Anda di halaman 1dari 43

AQIDAH dan AKHLAK

‫األخـــالق‬ٚ ‫ذح‬١‫اٌؼمـــ‬
Fakultas Agama Islam
Univ. Muhammadiyah Jakarta

Dosen :
Endang Zakaria, S.Ag., MH.
‫اٌؼم‪١‬ذح اٌظذ‪١‬ذخ ٘‪ : ٟ‬أطً د‪ ٓ٠‬اإلعالَ‪ٚ ،‬أعبط اٌٍّخ‪ ،‬سأ‪٠‬ذ أْ‬
‫رى‪ِٛ ٟ٘ ْٛ‬ض‪ٛ‬ع اٌّذبضشح‪ِٚ ،‬ؼٍ‪ َٛ‬ثبألدٌخ اٌششػ‪١‬خ ِٓ‬
‫اٌىزبة ‪ٚ‬اٌغٕخ أْ األػّبي ‪ٚ‬األل‪ٛ‬اي ئّٔب رظخ ‪ٚ‬رمجً ئرا طذسد‬
‫ػٓ ػم‪١‬ذح طذ‪١‬ذخ‪ ،‬فاْ وبٔذ اٌؼم‪١‬ذح غ‪١‬ش طذ‪١‬ذخ ثطً ِب ‪٠‬زفشع‬
‫رؼبٌ‪:ٝ‬‬ ‫لبي‬ ‫وّب‬ ‫‪ٚ‬أل‪ٛ‬اي‪،‬‬ ‫أػّبي‬ ‫ِٓ‬ ‫ػٕ‪ٙ‬ب‬

‫بْ فَمَذ َدجِطَ َػ ٍَُُّٗ َ‪ َٛ ُ٘ٚ‬فِ‪ ٟ‬ا‪ِ ٢‬خ َش ِح ِِ َٓ‬ ‫َ‪َ٠ َِٓ ٚ‬ىفُش ثِ ِ‬
‫بإل‪ِ َّ ٠‬‬
‫ه َ‪ٚ‬ئٌَِ‪ ٝ‬اٌَّ ِز َ‬
‫‪ٓ٠‬‬ ‫‪[ ٓ٠‬اٌّبئذح‪ٚ ،]5:‬لبي رؼبٌ‪ٌََٚ :ٝ‬مَذ أُ ِ‬
‫‪ٚ‬د َ‪ ٟ‬ئٌَِ‪َ ١‬‬ ‫اٌ َخ ِ‬
‫بع ِش َ‬
‫‪ٓ٠‬‬‫بع ِش َ‬ ‫ط َّٓ َػ ٍَُّ َ‬
‫ه َ‪ٌَٚ‬زَ ُى‪ َٓ ِِ َّٓ َٔٛ‬اٌ َخ ِ‬ ‫ه ٌَئِٓ أَش َشو َ‬
‫ذ ٌَ‪َ١‬ذجَ َ‬ ‫ِِٓ لَجٍِ َ‬
‫اٌؼم‪١‬ذح اٌظذ‪١‬ذخ رزٍخض ف‪:ٟ‬‬
‫اإل‪ّ٠‬بْ ثبهلل‪ِٚ ،‬الئىزٗ‪ٚ ،‬وزجٗ‪ٚ ،‬سعٍٗ‪ٚ ،‬اٌ‪ َٛ١‬ا‪٢‬خش‪ٚ ،‬ثبٌمذس‬
‫خ‪١‬شٖ ‪ٚ‬ششٖ‪ ،‬ف‪ٙ‬زٖ األِ‪ٛ‬س اٌغزخ ٘‪ ٟ‬أط‪ٛ‬ي اٌؼم‪١‬ذح اٌظذ‪١‬ذخ‬
A. Pengertian Aqidah :
Secara Bahasa (Etimologi), kata "‘Aqidah"
diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), at-tawatstsuq (menjadikan kokoh, kuat),
asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat),
at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu
(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti
al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
A. Pengertian Aqidah :
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi),
yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,
yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak
terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan
kenyataannya; yang tidak menerima keraguan
atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai
pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak
dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena
orang itu mengikat hatinya di atas hal tersebut.
Menurut Imam Ghazali:
‫فبنخهك عجبسح عٍ ْيئخ فٗ انُفظ ساعخخ عُٓب رصذس األفعبل‬
.‫ثغٕٓنخ ٔ يغش يٍ غيش حبجخ انٗ فكش ٔ سإيخ‬

