurus Pusat untuk disahkan dan dikukuhkan. Surat pengesahan
dan pengukuhan Pelaksana Harian Pengurus Wilayah tersebut diberikan untuk masa
jabatan maksimal 3 (tiga) bulan.

G. Pengurus Daerah

Pasal – 23

1. Pengurus Daerah terdiri dari :

a. seorang Ketua

b. seorang Wakil Ketua atau lebih, bila dianggap perlu

c. seorang Sekretaris atau lebih

d. seorang Bendahara atau lebih, dan


e. beberapa Anggota.

2. Pemilihan Ketua Pengurus Daerah dalam Konferensi Daerah dilaksanakan dengan sistim
Formatur, dan Formatur terpilih diberi hak dan wewenang untuk menyusun Anggota
Pengurus Daerah.

Formatur dipilih oleh Sidang Pleno Konferensi Daerah dari calon-calon yang diajukan
dan dipilih dari dan oleh Anggota Biasa yang berada dalam Daerah tersebut dan disahkan
dalam Konferensi Daerah.

Pemilihan dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menggunakan kertas
suara, dimana setiap kertas suara berisi 1 (satu) suara.

Formatur yang memperoleh suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah suara
yang sah yang dikeluarkan dalam Konferensi Daerah demi hukum menjadi Ketua, apabila
dalam pemungutan suara tersebut tidak terdapat calon Formatur Pengurus Daerah yang
memperoleh suara yang disyaratkan atau terdapat lebih dari 1 (satu) calon Formatur
Pengurus Daerah yang memperoleh suara terbanyak sama besarnya, maka dilaksanakan
pemungutan suara ulang terhadap 2 (dua) orang calon yang memperoleh suara terbanyak
sama besarnya tersebut dan yang mendapat suara terbanyak mayoritas demi hukum
menjadi Ketua Pengurus Daerah.

Mengenai petunjuk dan tata cara pencalonan dan pemilihan anggota Pengurus Daerah
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional.

3. Pengurus Daerah sedapat mungkin berkedudukan di Ibukota Daerah Tingkat II,


Kabupaten atau Kotamadya.

4. Masa jabatan anggota Pengurus Daerah adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatan oleh Rapat Anggota sampai penutupan Rapat Anggota yang diadakan
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Konferensi Wilayah berikutnya.

5. Ketua Pengurus Daerah yang masa jabatannya telah berakhir tidak dapat dipilih kembali.

6. Para anggota Pengurus Daerah disahkan dan dilantik oleh Pengurus Wilayah.

7. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus Daerah adalah Anggota Biasa yang telah
menjabat sebagai PPAT sekurangnya 1 (satu) tahun serta selama memangku jabatan
sebagai Pengurus Daerah tidak akan berakhir masa jabatannya sebagai PPAT dan yang
senantiasa mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, Peraturan
Perkumpulan, peraturan perundang-undangan dan loyal terhadap Perkumpulan.

8. Pengurus Daerah mempunyai tugas dan kewajiban untuk :

a. melaksanakan keputusan Kongres, keputusan Kongres Luar Biasa, Keputusan Diluar


Kongres, keputusan Pengurus Pusat, keputusan Konferensi Wilayah, keputusan
Pengurus Wilayah, keputusan Konferensi Daerah, keputusan Rapat Kerja Nasional
dan keputusan Rapat Kerja Wilayah.
b. memberikan laporan kepada Pengurus Wilayah dan Pengurus Pusat mengenai
pelaksanaan tugasnya, sekurangnya 6 (enam) bulan sekali atau setiap waktu apabila
diminta oleh Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus Pusat.

c. memberikan pertanggung jawaban kepada Anggota pada akhir masa jabatannya,


termasuk didalamnya perhitungan dan pertanggung jawaban keuangan dalam
Konferensi Daerah.

d. mengadakan Rapat Pengurus Daerah dalam rangka pelaksanaan tugasnya


sekurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan Konferensi Daerah Luar Biasa.

e. menyelenggarakan kegiatan yang dipandang perlu dan bagi kepentingan Anggota


untuk peningkatan dan profesionalisme Anggota dengan ketentuan apabila kegiatan
tersebut bersifat ekstern atau melibatkan Pengurus Daerah lain, seyogyanya
dikoordinasikan dengan Pengurus Wilayah.

9. Rapat Pengurus Daerah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah Anggota Pengurus Daerah yang bersangkutan dan keputusan Rapat diambil
dengan cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak tercapai,
maka keputusan Rapat adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

10. Apabila dalam Pembukaan Rapat, korum tidak tercapai, maka Rapat diundur selama 1
(satu) jam, dan apabila sesudah pengunduran itu korum belum juga tercapai, maka Rapat
dianggap sah dan dapat dilanjutkan serta dapat mengambil keputusan yang sah.

Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka pemungutan
suara diulang, pengulanagn mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan apabila
pemungutan suara ulang tersebut, jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama
banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan lain dalam
Anggaran Dasar.

11. Apabila karena sebab apapun Ketua Pengurus Daerah tidak dapat menjalankan jabatan
sampai akhir masa jabatannya, maka Wakil Ketua atau dalam hal terdapat lebih dari
seorang Wakil Ketua, salah seorang diantaranya yang dipilih oleh Rapat Pengurus Daerah
bertindak sebagai Pejabat Ketua Pengurus Daerah.

12. Dalam hal masa jabatan Pengurus Daerah berakhir sebagaimana dalam ketentuan ayat 4
Pasal ini dan Pengurus Daerah belum dapat menyelenggarakan Konferensi Daerah, maka
seluruh Pengurus daerah (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seluruh Anggota Pengurus)
tetap menjalankan jabatannya dengan sebutan “Pelaksana Harian Pengurus Daerah”.

13. Pelaksana Harian Pengurus Daerah yang dimaksud dalam ayat 12 Pasal ini wajib
mengadakan Rapat Pengurus Daerah untuk menentukan dan menetapkan diantara mereka
Ketua, Sekretaris dan Bendahara Pelaksana Harian Pengurus Daerah yang bersangkutan.
Rapat Pengurus Daerah menurut Pasal ini wajib dilaksanakan selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah berakhirnya masa jabatan tersebut sebagaimana dalam ketentuan ayat
4 Pasal ini.
14. Berita acara dari Rapat Pengurus Daerah dimaksud dalam ayat 13 Pasal ini wajib
disampaikan kepada Pengurus Wilayah untuk disahkan dan dikukuhkan. Surat
pengesahan dan pengukuhan Pelaksana Harian Pengurus Daerah tersebut diberikan untuk
masa jabatan maksimal 3 (tiga) bulan.

H. Majelis Kehormatan Pusat

Pasal – 24

1. Perkumpulan mempunyai Majelis Kehormatan Pusat pada kepengurusan tingkat Pusat.

2. Majelis Kehormatan Pusat terdiri dari 5 (lima) orang anggota, dengan susunan sebagai
berikut :

a. seorang Ketua;

b. seorang Wakil Ketua

c. seorang Sekretaris

d. dua orang Anggota

3. Yang dapat diangkat sebagai anggota Majelis Kehormatan Pusat adalah para Anggota
Biasa yang telah menjabat sebagai PPAT sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan
Anggota Luar Biasa (dari kalangan Emeritus PPAT), yang senantiasa mentaati Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik,Peraturan Perkumpulan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta
mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada Perkumpulan.

4. Para anggota Majelis Kehormatan Pusat dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
Kongres atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

Mengenai petunjuk dan tata cara pencalonan dan pemilihan anggota Majelis Kehormatan
Pusat akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Perkumpulan yang ditetapkan dan
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional.

5. Masa jabatan Majelis Kehormatan Pusat adalah sama dengan masa jabatan Pengurus
Pusat.

6. Para anggota Majelis Kehormatan Pusat yang masa jabatannya telah berakhir dapat
dipilih kembali.

7. Seorang anggota Majelis Kehormatan Pusat tidak boleh merangkap sebagai anggota
Pengurus Pusat, anggota Pengurus Wilayah, atau anggota Pengurus Daerah ataupun
anggota Majelis Kehormatan Wilayah.
8. Jika selama jabatan Majelis Kehormatan Pusat terjadi suatu hal yang mengakibatkan
jumlah anggota Majelis Kehormatan Pusat kurang dari jumlah yang telah ditetapkan
dalam ayat (2) Pasal ini, maka anggota Majelis Kehormatan Pusat yang ada tetap sah.

