Anda di halaman 1dari 24

JURNAL EKSPRESI SENI

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni


ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-
sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Dede Pramayoza
TimPenyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Roza Muliati
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Adi Khrisna
Redaktur
Meria Eliza
Dini Yanuarmi
Thegar Risky
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________._________________________________
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang
Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803,
e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com

Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis.


Diterbitkan oleh
Institut Seni Indonesia Padangpanjang
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

DAFTAR ISI

PENULIS JUDUL HALAMAN

Aji Windu Viatra & Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di 168- 183
Slamet Triyanto Indralaya, Palembang

Nofroza Yelli Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen 184-198


dalam Acara Baralek Kawin
di Kabupaten Solok

Evadila Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga 199–218


Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

Nurmalinda Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam 219–238


Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

Mukhsin Patriansyah Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya 239–252


Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

Nike Suryani Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi 253–269


“Aku dan Sekujur Manekin”

Nora Anggarini & Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam 270–284
Nursyirwan Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

Dede Pramayoza Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: 285–302


Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

Yulimarni & Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan 303–313


Yuliarni Masyarakat Padang Pariaman

Pandu Birowo Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota 314–335


Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi
Seni

_____________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.

i
SENI KERAJINAN SONGKET
KAMPOENG TENUN
DI INDRALAYA, PALEMBANG
Aji Windu Viatra
Slamet Triyanto
Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya
Universitas Indo Global Mandiri Palembang.
w1ndoe@yahoo.com

ABSTRAK
Kain songket tradisional Palembang merupakan warisan budaya yang digunakan
pada kegiatan tradisi tertentu, seperti busana tradisional adat Sumatera Selatan,
upacara pernikahan, marhaba (peresmian nama dan pencukuran anak atau
ucapan selamat datang), dan digunakan oleh masyarakat Sumatera Selatan
diberbagai kepentingan luar kegiatan adat. Songket saat ini, tidak hanya terdapat
di kota Palembang, namun telah berkembang hampir ke semua daerah di
Sumatera Selatan, seperti di Kampoeng Tenun Indralaya. Keberadaan Kampoeng
Tenun Indralaya merupakan wujud nyata dalam perkembangan seni kerajinan
tenun songket. Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun Indralaya,
menggunakan pendekatan multidisplin, yakni pendekatan sejarah, sosiologi, dan
estetika.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan
analisis deskriptif analitik. Ragam hias songket dalam perkembangannya,
menuntut para perajin tenun untuk memiliki kemampuan dalam menciptakan
ragam hias songket yang baru, sebagai ciri khas atau identitas songket yang
berasal dari Kampoeng Tenun Indralaya.

Kata kunci: Tenun Songket Palembang, Kampoeng Tenun Indralaya.

ABSTRACT
Traditional songket clothes in Palembang is a cultural heritage which has been
used in certain tradition activities, such as the custom of traditional clothing
which comes from South Sumatera, wedding ceremony, marhaba (important
ceremony of giving baby’s name or baby shearing and welcome ceremony). It is
used by people in South Sumatera society in various necessity of activities in
non-cultural environtment. Nowdays, songket does not only find in Palembang,
but also it has grown in every area of South Sumatera, for example as Kampoeng
Tenun Indralaya. The existence of Kampoeng Tenun Indralaya is a kind of
concrete form of handycraft songket development. Songket Kampoeng Tenun
Indralaya Palembang uses multidiscipline approaches, such as history,
sociology, and aeshthetic aprroches. The research method used is a qualitative
method by using the analytical of descriptive analysis approaches. The various
features of songket force the people’s their ability in creating the various kind of
features of new songket, as a symbol as a characteristic or type of songket
identity’s which comes from Kampoeng Tenun Indralaya.

168
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Key words: Palembang Songket, Kampoeng Tenun Indralaya.

PENDAHULUAN kerajinan tenun dan disebut juga


Indonesia adalah negara yang sebagai Kampoeng Tenun.
memiliki wilayah strategis dalam Pengembangan kerajinan tenun
perdagangan Asia Tenggara, sejak songket sering dibantu oleh
ratusan tahun yang lalu.Perdagangan pemerintah daerah dan instansi swasta,
secara langsung telah dilakukan dalam memajukan usahakecil dan
melalui hubungan antar negara-negara menengah dalam sektor perekonomian
Asia dan Eropa, seperti India, China, yang berupa peminjam modalyang
Arab, Portugis dan Belanda.Hubungan bersifat lunak. Semua itu dilakukan
perdagangan ini telah merasuk ke oleh pemerintah daerah agar
ranah yang meningkatkan cipta dan masyarakatpengrajin tenun songket
kreasi seni kerajinan di beberapa daerah ini lebih maju dan kreatif
wilayah Indonesia, khususnya seni dalam mengembangkan dan
kerajinan Tenun.Para penenun- melestarikan kebudayaan yang ada.
penenun Indonesia telah menghasilkan Berdasarkan catatan sejarah
seni tenun yang berkualitas baik menurut Yudhy Syarofie (2007)
dengan berbagai hiasannya.Corak seni bahwa corak ragam hias kain
kerajinan tenun Indonesiadibuat tenunsongket sebahagian besar
berupa ikatlungsi, sedangkan motif dipengaruhi oleh budaya dari negara
atau ragam hias disesuaikan dengan China dan India, sertabudaya Hindu,
keadaan alam,lingkungan sekitar, Budha, dan Islam.Namun dalam
bahkan kadang disesuaikan pula perjalan waktu kerajinan tenun
dengan situasi dankondisi pemakai. songket telah dianggap menjadihasil
Palembang sebagai salah satu kebudayaan bangsa Indonesia
kota penghasil kerajinan tenun di khususnya daerah Palembang.Seni
Indonesia, memiliki tradisi menenun kerajinan Songket adalah karya tenun
sejak ratusan tahun lalu. Kabupaten yang tidak dapatdipisahkan dari Alat
Ogan Ilir (OI), Kota Indralaya juga Tenun Bukan Mesin (ATBM). Jenis
dikenal sebagai daerah penghasil seni tenunan ini selalu melalui proses

