Anda di halaman 1dari 11

S104 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

PROFIL KERAGAMAN VEGETASI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA TAMUKU


KABUPATEN LUWU UTARA
PROFILE OF DIVERSITY OF MANGROVE ECOSYSTEM VEGETATION IN TAMUKU
VILLAGE, NORTH LUWU REGENCY
Suhendra Purnawan¹), Subariyanto²), Ernawati SK³)
1) Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM
2) dan 3) Dosen PTP FT UNM
hendra.azura@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil keragaman vegetasi ekosistem mangrove di Desa
Tamuku, Kecamatan Bone-Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode survei. Teknik pengumpulan datanya
menggunakan teknik Survei Transek Garis Kuadran. Teknik analisis data menggunakan alur pikir
yang terbagi dalam tiga tahapan yaitu mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan
melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu satu dengan yang lainnya berkaitan. Hasil
penelitian ini yaitu profil vegetasi mangrove di Desa Tamuku yaitu masih ditemukan 16 ragam
vegetasi mangrove sejati dan 7 ragam vegetasi mangrove ikutan di kawasan pesisir Desa
Tamuku Kecamatan Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Kondisi vegetasi
mangrove di Desa Tamuku saat ini sangat memprihatinkan akibat ulah manusia yang
menimbulkan kerusakan seperti adanya proyek normalisasi aliran, pembukaan lahan tambak
baru, pembuangan sampah, polusi air akibat zat kimia, dan eksploitasi hutan mangrove untuk
kebutuhan hidup. Dampaknya, terjadi kerusakan ekosistem maupun berkurangnya luas lahan
vegetasi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mangrove.
Kata kunci: profil, vegetasi, ekosistem, mangrove
ABSTRACT
This study aims to describe the profile of vegetation diversity in the mangrove ecosystem in
Tamuku Village, Bone-Bone-Bone District, North Luwu Regency. This research is a qualitative
research using survey methods. The data collection technique uses the Quadrant Line Transect
Survey technique. The data analysis technique uses the thinking flow which is divided into three
stages, namely describing phenomena, classifying them, and seeing how the concepts that
emerge are related to each other. The results of this study are the profile of mangrove vegetation
in Tamuku Village, which is still found 16 varieties of true mangrove vegetation and 7 varieties of
mangrove vegetation joined in the coastal area of Tamuku Village, Bone-Bone District, North
Luwu Regency, South Sulawesi. The condition of mangrove vegetation in Tamuku Village is
currently very worrying due to human activities that cause damage such as the project of
normalization of flow, opening of new farms, disposal of garbage, water pollution due to
chemicals, and exploitation of mangrove forests for living needs. The impact is ecosystem
damage and reduced vegetation area as a place to grow and develop mangroves.
Keywords: profile, vegetation, ecosystem, mangrove

