)
TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG
DAN ARANG SEKAM PADI
SKRIPSI
OLEH :
ESTHER TARIGAN/100301257
AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
SKRIPSI
OLEH :
ESTHER TARIGAN/100301257
AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.)
the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by
YAYA HASANAH and MARIATI.
Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used
about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated
weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the
organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is
rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot
(Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk
Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty
USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with
two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level
i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha.
Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh
weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per
plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The
results showed that all parameters observed were not both treatment on the
significantly affected by both treatment, however there was interaction between
the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on
defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of
tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate
of plants.
ayah S. Tarigan dan ibu JN. Sihombing. Penulis merupakan putri pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Muara Bungo, Jambi dan
pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi
Nusantara IV, Kebun Tinjowan pada bulan Juli hingga Agustus 2013.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
Ir. Yaya Hasanah, M. Si dan Ibu Ir. Mariati, M. Sc., selaku ketua dan anggota
penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terimakasih juga
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi petani bawang merah sebagai bahan
informasi.
Penulis
Hal.
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ................................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan ........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................................. 4
Syarat Tumbuh ................................................................................................... 5
Iklim ........................................................................................................... 5
Tanah .......................................................................................................... 6
Abu Vulkanik ..................................................................................................... 7
Arang Sekam Padi.............................................................................................. 8
LAMPIRAN .............................................................................................................. 36
No. Halaman
7. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu 25
vulkanik dan arang sekam padi
8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu 26
vulkanik dan arang sekam padi
10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu 27
vulkanik dan arang sekam padi
No. Halaman
No. Halaman
2. Bagan Penelitian 37
Latar Belakang
mengeluarkan lava pijar dan semburan awan panas, juga mengeluarkan abu
vulkanik. Abu vulkanik ini terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran
halus yang berdampak negatif sehingga menyebabkan kerugian yang besar bagi
memberikan dampak positif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah
pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur bahan
organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu
untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu vulkanik
Salah satu bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik
yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu
yaitu arang sekam padi. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%),
mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam
tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap
Tingginya kandungan unsur hara silika yang ada pada arang sekam padi
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sumarni dan Hidayat (2005) yang menyatakan
bahwa bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan
sayuran.
kebutuhan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat
bawang merah masih jauh di bawah kebutuhan. Dari data BPS (2013), produksi
bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 14.158 ton
pengaruh pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi pada pertumbuhan dan
bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik Gunung
Hipotesis Penelitian
Pemberian abu vulkanik, arang sekam padi, dan interaksi antara abu
vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
Kegunaan Penulisan
Botani tanaman
berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang
yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis
berlobang, bentuk lurus, ujung runcing, tapi rata, panjang ± 50 cm, lebar ± 0,5 cm,
menebal dan berdaging sefta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas
subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, hijau (Nasution, 2008)
Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan
bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun
Bentuk bunga seperti payung. Warna bunga berwarna putih. Banyak buah
per tangkai 60-100. Banyaknya bunga per tangkai 120-160. Banyaknya tangkai
berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening
atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat
(Sudirja, 2007).
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.
Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi
bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.
Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas
Syarat tumbuh
Iklim
intensitas sinar matahari penuh 14 jam/hari, curah hujan 300 – 2500 mm/tahun,
cocok ditanam dimusim hujan atau musim kering dan umbi akan tumbuh baik di
800 m di atas permukaan laut. Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl tanaman ini
masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah berhubungan dengan suhu
Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah harus di tanam
pada kondisi lingkungan yang cocok. Tanaman bawang merah paling menyukai
cukup terkena sinar matahari, dan tidak berkabut. Daerah yang berkabut kurang
Tanah
tanah tegalan dan pekarangan. Jenis tanah yang palin cocok adalah tanah
Secara umum tanah yang baik untuk di tanami bawang merah ialah tanah
yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik atau humus, mempunyai
sirkulasi udara yang baik, dapat dengan mudah mengalirkan air, aerasi baik, dan
struktur tanah yang bagus, drainase yang lancar dan tidak mudah padat. Sehingga
optimal. Oleh karena itu sebaiknya tanah persemaian digunakan tanah lempung
sedang sampai liat, drainase/aeraso baik, mengandung bahan organic yang cukup,
dan reaksi tanah tidak masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang
merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau
merah sehingga umbi yang muncul berukuran besar-besar. Tanah yang bersifat
masam tidak baik untuk pertumbuhan bawang merah sehingga perlu dilakukan
(Nasution, 2008).