169
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

pembuatan yang cukup lama, hampir PEMBAHASAN


lebih kurang satu bulan untuk satu Seni Kerajinan Tenun Songket
Palembang
kain. Sebagaimana diketahui bahwa
pekerjaanmenenun ini merupakan
kepandaian yang telah diwariskan dari
generasi kegenerasi secara
informal.Keterampilan yang
diwariskan tidak hanya menjalankan
alat tenun tetapijuga penerapan motif-
motif yang telah ada sebelumnya.
Gambar 1.
Motif-motif ini mengandungarti .Kain tenun Songket Palembang, koleksi
Nirmala Songket
simbolis dalam kehidupan dan (Foto: Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto,
hubungannya dengan lingkungan 2014)

hidup sehari-hari. Motivasi bertenun Seni kerajinan tenun songket


saatini bukan hanya sebagai ekspresi merupakan warisan budaya bangsa
seni tetapi lebih cenderung Indonesia, yang telah ada sejak
berorientasi ke pasar. beberapa abad yang lalu .Kapan
Berdasarkan uraian di atas maka tepatnya waktu songket diciptakan,
penelitian ini akan mengkaji sampai saat ini belum ada catatan
kontinuitas kain tenun songket resmi. Yudhi Syarofie (2007:13-14)
Kampoeng Tenun Indralaya, dalam bukunya “Songket Palembang:
Palembang. Hal yang menarik untuk Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, dan
diungkapkan adalah bagaimana Tradisi” menguraikan ada dua
mengkaji serta menganalisis pendapat proses hadirnya songket.
keberlangsungan dan perkembangan Pertama, songket telah ada di
songket Palembang melalui beberapa Palembang sejak ratusan tahun yang
pendekatan yang relevan. lalu, semasa Kerajaan Palembang
sebelum dikenal Kesultanan (1455-
1659), dan Kesultanan Palembang
Darussalam (1659-1823), yang
digunakan oleh Raja atau Sultan dan

170
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

kerabat Keraton. Pendapat kedua,


songket lahir jauh sebelum masa
Kesultanan Palembang, yaitu masa
Kerajaan Sriwijaya, terutama pada
masa peralihan Sriwijaya-Kerajaan
Palembang (abad ke-13 hingga ke-15),
perkembangan kerajinan tenun
Gambar 2.
songket ini semakin pesat, seiring Kain tenun Songket Palembang jenis Lepus,
koleksi Nirmala Songket
dengan majunya perdagangan (Foto: Aji Windu Viatra, 2014)
internasional di Kerajaan Sriwijaya.
Posisi sentral Kerajaan Sriwijaya Songket adalah kain mewah
sebagai pusat perdagangan menjadikan yang aslinya memerlukan sejumlah
interaksi dengan berbagai bangsa pun emas asli untuk dijadikan benang
berlangsung sedemikian rupa. Namun emas, kemudian ditenun tangan
tidak hanya perdagangan yang menjadi menjadi kain yang cantik.Tambang
faktor utamanya, melainkan adanya emas di Sumatera terletak di
persilangan budaya yang saling pedalaman Jambi dan dataran
pengaruh yang memberikan dampak tinggi Minangkabau. Meskipun
besar dalam perkembangan tenun benang emas ditemukan di reruntuhan
songket Palembang. Sejarah dan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama
kebudayaan Palembang dari kejayaan dengan batu mirah delima yang belum
masa lampau tercermin pada kain diasah, serta potongan lempeng emas,
songket, arsitektur rumah adat, bentuk hingga kini belum ada bukti pasti
ukiran–ukiran kayu, perhiasan logam bahwa penenun lokal telah
emas, dan perak yang tetap bertahan menggunakan benang emas awal tahun
hingga saat ini. 600-an hingga 700-an masehi, songket
mungkin dikembangkan pada kurun
waktu yang kemudian di Sumatera
(Susan Rodgers: 2007). Songket
Palembang merupakan salah satu
songket terbaik di Indonesia baik