"Akhlaq adalah sifat yang meresap dalam jiwa


yang darinya keluar perbuatan perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran
dan pertimbangan."
Menurut Ibrahim Anis dalam
Al-Mu'jam al-wasith:
ٍ‫انخهك حبل نهُفظ ساعخخ رصذس عُٓب األفعبل يٍ خيش أٔ شش ي‬
.‫غيش حبجخ انٗ فكش ٔ سإيخ‬
"Akhlaq adalah sifat yang meresap dalam jiwa,
yang dengannya lahirlah bermacam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan."
Dapat disimpulkan bahwa akhlaq adalah
sifat yang tertanam meresap di dalam jiwa
sehingga dia akan muncul secara sepontan
tanpa pemikiran dan pertimbangan lebih
dahulu.
Contoh: Seseorang disebut dermawan jika
dia selalu sukarela memberi sumbangan (tidak
kadang kala, tidak terlebih dulu dimotivasi atau
stimulasi, tidak terpaksa).
Disamping akhlaq, dikenal istilah etika dan moral.
Ketiganya berbicara tentang nilai baik dan buruk
sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya
terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlaq
standarnya adalah Al-qur'an dan sunnah; bagi
etika standarnya adalah pertimbangan akal
pikiran; dan bagi moral standarnya adat
kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Ciri-ciri perbuatan akhlaq:
Perbuatan yang telah mendarah daging sehingga menjadi
identitas, yang dpt membedakan diri pemiliknya dari
orang lain.
Perbuatan akhlaq muncul dengan mudah dan spontan.
Perbuatan akhlaq timbul dari dalam diri, atas dasar
kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan,
atau bukan karena tekanan orang lain.
Perbuatan akhlaq dilakukan dengan sungguh-sungguh,
bukan rekayasa atau sandiwara.
Perbuatan akhlaq (yang luhur) dilakukan semata-mata
karena Allah.
Sumber Akhlak:
Yang dimaksud dengan sumber akhlaq adalah yang
menjadi ukuran baik dan buruk, atau mulia dan tercela.
Sebagai mana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq
adalah al-Qur'an dan Sunnah. Sifat jujur, sabar, pemaaf,
dermawan, dan sykur adalah akhlaq mulia. Dasarnya
karena Al-Qur'an dan sunnah menilai demikian.
Sebaliknya sifat dusta, pendendam, pemarah atau
pengeluh-kesah, kikir, dan tidak syukur adalah akhluq
tercela kerena dinilai demikian oleh Al-Qur'an dan
Sunnah.
Kedudukan Akidah yang Benar
Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama
dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana
ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:
َ ‫َؼ ًَّ َػ َّال‬١ٍَ‫ ٌِمَب َء َسثِّ ِٗ ف‬ُٛ‫َشج‬٠ ْ‫ب‬
ِٗ ِّ‫ُش ِشن ثِ ِؼجَب َد ِح َسث‬٠ ‫ال‬َٚ ‫طبٌِ ًذب‬ َ ‫فَ َّٓ َو‬
‫أَ َد ًذا‬
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan
dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan
tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya
dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Allah ta’ala juga berfirman :

َ ٍَُّ ‫ط َّٓ َػ‬


‫ه‬ َ َ‫َذج‬١ٌَ ‫ذ‬ َ ‫ه ٌَئِٓ أَش َشو‬ َ ‫ اٌَّ ِز‬ٌَِٝ‫ئ‬َٚ ‫ه‬
َ ٍِ‫ٓ ِِٓ لَج‬٠ ِ ُ‫ٌَمَذ أ‬َٚ
َ ١ٌَِ‫ ئ‬َٟ ‫د‬ٚ
ٓ٠
َ ‫بع ِش‬ ِ ‫َٔ َّٓ ِِ َٓ اٌ َخ‬ٛ‫ٌَزَ ُى‬َٚ
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada
orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu
berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan
kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang
yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Akhlaq Islam memelihara jati diri manusia sebagai
makhluq Allah yang “ahsanu taqwim’” (dalam bentuk
yang sebaik-baiknya) sehingga dia mampu menjalankan
fungsinya sebagai “khalifah” di muka bumi
A. Pengetian Akhlaq