Abu Vulkanik
ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan
bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya
abu vulkanik merupakan akibat dari proses erupsi gunung berapi. Erupsi adalah
fenomena keluarnya magma dari dalam bumi karena dorongan dari gas yang
bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan
tekanan dan panas cairan magma. Letusan gunung Merapi dinamakan “Letusan
Tipe Merapi” oleh para ahli gunungapi, karena kekhasan Merapi ketika meletus
yang dicirikan dengan adanya luncuran awan panas yang biasa disebut “Wedhus
Gembel” yang berarti bulu biri-biri. Secara tidak langsung unsur-unsur yang
Abu vulkanik adalah salah satu jenis tephra (ekstrusi vulkanik udara),
yang biasanya merusak (destruktif) pada awalnya tetapi dalam waktu tertentu
dapat berguna. Material vulkanik terdiri dari batuan yang berukuran besar hingga
berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar kawah dalam
radius 5-7 km, sedangkan yang berukuran halus sampai ratusan bahkan ribuan km
patikel pasir dan lumpur berkisar 0,001 mm hingga 2 mm, abu vulkanik tidak
larut dalam air, sangat kasar dan agak korosif (Johnston,1997 dalam Ali, 2011).
Sifat fisik abu merapi yang khas adalah apabila jatuh kepermukaan tanah
menyebabkan abu akan cepat mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas
atau dari bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan abu merapi memiliki kadar
air yang cukup tinggi. Pada lapisan bawah kandungan air cukup tinggi, namun
karena lapisan atasnya cukup keras menyebabkab air tidak dapat keluar melalui
penguapan. Salah satu cara untuk menanggulang hal ini adalah dengan
dilakukan dengan mencampur debu letusan dengan bahan organik. Bahan organik
yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara
yang terikat dalam struktur mineral dari debu letusan. Disamping itu bahan
organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan
dari mineral pembawa cadangan hara. Pelepasan unsur hara makro baik yang
struktur mineral mudah slapuk (easily weatherable minerals) adalah Si, Ca, Mg,
K, P dan S. Disamping itu juga terdapat unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi
bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah
banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air (Rianti, 2009).
Arang sekam padi berifat porous, sehingga drainase dan aerasi tanah
(Septiani, 2012).
pengaruh, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang mampu
mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang dimiliki
Metode Penelitian
Sumatera, Medan dengan ketinggian tempat ±25 meter di atas permukaan laut.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: umbi bibit bawang
merah varietas Bima, abu vulkanik, arang sekam, pupuk urea, TSP, dan KCL, air,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: cangkul, meteran,
timbangan, handsprayer, gembor, pacak sampel, alat tulis serta bahan pendukung
lainnya.
Metode Penelitian
Jarak tanam : 20 cm x 20 cm
Dimana:
Yijk :Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan abu vulkanik dan
µ : Nilai tengah
(αβ)jk : Interaksi antara abu vulkanik taraf ke-j dan arang sekam taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan abu vulkanik ke-j dan arang sekam ke-k
dengan menggunakan Uji Beda Rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan
Peubah Amatan
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun.
Panjang tanaman diukur mulai 2 MST hingga 7 MST, yang dilakukan dengan
Jumlah daun dihitung mulai 2 MST hingga 7 MST yang dilakukan dengan
interval 1 minggu sekali. Daun yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh
sempurna.
pada umur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu
sekali.
Laju penambahan bobot kering tanaman per satuan luas daun per satuan
waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 30 dan 40 hari setelah
pertumbuhan relatif selama satu periode waktu (Sitompul dan Guritno, 1995):
Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat
ditimbang.