171
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

diukur dari segi kualitasnya, bahkan karakter yang unik dengan tenun
sering disebut "Ratu Segala Kain". songket lainnya.Hal tersebut dapat
Kata songket berasal dari diamati pada mutu bahan, ragam hias,
istilah sungkit dalam bahasa fungsi, dan warna kain tenun songket.
Melayu dan bahasa Indonesia,
yangberarti "mengait" atau Kampoeng Tenun Songket
Indralaya
"mencungkil".Hal ini berkaitan dengan
metode pembuatannya, mengaitkan Perkembangan songket, tidak
dan mengambil sejumput kain tenun, hanya terjadi di lingkungan Kerajaan
dan kemudian menyelipkan benang dan wilayah Kota Palembang, tetapi
emas.Songket juga mungkin berasal juga telah berbaur di dalam
dari kata songka, songkok masyarakat Sumatera Selatan.Kegiatan
khas Palembang yang menenun tersebut sudah ada jauh masa
dipercayapertama kalinya kebiasaan sebelum Kerajaan Palembang, kala itu
menenun dengan benang secara teknis penenunan dilakukan
emas.Songket arti kata lain dengan tenun ikat. Pertemuan antar
menyungkit, pekerjaan menyusun budaya Palembang dan budaya lain
benang pakan dan benang lungsi menghasilkan perpaduan dalam
melalui proses menenun dengan cara pengembangan kreasi pengolahan
tradisional. Menurut Suwarti Kartiwa bahan songket.Bahan pakan benang
(1996:8), songket adalah kain yang sutra dipadukan dengan benang emas
ditenun dengan menggunakan benang sebagai penghiasnya. Usaha bertahan
emas atau benang perak dan dihasilkan hidup dengan terpaksa ini, menjadi
dari daerah-daerah tertentu saja, proses terciptanya songket untuk
seperti songket Palembang, songket khalayak umum.
Minangkabau, songket Samarinda, dan Berdasarkan Syarofie (2007),
songket Bali. Seni kerajinan tenun menyebutkan bahwa penjualan
songket di setiap daerah wilayah songket secara terbuka dimulai di
Indonesia memiliki jenis yang kawasan 30 Ilir, Palembang. Proses
beraneka ragam, di setiap daerah pembuatan dan penjualan songket
memiliki perbedaan dan karakter- terus berkembang dari satu tempat ke

172
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

tempat lain, bersama kawasan penduduk, perpindahan tempat dari


Kelurahan 32 Ilir, 12 Ulu, 13 Ulu, dan satu desa ke desa lain, kekaguman
14 Ulu. Pada tahun 1996, Pemerintah terhadap produk songket, pemberian
Kota Palembang mencanangkan hadiah dalam sikap saling hormat-
kawasan tersebut menjadi sentra menghormati, warga yang melakukan
kerajinan tenun songket Palembang. perantauan ke daerah lain, pernikahan,
Seiring waktu perkembangan pendidikan non formal, pertukaran
dan penyebaran songket tidak hanya barang (barter), sebagai satu-satu cara
berkisar di kota Palembang saja, saat untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
ini songket telah terdapat di daerah- keinginan untuk meringankan
daerah sekitar Palembang hingga ke kebutuhan ekonomi keluarga.
desa-desa yang lebih jauh. Masyarakat Pertumbuhan seni kerajinan
Sumatera telah mengenal kerajinan tenun songket di Indralaya, Kabupaten
tenun.Produk tenun berupa kain yang Ogan Ilir mengalami pasang surut
dibuat dari benang kapas, didukung dengan kondisi sosial dan ekonomi di
oleh kondisi alam yang subur. wilayah tersebut. Berdasarkan kisah-
Tanaman kapas yang dimanfaatkan kisah para tokoh masyarakat dan para
untuk dijadikan benang sebagai bahan perajin tenun Indralaya, kerajinan
tenun, menjadi salah satu penopang tenun songket hanya diproduksi oleh
hidup mata pencaharian dengan cara keluarga-keluarga tertentu saja, masih
bertani. Kegiatan menenun banyak masyarakat Indralaya
sebelumnya dibuat untuk keperluan mengandalkan hasil perkebunan dan
pakaian yang berfungsi sebagai benda pertanian.Pertumbuhan penduduk
pakai dengan wujud kain biasa. yang meningkat secara pesat, lahan
Keahlian menenun secara turun pertanian dan perkebunan yang mulai
temurun ini, berkembang dengan sempit, serta kesulitan mencari
perpaduan antara masyarakat kota dan pekerjaan tetap, memberikan dampak
masyarakat desa. Faktor-faktor yang buruk dalam memenuhi kebutuhan
mendukung terjadinya perubahan dan keluarga.Masyarakat Indralaya banyak
perkembangan tersebut, antara lain yang merantau ke kota-kota besar dan
hubungan perdagangan, pertumbuhan ke luar negeri hanya untuk mencari