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114 S105

PENDAHULUAN dijumpai proses interaksi antara makhluk


hidup dengan lingkungannya, antara lain
Ekosistem mangrove merupakan
dapat berupa adanya aliran energi, rantai
salah satu ekosistem pesisir yang sering
makanan, siklus biogeokimiawi,
mendapat tekanan oleh berbagai aktivitas
perkembangan, dan pengendalian.
manusia. Menurut Jayadi F, et al. (2018)
Noor, et al. (2006) membagi jenis
hutan mangrove memiliki peran yang
mangrove menjadi dua yaitu mangrove
penting terhadap lingkungan dikarenakan
sejati dan mangrove ikutan. Mangrove sejati
hutan mangrove memiliki peranan atau
fungsi yang penting, baik fungsi fisik, fungsi (true mangrove) adalah kelompok jenis
tumbuhan mangrove yang membentuk
biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi kimia.
tegakan murni (mayor) atau mendominasi
Faktor yang menyebabkan
berkurangnya mangrove, selain dikonversi dalam komunitas mangrove, memiliki akar
napas dan viviparous. Mangrove ikutan
menjadi tambak, adalah konversi kawasan
yaitu kelompok jenis tumbuhan mangrove
mangrove menjadi lahan pertanian dan
yang tidak/jarang membentuk tegakan
penebangan kayu secara komersial serta
murni, serta tidak mendominasi struktur dan
eksploitasi secara berlebihan oleh
komunitas.
masyarakat setempat. Hal tersebut tidak lain
Kerusakan ekosistem hutan bakau
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk
berdampak besar baik, ekologi, ekonomi,
yang sangat pesat disertai dengan
maupun sosial. Ghufran (2012)
meningkatknya kebutuhan untuk
mengemukakan beberapa faktor penyebab
mendayagunakan sumber daya mangrove
oleh masyarakat di sekitarnya. Selain itu, kerusakan ekosistem mangrove di
kerusakan hutan mangrove juga disebabkan Indonesia: (a) Konversi untuk pemukiman ,
oleh adanya polusi panas dan polusi kimia (b) Konversi untuk tambak, (c) Pengambilan
yang menghasilkan logam berat, pestisida, kayu, dan (d) Pencemaran.
dan petroleum yang dapat menyebabkan Kerusakan dan pengurangan
kerusakan pada habitat mangrove, sampah sumberdaya mangrove yang terus
dari aliran sungai yang masuk ke dalam berlangsung tidak hanya mengurangi
lingkungan mangrove, dan pencemaran produksi perikanan dan keanekaragaman
limbah di kawasan hutan mangrove. hayati, tetapi juga merusak stabilitas
Dengan kata lain ekosistem ekosistem pesisir laut di sekitarnya (Daru, et
merupakan suatu satuan fungsional dasar al. 2013 dalam Mappanganro F, et al.,
yang menyangkut proses interaksi 2018).
organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kabupaten di Provinsi
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa Sulawesi Selatan yang kondisi ekosistem
lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun mangrove-nya memprihatinkan adalah
abiotik (non makhluk hidup). Wilayah pesisir Kabupaten Luwu utara. Kabupaten ini
merupakan zona penting karena pada memiliki panjang garis pantai 53 Km2. Data
dasarnya tersusun dari berbagai macam Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
ekosistem yang satu sama lain saling terkait Luwu Utara 2017 menyebutkan bahwa dari
(Alfira R, et al., 2018). Sebagai suatu panjang garis pantai Kabupaten Luwu
Utara, 24% ekosistem mangrove-nya dalam
sistem, di dalam suatu ekosistem selalu

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S106 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

kondisi rusak. Kerusakan tersebut tersebar TUJUAN PENELITIAN


di beberapa titik. Salah satu titik terparah
Penelitian ini bertujuan untuk
adalah kawasan garis pantai Desa Tamuku,
mendeskripsikan profil vegetasi ekosistem
Kecamatan Bone-Bone, kabupaten Luwu
mangrove di Desa Tamuku, Kecamatan
Utara (Dinas Kelautan dan Perikanan Luwu Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara.
Utara, 2017).
Sebagai bentuk tindak lanjut dari METODE PENELITIAN
permasalahan di atas, berbagai upaya
Penelitian ini adalah penelitian
kemudian dilakukan untuk mengembalikan
kualitatif yaitu penelitian yang berpola
mangrove sebagai hutan produksi bagi
investigasi dimana data-data dan
penduduk setempat. Pemerintah Dearah
pernyataan diperoleh dari hasil interaksi
Kabupaten Luwu Utara bekerjasama
langsung antara peneliti, objek yang diteliti,
dengan berbagai LSM, serta penduduk
dan orang-orang atau responden yang ada
setempat melaksanakan berbagai program
di tempat penelitian (Creswell, 2015).
dan kegiatan penanaman mangrove mulai
Metode penelitian kualitatif yang digunakan
dari tahun 2012 sampai sekarang seperti
adalah metode survei yaitu metode
Program Seribu Batang Mangrove (PSBM,
penelitian yang menghendaki peneliti untuk
2012 sampai sekarang) dan Program
melakukan pengamatan atau observasi
Restorasi Hutan Mangrove Berkelanjutan
secara langsung terhadap objek yang diteliti
(PRHMB, 2016 sampai sekarang). Namun,
(Sugiyono, 2010). Dalam hal ini, peneliti
sayangnya sebagian besar usaha-usaha
akan melakukan survei atau pengamatan
penghutanan kembali tersebut belum
langsung terhadap objek yang diteliti yaitu
sepenuhnya berhasil. Sebab, dari lima
ekosistem mangrove yang ada di pesisir
vegetasi yang dinyatakan punah, hanya tiga
Tanjung Gereng, Teluk Bone, Desa
vegetasi yang berhasil ditanam kembali dan
Tamuku, Kabupaten Luwu Utara terkait
dikembangbiakkan yaitu Baru-Baru
kondisi fisik dan nonfisik ekosistem
(Osbornia Octodanta), Berus Mata Buaya
mangrove tersebut.
(Bruguiera Hainessii), dan purtut atau
Fokus dalam penelitian ini survei
tenggel (Bruguiera gymnorrhiza).
terhadap vegetasi ekosistem mangrove
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
yang terdapat di pesisir Tanjung Gereng,
tertarik untuk melakukan penelitian secara
Teluk Bone, Desa Tamuku, Kabupaten
mendalam mengenai profil vegetasi
Luwu Utara. Survei dilakukan untuk
ekosistem mangrove yang ada di Tanjung
mengetahui ragam vegetasi yang terdapat
Gereng, Teluk Bone, Desa Tamuku,
pada ekosistem mangrove tersebut dan
Kecamatan Bone-Bone, Kabupaten Luwu
persebarannya. Data tersebut dijadikan
Utara. Oleh karena itu, dirumuskan judul
sebagai acuan profil vegetasi.
sebagai berikut “Profil Vegetasi Ekosistem
Data dalam penelitian ini dibedakan
Mangrove di Desa Tamuku, Kecamatan
menjadi dua yaitu data primer dan data
Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara”.
sekunder. Berdasarkan jenis datanya, maka
sumber data juga dibedakan menjadi dua
yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer adalah