Bobot kering umbi per rumpun ditimbang setelah dibersihkan dan dikering
Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi
Bobot kering jual umbi per plot ditimbang setelah seluruh umbi per plot
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan lahan, pengolahan tanah,
Persiapan Lahan
maupun sampah yang terdapat disekitar areal tersebut. Lahan penelitian dibagi
menjadi 3 blok, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120 cm x 120 cm,
Pengolahan Tanah
Abu vulkanik diambil langsung dari Desa Tiga Pancur Kecamatan Payung
Persiapan Bibit
Umbi yang digunakan adalah umbi bawang merah varietas bima yang
kotoran yang menempel. dilakukan pemotongan ¼ bagian dari ujung umbi dengan
cendawan pathogen.
Aplikasi
Penanaman
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung
Penyulaman
setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang
sehat.
Pemupukan
Pupuk yag digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk Urea, TSP, dan
KCL sesuai dengan dosis anjuran. Pupuk dasar dilakukan satu hari sebelum tanam
dengan dosis urea 100 kg/ha, SP-36 125 kg/ha dan KCl 125 kg/ha. Pemupukan
pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha yang dilakukan pada umur 21 hari setelah
Penyiangan
menggemburkan tanah. Gulma perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi
tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan
intensitas serangan.
Panen
Panen dilakukan saat tanaman berumur ±65 HST, kriteria panen tanaman
bawang yaitu 60-70% leher dari daun telah lemas dan daun telah menguning,
dimana umbi lapis kelihatan penuh berisi, dan sebagian umbi terlihat diatas
permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keunguan atau merah
Pengeringan
Hasil
Tabel 1. Rataan panjang tanaman 2˗ 7 MST (cm) p ada perlakuan abu vulkanik
dan arang sekam padi
Arang Sekam
MST Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - - - (cm) - - - - - - - - - - - - - - - -
V0 (Kontrol) 20.86 21.12 20.85 20.94
2 V1 (5 ton/ha) 20.58 20.88 21.70 21.05
V2 (10 ton/ha) 19.72 21.98 21.13 20.94
V3 (15 ton/ha) 22.07 21.39 20.52 21.33
Rataan 20.81 21.34 21.05
V0 (Kontrol) 27.78 26.77 26.30 26.95
3 V1 (5 ton/ha) 26.28 25.58 28.38 26.75
V2 (10 ton/ha) 25.34 27.98 26.98 26.76
V3 (15 ton/ha) 27.50 25.68 26.93 26.71
Rataan 26.73 26.50 27.15
V0 (Kontrol) 31.04 29.16 29.13 29.78
4 V1 (5 ton/ha) 27.83 27.86 31.78 29.16
V2 (10 ton/ha) 27.17 30.39 29.75 29.10
V3 (15 ton/ha) 30.43 26.68 29.41 28.84
Rataan 29.12 28.52 30.02
V0 (Kontrol) 32.89 30.36 31.30 31.52
5 V1 (5 ton/ha) 29.23 29.36 32.99 30.53
V2 (10 ton/ha) 29.11 32.03 31.90 31.01
V3 (15 ton/ha) 31.80 27.14 31.43 30.13
Rataan 30.76 29.72 31.91
V0 (Kontrol) 32.89 30.08 31.14 31.37
6 V1 (5 ton/ha) 28.62 28.89 31.85 29.79
V2 (10 ton/ha) 28.17 31.68 30.40 30.08
V3 (15 ton/ha) 31.56 26.47 30.68 29.57
Rataan 30.31 29.28 31.02
V0 (Kontrol) 30.17 27.75 29.80 29.24
7 V1 (5 ton/ha) 25.28 27.38 27.54 26.73
V2 (10 ton/ha) 25.75 27.33 27.86 26.98
V3 (15 ton/ha) 28.05 22.72 27.28 26.02
Rataan 27.31 26.29 28.12
vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman namun dari tabel 1
tanaman yang lebih pendek, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST.
Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, peningkatan dosis
Data rataan jumlah daun bawang 2 ˗ 7 MST dan sid ik ragamnya dap at
dilihat pada lampiran 21 ˗ 32. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa
perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya
Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis abu vulkanik
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun dari tabel 2 dapat dilihat
sedikit, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda
dengan pemberian arang sekam padi, semakin tinggi pemberian dosis arang
sekam padi menghasilkan jumlah daun lebih banyak, dapat dilihat dari tabel 2
Arang Sekam
MST Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - - - - (helai) - - - - - - - - - - - - - - - -
V0 (Kontrol) 14.17 16.50 13.33 14.67
2 V1 (5 ton/ha) 11.75 11.58 12.58 11.97
V2 (10 ton/ha) 13.08 14.08 13.25 13.47
V3 (15 ton/ha) 15.00 12.75 13.00 13.58
Rataan 13.50 13.73 13.04
V0 (Kontrol) 21.08 19.92 17.75 19.58
3 V1 (5 ton/ha) 18.00 16.50 19.58 18.03
V2 (10 ton/ha) 18.75 19.25 18.67 18.89
V3 (15 ton/ha) 21.42 16.17 18.00 18.53
Rataan 19.81 17.96 18.50
V0 (Kontrol) 25.42 24.67 22.58 24.22
4 V1 (5 ton/ha) 21.00 19.92 23.58 21.50
V2 (10 ton/ha) 23.00 24.33 24.33 23.89
V3 (15 ton/ha) 24.58 17.42 21.25 21.08
Rataan 23.50 21.58 22.94
V0 (Kontrol) 27.42 23.08 25.00 25.17
5 V1 (5 ton/ha) 21.33 21.75 24.67 22.58
V2 (10 ton/ha) 24.33 25.67 25.25 25.08
V3 (15 ton/ha) 25.33 16.50 24.33 22.06
Rataan 24.60 21.75 24.81
V0 (Kontrol) 22.58 18.67 20.25 20.50
6 V1 (5 ton/ha) 16.17 17.42 20.00 17.86
V2 (10 ton/ha) 19.08 20.00 19.75 19.61
V3 (15 ton/ha) 19.42 12.00 20.92 17.44
Rataan 19.31 17.02 20.23
V0 (Kontrol) 14.00 12.83 14.42 13.75
7 V1 (5 ton/ha) 9.75 12.50 15.08 12.44
V2 (10 ton/ha) 14.33 13.50 12.75 13.53
V3 (15 ton/ha) 12.75 8.58 14.17 11.83
Rataan 12.71 11.85 14.10
pada 3 MST. Hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 ˗ 44.
Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan
arang sekam padi berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh
nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST. Pada 3 MST perlakuan V3S1
dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
Kurva hubungan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap jumlah
Data hasil pengamatan laju asimilasi bersih dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 53 dan 54, yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan
arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju
asimilasi bersih.
Rataan laju asimilasi bersih tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik
lainnya.
Tabel 4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik
dan arang sekam padi
Arang Sekam
Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - ( g.cm2.hari-1) - - - - - - - - - - - - - - - - -
--
V0 (Kontrol) 0.73 0.72 0.72 0.72
V1 (5 ton/ha) 0.75 0.71 0.72 0.73
V2 (10 ton/ha) 0.71 0.72 0.72 0.72
V3 (15 ton/ha) 0.71 0.71 0.74 0.72
Rataan 0.73 0.72 0.72
abu vulkanik dan arang sekam padi, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap laju
Dari daftar sidik ragam dan tabel 6 dapat dilihat interaksi abu vulkanik dan
arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Laju
15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) yakni sebesar 1.07 (g.g-1hari-1) dan
terkecil diperoleh pada V3S1 (pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang
Dalam hal ini dengan pemberian dosis abu vulkanik yang sama dan arang
Kurva perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap laju
Data rataan bobot basah umbi per sampel dan sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 45 dan 46 yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang
Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan
arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel
namun dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah
Tabel 7. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik
dan arang sekam padi
Arang Sekam
Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g) - - - - - - - - - - - - - - - - - -
V0 (Kontrol) 5.70 4.96 5.09 5.25
V1 (5 ton/ha) 4.84 4.98 5.31 5.05
V2 (10 ton/ha) 4.93 5.48 5.58 5.33
V3 (15 ton/ha) 5.55 4.08 5.17 4.93
Rataan 5.25 4.88 5.29
perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya
Rataan bobot basah umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu
vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan V1S1
bahwa bobot kering umbi per sampel menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan
arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
Rataan bobot kering umbi per sampel tanaman bawang pada perlakuan abu
vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel dapat dilihat
perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis
lainnya.