173
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

pekerjaan tetap, namun tidak sedikit Pinang. Para perajin-perajin ini banyak
yang kembali dari perantauan dengan yang memproduksi songket sesuai
hasil yang kurang memuaskan. dengan pesanan dari kota Palembang
Tingginya permintaan akan dan daerah sekitarnya. Jumlah produk
kebutuhan kain tenun songket menjadi songket yang sangat terbatas menjadi
titik tolak awal dalam perkembangan salah satu kendala dalam memenuhi
songket di Indralaya. Keahlian permintaan konsumen. Salah satu
menenun yang diwariskan secara turun penyebabnya adalah proses pembuatan
temurun, diasah kembali oleh songket yang membutuhkan waktu
masyarakat Indralaya meskipun yang lama antara 1-2 bulan, dan sistem
semangat ini masih hanya dilakukan kerja yang kolektif dalam proses
oleh beberapa warga saja.Para perajin menenun memerlukan waktu saling
di Kabupaten Ogan Ilir cukup banyak menunggu. Di antara para perajin
dan menyebar hampir di seluruh desa- tahapan proses menenun tidak semua
desa. Di Kecamatan Indralaya, seperti para perajin yang menguasai semua
Desa Muara Penimbung, Desa teknik membuat songket, seperti tahap
Tanjung Seteko, Desa Sudi Mampir, pencelupan, tahap mencukit motif,
Desa Penyandingan, Desa Talang Aur, tahap menenun, dan tahapan finishing,
Desa Tunas Aur, Desa Ulak Bedil, kecuali tahapan menenun hampir rata-
Desa Saka Tiga, Desa Tanjung Sejaro, rata para perajin di setiap desa
Desa Tanjung Agung, Desa Tanjung menguasai teknik menenun. Mereka
Agung, Desa Lubuk Sakti, Desa hanya mengandalkan pesanan yang
Tanjung Gelam, Desa Ulak Segelung, datang, baru kemudian memproduksi
terdapat para perajin tenun songket. songket, jika tidak ada pesanan
Desa-desa di Kecamatan daerah songket mereka pun menganggur
sekitar Indralaya pun terdapat juga kembali, keterbatasan modal menjadi
para perajin tenun songket, seperti salah satu kendala dalam
Kecamatan Pemulutan, Kecamatan mengembangkan songket, baik dari
Pemulutan Barat, Kecamatan bahan, teknik dan ragam hias songket.
Pemulutan Selatan, Kecamatan Perkembangan songket dan
Tanjung Raja, Kecamatan Sungai peningkatan ekonomi yang paling

174
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dirasakan oleh para perajin tenun di program kemitraan dalam usaha


Indralaya, yakni ketika masuknya peningkatan ekonomi kerakyatan, seni
bantuan pinjaman modal yang kerajinan tenun songket yang disebut
diberikan oleh PT. Bank Negara Kampoeng BNI, diresmikan oleh
Indonesia (BNI) Palembang sekitar Menteri Koordinator Perekonomian
tahun 2009. Sebelumnya terdapat Republik Indonesia, Ir. M. Hatta
pihak-pihak yang telah ikut berperan, Rajasa. Desa Muara Penimbung
seperti Dinas Perindustrian dan menjadi pusat kegiatan seni kerajinan
Perdagangan (Disperindag) Kabupaten tenun songket meliputi desa-desa
OI, Dewan Kerajinan Nasional sekitarnya. Kampoeng BNI di
(Dekranas) Kabupaten OI, dan Indralaya semakin dikenal oleh
Universitas Sriwijaya, dalam daerah-daerah sekitar dan di kota
membantu dan mengembangkan seni Palembang, bahkan hampir ke seluruh
kerajinan tenun songket, baik melalui Nusantara. Desa-desa yang termasuk
pelatihan, pendidikan, dan bantuan dalam kawasan sentra seni kerajinan
modal, namun hasilnya kurang mampu tenun songket meliputi Desa Muara
untuk meningkatkan daya taraf hidup Penimbung, Desa Sudi Mampir, Desa
para perajin. Banyak berbagai pihak Talang Aur, dan Desa Ulak
yang menilai program-program yang Bedil.Meskipun Kampoeng Tenun
dilakukan oleh pihak-pihak tersebut hanya dipusatkan di Desa Muara
dilakukan dengan pendekatan yang Penimbung sebagai pusat kegiatan,
tidak sesuai dengan budaya namun kenyataannya kegiatan
masyarakat setempat dan sering kali menenun mencakup hampir seluruh
salah sasaran dalam hal pemberian desa di Kabupaten Ogan Ilir.Seiring
materi pelatihan dan dana bantuan waktu desa-desa tersebut lebih dikenal
modal. dengan “Kampoeng Tenun”.
Pada tanggal 11 februari 2010,
atas kerjasama Pemerintah Propinsi
Sumatera Selatan, Pemerintah
Kabupaten Ogan Ilir, BNI, dan Cita
Tenun Indonesia (CTI) membentuk

175
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

dari bantuan dan binaan BNI ini,


memberikan semangat bagi para
perajin untuk mengembangkan usaha
mereka.Selama ini, para perajin hanya
mengambil upah menenun dari
pemesan.Sekarang dengan adanya
bantuan tersebut mereka mampu untuk
Gambar 3.
Galeri Kampoeng Tenun Indralaya membuka usaha secara mandiri.
(Foto: Aji Windu Viatra, 2012)