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114 S107

sumber data utama yang diperoleh bahwa dalam penelitian kualitatif, langkah-
langsung oleh peneliti dari objek yang diteliti langkah analisis yang ditempuh meliputi tiga
yaitu vegetasi ekosistem mangrove yang tahapan yaitu
ada di Desa Tamuku. Sedangkan, sumber mendeskripsikan`fenomena,mengklasifikasi
data sekunder atau sumber data pendukung kannya, dan melihat bagaimana konsep-
diperoleh dari studi dokumentasi. konsep yang muncul itu satu dengan yang
Teknik pengumpulan data dalam lainnya berkaitan.
penelitian ini menggunakan teknik survei
transek garis kuadran. Teknik transek garis HASIL PENELITIAN
kuadran digunakan untuk mengetahui 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Desa
keanekaragaman, kepadatan, dan obyek Tamuku
penting lain yang berhubungan dengan Vegetasi mangrove di Desa
kondisi hutan mangrove pada suatu tempat Tamuku terletak di kawasan pesisir Tanjung
dan waktu tertentu. Metode ini diadopsi dari Gereng, Teluk Bone, Kecamatan Bone-
Knight dan Tighe (Ghufran, 2012). Bone, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi
Identifikasi jenis pohon yang terdapat pada Selatan. Berdasarkan hasil survei yang
hutan mangrove tersebut dilakukan dengan telah dilakukan, ditemukan beberapa
menggunakan buku Panduan Pengenalan vegetasi mangrove yang masih tumbuh di
Mangrove Indonesia (Noor, 2006). kawasan tersebut. Vegetasi mangrove yang
Cara yang ditempuh oleh peneliti ditemukan ada dua yaitu vegetasi mangrove
untuk mendapatkan data yang akurat sejati dan mangrove ikutan. Adapun
melalui teknik survei ini yaitu peneliti vegetasi mangrove tersebut disajikan dalam
menelusuri secara langsung garis tabel berikut;
pertumbuhan vegetasi mangrove sepanjang Tabel 1. Vegetasi Mangrove Sejati Desa
aliran sungai yang ditetapkan sebagai titik Tamuku
pengambilan data. Jadi, peneliti terjun Stasiun Temuan Vegetasi
langsung ke lokasi survei dan mengamati Nama Nama Nama
satu per satu ragam vegetasi yang ada Umum Lokal Latin
kemudian diidentifikasi ragamnya, melihat Stasiun Krakas, Paku Tasi’ Acrostich
kerapatannya, serta, menganlisis kondisi 1 Paku um
Laut aureum
kesehatannya. Dari data yang diperoleh,
Piai Lasa Tungke Acrostich
peneliti melakukan analisis guna um
mengetahui ragam vegetasi yang dominan speciosu
pada setiap stasiun. Selanjutnya, selain m willd.
mengikuti gari aliran sungai, peneliti juga Nipah Nipah Nypa
transek ke dalam sejauh 10 meter untuk fruticans
memperoleh gambaran vegetasi ekosistem Berus- Bimpellang Kandelia
mangrove di Desa Tamuku. Berus candel
Jeruji Buli Acanthus
Teknik analisis data dalam
Putih ebracteat
penelitian ini menggunakan teknik us
perbandingan tetap yang dikemukakan oleh Teruntun, Butti Aegicera
Ian Dey (1993) dalam Moleong, (2010) Gigi s