Secara etimologis (menurut asal-usul


bahasa), “akhlaq” berasal dari kata bahasa
Arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak
atau plural dari kata khuluq yang berarti
“budi pekerti”, “perangai”, “tingkah laku”,
atau “tabiat”.
Sumber Akhlaq
Sumber akhlaq adalah apa yang menjadi ukuran
baik dan buruk, atau mulia dan tercela. Sebagai
mana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq
adalah al-Qur'an dan Sunnah. Sifat jujur, sabar,
pemaaf, dermawan, dan syukur adalah akhlaq
mulia. Dasarnya karena Al-Qur'an dan sunnah
menilai demikian. Sebaliknya sifat dusta,
pendendam, pemarah atau pengeluh-kesah, kikir,
dan tidak syukur adalah akhluq tercela kerena
dinilai demikian oleh Al-Qur'an dan Sunnah.
Ruang Lingkup Akhlaq
Secara garis besar ruang lingkup akhlaq
akhlaq dapat dikelompokkan menjadi enam,
yaitu:
1. Akhlaq Terhadap Allah SWT
2. Akhlaq Terhadap Rasulullah
3. Akhlaq Pribadi
4. Akhlaq dalam Keluarga
5. Akhlaq Bermasyarakat
6. Akhlaq Bernegara
Kedudukan Akhlaq dalam Islam
Akhlaq menempati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting dalam Islam, di antaranya:
1. Akhlaq menjadi salah satu misi utama
Rasulullah SAW. Sabda beliau :
)ٗ‫اًَب ثعثذ الرى يكبسو االخالق (سٔاِ انجيٓبل‬

“Sesungguhnya aku diutus untuk


menyempurnakan akhlaq yang mulia“ (HR.
Baihaqi)
2. Akhlaq yang baik memberatkan timbangan
kebaikan seseorang pada Hari Kiamat.
ٍ‫يب يٍ شئ اثمم فٗ ييضاٌ انعجذ انًئيٍ يٕو انميبيخ ي‬
)ٖ‫ (سٔاِ انزشييز‬...‫حغٍ انخهك‬
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam
timbangan (kebaikan) seorang hamba
mukmin pada Hari Kiamat daripada akhlaq
yang baik”. (HR. Tirmidzi)
3. Akhlaq merupakan ukurun kualitas iman
seseorang.
)ٖ‫أكًم انًئيُيٍ ايًبَب أحغُٓى خهمب (سٔاِ انزشييز‬
“Orang mukmin yang paling sempurna adalah
yang paling baik akhlaqnya”. (HR. Tirmidzi)
4. Akhlaq yang baik menjadi buah ibadah
kepada Allah.
‫ اٌ انصالح رُٓٗ عٍ انفحشبء ٔ انًُكش‬, ‫ٔ ألى انصالح‬
)45 :‫(انعُكجٕد‬
“…dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu
mencegah (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar."
(QS. Al-'Ankabut: 45)
ٔ ٕ‫نيظ انصيبو يٍ األكم ٔ انششة اًَبانصيبو يٍ انهغ‬
ٍ‫ فبٌ عبثك أحذ أٔ جٓم عهيك فمم اَآ صبئى (سٔاِ اث‬.‫انشفث‬
)‫حضيى‬
"Bukanlah puasa itu hanya menahan makan
dan minum, tapi puasa itu menahan
perkataan yang kotor . Jika seseorang
mencaci dan menjahilimu maka katakanlah:
Sesungguhnya aku sedang puasa. (HR. Ibnu
Khuzaimah)
AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT
A. BERTAQWA
Secara etimologis kata "taqwa" dalam bahasa Arab
bersal dari akar kata "waqa-yaqi-wiqayah" yang
berarti "menjaga." Secara terminologis kata
tersebut didefinisikan sebaga: "menjaga diri dari
siksaan Allah dengan mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang
bertaqwa dalam bahasa Arab disebut "muttaqi" .
Bentuk jamak/pluralnya "muttaqi" (orang-orang
yang taqwa)
Buah dari taqwa
1. Mendapatkan sikap "furqan", sekap tegas
membadakan antara yang haq dan yang
bathil (benar dan salah), halal dan haram
sehingga Allah menghapuskan kesalahan-
kesalahan, dan mengapuni dosa-dosa orang
yang benar-benar taqwa kepada-Nya.
‫يب أيٓب انزيٍ ءايُٕا اٌ رزمٕا هللا يجعم نكى فشلبَب ٔ يكفش‬
:‫عُكى عيئبركى ٔ يغفشنكى ٔهللا رٔ انفضم انعظيى (األَفبل‬
)29
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu "furqan" dan
menghapuskan segala kesalahanmu dan
mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar."
(QS. Al-Anfal: 29)
2. Mendapatkan berkah dari langit dan bumi
ٍ‫ٔ نٕ أٌ أْم انمشٖ ءايُٕا ٔ ارمٕا نفزحُب عهيٓى ثشكذ ي‬
.ٌٕ‫انغًبء ٔ األسض ٔ نكٍ كزثٕا فؤخزَٓى ثًب كبَٕ يكغج‬
)96 :‫(األعشاف‬
"Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya (QS. Al-A'raf: 96)
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
)2:‫ٔ يٍ يزك هللا يجعم نّ يخشجب (انطالق‬
"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah,
niscaya Dia akan membuatkan baginya jalan
keluar." (QS. At-Thalaq : 2)