Kontinuitas Songket Kampoeng


Kampoeng Tenun Indralaya
Tenun Indralaya
semakin berkembang dan meningkat Keberadan seni kerajinan tenun
dengan pesat, banyaknya pesanan songket telah menghadirkan warna
songket dari luar daerah, baik dari baru di kehidupan sosial budaya
Sumatera Selatan bahkan dari daerah masyarakat Kampoeng Tenun
propinsi lain dan pengunjung yang Indralaya. Menenun telah dilakukan
datang ke tempat tersebut, memesan turun-temurun, dilakukan dengan
secara langsung ke para perajin tenun penuh penjiwaan dan menjadi bagian
dan mendapatkan pesanan dari hidup mereka. Produk songket
propinsi lain bahkan mancanegara. Kampoeng Tenun Indralaya sangat
Kain songket dari Kampoeng Tenun bervariasi, baik jenis, ukuran, dan
Indralaya telah mampu menembus bahannya, serta mampu bersaing
pasar ketiga benua, antara lain dengan daerah penghasil songket
Mumbai (India), London (Inggris), lainnya. Beberapa hasil produksisudah
Milan (Italia) dan Amerika. memasuki pasar nasional dan
Sehubungan dengan hal ini, menuntut internasional, bahkan terdapat juga
kinerja yang lebih baik terhadap para para pembeli yang datang langsung ke
perajin tenun, dengan peningkatan lokasi para perajin tenun songket
mutu kain tenun songket dari segi tersebut.
kualitas bahan, inovasi motif songket, Perkembangan songket
dan mengemas tampilan gaya songket Palembang, semakin berkembang
agar lebih menarik pembeli. Dampak

176
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

mengikuti permintaan pasar dan berdampak makin berkembangnya


berubah fungsi sebagai benda pakai bentuk, fungsi, teknologi, dan nilai
atau hiasan. Ada beberapa kendala estetik. Perubahan tersebut merupakan
yang cukup mendasar dalam hasil dari akulturasi,pengaruh dari luar
memenuhi kondisi tersebut yakni lingkup wilayahnya yang menciptakan
permasalahan untuk menciptakan proses terjadinya perubahan.
motif-motif songket baru dan kuantitas Perubahan itu adalah inovasi gagasan
produk songket. Masyarakat dan nilai, teknik-teknik atau aplikasi
kampoeng tenun Indralaya, saat ini baru dalam teknologi dan seni.Sejalan
selalu berkeinginan melakukan dengan kenyataan tersebut Gustami
eksperimen dan menciptakan motif- (2000:103) mengatakan bahwa
motif yang dapat menunjukan identitas pergeseran nilai sudah terjadi sesuai
songket khas Kampoeng Tenun dengan perubahan dan perkembangan
Indralaya, namun masih dibayangi zaman. Suatu realitas yang tidak
oleh kekhawatiran tidak memiliki nilai mungkin dihindari, dan itu
jual di pasaran. Permintaan jumlah berpengaruh langsung terhadap
produk kain songket dalam skala eksistensi seni kriya dan kerajinan.
besar, seringkali sulit untuk dipenuhi Perubahan yang paling
oleh para perajin,disebabkan sistem dirasakan masyarakat dan perajin
kerja tradisional yang memang tenun di Indralaya, ketika masuknya
membutuhkan waktu yang lama, 1 bantuan pinjaman modal dan binaan
hingga 2 bulan untuk menyelesaikan yang diberikan oleh BNI cabang
satu set kain tenun songket. Palembang dan CTI pada tahun 2010.
Kampoeng Tenun Indralaya, Banyak pihak-pihak yang juga telah
awalnya hanya memproduksi kain ikut berperan, seperti Disperindag
tenun yang sangat sederhana dan Kabupaten OI, Dekranas Kabupaten
berfungsi sebagai benda pakai. Seiring OI, dan perguruan tinggi Universitas
waktu, kegiatan ini mendapatkan Sriwijaya, dalam mengembangkan
pengaruh yang datang dari dalam seni kerajinan tenun songket melalui
maupun luar sehingga berubah pelatihan, pendidikan, dan bantuan
menjadi kain tenun songket. Hal ini modal. Namun dampak yang