Akan tetapi apabila jumlah anggota Majelis Kehormatan Pusat menjadi berjumlah 1
(satu) orang maka Pengurus Pusat segera menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional yang
akan membicarakan dan memutuskan hal tersebut.

9. Majelis Kehormatan Pusat merupakan badan yang bersifat otonom dalam mengambil
keputusan.

10. Majelis Kehormatan Pusat mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan
bimbingan dan melakukan pengawasan serta pentaatan Kode Etik oleh para Anggota
Perkumpulan.

11. Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya, Majelis Kehormatan Pusat
berwenang untuk:

a. memberikan dan menyampaikan usul serta saran yang ada dengan hubungan Kode
Etik dan pembinaan rasa kebersamaan profesi (corpsgeest) kepada Pengurus Pusat;

b. menolak atau menerima pengaduan atas pelanggaran Kode Etik;

c. menyelenggarakan sidang pemeriksaan Kode Etik pada tingkat banding dan


menjatuhkan sanksi.

12. Dalam melakukan tugas dan kewajiban, Majelis Kehormatan Pusat dapat mengadakan
pertemuan dengan Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Majelis
Kehormatan Wilayah.

13. Rapat atau sidang Majelis Kehormatan Pusat adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah seluruh anggota dan keputusan Rapat atau Sidang
diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak
tercapai, maka keputusan Rapat atau Sidang adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat atau
Sidang.

14. Setiap anggota Majelis Kehormatan Pusat mempunyai hak untuk mengeluarkan 1 (satu)
suara,

15. Majelis Kehormatan Pusat wajib melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan dalam
tingkat banding atas putusan Majelis Kehormatan Wilayah yang diajukan banding
kepadanya oleh Anggota yang bersangkutan dalam waktu serta menggunakan tata cara
yang digunakan dalam penjatuhan sanksi, baik berupa pembebasan maupun pemecatan
terhadap Anggota sebagaimana diatur dalam Pasal – 10 Anggaran Rumah Tangga ini dan
Kode Etik serta Tata Cara Penegakan Kode Etik.

16. Putusan Majelis Kehormatan Pusat setidak-tidaknya ditandatangani oleh 3 (tiga) orang
anggota Majelis Kehormatan Pusat dan sedapat mungkin ditandatangani juga oleh
Anggota yang bersangkutan.
17. Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota Majelsi Kehormatan Pusat
harus :

a. tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat Anggota yang bersangkutan;

b. menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah;

c. selalu menjaga suasana kekeluargaan;

d. merahasiakan segala apa yang ditemukannya.

Tata cara pemeriksaan pelanggaran Kode Etik dan Sidang Majelis Kehormatan Pusat
akan diatur lebih lanjut dalam Tata Cara Penegakan Kode Etik yang ditetapkan dan
disahkan oleh Kongres.

18. Majelis Kehormatan Pusat, Majelis Kehormatan Wilayah, Pengurus Pusat, Pengurus
Wilayah dan Pengurus Daerah mengadakan pertemuan berkala sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun sekali, atau setiap kali dipandang perlu oleh Pengurus Pusat atau Majelis
Kehormatan Pusat atau atas permintaan 2 (dua) Pengurus Wilayah berikut Majelis
Kehormatan Wilayah atas biaya Perkumpulan.

I. Majelis Kehormatan Wilayah

Pasal – 25

1. Perkumpulan mempunyai Majelis Kehormatan Wilayah pada setiap kepengurusan


Pengurus Wilayah.

2. Majelis Kehormatan Wilayah terdiri dari 3 (tiga) orang anggota dengan susunan sebagai
berikut :

a. seorang Ketua

b. seorang Wakil Ketua dan

c. seorang Sekretaris.

3. Yang dapat menjadi anggota Majelis Kehormatan Wilayah adalah Anggota Biasa yang
telah menjabat sebagai PPAT sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan Anggota Luar Biasa
(dari kalangan Emeritus PPAT), yang senantiasa mentaati Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Kode Etik, Peraturan Perkumpulan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta mempunyai rasa kepedulian
yang tinggi kepada Perkumpulan.

4. Para anggota Majelis Kehormatan Wilayah dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
Konferensi Wilayah atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Mengenai petunjuk dan tata cara pencalonan dan pemilihan anggota Majelis Kehormatan
Wilayah akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Perkumpulan yang ditetap dan disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional.

5. Masa jabatan anggota Majelis Kehormatan Wilayrah adalah sama dengan masa jabatan
anggota Pengurus Wilayah.

6. Para anggota Majelis Kehormatan Wilayah yang masa jabatannya telah berakhir dapat
dipilih kembali.

7. Seorang anggota Majelis Kehormatan Wilayah tidak boleh merangkap sebagai anggota
Pengurus Pusat, anggota Pengurus Wilayah, Anggota Pengurus Daerah ataupun anggota
Majelis Kehormatan Pusat.

8. Jika selama masa jabatan anggota Majelis Kehormatan Wilayah terjadi suatu hal yang
mengakibatkan jumlah anggota Majelis Kehormatan Wilayah kurang dari jumlah yang
ditetapkan dalam ayat (2) Pasal ini, maka Majelis Kehormatan Wilayah yang ada tetap
sah.

Akan tetapi apabila jumlah anggota Majelis Kehormatan Wilayah menjadi berjumlah 1
(satu) orang, maka Pengurus Wilayah segera menyelenggarakan Rapat Kerja Wilayah
yang akan membicarakan dan memutuskan hal tersebut.

9. Majelis Kehormatan Wilayah merupakan badan yang bersifat otonom dalam mengambil
keputusan.

10. Majelis Kehormatan Wilayah mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan
bimbingan dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pentaatan Kode Etik oleh para
anggota Perkumpulan di daerah masing- masing.

11. Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya, Majelis Kehormatan Wilayah dapat
mencari fakta atas pelanggaran terhadap Kode Etik, baik atas prakarsa sendiri atau karena
menerima pengaduan secara tertulis dari seorang Anggota perkumpulan atau orang lain
dengan bukti-bukti yang meyakinkan.

12. Majelis Kehormatan Wilayah yang telah menemukan fakta pelanggaran terhadap Kode
Etik atau telah menerima pengaduan tentang pelanggaran Kode Etik wajib memanggil
Anggota yang bersangkutan untuk dilakukan pemeriksaan guna mencari kepastian adanya
pelanggaran tersebut.

13. Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Kehormatan Wilayah tersebut, kepada
Anggota yang bersangkutan diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan dan
melakukan pembelaan diri.

14. Majelis Kehormatan Wilayah diwajibkan untuk memberikan putusan atas kasus atau
perkara pelanggaran Kode Etik yang diperiksanya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah pengaduan diajukan kepada atau ditemukan fakta pelanggaran Kode Etik oleh
Majelis Kehormatan Wilayah.
15. Putusan Majelis Kehormatan Wilayah setidak-tidaknya ditandatangani oleh 2 (dua) orang
anggota Majelis Kehormatan Wilayah dan sedapat mungkin ditandatangani oleh Anggota
yang bersangkutan.

16. Terhadap keputusan Majelis Kehormatan Wilayah dapat dimintakan banding kepada
Majelis Kehormatan Pusat dan dalam waktu serta menggunakan tata cara yang digunakan
untuk menjatuhkan sangsi, baik berupa pembebasan maupun pemecatan sebagaimana
yang diatur dalam Pasal – 10 Anggaran Rumah Tangga ini dan Kode Etik serta Tata Cara
Penegakan Kode Etik.

17. Rapat atau Sidang Majelis Kehormatan Wilayah adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah seluruh anggota dan keputusan Rapat diambil dengan
cara musyawarah untuk mufakat, apabila dengan cara tersebut tidak tercapai, maka
keputusan Rapat adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat atau Sidang.