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S108 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

Stasiun Temuan Vegetasi Stasiun Temuan Vegetasi


Nama Nama Nama Nama Nama Nama
Umum Lokal Latin Umum Lokal Latin
Gajah cornicula Burus, Tanjang Bruguier
tum Tanjang a
Jumlah 6 ragam vegetasi cylindrica
Stasiun Jeruji Buli Acanthus l
2 Putih ebracteat Bakao Aju Tasi’ Rhizopho
us ra
Api-api Betta Avicenni mucronat
Putih Puteh a alba Bl. a
Api-api Betta Avicenni Pedada Biua’ Sonnerat
Daun Lebba a ia alba
Lebar officinalis Niri/Buli Passape’ Xylocarp
Tengal Benrang Ceriops us
decandra granatum
Nipah Nipah Nypa Jumlah 7 ragam vegetasi
fruticans Sumber: Data primer setelah diolah, 2018
Teruntun, Butti Aegicera
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat
Gigi s
Gajah cornicula dijelaskan bahwa temuan vegetasi
tum mangrove pada stasiun pertama (Tana
Jumlah 6 ragam vegetasi Takko Mate’) terdiri atas 6 ragam yaitu
Stasiun Jeruji Buli Acanthus Krakas, Paku Laut (Acrostichum Aureum),
3 Putih ebracteat Piai Lasa (Acrostichum Speciosum Willd.),
us Nipah (Nypa fruticans), Berus-Berus
Mange- Bappala’ Aegicera
(Kandelia candel), Jeruji Putih (Acanthus
Kasihan s
floridum Ebracteatus), Teruntun, Gigi Gajah
Api-api, Betta Avicenni (Aegiceras corniculatum). Pada stasiun
Sia-Sia a lanata kedua (Nene’ Biung), ditemukan 6 ragam
Api-api Betta Avicenni vegetasi mangrove yaitu Jeruji Putih
Daun Lebba a (Acanthus Ebracteatus), Api-api Putih
Lebar officinalis (Avicennia alba Bl.), Api-api Daun Lebar
Burus, Tanjang Bruguier (Avicennia officinalis), Tengal (Ceriops
Tanjang a
decandra), Nipah (Nypa fruticans),
cylindrica
l Teruntun, Gigi Gajah (Aegiceras
Nipah Nipah Nypa corniculatum). Pada stasiun ketiga
fruticans (Salo’Bak) ditemukan 6 ragam vegetasi
Jumlah 6 ragam vegetasi mangrove yaitu Jeruji Putih (Acanthus
Stasiun Api-api Betta Avicenni Ebracteatus), Mange-Kasihan (Aegiceras
4 Putih Puteh a alba Bl. floridum), Api-Api, Sia-Sia (Avicennia
Api-api, Betta Avicenni
lanata), Api-api Daun Lebar (Avicennia
Sia-Sia a lanata
officinalis), Burus, Tanjang Bruguiera
Api-api Betta Avicenni
Abang Lotong a marina cylindrical, Nipah (Nypa fruticans). Pada
stasiun keempat (Tanjung Gereng),