177
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

dihasilkan masih kurang memberikan Biru


Oranye
perubahan ke arah yang lebih baik. Warna-
warna Alam
Banyak berbagai pihak yang menilai Teknik Cukit Cukit
Celup/cece Celup/cecep
program-program yang dilakukan oleh p Tenun
pihak-pihak tersebut dilakukan dengan Tenun ATBM
ATBM Jahit
pendekatan yang tidak sesuai dengan Bordir
Fungsi Kain Kain Sarung
budaya masyarakat setempat dan Sarung Kain
Kain Selendang
sering kali salah sasaran dalam hal Selendang Tanjak
Tanjak Syal
pemberian materi pelatihan dan dana
Sajadah
bantuan modal. Taplak
Hiasan
Dinding
Kemasan
Produk
Tas
Dompet
Sepatu
Perlengkapa
n Interior
Bahan Benang Benang
Emas Emas
Gambar 4. Benang Benang
Jenis-jenis kain tenun Songket Kampoeng Perak Perak
Tenun Indralaya Palembang, dengan Benang Benang
pengembangan motif dan perubahan bahan. Sutera Sutera
(Foto: Aji Windu Viatra, 2014) Benang Benang
Katun Katun
Nilon
Perubaha Tahun Tahun Poliester
n 2000-2008 2008-2011 Filamen
Bentuk Kain tenun Kain dan sintetis
Pakaian
Ukuran Standar Tidak Tabel 1.
standar Perubahan songket di Kampoeng Tenun
Motif Lepus Lepus Indralaya
Tawur Tawur
Limar Limar Kontinuitas dan perubahan
Tretes
Mender songket Kampoeng Tenun Indralaya
Bungo Pacik
Berante yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai
Pulir
Berakam faktor yaitu faktor internal dan
Kombinasi eksternal. Proses perubahan yang
Warna Merah Merah
Kuning Kuning mempengaruhi yakni budaya, perajin
Ungu Ungu
Hijau Hijau tenun, institusi-institusi pemerintah,

178
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

lembaga akademi, dan perusahaan atau mengekspresikan curahan dalam hati


lembaga swasta. Perubahan seni secara pribadi, karya seni dihadirkan
kerajinan tenun songket terjadi pada untuk kebutuhan sosial, dan
bentuk, motif, ukuran, teknik, kebutuhan-kebutuhan fisik kita
warna,bahan material, dan mengenai barang-barang dan
fungsi.Masyarakat Kampoeng Tenun bangunan yang bermanfaat. Feldman
Indralaya telah berhasil membuat menguraikan fungsi seni menjadi tiga
kreasi warna-warna dengan bagian, yaitu: fungsi personal
menggunakan dari bahan alami.Hasil (personal function of art), fungsi sosial
dari berkembangnya songket (the social function of art), dan fungsi
Kampoeng Tenun Indralaya dapat fisik (physical function of art).Fungsi
diamati melalui meningkatnya tingkat personal berkaitan dengan pemenuhan
taraf kehidupan sosial, budaya, dan kepuasan jiwa pribadi dan minat
ekonomi masyarakat khususnya para individu, fungsi sosial berhubungan
perajin tenun songket.Infrastruktur dengan tujuan sosial, ekonomi, budaya
desa yang kian diperindah, seperti dan kepercayaan, sedangkan fungsi
jalan yang diperbaiki, listrik masuk fisik berurusan dengan pemenuhan
desa, pembangunan rumah galeri kebutuhan praktis, dapat meliputi
songket, dan tempat ibadah. arsitektur, desain kerajinan dan
industri. Perwujudanketiga fungsi seni
Fungsi Seni Songket Kampoeng itu seringkali berkaitan, sebagai satu
Tenun Indralaya
kesatuan yang utuh dan padu.
Kerajinan tenun songket, lebih
banyak diproduksi berdasarkan Fungsi Personal
pesanan. Namun di beberapa daerah di Perajin tenun Kampoeng
Sumatera Selatan, songket masih Tenun Indralaya, merupakan suatu
memiliki fungsi-fungsi tertentu. komunitas seni yang terdiri dari
Feldman (1967:3), menjelaskan bahwa individu-individu kreatif.Para perajin
fungsi-fungsi seni yang bertujuan sebagai mahluk sosial telah dibuktikan
untuk memuaskan, yaitu fungsi seni oleh mereka dengan ikatan kerja,
sebagai kebutuhan individu dalam ikatan yang mencerminkan rasa

179
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

persaudaraan ini diwujudkan dalam keluarga dengan keluarga lain, saling


produk kerajinan tenun songket. memberikan buah tangan atau hadiah
Songket merupakan hasil dari kerja atas ucapan terima kasih, atau suatu
kolektif para perajin, dimulai dengan tindakan tertentu yang sangat
proses kerja persiapan alat-alat tenun, membantu keluarga tersebut.
pengolahan bahan, perancangan motif,
penenunan motif, dan penyelesaian Fungsi Sosial
akhir hingga berwujud songket yang Seni kerajinan songket, yang
siap pakai, serta sampai dihasilkan oleh para perajin tenun
pemasarannya. Para perajin tidak bisa Kampoeng Tenun Indralaya secara
lepas dari dukungan-dukungan fungsi sosial, diciptakan agar dapat
personal tersebut. diterima oleh masyarakat Sumatera
Perajin tenun sebagai mahkluk Selatan, daerah-daerah propinsi di
sosial, tidak bisa hidup tanpa Nusantara, dan bahkan mancanegara.
dukungan manusia lain, dibutuhkan Para perajin mempunyai harapan suatu
tata cara hidup dalam bermasyarakat persepsi umum yang akan dapat
yang disebut dengan budaya.Manusia menarik rasa simpatik dan menghargai
sebagai subjek yang terkait oleh satu karya mereka. Setiap manusia yang
budaya, maka dibutuhkan alat menciptakan suatu karya, akan selalu
komunikasi dengan subjek lain mengharapkan, ada suatu apresiasi
menggunakan sebuah media atau atas hasil kerjanya. Hal tersebut juga
bahasa, dimana karya seni sebagai berlaku bagi seniman dan perajin,
perwujudan perasaan dan emosi karya seni yang diciptakan oleh
individu (Kartika, 2004:31-32). ungkapan ekspresi personal memiliki
Songket tidak hanya sebagai produk fungsi sosial, yang bermanfaat untuk
yang memiliki fungsi pakai, juga masyarakat.
memiliki fungsi sebagai alat untuk Para perajin sebagai mahluk
berkomunikasi, seperti untuk saling sosial, mempunyai tanggung jawab
hormat-menghormati dan mempererat atas dirinya yang memiliki ikatan
rasa tali persaudaraan. Hal ini dapat dengan lingkungan sosialnya.Seni
kita temui dalam hubungan satu kerajinan tenun songket,merupakan