18. Setiap anggota Majelis Kehormatan Wilayah mempunyai hak untuk mengeluarkan 1
(satu) suara.

19. Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota Majelis Kehormatan Wilayah
harus :

a. tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat Anggota yang bersangkutan;

b. menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah;

c. selalu mejaga suasana kekeluargaan;

d. merahasiakan segala apa yang ditemukannya.

Tata cara pemeriksaan pelanggaran Kode Etik dan Sidang Majelis Kehormatan Wilayah
akan diatur lebih lanjut dalam Tata Cara Penegakan Kode Etik yang ditetapkan dan
disahkan oleh Kongres.

20. Jika putusan Majelis Kehormatan Wilayah ditolak oleh Majelis Kehormatan Pusat, baik
sebagian maupun seluruhnya, maka Majelis Kehormatan Wilayah diwajibkan untuk
melaksanakan putusan Majelis Kehormatan Pusat dan memberitahukannya kepada
Anggota yang bersangkutan dan kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus
Daerah.

21. Majelis Kehormatan Wilayah dan Majelis Kehormatan Pusat mengadakan pertemuan
berkala sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun sekali atau setiap kali dipandang perlu
oleh 2 (dua) anggota Majelis Kehormatan Wilayah atau oleh 2 (dua) anggota Majelis
Kehormatan Pusat atas biaya Perkumpulan.

22. Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya, Majelis Kehormatan Wilayah
berwenang untuk :
a. memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada hubungannya dengan Kode
Etik dan pembinaan rasa kebersamaan profesi (corpsgeest), baik kepada Pengurus
Wilayah, Pengurus Daerah ataupun kepada para Anggota.

b. menolak atau menerima pengaduan atas pelanggaran Kode Etik.

c. menyelenggarakan Sidang pemeriksaan pelanggaran Kode Etik pada tingkat pertama


dan menjatuhkan sanksi.

23. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Majelis Kehormatan Wilayah dapat
mengusulkan kepada Majelis Kehormatan Pusat agar diadakan pertemuan dengan Majelis
Kehormatan Pusat, baik dengan ataupun tanpa Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah
dan/atau Pengurus Daerah.

J. Rapat Kerja Perkumpulan

Pasal – 26

1. Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah wajib menyelenggarakan Rapat Kerja


Perkumpulan sedikitnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

2. Rapat Kerja Perkumpulan terdiri dari :

a. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat yang pelaksanaannya


dapat diserahkan kepada Pengurus Wilayah tertentu terdiri dari :

i. Rapat Kerja Nasional yang wajib diselenggarakan 6 (enam) bulan sebelum


Kongres, selanjutnya disebut juga “Rapat Kerja Nasional Pra Kongres”

ii. Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun dan untuk pertama kalinya diselenggarakan setelah 1 (satu) tahun masa
kepengurusan sejak Kongres ditutup.

b. Rapat Kerja Wilayah yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah yang


pelaksanaannya dapat diserahkan kepada Pengurus Daerah tertentu terdiri dari :

i. Rapat Kerja Wilayah yang wajib diselenggarakan 1 (satu) bulan sebelum


Konferensi Wilayah, disebut “Rapat Kerja Wilayah Pra Konferensi Wilayah”;

ii. Rapat Kerja Wilayah yang diselenggarakan sedikitnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.

3. Rapat Kerja Perkumpulan diadakan sekurangnya sekali dalam waktu sebagaimana


ditetapkan dalam ayat 2 Pasal ini, dan dapat diadakan sewaktu-waktu :
a. untuk Rapat Kerja Nasional, apabila diminta oleh sekurangnya ½ (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh anggota Pengurus Pusat dan/atau diminta oleh
sekurangnya ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Pengurus Wilayah setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Majelis Kehormatan Pusat, dengan
memberitahukan kehendaknya itu secara tertulis kepada Ketua Umum Pengurus
Pusat.

b. untuk Rapat Kerja Wilayah apabila diminta oleh sekurangnya ½ (satu per dua) bagian
dari jumlah seluruh anggota Pengurus Wilayah dan/atau diminta oleh sekurangnya ½
(satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Pengurus Wilayah setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Majelis Kehormatan Wilayah dengan memberitahukan
kehendaknya itu secara tertulis kepada Ketua Pengurus Wilayah.

4. Peserta Rapat Kerja Perkumpulan adalah :

a. yang wajib dan berhak hadir dalam Rapat Kerja Nasional adalah :

i. seluruh anggota Pengurus Pusat;

ii. perwakilan Pengurus Wilayah sebanyak 3 (tiga) orang;

iii. perwakilan Pengurus Daerahsebanyak 3 (tiga) orang;

iv. seluruh anggota Majelis Kehormatan Pusat;

v. seluruh anggota Majelis Kehormatan Wilayah.

b. yang wajib dan berhak hadir dalam Rapat Kerja Wilayah adalah :

i. seluruh Pengurus Wilayah;

ii. perwakilan Pengurus Daerah sebanyak 3 (tiga) orang;

iii. seluruh anggota Majelis Kehormatan Wilayah.

5. Setiap peserta Rapat Kerja Nasional berhak berbicara dalam Rapat dan setiap anggota
Pengurus Pusat, setiap anggota Pengurus Wilayah dan setiap anggota Pengurus Daerah
mempunyai hak 1 (satu) suara dalam Rapat, sedangkan anggota Majelis Kehormatan
Pusat dan anggota Majelis Kehormatan Wilayah tidak mempunyai hak suara dalam
Rapat.

Setiap peserta Rapat Kerja Wilayah berhak berbicara dalam Rapat, dan setiap anggota
Pengurus Wilayah dan setiap anggota Pengurus Daerah mempunyai hak 1 (satu) suara
dalam Rapat, sedangkan anggota Majelis Kehormatan Wilayah tidak mempunyai hak
suara dalam Rapat.

Setia peserta Rapat Kerja Perkumpulan tidak dapat memberikan kuasa kepada orang lain
atau diwakili untuk hadir dan berbicara dan memberikan suara dalam Rapat.
6. a. Rapat Kerja Nasional adalah sah apabila dihadiri oleh ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh anggota Pengurus Pusat dan dari jumlah seluruh Pengurus Wilayah,
Pengurus Daerah dan keputusan adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu
per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

b. Rapat Kerja Wilayah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh anggota Pengurus Wilayah dan dari jumlah seluruh
Pengurus Daerah, dan keputusan adalah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (satu
per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

c. Apabila pada waktu pembukaan Rapat Kerja Perkumpulan (Rapat Kerja Nasional
dan/atau Rapat Kerja Wilayah) korum tidak tercapai, maka Rapat diundur untuk
selama 1 (satu) jam, dan apabila sesudah pengunduran itu belum juga tercapai korum,
maka Rapat dianggap sah dan dapat mengambil keputusan yang sah tanpa
memperhatikan korum lagi.

d. Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 ((satu) kali
dan apabila pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak
setuju sama banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali
ditentukan lain dalam Anggaran Dasar.

7. Rapat Kerja Nasional diadakan sekurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun untuk :

a. mengesahkan Anggaran Rumah Tangga dan/atau perubahannya, Peraturan


Perkumpulan dan/atau perubahannya, apabila diperlukan

b. melakukan penilaian terhadap pelaksanaan keputusan Kongres yang terdahulu, sejauh


mana sudah dilaksanakan atau yang tidak dapat dilaksanakan.

c. melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program kerja tahunan Pengurus Pusat dan
menetapkan program kerja tahunan Pengurus Pusat.

d. mempersiapkan bahan/materi Kongres dan menetapkan serta mengesahkan nominasi


calon Formatur Pengurus Pusat dan calon anggota Majelis Kehormatan Pusat yang
akan dipilih dalam Kongres;

e. membicarakan dan menetapkan sikap dan pendapat (Pokok-pokok pikiran)


Perkumpulan mengenai hal-hal tertentu;

f. hal-hal lain yang dianggap perlu.