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114 S109

ditemukan tujuh ragam vegetasi yaitu Api- Tabel 2. Vegetasi Mangrove Ikutan Desa
api Putih (Avicennia alba Bl.), Api-api, Sia- Tamuku
Sia (Avicennia lanata), Api-api Abang Stasiun Temuan Vegetasi
(Avicennia marina), Burus, Tanjang Nama Nama Nama Latin
Bruguiera cylindrical, Bakao (Rhizophora Umum Lokal
mucronata), Pedada (Sonneratia alba). Stasiun Camplu Bakka’ Calophyllum
1 ng inophyllum
Berdasarkan data temuan di atas,
Jumlah 1 ragam vegetasi
dapat diketahui bahwa ragam vegetasi
Stasiun Camplu Bakka’ Calophyllum
mangrove yang didapatkan pada empat 2 ng inophyllum
stasiun tersebut sebanyak 16 ragam seperti Kayu Kabuku Clerodendru
pada gambar berikut; Krakas, Paku Laut Tulang m inerme
(Acrostichum Aureum), Piai Lasa Jumlah 2 ragam vegetasi
(Acrostichum Speciosum Willd.), Nipah Stasiun Bintan Bintan Cerbera
(Nypa fruticans), Berus-Berus (Kandelia 3 manghas
Kayu Kabuku Clerodendru
candel), Jeruji Putih (Acanthus
Tulang m inerme
Ebracteatus), Teruntun, Gigi Gajah Gelang/ Aju Sesuvium
(Aegiceras corniculatum), Api-Api Putih Seruni Mawan portulacastru
(Avicennia Alba Bl.), Api-Api Daun Lebar Air g m
(Avicennia officinalis), Tengal (Ceriops Jumlah 3 ragam vegetasi
decandra), Mange-Kasihan (Aegiceras Stasiun Waru Waru Thespesia
floridum), Api-Api, Sia-Sia (Avicennia 4 Laut populnea
lanata), Burus, Tanjang (Bruguiera Batata Pettun Ipomoea
Pantai g Tasi’ pes-caprae
cylindrical), Api-api Abang (Avicennia
Pandan Panam Pandanus
marina), Bakao (Rhizophora mucronata), bau tectorius
Pedada (Sonneratia alba), dan Niri/Buli Jumlah 3 ragam vegetasi
(Xylocarpus granatum). Sumber : Data hasisl survey
Selanjutnya, selain vegetasi Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat
mangrove sejati di atas, peneliti juga dijelaskan bahwa ditemukan pula ragam
menemukan beberapa ragam vegetasi vegetasi ikutan pada ekosistem mangrove di
mangrove ikutan seperti yang ditampilkan Desa Tamuku yaitu pada stasiun pertama,
pada tabel berikut. ditemukan satu ragam vegetasi ikutan yaitu
Camplung (Calophyllum inophyllum). Pada
stasiun kedua, ditemukan dua ragam
vegetasi ikutan yaitu Camplung
(Calophyllum inophyllum) dan Kayu Tulang
(Clerodendrum inerme). Pada stasiun ketiga
ditemukan tiga ragam vegetasi yaitu Bintan
(Cerbera manghas), Kayu Tulang
(Clerodendrum inerme), Gelang/Seruni Air
(Sesuvium portulacastrum). Pada stasiun
keempat, ditemukan tiga ragam vegetasi
yaitu, Batata Pantai (Ipomoea pes-caprae),

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S110 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

Pandan (Pandanus tectorius), Waru Laut Selain proyek normalisasi tersebut,


(Thespesia populnea). kerusakan habitat mangrove di Desa
Berdasarkan temuan di atas, dapat Tamuku juga diperparah oleh upaya
disimpulkan bahwa ragam vegetasi pembukaan lahan untuk tambak (empang)
mangrove ikutan dari keseluruhan stasiun oleh masyarakat. Data Dinas Kelautan dan
yaitu dapat ditambilkan beserta gambarnya Perikanan (2017) Kabupaten Luwu Utara
sebagai berikut; Camplung (Calophyllum menyebutkan bahwa ada sekitar 5-20 Ha
inophyllum), Kayu Tulang (Clerodendrum lahan baru setiap tahunnya yang dibuka
inerme), Bintan (Cerbera manghas), untuk kepentingan tambak. Pembukaan
Gelang/Seruni Air (Sesuvium lahan baru tersebut juga berdampak pada
portulacastrum), Waru Laut (Thespesia rusak dan berkurangnya habitat mangrove
populnea), Batata Pantai (Ipomoea pes- di Desa Tamuku. Melalui pembukaan lahan
caprae), Pandan (Pandanus tectorius). tambak ini, ratusan bahkan ribuan batang
2. Kondisi Habitat Vegetasi Mangrove mangrove harus mati. Tidak hanya itu, luas
Desa Tamuku lahan untuk ekosistem mangrove itu sendiri
Hasil survei menunjukkan bahwa berkurang secara drastis setiap tahunnya
yaitu 5-20 Ha. Jika hal demikian terus-
kondisi habitat ekosistem mangrove di Desa
Tamuku dalam kondisi yang menerus dibiarkan terjadi, maka bukan
sesuatu yang mustahil jika beberapa tahun
memprihatinkan. Habitat asli ekosistem
yang akan dating, ekosistem mangrove
mangrove tidak lagi alami akibat ulah
tidak lagi dapat dijumpai di Desa Tamuku
manusia atau masyarakat itu sendiri.
akibat tidak adanya habitat hidup yang
Beberapa kasus yang menandai rusaknya
tersisa akibat sifat tamak manusia.
habitat ekosistem mangrove di Desa
Selanjutnya, kerusakan vegetasi
Tamuku diuraikan sebagai berikut;
mangrove akibat perilaku manusia yaitu
Pada tahun 2017, dilaksanakan
pencemaran lingkungan dengan adanya
proyek normalisasi aliran sungai hingga hilir
polusi kimia yang menghasilkan pestisida,
pantai di Desa Tamuku guna memperlebar
dan zat-zat beracun lainnya yang
aliran dan menambah kedalaman demi
menyebabkan kerusakan pada habitat
kepentingan masuknya kapal-kapal besar
mangrove, sampah dari aliran sungai yang
ke pelabuhan. Upaya tersebut sepertinya
masuk ke dalam lingkungan mangrove, dan
tidak mempertimbangkan kelangsungan
pencemaran limbah di kawasan hutan
hidup ekosistem mangrove sebab proyek
mangrove. Polusi kimia yang menyebabkan
normalisasi tersebut semakin memperparah
rusaknya habitat dan ekosistem mangrove
kerusakan habitat ekosistem mangrove itu
menjadi sesuatu yang tidak dapat
sendiri. Tidak sedikit dijumpai vegetasi
dihindarkan. Sebab, telah menjadi
mangrove yang harus dimatikan dengan
kebiasaan bagi masyarakat untuk
cara digali, dibakar, ditebang, dan lain-lain
sebagainya. Contoh vegetasi yang sangat menggunakan zat-zat kimia dalam berbagai
aktivitas bertani tambak atau aktivitas diluar
nampak kerusakannya melalui proyek ini
tambak.
adalah Jeruji Putih (Acanthus Ebracteatus),
Air yang tercemar oleh zat kimia
Nipah (Nypa fruticans).
yang digunakan dalam bertani tambak atau