4. Mendapatkan rizki tanpa diduga-duga


)3 :‫ٔ يشصلّ يٍ حيث ال يحزغت (انطالق‬
"…dan Dia akan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangka." (QS. At-Thalaq:
3)
5. Mendapatkan kemudahan dalam
urusannya
)4 :‫ٔ يٍ يزك هللا يجعم نّ يٍ أيشِ يغشا (انطالق‬
"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada
Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya." ( QS. At-
Thalaq: 4)
B. CINTA DAN RIDHO
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan
hati yang menyebabkan seseorang hatinya sangat suka
dan sayang kepada yang dicintainya.
Bagi seorang mukmin, cinta kepada Allah di atas segala
cintanya kepada yang lain. Jika dibuat tingkatan, maka
cinta kapada Allah dan Rasulnya berada di urutan atas
(al-Mahabbah al-ula), cinta kepada ayah, anak, sanak
saudara, istri, harta, kedudukan dan sebagainya berada
di urutan tengah (al-Mahabbah al-wustha)yang harus
berada di bawah cinta utama dan karena itu tidak boleh
melebihi cinta utama. Jika sampai terjadi demikian
maka cinta menengah akan turun ke tingkat rendah(al-
Mahabbah al-adna).
‫‪Allah berfirman dalam Surat At-Taubah ayat‬‬
‫‪24:‬‬
‫بْ آثَب ُؤ ُوُ َ‪ٚ‬أَثَٕب ُؤ ُوُ َ‪ٚ‬ئِخ َ‪ٛ‬أُ ُىُ َ‪ٚ‬أَص َ‪ٚ‬ا ُج ُىُ َ‪َ ٚ‬ػ ِش‪َ ١‬شرُ ُىُ‬ ‫لًُ ئِْ َو َ‬
‫َ‪ٚ‬أَِ َ‪ٛ‬ا ٌي الزَ َشفزُ ُّ‪َ٘ٛ‬ب َ‪ٚ‬رِ َجب َسحٌ رَخ َش‪َ َْ ٛ‬و َغب َدَ٘ب َ‪َ َِ ٚ‬غب ِو ُٓ‬
‫َّللاِ َ‪َ ٚ‬سعُ‪ِ َٚ ِٗ ٌِٛ‬ج‪َٙ‬ب ٍد فِ‪َ ٟ‬عجِ‪ِٗ ٍِ١‬‬ ‫ض‪ََٙٔٛ‬ب أَ َدتَّ ئٌَِ‪ُ ١‬ىُ ِِّ َٓ َّ‬‫رَش َ‬
‫‪ٓ١‬‬
‫بعمِ َ‬ ‫َّللاُ َال ‪ِ َٙ٠‬ذ‪ ٞ‬اٌمَ‪ ََ ٛ‬اٌفَ ِ‬ ‫َّللاُ ثِأَِ ِش ِٖ ۗ َ‪َّ ٚ‬‬
‫فَزَ َشثَّظُ‪ٛ‬ا َدزَّ ٰ‪َ٠ ٝ‬أرِ َ‪َّ ٟ‬‬
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, sanak-saudara,
harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang fasik." (Q.S. At-Taubah/9: 24)
C. IKHLAS
Secara etimologis, kata ikhlas berasal dari bahasa
Arab akhlasha-ikhlash yang berarti membersihkan,
menjernihkan, atau memurnikan.
Secara terminologi, ikhlas adalah beramal semata-
mata mengharapkan ridha Allah SWT.
‫ػًّ‪ٚ ،‬غب‪٠‬خُ وً ُِ ِش‪٠‬ذ‪،‬‬
‫ٍ‬ ‫ئْ اإلخالص هللِ رؼبٌ‪ ٛ٘ ٝ‬أعبط وً‬
‫فؼّ ًٌ ثال ئخالص ال أج َش ٌٗ‪ٚ ،‬طالحٌ ثال ئخالص ال ث‪ٛ‬اة‬
‫ٌ‪ٙ‬ب‪ٚ ،‬طذلخٌ ثال ئخالص ال ل‪ّ١‬خ ٌ‪ٙ‬ب‪.‬‬