8. Rapat Kerja Wilayah diadakan sekurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun untuk :

a. melakukan penilaian terhadap pelaksanaan keputusan Konferensi Wilayah yang


terdahulu, sejauh mana sudah dilaksanakan atau yang tidak dapat dilaksanakan.

b. melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program kerja tahunan Pengurus Wilayah


dan menetapkan program kerja tahunan Pengurus Wilayah.
c. mempersiapkan bahan/materi Konferensi Wilayah dan menetapkan serta
mengesahkan nominasi calon Formatur Pengurus Wilayah dan calon anggota Majelis
Kehormatan Wilayah yang akan dipilih dalam Konferensi Wilayah;

d. mengangkat Pejabat Ketua Pengurus Wilayah, apabila terjadi hal yang ditetapkan
dalam Pasal 22 ayat 14 Anggaran Rumah Tangga ini.

e. membicarakan dan menetapkan sikap dan pendapat (pokok-pokok pikiran)


Perkumpulan mengenai hal-hal tertentu;

f. hal-hal lain yang dianggap perlu.

BAB – IV

KEKAYAAN

Pasal – 27

1. Kekayaan Perkumpulan diperoleh dari uang iuran, uang sumbangan/donatur, serta


penghasilan lainnya, antara lain Seminar, Up-grading, Pendidikan dan Latihan, Kongres,
Rapat Kerja Nasional, dan lain-lain yang diperoleh secara sah dan tidak bertentangan
dengan tujuan Perkumpulan.

2. Ketentuan besarnya uang iuran bulanan ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional, dan
dapat ditetapkan berbeda untuk setiap wilayah disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat.

3. Pengurus Daerah diwajibkan untuk menyerahkan sebagian dari uang iuran kepada :

a. Pengurus Pusat yaitu sebesar 20 % (dua puluh persen) dan

b. Pengurus Wilayah yaitu sebesar 30 % (tiga puluh) persen.

4. Ketentuan tentang usaha-usaha yang sah serta sumbangan yang sifatnya tidak mengikat
akan diputuskan oleh Pengurus Pusat.

5. Kekayaan Perkumpulan di tingkat Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus


Daerah yang sudah melebihi Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) wajib diaudit tiap-
tiap tahunnya oleh kantor akuntan publik.

BAB – V
LAMBANG, LOGO DAN TANDA ANGGOTA

Pasal – 28

1. Perkumpulan mempunyai lambang, logo dan tanda anggota yang ditetapkan oleh
Perkumpulan.

2. Lambang digunakan sebagai tanda pengenal Anggota IPPAT dan untuk surat menyurat
serta tanda anggota.

3. Logo dapat terbuat dari kayu, logam atau barang serupa.

BAB – VI

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal – 29

1. Anggaran Rumah Tangga dapat diubah oleh Rapat Kerja Nasional yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh anggota Pengurus Pusat
dan wakil Pengurus Wilayah serta wakil Pengurus Daerah dan keputusannya disetujui
oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan
secara sah dalam Rapat.

2. Apabila dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional tersebut tidak mencapai korum, maka
Rapat diundur untuk selama 1 (satu) jam, dan apabila sesudah pengunduran itu belum
juga tercapai korum yang dipersyaratkan, maka dianggap sah dan dapat mengambil
keputusan yang sah, asal saja keputusan itu disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
per tiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam Rapat.

BAB –VII

ATURAN PERALIHAN

Pasal – 30
1. Perubahan ketentuan dalam Anggaan Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak ditutup
Rapat Kerja Nasional pada tanggal 1 Desember 2012.

2. Pengurus Pusat dengan ini diberikan kuasa dan wewenang penuh untuk menyempurnakan
redaksional atas Anggaran Rumah Tangga yang dilakukan perubahan dalam Rapat Kerja
Nasional tanggal 1 Desember 2012 ini.

ANGGARAN DASAR IPPAT

IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

PERUBAHAN KE – IV

Berdasarkan Keputusan Kongres V IPPAT di Bali tanggal 22 - 25 Nopember 2010

Nomor : 05/KONGRES V/IPPAT/2010

BAB – I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal – 1

Perkumpulan ini bernama : “IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH” disingkat


“IPPAT”, berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, sebagai satu-satunya wadah
Perkumpulan bagi para Pejabat Pembuat Akta Tanah di seluruh Indonesia.

BAB – II

WAKTU
Pasal – 2

Perkumpulan ini didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya, terhitung mulai hari
pendiriannya, yakni tanggal duapuluh empat September seribu sembilan ratus delapan puluh
tujuh (24-9-1987).

BAB – III
ASAS, TUJUAN DAN USAHA

Pasal – 3

Asas Perkumpulan

Perkumpulan ini berasaskan Pancasila.

Pasal – 4

Tujuan Perkumpulan

Perkumpulan ini bertujuan :

1. Memajukan dan mengembangkan ilmu hukum pada umumnya, khususnya ilmu serta
pengetahuan di bidang agraria dan/atau yang berhubungan dengan lembaga Pejabat
Pembuat Akta Tanah.

2. Mempererat hubungan kerja dan saling pengertian antar Pejabat Pembuat Akta Tanah
dengan masyarakat dan instansi yang terkait.

3. Menghimpun para Pejabat Pembuat Akta Tanah di seluruh Indonesia dalam satu wadah
Perkumpulan, untuk meningkatkan kualitas dan persaudaraan sesama Pejabat Pembuat
Akta Tanah.

4. Meningkatkan harkat dan martabat jabatan para Pejabat Pembuat Akta Tanah.

5. Meningkatkan profesionalitas para Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam pengabdiannya


kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Pasal – 5

Usaha Perkumpulan

Usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu antara lain :

1. Mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah dan publikasi hukum pada umumnya dan


mengenai hukum agraria pada khususnya.

2. Menjalin kerjasama yang positif antara Perkumpulan dan Pejabat Pembuat Akta Tanah
dengan instansi terkait dengan bidang hukum dan agraria/pertanahan.

3. Memberikan bantuan jasa secara cuma-cuma kepada mereka yang tidak mampu.

4. Membangun dan memberdayakan Perkumpulan guna mempersatukan, meningkatkan


profesionalitas dan menjalin ikatan persaudaraan sesama Pejabat Pembuat Akta Tanah.

5. Menjaga supaya setiap anggota Perkumpulan menjunjung tinggi kehormatan jabatan dan
profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
maupun Kode Etik.

6. Melakukan penelitian, kajian, pendidikan dan latihan dalam hukum agraria khususnya
dan bidang hukum pada umumnya guna meningkatkan profesionalitas Anggota untuk
pengabdian kepada masyarakat.

BAB – IV

KEANGGOTAAN

Pasal – 6

Anggota Perkumpulan

1. Keanggotaan Perkumpulan ini terdiri dari :

a. Anggota Biasa

b. Anggota Luar Biasa

c. Anggota Kehormatan
2. Keanggotaan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini adalah sebagai berikut :

a. Anggota Biasa, yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan mendaftarkan diri pada Perkumpulan.

b. Anggota Luar Biasa, yaitu :

- Pejabat Pembuat Akta Tanah yang sudah berhenti,

- Calon Pejabat Pembuat Akta Tanah yang mendaftarkan diri, dan

- Pejabat Pembuat Akta Tanah yang tidak mendaftarkan diri pada Perkumpulan.

c. Anggota Kehormatan, yaitu pihak lain yang diangkat oleh Kongres.

Pasal – 7

Hak Anggota

1. Setiap Anggota Biasa berhak :

a. memilih dan dipilih

b. ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Perkumpulan ; dan

c. berbicara serta mempunyai hak suara.

2. Setiap Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan berhak :

a. ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Perkumpulan ; dan

b. berbicara.

Pasal – 8

Kewajiban Anggota

Setiap Anggota berkewajiban untuk :


a. menjunjung tinggi nama baik Perkumpulan, memahami, mentaati dan mengamalkan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh Perkumpulan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

b. memberikan sumbangan moril maupun materiil kepada Perkumpulan.

Pasal – 9

Berakhirnya Keanggotaan

1. Keanggotaan berakhir karena :

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan


hukum yang tetap ;

d. berada dibawah pengampuan (curatele) ;

e. dipecat sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 23 ayat (4), Pasal 19 ayat (2), Pasal 12
ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) Anggaran Dasar ini.

