Anda di halaman 1dari 8

TEORI DASAR Massa jenis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang
memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)

Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang
sama.

Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

𝑚
ρ=
𝑣
dengan

ρ adalah massa jenis,


m adalah massa,
V adalah volume.

Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per sentimeter kubik
(g/cm3).

1 g/cm3=1000 kg/m3

Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3

Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka
massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis, atau yang
dinamakan 'Massa Jenis Relatif'

Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama
C. Dasar Teori

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang
memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).Satuan
SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg.m-3)

Volume suatu benda dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran
langsung biasanya dilakukan dengan menggunakan gelas ukur, sedangkan pengukuran secara
tidak langsung dilakukan dengan mengukur Panjang, Lebar dan Tebal benda yang
bersangkutan.

Dalam melakukan pengukuran Panjang, Lebar, atau Ketebalan sutu benda tidak selalu
menggunakan Penggaris atau Mistar saja,tetapi masih ada alat ukur panjang yang lain, yaitu
alat ukur yang memiliki ketelitian lebih kecil seperti Jangka Sorong. Jangka sorong
digunakan untuk mengukur Panjang atau Lebar suatu Benda.

Jika massa dan volume diketahui, maka dengan mudah kita dapat menentukan massa jenis
benda tersebut dengan rumus :

ρ=m /v

Keterangan :

ρ = massa jenis

m = massa

v = volume

D. Alat dan Bahan

1. Balok

2. Jangka Sorong

3. Gelas ukur

4. Neraca / Timbangan

I. Kesimpulan

Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa massa jenis suatu benda dipengaruhi oleh
massa setiap volume benda tersebut sedangkan luas benda tidak mempengaruhi massa jenis.
Semakin besar volume maka semakin rendah massa jenisnya, semakin besar massanya maka
semakin besar pula massa jenisnya sehingga dapat ditulis dalam rumus
Jika kita melakukan pengukuran dengan peralatan yang memiliki ketelitian yang lebih
kecil/teliti, maka hasilnya pun akan lebih teliti. dibandingkan dengan mengunakan peralatan
yang langsung, seperti gelas ukur.

TEORI DASAR BANDUL HARMONIK Landasan Teori :


Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas
dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang mempunyai
ayunan. Dalam bidang fisika, prinsip ini pertama kali ditemukan pada tahun 1602
oleh Galileo Galilei, bahwa perioda (lama gerak osilasi satu ayunan, T) dipengaruhi oleh
panjang tali dan percepatan gravitasi mengikuti rumus:

Di mana adalah panjang tali dan adalah percepatan gravitasi.


Periode berayun menjadi lebih panjang ketika amplitodo θ0 (lebar ayunan) bertambah.

Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh
selalu sama (tetap). Gerak Harmonik Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk
sinusoidal dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik
adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap.
Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
· Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak
osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya.
· Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi
ayunan torsi, dan sebagainya.
Beberapa Contoh Gerak Harmonik:
· Gerak harmonik pada bandul: Sebuah bandul adalah massa (m) yang digantungkan pada
salah satu ujung tali dengan panjang l dan membuat simpangan dengan sudut kecil. Gaya
yang menyebabkan bandul ke posisi kesetimbangan dinamakan gaya pemulih yaitu dan
panjang busur adalah Kesetimbangan gayanya. Bila amplitudo getaran tidak kecil namun
tidak harmonik sederhana sehingga periode mengalami ketergantungan pada amplitudo dan
dinyatakan dalam amplitudo sudut.

· Gerak harmonik pada

pegas: Sistem pegas adalah sebuah pegas dengan konstanta pegas (k) dan diberi massa pada
ujungnya dan diberi simpangan sehingga membentuk gerak harmonik. Gaya yang
berpengaruh pada sistem pegas adalah gaya Hooke.

· Gerak Harmonik Teredam

Secara umum gerak osilasi sebenarnya teredam. Energi mekanik terdisipasi (berkurang) karena
adanya gaya gesek. Maka jika dibiarkan, osilasi akan berhenti, yang artinya GHS-nya
teredam. Gaya gesekan biasanya dinyatakan sebagai arah berlawanan dan b adalah konstanta
menyatakan besarnya redaman. dimana = amplitudo dan = frekuensi angular pada GHS
teredam.

Gerak harmonik pada bandul

Bandul sederhana terdiri atas benda bermassa m yang diikat dengan seutas tali ringan yang
panjangnya l (massa tali diabaikan). Jika bandul berayun, tali akan membentuk sudut sebesar
α terhadap arah vertical. Jika sudut α terlalu kecil, gerak bandul tersebut akan memenuhi
persamaan gerak harmonic sederhana seperti gerak massa pada pegas.
C. Alat dan Bahan
1. Neraca ohaus
2. Penyangga statif
3. Busur
4. Tali rafia
5. Stopwatch
6. Beban (kelereng)
7. Kain pembungkus
8. Tali kenur
9. Penggaris
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa periode di pengaruhi oleh
panjang tali dan tidak di pengaruhi massa benda. Pada panjang tali yang sama semakin
banyak ayunan waktu yang di perlukan juga semakin lama dan percepatan gravitasinya
tergantung pada periode dan panjang tali. Gerakan harmonis juga akan membentuk waktu
yang tetap dengan gerakan bolak balik karena di lakukan di dalam ruangan gerakan harmonis
akan udah untuk diamatiselain itu, gerakannya pun akan konstan.

