Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

PROGRAM FILARIASIS

PEMERINTAH KOTA BEKASI


DINAS KESEHATAN KOTA BEKASI
UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
JL. MEKAR SARI, KELURAHAN BEKASI JAYA

1 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
BAB I
DEFINISI

Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab
Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori. Semua spesies
tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia
disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah
bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat
menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan
saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak
tapi dapat pula di daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe
terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala
seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.
Filariasis menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi
World Health Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia
dimulai berdasarkan deklarasi WHO tahun 2000. Indonesia sepakat untuk
melaksanakan eliminasi Filariasis secara bertahap mulai tahun 2002 sampai tahun
2020.Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan
dilaksanakan yaitu: 1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal
pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan 2).Mencegah dan
membatasi kecacatan karena filariasis.
Di Indonesia, sampai dengan tahun 2014 terdapat lebih dari 14 ribu orang
menderita klinis kronis Filariasis (elephantiasis) yang tersebar di semua provinsi.
Secara epidemiologi, lebih dari 120 juta penduduk Indonesia berada di daerah yang
berisiko tinggi tertular Filariasis. Sampai akhir tahun 2014, terdapat 235
Kabupaten/Kota endemis Filariasis, dari 511 Kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis ini dapat bertambah karena masih ada
beberapa kabupaten/kota yang belum terpetakan.
Data WHO menunjukkan bahwa Filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk
di 83 negara di seluruh dunia, terutama negara-negara di daerah tropis dan beberapa
daerah subtropis. Di Regional South-EastAsia (SEAR) terdapat 3 jenis parasit Filariasis,
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang terdapat di 9 negara, yaitu
Banglades, India, Indonesia, Maldive, Myanmar, Nepal, Sri Langka, Thailand, dan Timor
Leste.
Penanggulangan Filariasis dilaksanakan berbasis wilayah dengan menerapkan
manajemen lingkungan, pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat penderita,
memberikan obat terhadap orang-orang sehat yang terinfeksi cacing filarial dan sebagai
sumber penularan Filariasis serta pemberian obat pencegahan secara massal.

2 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
Program Eliminasi Filariasis menjadi prioritas nasional dengan agenda utama
melaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan secara Massal Filariasis untuk
memutus rantai penularan Filariasis pada penduduk di semua Kabupaten/Kota Endemis
Filariasis dan seluruh penderita Filariasis dapat terjangkau pelayanan kesehatan yang
memadai.
Penanggulangan Filariasis telah menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.
Secara bertahap kabupaten/kota endemis Filariasis akan melaksanakan program
penanggulangan sehinga semua kabupaten /kota endemis tersebut mencapai eliminasi.
Dengan demikian maka Indonesia juga akanmencapai eliminasi Filariasis. Berdasarkan
uraian diatas diharapkan Filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia pada tahun 2020.

BAB II
RUANG LINGKUP

3 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
Kegiatan pelayanan kesehatan Filariasis di Puskesmas terutama bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat serta menemukan sedini mungkin kasus
Filariasis dan pengobatan pasien Filariasis sesuai dengan tata laksana kasus Filariasis,
meliputi :
1. Promotif dengan melakukan penyuluhan tentang filariasis
2. Preventif dengan melakukan pemberian obat pencegahan massal Filariasi dan
deteksi dini (skreening) melalui Transmission Assesment Survey (TAS)
3. Kuratif dengan melakukan pelayanan dasar dan rujukan.
4. Rehabilitatif dengan melakukan perawatan pasien Filariasis

Kegiatan di dalam gedung program Filariasis antara lain :


1. Penyuluhan Filariasis secara langsung kepada pengunjung Puskesmas dengan
sasaran individu maupun kelompak.
2. Menemukan & memberikan tata laksana kasus Filariasis bagi penderita Filariasis
melalui pelayanan rawat jalan.
3. Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan filariasis yang meliputi :
a. Melakukan anamnesa
b. Memeriksa dan menegakkan diagnosis filariasis
c. Memberikan tata laksana kasus Filariasis bagi penderita Filariasis
d. Mencegah dan membatasi kecacatan dengan perawatan kasus Filariasis
secara mandiri oleh pasien dan keluarga
e. Memberikan rujukan kasus penyakit Filariasis ke Rumah Sakit.