2. Pemecatan dari keanggotaan ada dua macam yaitu :

a. pemecatan sementara (schorsing) dikenakan kepada Anggota apabila :

i. melanggar dan/atau tidak mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah


Tangga, Kode Etik dan/atau Peraturan Perkumpulan ;

ii. melakukan perbuatan yang terbukti merugikan Perkumpulan ;

iii. tidak mengindahkan peringatan dan/atau petunjuk dari Pengurus Daerah,


Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus Pusat ;

iv. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Kongres.

b. pemecatan tetap (onzetting) dikenakan pada Anggota apabila Anggota yang


bersangkutan djatuhi sanksi pidana selama satu (1) tahun atau lebih oleh suatu
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van
gewijsde) karena melakukan kejahatan.

c. Tata cara pemecatan Anggota Perkumpulan akan diatur lebih lanjut dalam suatu Tata
Cara Penegakan Kode Etik yang ditetapkan dan disahkan oleh dan dapat diubah
dalam Kongres.
BAB – V

KONGRES

Pasal 10

Kongres

1. Kongres adalah Rapat Anggota Perkumpulan tingkat nasional yang merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam Perkumpulan.

2. Kongres diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dengan memperhatikan waktu


berdirinya Perkumpulan.

3. Pengurus Pusat wajib menyelenggarakan Kongres pada waktu yang ditetapkan dalam
ayat (2) Pasal ini.

4. Apabila Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Kongres sebagaimana dimaksud dalam


ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini tanpa alasan yang jelas, maka dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan setelah lewatnya waktu sebagaimana ditetapkan dalam ayat (2) Pasal ini Pengurus
Wilayah dapat mengajukan permintaan untuk melaksanakan Kongres dengan atau tanpa
persetujuan Majelis Kehormatan Pusat dan didukung secara tertulis oleh lebih dari 1/10
(satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh Pengrurs Wilayah dan Pengurus Wilayah
tersebut dan berhak serta berwenang menyelenggarakan Kongres dengan mengindahkan
ketentuan Anggaran Dasar ini atas biaya Perkumpulan.

Permohonan Pengurus Wilayah tersebut harus berdasarkan keputusan Rapat Pengurus


Wilayah yang bersangkutan.

5. Pada setiap penyelenggaraan Kongres, Pengurus Pusat sedapat mungkin


menyelenggarakan pembinaan dan pembekalan (upgrading dan refreshing course) bagi
Anggota.

Pasal – 11

Tata Cara Pemanggilan untuk Kongres

1. Panggilan Kongres dilakukan oleh Pengurus Pusat dengan :


a. surat undangan kepada seluruh Anggota melalui Pengurus Wilayah dan/atau
Pengurus Daerah, dan/atau

b. panggilan melalui iklan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia atau media
lain yang mempunyai jangkauan secara nasional selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum Kongres diselenggarakan, kecuali bila terjadi hal yang dimaksud dalam Pasal
10 ayat (4).

2. Dalam hal yang sangat mendesak menurut penilaian Pengurus Pusat, jangka waktu
tersebut dapat dipersingkat menjadi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Kongres
diselenggarakan.

Pasal – 12

Acara dan Kewenangan Kongres

1. Kongres yang dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) tersebut antara lain membahas :

a. penilaian dan pengesahan atas laporan dan pertanggung jawaban Pengurus Pusat dan
Majelis Kehormatan Pusat.

b. Penyusunan garis besar program kerja Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat.

c. Pemilihan dan penetapan Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat.

d. Penetapan dan perubahan Anggaran Dasar, Kode Etik dan Tata Cara Penegakan Kode
Etik, apabila diperlukan.

e. Penetapan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya dan rapat-rapat Perkumpulan.

f. Pengangkatan Anggota Kehormatan, apabila diperlukan.

g. Pemberian tanda penghargaan kepada Anggota dan/atau orang/pihak lain yang telah
menunjukkan pengabdian dan/atau pengorbanan bagi kepentingan profesi dan
Perkumpulan.

h. Peninjauan kembali atau pengukuhan atas putusan Sidang Majelis Kehormatan Pusat
dan/atau Majelis Kehormatan Wilayah.

i. Pemecatan Anggota Perkumpulan.

j. Hal-hal lain yang dipandang perlu.

2. Penerimaan dan pengesahan oleh Kongres atas laporan dan pertanggung jawaban
Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat mengenai hal-hal yang dimuat dalam ayat
(1) sub (a) Pasal ini dan diikuti dengan serah terima administrasi dan keuangan
Perkumpulan dari Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat yang lama kepada
Formatur Pengurus Pusat terpilih atau Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat
yang baru, berarti dibebaskannya Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat yang
lama dari tanggung jawab selama masa kepengurusannya tersebut.

3. Kongres berwenang mengukuhkan pemecatan tetap (ontzetting) atau pemecatan


sementara (schorsing) seseorang Anggota Perkumpulan atau mengembalikan
keanggotaan yang bersangkutan.

4. Pemecatan tersebut dalam Pasal 9 ayat (1) huruf (e) juncto ayat (3) Pasal ini dapat
dilakukan dengan putusan sidang Majelis Kehormatan Wilayah dan/atau putusan sidang
Majelis Kehormatan Pusat dan/atau Kongres.

5. Sebelum pengukuhan atau pemecatan dilakukan, Kongres terlebih dahulu memberikan


kesempatan kepada Anggota yang bersangkutan untuk melakukan pembelaan diri.

Pasal – 13

Presidium Kongres

1. Kongres dipimpin oleh Presidium yang terdiri dari Ketua-Ketua Pengurus Wilayah dan
diantara mereka dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris

2. Masing-masing Pengurus Wilayah dapat menunjuk seorang wakilnya dalam Presidium


apabila Ketua Pengurus Wilayah yang bersangkutan berhalangan.

3. Semua kewenangan Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat selama Kongres
dipegang oleh Presidium.

Pasal – 14

Kongres

1. Setiap Anggota Perkumpulan wajib hadir dan tidak dapat diwakili dengan surat kuasa
dalam Kongres dan atau rapat-rapat Perkumpulan.

2. Setiap Anggota Biasa yang hadir dalam Kongres dan/atau rapat-rapat Perkumpulan
berhak berbicara dan mengeluarkan 1 (satu) suara.

3. Kecuali dengan tegas dinyatakan lain dalam Anggaran Dasar ini, Kongres adalah sah,
apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Anggota
Biasa Perkumpulan.
4. Apabila dalam pembukaan Kongres korum tidak tercapai, maka Kongres diundur
sedikitnya 1 (satu) jam dan kemudian Kongres dilanjutkan dan dapat mengambil
keputusan-keputusan yang sah tanpa memperhatikan korum.

5. a. Keputusan Kongres sedapat-dapatnya dilakukan secara musyawarah untuk mencapai


mufakat.

b. Apabila keputusan Kongres tidak dapat diputuskan dengan cara sebagaimana


dimaksud dalam sub (a) ayat ini, maka keputusan diambil dengan disetujui oleh lebih
dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan dengan sah
oleh Anggota Biasa Perkumpulan yang hadir dalam Kongres, kecuali mengenai hal-
hal yang dimaksud dalam Pasal - 27 Anggaran Dasar.

c. Apabila jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan
apabila pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju
sama banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak, kecuali ditentukan
lain dalam Anggaran Dasar ini.

6. a. Pemungutan suara tentang diri orang dilakukan secara rahasia dan tertulis.

b. Pemungutan suara tentang hal-hal lain dilakukan secara lisan.

BAB – VI

KONGRES LUAR BIASA

Pasal – 15

1. Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan diluar ketentuan Pasal - 10
Anggaran Dasar.

2. Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila :

a. Dianggap perlu dan/atau mendesak oleh Pengurus Pusat setelah mendapat


persetujuan dari Rapat Pleno Pengurus Pusat, atau

b. Ada permintaan lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh Pengurus
Wilayah berdasarkan keputusan Konferensi Wilayah Luar Biasa dan telah mendapat
persetujuan secara tertulis dari dan berdasarkan keputusan Rapat Majelis Kehormatan,
maka Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah berhak dan berwenang
menyelenggarakan Kongres Luar Biasa dengan mengindahkan ketentuan Anggaran
Dasar ini atas biaya Perkumpulan.