180
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

salah satu bentuk karya seni yang sehari-hari.Karya seni yang dibuat
digunakan oleh masyarakat, maka benar-benar merupakan kesenian yang
karya ini menunjukkan fungsi berorientasi pada kebutuhan fisik
sosial.Fungsi sosial suatu karya seni, selain keindahan barang itu
menurut Feldman (1967: 36-37), sendiri(Kartika, 2004: 33-34).
diuraikan sebagai berikut, (1) karya Produk songket diciptakan
seni itu mencari atau cenderung dengan bentuk dan kontruksi yang
mempengaruhi perilaku kolektif orang terstruktur, disesuaikan dengan
banyak: (2) karya itu diciptakan untuk ketentuan yang berlaku.Perkembangan
dilihat atau dipergunakan, khususnya songket dari Kampoeng Tenun
dalam situasi-situasi umum; dan (3) Indralaya masih menganut pakem
karya seni itu mengeskpresikan aspek- yang ada, namun saat ini telah
aspek tentang eksistensi sosial atau mengalami perubahan terhadap
kolektif sebagai lawan dari bermacam- pemakaian bahan benang yang banyak
macam pengalaman setiap individu. dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain, dan penambahan sentuhan pada
Fungsi Fisik akhir produk, seperti menambah bahan
Fungsi fisikdihubungkan tambahan.Songket dikenakan dan
dengan penggunaan benda-benda yang dipandang agar tampak nyaman di
efektif sesuai dengan kriteria kegunaan mata, menyangkut dengan hal tersebut
dan efisiensi, baik penampilan maupun songket perlu dirancang dengan efektif
permintaannya (Feldman, 1967: dan efisien.
71).Seni kerajinan tenun songket
memiliki fungsi fisik, kegunaan PENUTUP
bentuk produk dengan Seni kerajinan tenun songket
mempertimbangkan nilai sebagai warisan budaya telah menjadi
estetisnya.Nilai-nilai ini berperan bagian kehidupan dalam masyarakat
sebagai daya tarik songket.Fungsi Sumatera Selatan. Perkembangan dan
pada suatu karya seni merupakan penyebaran songket tidak hanya
kreasi yang secara fisik dapat berkisar di kota Palembang saja, saat
digunakanuntuk kebutuhan praktis ini songket dapat dijumpai di daerah-

181
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang

daerah sekitar Palembang, hingga ke teknis menenunnya saja, melainkan


desa-desa yang lebih jauh, seperti di sangat penting, ketika keahlian
Kabupaten Ogan Ilir, Kecamatan tersebut diiringi dengan apresiasi
Indralaya, Kampoeng Tenun proses perancangan motif-motif
Indralaya. songket baru, agar dapat berkembang
Perkembangan songket dan dan menghasilkan ciri khas songket
peningkatan ekonomi yang paling yang berasal dari Kampoeng Tenun
dirasakan oleh para perajin tenun di Indralaya.
Indralaya, yakni ketika masuknya
bantuan pinjaman modal yang KEPUSTAKAAN
diberikan oleh PT. Bank Negara Feldmen, Edmun Burke. 1967. Art as
Image and Idea. New Jersey:
Indonesia (BNI) Palembang dan
The University of
binaan dari Cita Tenun Indonesia Georgia.Prentice Hall, Inc.
Englewood Clifss.
(CTI) sekitar tahun 2009.Songket yang
Gustami, SP. 2000. Seni Kerajinan
diproduksi oleh para perajin Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Kampoeng Tenun Indralaya sangat
________. 2004. Proses Penciptaan
bervariasi, baik jenis motif, ukuran, Seni Kriya: Untaian
Metodologis. Yogyakarta: PPS
dan bahannya, serta mampu bersaing
ISI Yogyakarta.
dengan daerah penghasil songket Kartiwa, Suwati. 1989. Kain Songket
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
lainnya.Produk songket Kampoeng
________. 2007. Ragam Kain
Tenun Indralaya sudah memasuki Tradisional Indonesia, Tenun
Ikat. Jakarta: PT. Gramedia
pasar nasional dan internasional,
Pustaka Utama.
bahkan terdapat juga para konsumen Rodgers, Susan and Anne
Summerfield, dkk. 2007. Gold
yang datang langsung ke lokasi perajin
Cloths of Sumatra: Indonesia's
tenun songket tersebut. Songkets from Ceremony to
Commodity. Netherland: Cantor
Seni kerajinan tenun songket
Art Gallery, KITLV Press.
dari Kampoeng Tenun Indralaya, Syarofie, Yudhy. 2007. Songket
Palembang: Nilai Filosofis,
memiliki potensi besar dan bernilai
Jejak Sejarah dan Tradisi.
tinggi bagi kemajuan masyarakat PemProv. Sum-Sel: Depdiknas,
Sumatera Selatan.
Indralaya. Ragam hias songket tidak
William, Raymond. 1981.Culture.
hanya dipandang dari segi keahlian Fortana Paperback, Glasgow.