‫طٍ‪ٛ‬ا‬
‫ِب ‪ٚ‬طً أطذبةُ إٌج‪ ٟ‬طٍ‪َّ ٝ‬للا ػٍ‪ٚ ٗ١‬عٍُ ئٌ‪ِ ٝ‬ب ‪َ ٚ‬‬
‫ئٌ‪ ٗ١‬ئال ثاخالط‪ٚ ُٙ‬طذل‪ُٙ‬‬
‫اإلخالص ٘‪ ٛ‬جٕخ اٌّخٍظ‪ٚ ،ٓ١‬س‪ٚ‬ح اٌّزم‪ٚ ،ٓ١‬عش ث‪ٓ١‬‬
‫اٌؼجذ ‪ٚ‬سثٗ‪ ٛ٘ٚ ،‬لبطغ اٌ‪ٛ‬عب‪ٚ‬ط ‪ٚ‬اٌش‪٠‬بء‪ ٛ٘ٚ ،‬أْ رمظذ‬
‫ثؼٍّه َّللا فال رز‪ٛ‬جٗ ٌغ‪ٛ‬اٖ‪ٚ ،‬ال ‪ٕ٠‬ؼمذ ف‪ ٟ‬لٍجه طٍت غ‪١‬شٖ‬
‫‪ٚ‬ال رٍزّظ ثٕب ًء ‪ٚ‬ال ِذ ًدب ِٓ إٌبط‪ٚ ،‬ال رٕزظش اٌجضاء ئال‬
‫ِٕٗ عجذبٔٗ‪.‬‬
Unsur-unsur Ikhlas
a. Niat yang Ikhlas (ikhlashun- niyah). Semua
perbuatan yang dilakukan seorang muslim
haruslah dilandasi niat yang ikhlas, semata-
mata mengharap ridha Allah SWT.
ِ‫(سٔا‬.....َٖٕ ‫اًَب األعًبل ثبانُيبد ٔ اًَب نكم ايشئ يب‬
)‫انجخبسٖ ٔ يغهى‬
"Sesunggguhnya setiap amal perbuatan tergantung
kepada apa yang diniatkan….."
(HR. Bukhari dan Muslim)
‫اًَب األعًبل ثبانُيبد ٔ اًَب نكم ايشئ يب َٕٖ‬
‫فّٓ وبٔذ ٘جشرٗ ئٌ‪َّ ٝ‬للا ‪ٚ‬سع‪ ٌٗٛ‬ف‪ٙ‬جشرٗ ئٌ‪َّ ٝ‬للا ‪ٚ‬سع‪،ٌٗٛ‬‬
‫‪ ِٓٚ‬وبٔذ ٘جشرٗ ٌذٔ‪١‬ب ‪٠‬ظ‪١‬ج‪ٙ‬ب أ‪ ٚ‬اِشأ ٍح ‪ٕ٠‬ىذ‪ٙ‬ب ف‪ٙ‬جشرٗ ئٌ‪ٝ‬‬
‫ِب ٘بجش ئٌ‪ٗ١‬‬
‫(سٔاِ انجخبسٖ ٔ يغهى)‬
b. Beramal dengan sebaik-baiknya (itqanul-
'amal). Seorang muslim yang telah niat
dengan ikhlas untuk melakukan suatu
perbuatan, harus membuktikannya dengan
melakukan sebaik-baiknya. Bukan
mengerjakan sesuatu seenaknya, asal-asalan,
tanpa memerhatikan kualitas kerja
bertentangan dengan dasar keikhlasan.
Beramal dengan sebaik-baiknya (itqanul-'amal).
Seorang muslim yang telah niat dengan ikhlas
untuk melakukan suatu perbuatan, harus
membuktikannya dengan melakukan sebaik-
baiknya. Mengerjakan sesuatu seenaknya, asal-
asalan, tanpa memerhatikan kualitas kerja
bertentangan dengan dasar keikhlasan.