3. Kongres Luar Biasa mempunyai kekuasaan yang sama dengan Kongres sebagaimana
dimaksud pada Pasal - 10 Anggaran Dasar.

4. Kongres Luar Biasa tersebut membahas dan menetapkan :

a. meminta, menilai dan mengesahkan atas laporan dan pertanggung jawaban Pengurus
Pusat dan Majelis Kehormatan Pusat

b. pemecatan (ontzetting) Ketua Umum Pengurus Pusat.

c. Mengangkat anggota Majelis Kehormatan, apabila terjadi perubahan jumlah anggota


Majelis Kehormatan Pusat menjadi 1 (satu) anggota.

d. Perubahan atas Anggaran Dasar, Kode Etik dan Tata Cara Penegakan Kode Etik,
apabila diperlukan.

e. Peninjauan kembali atas putusan sidang Majelis Kehormatan Pusat dan/atau Majelis
Kehormatan Wilayah.

f. pemecatan Anggota Perkumpulan.

g. usul-usul Anggota berdasarkan keputusan Konferensi Daerah Luar Biasa dan/atau


keputusan Konferensi Wilayah Luar Biasa.

5. Kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini, ketentuan dalam Kongres berlaku
mutatis mutandis untuk Kongres Luar Biasa.

BAB – VII

KEPUTUSAN DI LUAR KONGRES

(REFERENDUM)

Pasal – 16

Dipersamakan dengan keputusan Kongres adalah keputusan yang diambil Diluar Kongres
(Referendum) dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pengurus Pusat mempersiapkan rencana keputusan tersebut untuk selanjutnya dikirim


dengan surat tercatat atau kurir kepada seluruh Anggota Perkumpulan melalui Pengurus
Wilayah dan Pengurus Daerah, disertai pertimbangan-pertimbangan dan penjelasan-
penjelasan seperlunya.

2. Pengurus Wilayah mengumpulkan hasil keputusan para Anggota dalam waktu 1 (satu)
bulan setelah menerima rancangan keputusan dari Pengurus Pusat dan kemudian hasil
keputusan tersebut segera disampaikan oleh Pengurus Wilayah kepada Pengurus Pusat
dengan surat tercatat atau kurir.

Jika Pengurus Wilayah tidak memberikan jawaban dalam waktu 1 (satu) bulan terhitung
sejak waktu tersebut diatas, maka keputusan dianggap telah disetujui oleh seluruh
Anggota Perkumpulan yang berada didalam wilayah Pengurus Wilayah yang
bersangkutan.

3. Keputusan Diluar Kongres (Referendum) adalah sah, jika disetujui oleh lebih dari ½ (satu
per dua) bagian dari jumlah seluruh Anggota Biasa Perkumpulan.

4. Pengurus Pusat harus menyampaikan Keputusan Diluar Kongres (Referendum) tersebut


kepada seluruh Anggota Perkumpulan melalui Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah
dalam waktu 1 (satu) bulan setelah hasil jawaban dari seluruh Pengurus Wilayah diterima.

Jika ternyata rancangan Keputusan Diluar Kongres tersebut tidak disetujui, maka hal itu
harus diberitahukan kepada semua Anggota Perkumpulan melalui Pengurus Wilayah dan
Pengurus Daerah dalam waktu 1 (satu) bulan setelah jawaban Anggota Perkumpulan yang
dikirim oleh seluruh Pengurus Wilayah diterima.

BAB – VIII

PENGURUS PERKUMPULAN

Pasal – 17

Pengurus Pusat

1. Perkumpulan dipimpin oleh Pengurus Pusat, yang terdiri dari :

a. Seorang Ketua Umum

b. Seorang Ketua atau lebih

c. Seorang Sekretaris Umum

d. Seorang Sekretaris atau lebih

e. Seorang Bendahara Umum


f. Seorang Bendahara atau lebih, serta

g. Seorang atau lebih Anggota Pengurus lainnya.

2. Ketua Umum diangkat oleh Kongres dan dilantik oleh Presidium Kongres untuk waktu 3
(tiga) tahun lamanya, demikian dengan ketentuan apabila Kongres tidak dapat diadakan
pada waktunya, maka waktu 3 (tiga) tahun itu dianggap diperpanjang dengan sendirinya
sampai dapat diselenggarakannya Kongres.

3. Ketua Umum sedapat-dapatnya bertempat tinggal di kedudukan Perkumpulan.

4. Yang dapat diangkat sebagai :

a. Ketua Umum adalah Anggota Biasa yang telah menjabat sebagai Pejabat Pembuat
Akta Tanah sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan selama masa jabatannya masih
aktif sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dan pernah duduk sebagai salah satu di
Pengurus Pusat IPPAT.

b. Ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris, Bendahara Umum dan Bendahara adalah


Anggota Biasa yang telah menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun dan selama masa jabatannya masih aktif sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah.

c. Anggota Pengurus Pusat lainnya adalah Anggota Biasa yang telah menjabat sebagai
Pejabat Pembuat Akta Tanah sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama masa
jabatannya masih aktif sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

5. Pemilihan Ketua Umum dalam Kongres dilaksanakan dengan sistim formatur, dan
nominasi formatur yang dipilih dalam Kongres adalah nominasi formatur yang dipilih dan
ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Perkumpulan yang diadakan 6 (enam) bulan
sebelum Kongres.

Formatur terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara yang
dikeluarkan dalam pemilihan dan formatur terpilih otomatis menjadi Ketua Umum
Pengurus Pusat.

6. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dan/atau berakhir keanggotaannya karena sebab
yang ditetapkan dalam Pasal - 7, maka 2 (dua) orang Ketua bertindak untuk dan atas
nama serta mewakili Perkumpulan, dengan memperhatikan ketentuan Pasal - 18 ayat (2)
dan ayat (3).

7. Tata cara pencalonan, pemilihan dan pelantikan Ketua Umum akan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perkumpulan.

Pasal – 18

Kewenangan Pengurus Pusat


1. Pengurus Pusat berhak bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili Perkumpulan
ini didalam dan diluar Pengadilan mengenai segala urusan yang berkenaan dengan
kepentingan Perkumpulan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk :

a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perkumpulan yang jumlahnya


lebih dari Rp. 10,000,000.- (sepuluh juta rupiah) ;

b. Mengikat Perkumpulan sebagai penanggung/penjamin ;

c. Untuk menjamin atau mengagunkan harta Perkumpulan secara hak tanggungan,


hipotik, gadai, fidusia dan/atau jaminan lainnya ;

d. Membeli, menjual atau dengan cara mengalihkan atau melepaskan hak atas
barang-barang tidak bergerak dan/atau harta kekayaan Perkumpulan yang nilainya
melebihi Rp. 10,000,000.- (sepuluh juta rupiah) ; harus mendapat persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari sekurang-kurangnya lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah seluruh anggota Pengurus Pusat.

2. a. Ketua Umum dan Sekretaris Umum atau seorang Sekretaris berhak bertindak untuk
dan atas nama Pengurus Pusat dan karenanya mewakili Perkumpulan

b. Apabila Ketua Umum berhalangan karena sebab apapun hal mana tidak perlu
dibuktikan kepada pihak ketiga, maka 2 (dua) orang Ketua bersama-sama dengan
Sekretaris Umum atau seorang Sekretaris berhak bertindak untuk dan atas nama
Pengurus Pusat dan karenanya mewakili Perkumpulan.

3. Surat-surat keluar ditandatangani oleh Ketua Umum atau oleh 2 (dua) orang Ketua
bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau seorang Sekretaris, atau sesuai ketentuan
ayat (2) Pasal ini, sedangkan surat-surat yang mengenai pengeluaran atau penerimaan
uang ditandatangani oleh Ketua Umum atau seorang Ketua bersama-sama dengan
Bendahara Umum atau salah seorang Bendahara.