Tabel 9. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik
dan arang sekam padi
Arang Sekam
Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g) - - - - - - - - - - - - - - - - -
V0 (Kontrol) 5.09 4.27 4.61 4.66
V1 (5 ton/ha) 4.24 4.39 4.78 4.47
V2 (10 ton/ha) 4.29 4.95 4.86 4.70
V3 (15 ton/ha) 5.06 3.59 4.51 4.39
Rataan 4.67 4.30 4.69
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot dan sidik
ragamnya pada lampiran 51 dan 52, menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan
Rataan bobot kering umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu
vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 10. Kombinasi V1S1
Tabel 10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan
arang sekam padi
Arang Sekam
Abu Vulkanik Rataan
S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2(20 ton/ha)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - (g) - - - - - - - - - - - - - - - - -
V0 (Kontrol) 19.53 15.69 17.67 17.63
V1 (5 ton/ha) 14.51 13.71 18.57 15.59
V2 (10 ton/ha) 16.19 17.74 17.61 17.18
V3 (15 ton/ha) 18.09 14.08 16.63 16.27
Rataan 17.08 15.31 17.62
Pembahasan
pengamatan parameter yaitu panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju
asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah
umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, dan
bobot kering umbi per plot. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian
Rostaman et al. (2010) pada tanaman jagung yang menyatakan bahwa tanah yang
dicampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang
berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Hal ini disebabkan
struktur tanah semakin keras sehingga akar tanaman tidak dapat mengambil atau
menyerap hara dan air. Kemungkinan hal ini juga berkaitan dengan jumlah daun
dan parameter lainnya, bahwa jumlah daun berpengaruh terhadap faktor dominan
berkaitan juga dengan laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju
pertumbuhan tanaman, dan berkaitan juga terhadap bobot basah serta bobot kering
umbi.
Pemberian arang sekam padi juga berpengaruh tidak nyata terhadap semua
peubah amatan yang diamati. Hasil yang diperoleh berbeda dengan penelitian
nyata terhadap volume umbi dan dosis arang sekam memberikan pengaruh terbaik
terhadap volume umbi yaitu penambahan arang sekam dengan dosis 20 ton/ha
pada bawang merah. Penelitian Mahdiannoor (2011) pada tanaman cabe besar
yang menyatakan bahwa arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, diameter batang, serta jumlah buah per tanaman dengan dosis terbaik 20
ton/ha. Hal ini diduga karena respons tanaman bawang merah kurang tanggap
Interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap
jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan V0S1 lebih tinggi dibandingkan
semula interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata tetapi tetap perlakuan V0S1
perubahan penurunan karena umbi terlalu rapat sehingga sinar matahari berkurang
(abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam 10 ton/ha) menghasilkan jumlah anakan
terbesar yakni dengan rata-rata 5.75 anakan dan terendah pada perlakuan V3S1
(abu vulkanik 15 ton/ha dan penambahan arang sekam 10 ton/ha) yakni 3.92
anakan. Dalam hal ini interaksi antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam
padi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang baik antara keduanya dalam
meningkatkan semua peubah amatan yang di atas, karena pada 3 MST merupakan
masa pertumbuhan dan berkembangnya umbi. Dari hasil dapat dilihat bahwa
respon tanaman tanpa abu vulkanik (V0) memiliki pertumbuhan yang lebih baik
dalam peningkatan jumlah anakan, maka dari itu arang sekam padi sangat
berkontribusi dalam hal penyediaan unsuh hara, zat makanan, serta ketersediaan
kalium yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan umbi. Hal ini di dukung oleh
Riadi (2010) yang menyatakan bahwa pemberian arang sekam padi dapat
memperbaiki sifat fisik tanah. Keadaan fisik tanah yang baik sangat
padi pada tanah dapat juga membantu dalam ketersediaan K dan meningkatkan
tersedia bagi tanaman. Hasil analisis dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014)
senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh
pembentukan umbi. Selanjutnya Samadi dan Cahyono (1996) dalam Yetty dan
Elita (2008) mengatakan bahwa peran kalium dalam tanaman yakni membantu
ke organ tempat penimbunan, dalam hal ini adalah umbi dan sekaligus
memperbaiki kualitas umbi tersebut. Pemberian kompos arang sekam padi pada
umbi memberikan unsur hara yang diperlukan dalam proses produksi tanaman.
yang nyata antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi. Perlakuan V3S2
(pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) memiliki
dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Dalam hal ini dengan pemberian abu
vulkanik dengan dosis yang sama yaitu V3 sebanyak 15 ton/ha namun dengan
pemebrian dosis arang sekam yang berbeda S1 dan S2 (10 ton/ha dan 20 ton/ha)
arang sekam padi berperan penting sebagai sumber hara bagi tanaman untuk
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, yang dapat diperoleh dari penambahan
unsur hara dari luar, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang
mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang
dimiliki oleh arang sekam padi dapat memberikan sumbangan N yang dibutuhkan
tanaman, dilihat dari hasil analisis Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014)
kandungan unsur hara N sebesar 0.25, kandungan ini dikategorikan cukup untuk
Karena arang sekam padi berifat porous, sehingga drainase dan aerasi tanah
organik merupakan salah satu komponen tanah yang penting bagi ekositem tanah,
dimana bahan organik merupakan sumber dan pengikat hara dansebagai substrat
Kesimpulan
2. Pemberian arang sekam padi berpegaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan
3. Interaksi pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata
terbaik pada perlakuan V0S1 pada jumlah anakan dan V3S2 pada laju
pertumbuhan tanaman.
Saran
Perlu penelitian lanjutan dengan peningkatan dosis arang sekam padi yang
lebih tinggi untuk melihat respons pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih
baik.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Potensi Hara Di Balik Bencana Letusan Gunung
Api. Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII.
BPS. 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah Tahun 2012.
Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XVI.
Hervani, D., Lili, S., Etti, S., dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang
Merah pada Beberapa Media dalam Pot di Kota Padang. Universitas
Andalas. Padang.
PPKS. 2014. Kompos Bio Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Riadi, Y. A. (2010). Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pupuk Organik Cair
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau. Artikel ilmiah
jurusan budidaya pertanian. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Rianti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz and Pav.). Skripsi. IPB. Bogor.
Rostaman., A. Kasno., dan Linca Anggria. 2010. Perbaikan Sifat Tanah dengan
Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols. Peneliti Badan Litbang
Pertanian di Balai Penelitian Tanah.Bogor.
Sumarni, N., dan Achmad, H. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bogor.
Yetti, H dan E. Elita. 2008. Penggunaan pupuk organik dan KCL tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.). J. Sagu.7(2):13-18.
50 cm 120 cm
120 cm
20 cm
X X X X X U
X X X X X
120 cm B
X X X X X
X X X X X S
X X X X X
Jarak tanam : 20 x 20 cm
Lampiran 7. Dosis Abu Vulkanik dan Arang Sekam Padi yang digunakan
Abu Vulkanik
Dosis : 5 t/ha = 5.000 kg/10.000 m2 = 0.5 kg/m2
10 t/ha = 10.000 kg/10.000 m2 = 1.0 kg/m2
15 t/ha = 15.000 kg/10.000 m2 = 1.5 kg/m2
Arang Sekam
Dosis : 10 t/ha = 10.000 kg/10.000 m2 = 1.0 kg/m2
20 t/ha = 20.000 kg/10.000 m2 = 2.0 kg/m2
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3
V0S0 0.7308 0.7609 0.7550 2.2467 0.7489
V0S1 0.7785 0.7183 0.7931 2.2899 0.7633
V0S2 0.7287 0.8270 0.7183 2.2741 0.7580
V1S0 0.7308 0.8093 0.7197 2.2598 0.7533
V1S1 0.7259 0.7183 0.7239 2.1682 0.7227
V1S2 0.7211 0.7218 0.8258 2.2687 0.7562
V2S0 0.7396 0.7155 0.7874 2.2425 0.7475
V2S1 0.7874 1.1045 0.7246 2.6165 0.8722
V2S2 0.7523 0.7211 0.7321 2.2056 0.7352
V3S0 0.7328 0.7113 0.7120 2.1562 0.7187
V3S1 0.7120 0.7127 0.7078 2.1326 0.7109
V3S2 0.7817 0.7662 0.7707 2.3185 0.7728
Total 8.9216 9.2872 8.9705 27.1792
Rataan 0.7435 0.7739 0.7475 0.7550
b. Lahan Penelitian