Kegiatan di luar gedung program Filariasis antara lain :


1. Penyuluhan Filariasis kepada masyarakat, anak sekolah, kelompok pekerja non
formal, ibu kader kesehatan di Posyandu maupun Posbindu
2. Pemberian obat pencegahan massal Filariasis
3. Evaluasi untuk menilai berhentinya penularan dilakukan survei pengukuran
penularan yang lebih dikenal dengan Transmission assesment Survey (TAS)
pada anak usia sekolah dengan menggunakan pemeriksaan antigen/antibodi.
Populasi sasaran TAS adalah seluruh anak-anak usia 6-7 tahun yang harus
dilindungi dari infeksi filariasis jika POPM yang dilaksanakan berhasil dalam
menghentikan penularan (WHO, 2011). Sasaran TAS Filariasis adalah semua
anak di kelas 1 dan 2 dari seluruh cluster sekolah yang terpilih secara random.
4. Deteksi dini & memberikan tata laksana kasus Filariasis bagi penderita Filariasis
melalui laporan Kader.
5. Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan filariasis yang meliputi :
a. Melakukan anamnesa
b. Memeriksa dan menegakkan diagnosis filariasis
c. Rujukan kasus ke puskesmas
d. Memberikan tata laksana kasus Filariasis bagi penderita Filariasis
e. Mencegah dan membatasi kecacatan dengan perawatan kasus Filariasis
secara mandiri oleh pasien dan keluarga

4 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
BAB III
TATALAKSANA

Tatalaksana kasus Filariasis meliputi :


1. Pengobatan kasus Filariasis :
 Semua kasus klinis diberikan DEC, tetapi setelah semua gejala klinis akut
(demam dan gejala peradangan lainnya) mereda àobati dahulu sesuai gejala
akut yang timbul
 Setelah gejala akut teratasi, penderita tersebut diberikan DEC 3 x 1 tablet 100
mg selama 12 hari, parasetamol 3 x 1 tablet 500 mg selama 3 hari
 Dosis anak sesuai BB : 6 mg/kg BB dosis pemberian 3 kali
 Bila penderita berada di daerah endemis, pada tahun berikutnya diikut sertakan
dalam pengobatan massal ( DEC sesuai dosis umur dan Albendazole 400 mg
sekali setahun selama 5 th).
2. Perawatan pada gejala klinis akut
 Istirahat cukup, banyak minum
 Tx simptomatis (obat demam, penghilang rasa sakit, gatal) bila perlu diberikan
antibiotika/ anti jamur baik lokal / sistemik
 pembersihan luka / lesi kulit, bila ada abses di insisi
 Pengobatan luka / lesi di kulit àsalep antibiotika / anti jamur
5 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS
UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
3. Perawatan kasus kronis (limfaedema) yang meliputi 9 kompenen yaitu :
 Pencucian 5 Komponen penderita

 Pengobatan dan pencegahan luka / lesi dikulit lymphoedema dan klg

 Latihan / exercise mampu melaksanakan

 Elevation (Meninggikan tungkai / lengan) tatalaksana kasus

 Pemakaian alas kaki yang cocok & kebersihan kuku secara mandiri.

 Pemakaian verban elastik


 Pemakaian salep antibiotika / anti jamur
 Antibiotika sistemik
 Bedah kosmetik
4. Tatalaksana penderita hidrocele :
 Basic hygiene
 Pengobatan / pencegahan lesi di kulit
 Serangan Akut àobat symptomatic
 Individual treatment, DEC dosis standar
 Kirim ke rumah sakit untuk operasi

BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan dengan menggunakan register dan format laporan yang telah


ditetapkan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Bekasi pada bulan berikutnya
setelah pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan dilakukan setiap satu tahun sekali
sesuai dengan jadwal monitoring dan evaluasi UPTD Puskesmas Bekasi Jaya.
Seluruh kegiatan dan hasil kegiatan didokumentasikan dan dilaporkan kepada
kepala Puskesmas dan dilanjutkan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Bekasi.

Bekasi, 2018
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Bekasi Jaya Penanggung jawab

Kartini Ekowati, S.KM dr. Ridhani Adhitya Dewi


NIP. 19710526 199202 2 001 NIP. 19850623 201503 2 003

6 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA
REFERENSI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 94 tahun 2014 tentang


Penanggulangan Filariasis

Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014

7 PANDUAN PROGRAM FILARIASIS


UPTD PUSKESMAS BEKASI JAYA

Anda mungkin juga menyukai