Pasal – 19

Kewajiban Pengurus Pusat

1. Pengurus Pusat wajib menjunjung tinggi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam


Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perkumpulan serta menetapkan
peraturan-peraturan tentang cara menyimpan dan mempergunakan kekayaan
Perkumpulan.

2. Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus Daerah wajib dan
berwenang untuk melaksanakan putusan Majelis Kehormatan yang menjatuhkan sanksi
Pemecatan Sementara dan putusan Kongres yang menyatakan sanksi Pemecatan Tetap
(ontzetting) terhadap seorang Anggota Perkumpulan oleh sebab sebagaimana dimaksud
dalam Pasal - 12 ayat (1) sub (i) dan ayat (3) dan Pasal - 23 ayat (4).

Pemecatan Sementara (schorsing) tesebut diputuskan oleh Kongres apakah Pemecatan


Sementara (schorsing) tersebut akan dikukuhkan menjadi Pemecatan Tetap (ontzetting)
atau yang bersangkutan dikembalikan keanggotaannya.

3. Pengurus Pusat wajib menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Perkumpulan yang diikuti
dengan Pembinaan dan Pembekalan bagi Anggota Perkumpulan sedikitnya sekali dalam 1
(satu) tahun.

4. Pengurus Pusat bertanggung jawab atas seluruh jalannya Perkumpulan.

Pasal – 20

Rapat Pengurus Pusat

1. Rapat Pengurus Pusat diadakan sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2. Selain Rapat yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, Pengurus Pusat dapat mengadakan
rapat setiap kali dianggap perlu oleh Ketua Umum atau jika diminta oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang anggota Pengurus Pusat lainnya.

3. Rapat Pengurus Pusat dianggap sah apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) dari
jumlah Anggota Pengurus Pusat.

Apabila dalam pembukaan Rapat Pengurus Pusat korum tidak tercapai, maka Rapat
diundur sekurang-kurangnya 1 (satu) jam atau dalam waktu yang ditetapkan oleh anggota
Pengurus Pusat yang telah hadir dan kemudian Rapat dapat dilanjutkan dan dapat
mengambil keputusan-keputusan yang sah tanpa memperhatikan korum dan dihadiri oleh
Ketua Umum atau 2 (dua) orang Ketua, Sekretaris Umum atau seorang Sekretaris dan
Bendahara Umum atau seorang Bendahara.

4. a. Keputusan Rapat Pengurus Pusat sedapat-dapatnya dilakukan secara musyawarah


untuk mencapai mufakat.

b. Apabila keputusan Rapat Pengurus Pusat tidak dapat diputuskan dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam sub (a) ayat ini, maka keputusan diambil dengan
disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang
dikeluarkan dengan sah oleh anggota Pengurus Pusat yang hadir dalam rapat.

c. Apabila jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan
apabila pemungutan suara tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama
banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak.
5. Setiap anggota Pengurus Pusat wajib hadir dan tidak dapat diwakili dalam Rapat dan
masing-masing anggota Pengurus Pusat yang hadir dalam Rapat berhak berbicara dan
mengeluarkan 1 (satu) suara.

Pasal – 21

Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah

1. Untuk setiap Propinsi atau Daerah Istimewa dimana terdapat lebih dari 1 (satu) Pengurus
Daerah pada daerah Kabupaten/Kota, dapat dibentuk Pengurus Wilayah atas keputusan
Konferensi Wilayah.

2. Untuk setiap daerah Kabupaten/Kota dimana terdapat lebih dari 5 (lima) Anggota, dapat
dibentuk Pengurus Daerah atas keputusan Konferensi Daerah.

3. a. Pengurus Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh dan berdasarkan keputusan


Konferensi Wilayah dan sebelum menjalankan jabatannya wajib dilantik terlebih
dahulu oleh Pengurus Pusat ;

b. Pengurus Daerah diangkat dan diberhentikan oleh dan berdasarkan keputusan


Konferensi Daerah dan sebelum menjalankan jabatannya wajib dilantik terlebih
dahulu oleh Pengurus Wilayah ; untuk masa jabatan yang sama dengan Pengurus
Pusat.

4. Yang dapat diangkat sebagai :

a. Ketua , Sekretaris dan Bendahara Pengurus Wilayah adalah Anggota Biasa yang telah
menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
selama masa jabatannya masih aktif sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

b. Ketua Pengurus Daerah adalah Anggota Biasa yang telah menjabat sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah sekurang-kurangya 1 (satu) tahun dan selama masa jabatannya
masih aktif sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

5. Dalam hal masa jabatan Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah berakhir dan belum
dapat diselenggarakan Konferensi Wilayah atau Konferensi Daerah, maka Pengurus
Wilayah dan/atau Pengurus Daerah tetap menjalankan jabatannya dengan sebutan
“Pelaksana Harian Pengurus Wilayah” dan “Pelaksana Harian Pengurus Daerah” sampai
dapat melaksanakan Konferensi Wilayah atau Konferensi Daerah.

6. Apabila Ketua Pengurus Wilayah dan/atau Ketua Pengurus Daerah berhalangan tetap hal
mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka Rapat Pleno Pengurus Wilayah
dan/atau Rapat Pleno Pengurus Daerah dapat menunjuk dan mengangkat Pelaksana
Harian Ketua Pengurus Wilayah dan Pelaksana Harian Ketua Pengurus Daerah.
7. Tugas, kewenangan dan ketentuan mengenai Pengurus Wilayah, Konferensi Wilayah,
Pengurus Daerah dan Konferensi Daerah serta pembentukan dan pemekaran Pengurus
Wilayah dan Pengurus Daerah yang baru akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga dan Peraturan Perkumpulan atau dengan suatu keputusan Rapat Kerja Nasional
Perkumpulan.

BAB – IX

KODE ETIK PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

dan

MAJELIS KEHORMATAN PERKUMPULAN

Pasal – 22

Kode Etik

1. Untuk memelihara martabat Pejabat Pembuat Akta Tanah diadakan Kode Etik yang diatur
tersendiri dan disahkan oleh Kongres, serta wajib ditaati oleh setiap Anggota
Perkumpulan.

2. Untuk menegakkan Kode Etik diadakan Tata Cara Penegakan Kode Etik yang diatur
tersendiri dan disahkan serta dapat diubah oleh Kongres dan wajib dijalankan oleh
Majelis Kehormatan Perkumpulan.

Pasal – 23

Majelis Kehormatan Perkumpulan

1. Untuk terjaganya pelaksanaan Kode Etik Pejabat Pembuat Akta Tanah diadakan Majelis
Kehormatan Perkumpulan yang terdiri dari :

a. Majelis Kehormatan Pusat di tingkat pusat yang terdiri dari 5 (lima) orang anggota
dengan susunan seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris dan 2
(dua) orang Anggota.

b. Majelis Kehormatan Wilayah ditingkat wilayah yang terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota dengan susunan seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Anggota.
2. Anggota Majelis Kehormatan Pusat diangkat dan diberhentikan oleh Kongres dan
sebelum menjalankan jabatannya dilantik oleh Presidium Kongres, sedangkan anggota
Majelis Kehormatan Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Konferensi Wilayah dan
sebelum menjalankan jabatannya dilantik oleh Pengurus Pusat dan/atau Majelis
Kehormatan Pusat.

3. Masa jabatan anggota Majelis Kehormatan Pusat dan Majelis Kehormatan Wilayah
adalah sama dengan masa jabatan Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah.

4. Sidang Majelis Kehormatan Wilayah dan/atau Sidang Majelis Kehormatan Pusat berhak
menjatuhkan sangsi terhadap Anggota yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, Peraturan Perkumpulan dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

5. Rapat Majelis Kehormatan antara lain membahas :

a. penilaian dan pengesahan atas laporan tahunan Majelis Kehormatan Perkumpulan.

b. penyusunan program kerja tahunan Majelis Kehormatan Perkumpulan.

c. pengusulan pemecatan Anggota Perkumpulan kepada Kongres.

d. hal-hal lain yang dianggap perlu.