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114 S111

diluar tambak inilah yang secara terus Berdasarkan hasil survei, stasiun
menerus memperparah kerusakan pengambilan data yang dinilai habitat
ekosistem mangrove. Selain itu, kebiasan vegetasi mangrove-nya mengalami
masyarakat untuk membuang sampah kerusakan yang cukup parah adalah stasiun
sembarangan seperti sampah plastik, botol, 1, stasiun 2, dan stasiun 3. Sebab, di
kain, dan lain-lain sebagainya juga menjadi stasiun tersebut, mangrove yang dijumpai
salah satu penyebab kerusakan habitat dan cenderung hidup berpencar, jarang, dan
eksositem mangrove. Mangrove hidup dalam kondisi hidup yang kurang sehat. Hal
dikawasan perairan pantai. (Effendie H. ini dapat dilihat dari tingkat kesuburan dan
2003 dalam Damis, 2018). kehijauan mangrove. Sedangkan, pada
Telah dijelaskan sebelumnya stasiun empat, mangrove yang dijumpai
bahwa proyek normalisasi aliran bertujuan cenderung subur, pertumbuhannya padat,
untuk memudahkan kapal besar masuk ke berkelompok secara merata.
pelabuhan Desa Tamuku. Masuknya kapal
besar tersebut juga berdampak buruk pada PEMBAHASAN
habitat dan ekosistem mangrove yang ada Kawasan pesisir Tanjung Gereng
di Desa Tamuku. Sebab, kapal-kapal besar merupakan salah satu wilayah perairan
tersebut memberikan sumbangsih terhadap berupa pesisir pantai yang ditumbuhi
pencemaran ekosistem mangrove dengan berbagai macam vegetasi mangrove.
adanya limbah yang dihasilkan seperti oli Kawasan ini terletak di Desa Tamuku,
bekas dan cairan solar. Kecamatan Bone-Bone, Kabupaten Luwu
Penyebab kerusakan habitat dan Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Prinsip
ekosistem mangrove di Desa Tamuku yang pengelolaan berkelanjutan seperti berbasis
lainnya adalah sikap dan perilaku pada wisata alam yang menekankan pada
masyarakat yang memanfaatkan beberapa kegiatan konservasi mangrove (Maaruf,
vegetasi mangrove untuk memenuhi 2011 dalam Rismang, et al, 2018). Dari
kebutuhan hidup seperti pembuatan rumah, tahun ke tahun, kondisi pesisir Tanjung
kayu bakar, perlengkapan rumah tangga Gereng mengalami sedikit pengunduran
(kursi dan meja), dan perlengkapan kapal dalam hal berkurangnya vegetasi yang
atau perahu nelayan. tumbuh secara alami pada habitatnya. Hal
Pemanfaatan seperti ini bisa saja ini lebih banyak dipengaruhi oleh ulah
dianggap normal jika disertai dengan manusia itu sendiri.
budaya reboisasi atau konservasi dari Dalam penelitian ini, terdapat empat
masyarakat itu sendiri. Namun, data temuan stasiun yang dijadikan sebagai lokasi
menunjukkan bahwa masyarakat hanya pengumpulan data penelitian yang
bersifat konsumtif bahkan cenderung dilakukan dengan teknik survei. Adapun
eksploitatif terhadap ekosistem mangrove empat stasiun tersebut yaitu kawasan Tana
demi memenuhi kebutuhan hidup tanda Takko Mate, Nene’Biung, Salo’Ba’, dan
disertai kesadaran untuk melakukan kawasan tanjung gereng itu sendiri.
peremajaan, penanaman kembali, atau Dipilihnya keempat kawasan itu dengan
upaya-upaya lainnya agar ekosistem pertimbangan bahwa stasiun tersebut dinilai
mangrove dapat terus berkembang.

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S112 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

representative menggambarkan kawasan beberapa vegetasi untuk keseluruhan


pesisir Tanjung Gereng secara menyeluruh. kawasan pesisir Tanjung Gereng.
Berdasarkan data yang telah Tujuannya adalah untuk
ditampilkan di bagian hasil penelitian, dapat meremajakan vegetasi yang dinilai rusak
dijelaskan bahwa jumlah vegetasi mangrove atau hampir punah. Peneliti juga
yang berhasil diidentifikasi di Desa Tamuku mendapatkan informasi bahwa ada
terbagi menjadi dua yaitu 16 ragam vegetasi sejumlah vegetasi mangrove yang daya
mangrove sejati dan tujuh ragam mangrove tumbuhnya tersebar akibat dari sifat benih
ikutan yang tersebar di empat stasiun. Pola atau bibit dari tanaman itu sendiri mudah
pertumbuhan vegetasi mangrove di Desa terbawa oleh gelombang atau arus air
Tamuku tersebar. Dari empat stasiun sehingga keberadaan tumbuhnya bisa
pengambilan data, pada stasiun pertama dijumpai dibeberapa stasiun sekaligus
ditemukan enam ragam vegetasi mangrove seperti Bimpellang (Kandelia candel), Betta
sejati dan satu ragam vegetasi mangrove Puteh (Avicennia alba), dan Betta Lebba
ikutan, pada stasiun dua ditemukan enam (Avicennia afficinalis). Temuan ini sejalan
ragam vegetasi mangrove sejati dan dua dengan yang diungkapkan oleh Watson
ragam vegetasi mangrove ikutan, stasiun (Tiarani, 2012) bahwa hutan yang paling
tiga ditemukan enam ragam mangrove sejati dekat dengan laut ditumbuhi oleh Api-api
dan tiga mangrove ikutan, dan pada stasiun (Avicennia alba) dan Pedada (Sonneratia
empat ditemukan tujuh ragam vegetasi alba). Pedada (Sonneratia alba) tumbuh
mangrove sejati dan tiga ragam mangrove pada lumpur yang lembek dengan
ikutan. kandungan organik yang tinggi. Sedangkan
Jika dilihat dari temuan tersebut, Api-api (Avicennia alba) tumbuh pada
dapat dijelaskan bahwa stasiun temuan substrat yang liat agak keras.
vegetasi mangrove terbanyak secara Walaupun ekosistem hutan
berurutan yaitu stasiun empat, stasiun tiga, mangrove tergolong sumber daya yang
stasiun dua, dan stasiun satu. Namun, dapat pulih, namun bila mengalihkan fungsi
berdasarkan tingkat kesuburan dan tingkat atau konfersi dilakukan secara besar-
kepadatan pertumbuhannya, secara besaran dan terus menerus tanpa
berurutan yaitu stasiun empat, stasiun tiga, pertimbangan kelestariannya, maka
stasiun dua, dan stasiun satu. kemampuan ekosistem tersebut untuk
Karena persebaran pertumbuhan memulihkan dirinya tidak hanya terhambat
vegetasi yang tidak merata, tidak heran tetapi juga tidak berlangsung, karena
ketika sejumlah vegetasi dapat dijumpai beratnya tekanan akibat perubahan
pada setiap stasiun, misalnya saja vegetasi tersebut. Kerusakan ekosistem hutan bakau
Nipah yang hampir dapat kita jumpai hampir berdampak besar baik, ekologi, ekonomi,
diseluruh stasiun yang dijadikan tempat maupun sosial.
pengumpulan data. Selain itu, adanya Jika merujuk pada hasil penelitian
fenomena persebaran pertumbuhan ini, dapat dijelaskan bahwa kondisi vegetasi
vegetasi yang tidak merata ini sebagai ekosistem mangrove di Desa Tamuku
dampak dari upaya masyarakat yang semakin memprihatinkan. Upaya-demi
melakukan penanaman kembali (reboisasi) upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114 S113