DASAR TEORI
Gerak harmonik adalah gerak bolak balik suatu benda secara periodik yang melalui titik
setimbang tanpa teredam. Benda melakukan gerak harmonik sederhana karena adanya
resultan gaya pada benda yang besarnya sebanding dengan besar simpangan terhadap titik
setimbangnya dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Periode adalah selang
waktu yang diperlukan oleh suatu benda unuk menjalani satu getaran lengkap. Frekuensi
adalah banyaknya getaran yang ditempuh benda dalam suatu satuan waktu (misalnya 1
sekon). Salah satu contoh gerak harmonik sederhana adalah gerak bandul sederhana. Bandul
sederhana terdiri dari benda bermassa m yang diikat dengan seutas tali ringan yang
panjangnya l (massa tali diabaikan). Jika bandul berayun, tali akan membentuk sudut kecil
(<10°). Jika simpangan kecil maka akan bergerak bolak balik di sekitar titik setimbangnya.
Pada bandul ada dua titik balik yang letaknya berseberangan terhadap titik setimbangnya.
(Titik setimbang adalah titik acuan. Sedangkan tempat benda berhenti sesaat sebelum
berbalik arah disebut titik balik). Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak - balik benda
melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon
selalu konstan

Periode (T)

Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode[3].
Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran.
Benda dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana benda
tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau
detik[3].

Frekuensi (f)

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik, yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap[3]. Satuan frekuensi adalah
hertz[3].

Hubungan antara Periode dan Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah[3] :

Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah periode. Dengan
demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah sebagai berikut[3] :
DASAR TEORI HUKUM ARCHIMIDES

1. Alat :
1. Gelas Ukur, yang dipakai sebagai wadah
2. Neraca Pegas, yang dipakai untuk mengukur berat benda (W) di udara maupun
di air.
3. Neraca Ohaus, yang dipakai untuk mengukur massa benda
4. Sendok, yang dipakai untuk mengaduk larutan garam
5. Benang, yang dipakai untuk mengikat telur
6. Kertas millimeter, yang dipakai sebagai skala
2. Dasar teori :

Hukum Archimedes
Hukum Archimedes : Setiap benda yang berada di dalam suatu fluida, maka
benda itu akan mengalami gaya ke atas (yang disebut gaya apung) seberat zat cair
yang dipindahkan.
Dalam persamaan : FA = Wb
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air daripada di
udara karena dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara,
benda memiliki berat yang sesungguhnya.
Dalam Persamaan : Wb = mb.g
Ketika dalam air, dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan: Wdf = Wb –
FA
Keterangan : Wdf : berat dalam fluida, dikatakan juga berat semu (N) Wb : berat
benda sesungguhnnya, atau berat di udara (N) FA : gaya angkat ke atas (N) Gaya
angkat ke atas ini yang disebut juga gaya apung.

 Defenisi I gaya apung: Gaya yang dikerjakan fluida pada benda yang timbul karena
selisih gaya hidrostatik yang di kerjakan fluida antara permukaan bawah dengan
permukaan atas. BIla tekanan fluida pada sisi atas dan sisi bawah benda yang
mengapung masing-masing p1 dan p2, maka gaya yang dikerjakan pada telur pada
sisi atas dan bawah adalah: F1 = p1. A F2 = p2. A Gaya ke atas yang bekerja pada
balok merupakan resultan gaya F1 dan F2. FA = F2 – F2 FA = (p2 – p1)A FA = (h2 –
h1)pfgA FA = pfgV Keterangan : pf = masa jenis fluida (kg/m3) V = volume air telur
yang tercelup (m3)

 Defenisi II gaya apung : Selisih berat benda di udara dengan berat benda di fluida
yang memiliki gaya apung tersebut.
 A.1 PRINSIP ARCHIMEDES
 Ketika kita menimbang batu di dalam air, berat batu yang terukur pada
timbangan pegas menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketika kita
menimbang batu di udara (tidak di dalam air). Massa batu yang terukur pada
timbangan lebih kecil karena ada gaya apung yang menekan batu ke atas.
Efek yang sama akan dirasakan ketika kita mengangkat benda apapun dalam
air. Batu atau benda apapun akan terasa lebih ringan jika diangkat dalam air.
Hal ini bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang diangkat hilang
sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya gaya apung.
Arah gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat yang kita berikan
pada batu tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di dalam
air terasa lebih ringan.
 FA = ρa Va g
 FA = gaya angkat ke atas pada benda (N)
 ρa = massa jenis zat cair (kg/m3)
 Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
 g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Hukum Archimedes adalah hukum yang membahas tentang perilaku suatu benda yang
mengalami gaya ketas ketika berada dalam suatu fluida.

Anda mungkin juga menyukai