182
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

KORAN HARIAN 2014 di Palembang, Sumatera


Selatan.
(3 Oktober 2009).“Berbagai Motif Ernawati, (47 thn), Pengurus Koperasi
Songket Dihasilkan”. Sriwjaya Tenun Songket Anggrek,
Post, Palembang. wawancara tanggal 26 April
(25 Februari 2011). “BNI Kucurkan 2014 di Desa Muara Penimbung,
Rp. 1,6 milliar”. Sriwijaya Post, Indralaya, Sumatera Selatan.
Palembang. Fitria, (30 thn) Perajin Tenun Songket,
(25 Februari 2011). “Songket wawancara tanggal 26 April
Kampoeng Tenun Mendunia”. 2014 di Desa Sri Banding,
Baturaja Region, Sriwijaya Post, Indralaya, Sumatera Selatan.
Palembang. Hanafi, (60 thn), Tokoh Masyarakat,
(1 Maret 2011). “Obsesi Majukan wawancara tanggal 30 Mei 2014
Produk Lokal”. Sriwijaya Post, di Desa Sudi Mampir, Indralaya,
Palembang. Sumatera Selatan.
(28 September 2011). “Menjemput Ju Akhir, (40 thn), Perajin Tenun
Peluang di Kampoeng BNI”. Songket, wawancara tanggal 30
Media Indonesia, Jakarta. Mei 2014 di Desa Muara
(12 Januari 2012).“BNI Fokus Industri Penimbung, Indralaya, Sumatera
Kreatif”. Sriwijaya Post, Selatan.
Palembang. Muhammad Sani, (35 thn), Pengurus
(26 Januari 2012).“Kampung Tenun Koperasi Besi Emas, wawancara
BNI Makin Maju”.Radar tanggal 30 Mei 2014 di Desa
Palembang. Limbang Jaya, Indralaya,
Sumatera Selatan.
Nirmala, (32 thn), Perajin Tenun
NARASUMBER Songket dan Pemilik Galeri
Nirmala Songket, wawancara
Erwan Suryanegara, (50 thn), tanggal 23 Juni 2014 di Desa
Budayawan dan Dosen, Talang Aur, Indralaya, Sumatera
wawancara tanggal 9 Maret Selatan

183
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014
Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November

Admawati, 15 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah


Ahmad Bahrudin, 36 Sy, 76
Alfalah. 1 Maryelliwati, 111
Amir Razak, 91 Meria Eliza, 150
Arga Budaya, 1, 162 Muhammad Zulfahmi, 70, 94
Arnailis, 148 Nadya Fulzi, 184
Asril Muchtar, 17 Nofridayati, 86
Asri MK, 70 Ninon Sofia, 46
Delfi Enida, 118 Nursyirwan, 206
Dharminta Soeryana, 99 Rosmegawaty Tindaon,
Durin, Anna, dkk., 1 Rosta Minawati, 122
Desi Susanti, 28, 12 Roza Muliati, 191
Dewi Susanti, 56 Selvi Kasman, 163
Eriswan, 40 Silfia Hanani, 175
Ferawati, 29 Sriyanto, 225
Hartitom, 28 Susandra Jaya, 220
Hendrizal, 41 Suharti, 102
Ibnu Sina, 184 Sulaiman Juned, 237
I Dewa Nyoman Supanida, 82 Wisnu Mintargo, dkk., 115
Imal Yakin, 127 Wisuttipat, Manop, 202
Indra Jaya, 52 Yuniarni, 249
Izan Qomarats, 62 Yurnalis, 265
Khairunas, 141 Yusril, 136
Lazuardi, 50
JURNAL EKSPRESI SEN
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November 2014

Redaksi Jurnal Ekspresi Seni


Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari

1. Ediwar, S.Sn., M.Hum. Ph.D (ISI Padangpanjang)

2. Dr.G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A (UGM Yogyakarta)

3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (ISBI Bandung)


EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni

Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.

Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :


Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang
Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
red.ekspresiseni@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai