Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-
sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Dede Pramayoza
TimPenyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Roza Muliati
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Adi Khrisna
Redaktur
Meria Eliza
Dini Yanuarmi
Thegar Risky
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________._________________________________
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang
Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803,
e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com
DAFTAR ISI
Aji Windu Viatra & Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di 168- 183
Slamet Triyanto Indralaya, Palembang
Nora Anggarini & Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam 270–284
Nursyirwan Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo
_____________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
i
SENI KERAJINAN SONGKET
KAMPOENG TENUN
DI INDRALAYA, PALEMBANG
Aji Windu Viatra
Slamet Triyanto
Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya
Universitas Indo Global Mandiri Palembang.
w1ndoe@yahoo.com
ABSTRAK
Kain songket tradisional Palembang merupakan warisan budaya yang digunakan
pada kegiatan tradisi tertentu, seperti busana tradisional adat Sumatera Selatan,
upacara pernikahan, marhaba (peresmian nama dan pencukuran anak atau
ucapan selamat datang), dan digunakan oleh masyarakat Sumatera Selatan
diberbagai kepentingan luar kegiatan adat. Songket saat ini, tidak hanya terdapat
di kota Palembang, namun telah berkembang hampir ke semua daerah di
Sumatera Selatan, seperti di Kampoeng Tenun Indralaya. Keberadaan Kampoeng
Tenun Indralaya merupakan wujud nyata dalam perkembangan seni kerajinan
tenun songket. Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun Indralaya,
menggunakan pendekatan multidisplin, yakni pendekatan sejarah, sosiologi, dan
estetika.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan
analisis deskriptif analitik. Ragam hias songket dalam perkembangannya,
menuntut para perajin tenun untuk memiliki kemampuan dalam menciptakan
ragam hias songket yang baru, sebagai ciri khas atau identitas songket yang
berasal dari Kampoeng Tenun Indralaya.
ABSTRACT
Traditional songket clothes in Palembang is a cultural heritage which has been
used in certain tradition activities, such as the custom of traditional clothing
which comes from South Sumatera, wedding ceremony, marhaba (important
ceremony of giving baby’s name or baby shearing and welcome ceremony). It is
used by people in South Sumatera society in various necessity of activities in
non-cultural environtment. Nowdays, songket does not only find in Palembang,
but also it has grown in every area of South Sumatera, for example as Kampoeng
Tenun Indralaya. The existence of Kampoeng Tenun Indralaya is a kind of
concrete form of handycraft songket development. Songket Kampoeng Tenun
Indralaya Palembang uses multidiscipline approaches, such as history,
sociology, and aeshthetic aprroches. The research method used is a qualitative
method by using the analytical of descriptive analysis approaches. The various
features of songket force the people’s their ability in creating the various kind of
features of new songket, as a symbol as a characteristic or type of songket
identity’s which comes from Kampoeng Tenun Indralaya.
168
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
169
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
170
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
171
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
diukur dari segi kualitasnya, bahkan karakter yang unik dengan tenun
sering disebut "Ratu Segala Kain". songket lainnya.Hal tersebut dapat
Kata songket berasal dari diamati pada mutu bahan, ragam hias,
istilah sungkit dalam bahasa fungsi, dan warna kain tenun songket.
Melayu dan bahasa Indonesia,
yangberarti "mengait" atau Kampoeng Tenun Songket
Indralaya
"mencungkil".Hal ini berkaitan dengan
metode pembuatannya, mengaitkan Perkembangan songket, tidak
dan mengambil sejumput kain tenun, hanya terjadi di lingkungan Kerajaan
dan kemudian menyelipkan benang dan wilayah Kota Palembang, tetapi
emas.Songket juga mungkin berasal juga telah berbaur di dalam
dari kata songka, songkok masyarakat Sumatera Selatan.Kegiatan
khas Palembang yang menenun tersebut sudah ada jauh masa
dipercayapertama kalinya kebiasaan sebelum Kerajaan Palembang, kala itu
menenun dengan benang secara teknis penenunan dilakukan
emas.Songket arti kata lain dengan tenun ikat. Pertemuan antar
menyungkit, pekerjaan menyusun budaya Palembang dan budaya lain
benang pakan dan benang lungsi menghasilkan perpaduan dalam
melalui proses menenun dengan cara pengembangan kreasi pengolahan
tradisional. Menurut Suwarti Kartiwa bahan songket.Bahan pakan benang
(1996:8), songket adalah kain yang sutra dipadukan dengan benang emas
ditenun dengan menggunakan benang sebagai penghiasnya. Usaha bertahan
emas atau benang perak dan dihasilkan hidup dengan terpaksa ini, menjadi
dari daerah-daerah tertentu saja, proses terciptanya songket untuk
seperti songket Palembang, songket khalayak umum.
Minangkabau, songket Samarinda, dan Berdasarkan Syarofie (2007),
songket Bali. Seni kerajinan tenun menyebutkan bahwa penjualan
songket di setiap daerah wilayah songket secara terbuka dimulai di
Indonesia memiliki jenis yang kawasan 30 Ilir, Palembang. Proses
beraneka ragam, di setiap daerah pembuatan dan penjualan songket
memiliki perbedaan dan karakter- terus berkembang dari satu tempat ke
172
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
173
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
pekerjaan tetap, namun tidak sedikit Pinang. Para perajin-perajin ini banyak
yang kembali dari perantauan dengan yang memproduksi songket sesuai
hasil yang kurang memuaskan. dengan pesanan dari kota Palembang
Tingginya permintaan akan dan daerah sekitarnya. Jumlah produk
kebutuhan kain tenun songket menjadi songket yang sangat terbatas menjadi
titik tolak awal dalam perkembangan salah satu kendala dalam memenuhi
songket di Indralaya. Keahlian permintaan konsumen. Salah satu
menenun yang diwariskan secara turun penyebabnya adalah proses pembuatan
temurun, diasah kembali oleh songket yang membutuhkan waktu
masyarakat Indralaya meskipun yang lama antara 1-2 bulan, dan sistem
semangat ini masih hanya dilakukan kerja yang kolektif dalam proses
oleh beberapa warga saja.Para perajin menenun memerlukan waktu saling
di Kabupaten Ogan Ilir cukup banyak menunggu. Di antara para perajin
dan menyebar hampir di seluruh desa- tahapan proses menenun tidak semua
desa. Di Kecamatan Indralaya, seperti para perajin yang menguasai semua
Desa Muara Penimbung, Desa teknik membuat songket, seperti tahap
Tanjung Seteko, Desa Sudi Mampir, pencelupan, tahap mencukit motif,
Desa Penyandingan, Desa Talang Aur, tahap menenun, dan tahapan finishing,
Desa Tunas Aur, Desa Ulak Bedil, kecuali tahapan menenun hampir rata-
Desa Saka Tiga, Desa Tanjung Sejaro, rata para perajin di setiap desa
Desa Tanjung Agung, Desa Tanjung menguasai teknik menenun. Mereka
Agung, Desa Lubuk Sakti, Desa hanya mengandalkan pesanan yang
Tanjung Gelam, Desa Ulak Segelung, datang, baru kemudian memproduksi
terdapat para perajin tenun songket. songket, jika tidak ada pesanan
Desa-desa di Kecamatan daerah songket mereka pun menganggur
sekitar Indralaya pun terdapat juga kembali, keterbatasan modal menjadi
para perajin tenun songket, seperti salah satu kendala dalam
Kecamatan Pemulutan, Kecamatan mengembangkan songket, baik dari
Pemulutan Barat, Kecamatan bahan, teknik dan ragam hias songket.
Pemulutan Selatan, Kecamatan Perkembangan songket dan
Tanjung Raja, Kecamatan Sungai peningkatan ekonomi yang paling
174
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
175
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
176
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
177
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
178
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
179
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
180
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
salah satu bentuk karya seni yang sehari-hari.Karya seni yang dibuat
digunakan oleh masyarakat, maka benar-benar merupakan kesenian yang
karya ini menunjukkan fungsi berorientasi pada kebutuhan fisik
sosial.Fungsi sosial suatu karya seni, selain keindahan barang itu
menurut Feldman (1967: 36-37), sendiri(Kartika, 2004: 33-34).
diuraikan sebagai berikut, (1) karya Produk songket diciptakan
seni itu mencari atau cenderung dengan bentuk dan kontruksi yang
mempengaruhi perilaku kolektif orang terstruktur, disesuaikan dengan
banyak: (2) karya itu diciptakan untuk ketentuan yang berlaku.Perkembangan
dilihat atau dipergunakan, khususnya songket dari Kampoeng Tenun
dalam situasi-situasi umum; dan (3) Indralaya masih menganut pakem
karya seni itu mengeskpresikan aspek- yang ada, namun saat ini telah
aspek tentang eksistensi sosial atau mengalami perubahan terhadap
kolektif sebagai lawan dari bermacam- pemakaian bahan benang yang banyak
macam pengalaman setiap individu. dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain, dan penambahan sentuhan pada
Fungsi Fisik akhir produk, seperti menambah bahan
Fungsi fisikdihubungkan tambahan.Songket dikenakan dan
dengan penggunaan benda-benda yang dipandang agar tampak nyaman di
efektif sesuai dengan kriteria kegunaan mata, menyangkut dengan hal tersebut
dan efisiensi, baik penampilan maupun songket perlu dirancang dengan efektif
permintaannya (Feldman, 1967: dan efisien.
71).Seni kerajinan tenun songket
memiliki fungsi fisik, kegunaan PENUTUP
bentuk produk dengan Seni kerajinan tenun songket
mempertimbangkan nilai sebagai warisan budaya telah menjadi
estetisnya.Nilai-nilai ini berperan bagian kehidupan dalam masyarakat
sebagai daya tarik songket.Fungsi Sumatera Selatan. Perkembangan dan
pada suatu karya seni merupakan penyebaran songket tidak hanya
kreasi yang secara fisik dapat berkisar di kota Palembang saja, saat
digunakanuntuk kebutuhan praktis ini songket dapat dijumpai di daerah-
181
Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya
Palembang
182
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
183
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014
Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.