)ٗ‫ (سٔاِ انجيٓبل‬.ُّ‫اٌ هللا ثعبنٗ يحت ارا عًم أحذكى عًال أٌ يزم‬
"Sesungguhnya Allah SWT menyukai, apabila seseorang
beramal, dia melakukannya dengan sebaik-baiknya."
(HR. Baihaqi)
c. Memanfaatkan hasil usaha dengan tepat
(jaudatul-ada'). Hasil yang diperoleh seorang
muslim haruslah dimanfaatkan untuk
kepentingan yang diridhai Allah SWT

ٍ‫لم اٌ صالرٗ ٔ َغكٗ ٔ يحيبٖ ٔ يًبرٗ هلل سة انعبنًي‬


)162 :‫(األَعبو‬
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)
...‫ٔ يب أيشٔا اال نيعجذٔا هللا يخهصيٍ نّ انذيٍ حُفبء‬
)5 :‫(انجيُخ‬
"Dan mereka hanyalah diperintahkan untuk
beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam
menjalankan agama dengan lurus… (QS. Al-
Bayyinah/98: 5)
Bersyukur ketika mendapat nikmat, dan
bersabar ketika menghadapi cobaan
merupakan buah keikhlasan. Seorang yang
ikhlas tidak akan sombong ketika berhasil,
dan tidak putus asa ketika gagal.
Lawan dari iklash adalah riya, melakukan sesuatu
bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau
lainnya. Kata riya berasal dari araa-yurii yang berarti
"memperlihatkan." Riya adalah perbuatan
memperlihatkan kebaikan yang dilakukan untuk
mengcari pujian orang lain, tidak mencari ridha Allah.

‫اٌ انًُبفميٍ يخبدعٌٕ هللا ٔ ْٕ خبدعٓى ٔ ارا لبيٕا انٗ انصهٕح لبيٕا‬
)142 :‫كغبنٗ يشاءٌٔ انُبط ٔ ال يزكٌٕ هللا اال لهيال (انُغبء‬

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan


Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa/4: 142)
ٌَُٗ‫ك َِب‬ ُ ِ‫ُٕف‬٠ ٞ‫ َوبٌَّ ِز‬ٰٜ ‫األَ َر‬َٚ ِّٓ َّ ٌ‫ط َذلَبرِ ُىُ ثِب‬
َ ‫ا‬ٍُٛ‫ا َال رُج ِط‬َُِٕٛ ‫ٓ آ‬٠ َ ‫َب اٌَّ ِز‬ُّٙ٠َ‫َب أ‬٠
ِٗ ١ٍَ‫اْ َػ‬ٍ َٛ ‫طف‬ َّ ِ‫ُإ ِِ ُٓ ث‬٠ ‫ َال‬َٚ ‫بط‬
َ ًِ َ‫ ِخ ِش ۖ فَ َّثٍَُُٗ َو َّث‬٢‫ َِ ا‬َٛ١ٌ‫ا‬َٚ ِ‫بهلل‬ ِ ٌَّٕ‫ِسئَب َء ا‬
ۗ ‫ا‬ُٛ‫ ٍء ِِّ َّّب َو َغج‬ٟ‫ َش‬ٰٝ ٍَ‫ْ َػ‬ُٚ َ ‫َم ِذس‬٠ ‫طٍ ًذا ۖ َّال‬ َ ُٗ‫اثِ ًٌ فَزَ َش َو‬َٚ َُٗ‫طبث‬َ َ ‫رُ َشاةٌ فَأ‬
)264( ٓ٠ َ ‫ ََ اٌ َىبفِ ِش‬َٛ‫ اٌم‬ٞ‫ ِذ‬َٙ٠ ‫َّللاُ َال‬َّ َٚ
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan penerimanya) seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian hujan itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu
apapun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak memberi
petunjuk orang-orang kafir ." (QS. Al-Baqarah/2: 264)

Anda mungkin juga menyukai