swadaya segelintir masyarakat sama sekali Dinas Kelautan dan Perikanan. 2017. Luwu
tidak mampu membendung kerusakan yang Utara dalam Angka 2017. Buku
terjadi. Sebab, kesadaran akan pentingnya Digital. Portal Dinas Kelautan dan
mangrove belum dihayati dan dipahami Perikanan Kabupaten Luwu Utara
secara menyeluruh oleh masyarakat. (kkplutra.go.id).
Sedangkan kebutuhan hidup terus Ghufran.M, 2012. Ekosistem Mangrove:
bertambah dan berkembang, sehingga tidak Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan.
heran jika kerusakan demi kerusakan pada Jakarta: Rineka Cipta.
ekosistem mangrove terus terjadi.
Faktor kerusakan ekosistem Jayadi.F, Sukainah.A, dan Rais.M, 2018.
mangrove yang terjadi di kawasan pesisir Pemanfaatan Tepung Daun
Tanjung Gereng ini sejalan dengan yang Mangrove Jeruju (Acanthus
diungkapkan oleh Ghufran (2012) bahwa Ilicifolius) Sebagai Pengawet Alami
beberapa hal yang menjadi pemicu Bakso Ayam. Jurnal Pendidikan
kerusakan ekosistem mangrove adalah Teknologi Pertanian: Universitas
desakan kebutuhan hidup dan Negeri Makassar, Vol.4. September
perekonomian masyarakat yang semakin Suplemen: S1-S13.
kuat sehingga menghendaki adanya Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi
eksploitasi hutan mangrove secara berlebih. Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Yus Rusila, Khazali M., Suryadiputra I
Alfira.R, Djafar.S, dan Ilmiah. 2018. Analisis
N.N. 2006. Panduan Pengenalan
Keberlanjutan Pemanfaatan
Mangrove di Indonesia. Bogor:
Kepiting Bakau di Pesisir
Ditjen PHKA.
Kabupaten Pangkajene Dan
Kepulauan. Jurnal Pendidikan Rismang, Rauf.A., dan Rustam. 2018.
Teknologi Pertanian. Vol. 4. Maret Kajian Pengembangan Kawasan
Suplemen: S38-S48. Konservasi Penyu Sebagai
Kawasan Ekowisata di Dusun
Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan:
Tulang Desa Barugaiya Kabupaten
Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Kepulauan Selayar. Jurnal
Evaluasi Riset Kualitatif dan
Pendidikan Teknologi Pertanian.
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Vol. Maret Suplemen: S29-S37.
Pelajar.
Sugiyono. 2010). Metode Penelitian
Damis .2018 . Analisis Kesesuaian dan
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Daya Dukung Lingkungan Perairan
Kualitatif dan R & D. Bandung:
Terhadap Pengembangan Budidaya Alfabeta.
Rumput Laut Eucheuma Cottonii di
Pesisir Kecamatan Suppa Tiarani, Ifati.R, 2012. Kemanfaatan Ekonomi
Kabupaten Pinrang. Jurnal dan Ekologi dari Program
Pendidikan Teknologi Pertanian. Rehabilitasi Bakau di Kawasan
Vol. 4. Maret Suplemen: S21-S28. Pesisir Pantai di Desa Bedano,

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S114 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Maret Suplemen (2019) : S104 - S114

Kecamatan Sayung, Kabupaten


Demak. Skripsi. [Daring] diakses
pada 12 Juni 2018 di
www.digilib.uns.ac.id.
Mappanganro.F, Asbar, dan Danial. 2018.
Inventarisasi Kerusakan dan
Strategi Rehabilitasi Hutan
Mangrove di Desa Keera
Kecamatan Keera Kabupaten Wajo.
Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian. Vol.4. Maret Suplemen:
S1-S11.

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858

Anda mungkin juga menyukai