6. Majelis Kehormatan Pusat menyelenggarakan Rapat Majelis Kehormatan Pusat


sedikitnya 1 (satu) tahun sekali yang dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Kerja
Nasional Perkumpulan

Peserta Rapat Majelis Kehormatan Perkumpulan adalah seluruh anggota Majelis


Kehormatan Pusat dan seluruh anggota Majelis Kehormatan Wilayah dengan biaya
Perkumpulan.

7. Tatacara pencalonan, pemilihan, pengangkatan, tugas, kewenangan, sidang Majelis


Kehormatan Pusat, sidang Majelis Kehormatan Wilayah, dan Rapat Majelis Kehormatan
Perkumpulan akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Perkumpulan.

BAB – X

RAPAT KERJA PENGURUS PERKUMPULAN

Pasal – 24

1. Rapat Kerja Perkumpulan terdiri dari :


a. Rapat Kerja Nasional, untuk ditingkat pusat, dan

b. Rapat Kerja Wilayah, untuk ditingkat wilayah.

2. Rapat Kerja Perkumpulan antara lain membahas :

a. penilaian dan pengesahan atas laporan kegiatan program kerja tahunan Pengurus
Perkumpulan.

b. Penyusunan program kerja tahunan Pengurus Perkumpulan.

c. persiapan penyelenggaraan Kongres.

d. pengesahan dan melakukan perubahan atas Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Perkumpulan, apabila diperlukan.

e. penunjukkan tempat penyelenggaraan Rapat Kerja Perkumpulan berikutnya.

f. penetapan dan pengesahan nominasi calon Formatur Pengurus Perkumpulan dan


calon anggota Majelis Kehormatan Perkumpulan.

g. penetapan usulan pemberian tanda penghargaan kepada Anggota dan/atau orang/pihak


lain yang telah menunjukkan pengabdian dan/atau pengorbanan bagi kepentingan
profesi dan Perkumpulan serta usulan pengangkatan Anggota Kehormatan
Perkumpulan kepada Kongres.

h. pengusulan untuk pemecatan Anggota Perkumpulan.

i. hal-hal lain yang dipandang perlu.

3. Pengurus Pusat menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional sedikitnya 1 (satu) tahun sekali,
dan pelaksanaanya dapat diserahkan kepada Pengurus Wilayah yang ditetapkan dalam
Rapat Kerja Nasional sebelumnya.

4. Panggilan Rapat Kerja Nasional dilakukan oleh Pengurus Pusat dengan surat tertulis.

5. Peserta Rapat Kerja Nasional adalah :

a. seluruh anggota Pengurus Pusat ;

b. Pengurus Wilayah yang diwakili oleh Ketua Pengurus Wilayah dan 2 (dua) orang
Pengurus Wilayah atau 3 (tiga) orang anggota Pengurus Wilayah yang ditunjuk oleh
Rapat Pengurus Wilayah ;

c. Pengurus Daerah yang diwakili oleh Ketua Pengurus Daerah dan 2 (dua) orang
Pengurus Daerah atau 3 (tiga) orang anggota Pengurus Daerah yang ditunjuk oleh
Rapat Pengurus Daerah.

6. a. Rapat Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri oleh :


i. lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus Pusat.

ii lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus Wilayah.

iii. lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus Daerah.

Apabila dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional korum tidak tercapai, maka Rapat
diundur sekurang-kurangnya 1 (satu) jam dan kemudian Rapat dilanjutkan dan dapat
mengambil keputusan-keputusan yang sah tanpa memperhatikan korum.

b. Rapat Kerja Wilayah dianggap sah apabila dihadiri oleh :

i. lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus Wilayah.

ii. lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah Pengurus Daerah.

Apabila dalam pembukaan Rapat Kerja Wilayah korum tidak tercapai, maka Rapat
diundur sekurang-kurangnya 1 (satu) jam dan kemudian Rapat dilanjutkan dan dapat
mengambil keputusan-keputusan yang sah tanpa memperhatikan korum.

7 a. Keputusan Rapat Kerja Nasional sedapat-dapatnya dilakukan secara musyawarah


untuk mencapai mufakat.

b. Apabila keputusan Rapat Kerja Nasional tidak dapat diputuskan dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam sub (a) ayat ini, maka keputusan diambil dengan
disetujui oleh lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh suara yang
dikeluarkan dengan sah oleh anggota Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah serta
Pengurus Daerah yang hadir dalam Rapat.

c. Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka
pemungutan suara diulang, pengulangan mana hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dan
apabila pemungutan suara ulang tersebut jumlah suara yang setuju dan tidak setuju
sama banyaknya, maka usul yang bersangkutan dianggap ditolak.

8. a. Setiap anggota Pengurus Pusat tidak dapat diwakili dalam Rapat Kerja Nasional dan
setiap anggota Pengurus Pusat yang hadir dalam Rapat berhak berbicara dan
mengeluarkan 1 (satu) suara.

b. Setiap Pengurus Wilayah tidak dapat diwakili dalam Rapat Kerja Nasional dan setiap
Pengurus Wilayah yang hadir dalam Rapat berhak berbicara dan mengeluarkan 1
(satu) suara.

c. Setiap Pengurus Daerah tidak dapat diwakili dalam Rapat Kerja Nasional dan setiap
Pengurus Daerah yang hadir dalam Rapat berhak berbicara dan mengeluarkan 1 (satu)
suara.

9. Pengurus Wilayah menyelenggarakan Rapat Kerja Wilayah sedikitnya 1 (satu) tahun


sekali dan pelaksanaanya dapat diserahkan kepada Pengurus Daerah yang ditunjuk oleh
Pengurus Wilayah.
10. Tata Cara pelaksanaan dan penyelenggaraan Rapat Kerja Perkumpulan akan diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perkumpulan.

BAB – XI

KEUANGAN

Pasal – 25

1. Keuangan Perkumpulan terdiri dari :

a. Uang Pangkal.

b. Uang Iuran.

c. Uang Sumbangan, dan

e. Penghasilan lainnya yang diperoleh dengan sah dan tidak bertentangan dengan tujuan
Perkumpulan.

2. Tahun Buku Perkumpulan dimulai pada tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan 31 (tiga
puluh satu) Desember.

BAB – XII

ANGGARAN RUMAH TANGGA

dan

PERATURAN PERKUMPULAN

Pasal – 26

1. Pengurus Pusat menyusun dan menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Perkumpulan atau perubahannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional Perkumpulan.

2. Anggaran Rumah Tangga memuat ketentuan-ketentuan yang menurut Anggaran Dasar


harus diatur didalamnya dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan dalam Anggaran Dasar.

3. Peraturan Perkumpulan memuat ketentuan-ketentuan teknis sebagai pelaksanaan


ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Perkumpulan tidak boleh bertentangan dengan


ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB – XIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

atau

PEMBUBARAN PERKUMPULAN

Pasal – 27

Keputusan tentang perubahan Anggaran Dasar atau pembubaran Perkumpulan hanya dapat
diambil dengan sah oleh Kongres dan harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
tiga) bagian dari jumlah seluruh Anggota Biasa Perkumpulan dan disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan dengan sah
dalam Kongres.

BAB – XIV

LIKUIDASI

Pasal – 28

1. Apabila Perkumpulan dibubarkan, maka Pengurus Pusat diwajibkan melakukan likuidasi,


kecuali jika Kongres menentukan lain.
2. Apabila Perkumpulan dibubarkan, maka sisa harta kekayaan akan diserahkan kepada
perkumpulan atau lembaga lainnya yang mempunyai maksud/tujuan yang sama atau
hampir sama dengan Perkumpulan ini, yang ditetapkan oleh Kongres.

BAB – XV

LAMBANG, LOGO dan TANDA ANGGOTA

Pasal – 29

Perkumpulan mempunyai lambang, logo dan tanda anggota yang ditetapkan oleh
Perkumpulan.

BAB – XVI

PERATURAN PENUTUP

Pasal – 30

Hal-hal yang tidak/belum diatur dalam Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga atau
Peraturan Perkumpulan akan ditetapkan dan diputuskan oleh Pengurus Pusat berdasarkan
keputusan Rapat Pleno Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai