Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322231252

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN HAYATI RTH DI KOTA DEPOK

Article · January 2018


DOI: 10.24853/nalars.17.1.29-38

CITATION READS

1 674

5 authors, including:

Ray March Syahadat Priambudi Trie Putra


Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
38 PUBLICATIONS   20 CITATIONS    26 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Daisy Radnawati
Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
9 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Landscape Architecture View project

MEWUJUDKAN KAMPUNG BANDAN SEBAGAI KAMPUNG KOTA BERKELANJUTAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ASIAN NEW URBANISM View project

All content following this page was uploaded by Ray March Syahadat on 03 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok
(Ray March Syahadat, Priambudi Trie Putra, Pitria Ramadanti, Daisy Radnawati, Siti Nurisjah)

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN HAYATI RTH DI KOTA DEPOK


1,* 1 1 1
Ray March Syahadat , Priambudi Trie Putra , Pitria Ramadanti , Daisy Radnawati ,
2
Siti Nurisjah
1
Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Sains dan
Teknologi Nasional, Jl. Moh. Kahfi II Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640
2
Ikatan Arsitektur Lansekap Indonesia, Jakarta Design Center, Jakarta, 10260
*ray.arl@istn.ac.id

ABSTRAK. Pembangunan perkotaan tidak hanya harus terfokus pada lanskap binaan tetapi juga
pada lanskap alami. Salah satu elemen lunak yang dianggap penting yaitu keberadaan ruang terbuka
hijau (RTH). Pengembangan RTH di lanskap perkotaan selama ini umumnya lebih terfokus dalam
mencapai tujuan mereduksi polutan, menciptakan kenyamanan termal, dan juga estetika. Sayangnya,
masih banyak yang mengabaikan manfaat RTH dari sudut pandang konservasi khususnya flora dan
fauna. Studi ini bertujuan untuk mendata keanekaragaman hayati di Kota Depok untuk menjadi acuan
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan (green development), sehingga kualitas lingkungan
dapat ditingkatkan dan fungsional bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi flora dan fauna. Studi
dilaksanakan di tiga lokasi dengan karakter yang berbeda yaitu Taman Lembah Gurame, Tahura
Pancoran Mas, dan Jalan Juanda. Hasil yang diperoleh nilai keanekaragaman vegetasi berturut-turut
berada pada Tahura Pancoran Mas (2,535), Taman Lembah Gurame (1,287), dan Jalan Juanda
(0,967). RTH di Jalan Juanda merupakan RTH dengan nilai keanekaragaman vegetasi paling rendah.
Rendahnya nilai keanekaragaman vegetasi berpengaruh langsung terhadap keberadaan fauna yang
tidak ditemukan pada RTH Jalan Juanda. Studi ini juga berhasil mendata vegetasi-vegetasi penting
pada tiap-tiap lokasi yang dapat memberikan informasi mengenai mampu tidaknya vegetasi tersebut
beradaptasi dengan lingkungannya.

Kata kunci: fauna, flora, konservasi, lanskap perkotaan, ruang terbuka hijau.

ABSTRACT. Urban development should not only focus on the man-made landscape but also the
natural landscape. One of the important natural landscape is the existence of green open space.
Green open space development in urban landscape areas has generally been more focused on
achieving the goal of reducing pollutants, creating thermal comfort, as well as aesthetics.
Unfortunately, the benefits of green space from the conservation, especially for flora and fauna are still
largely ignored. This study aims to record biodiversity in Depok City to become a reference in
achieving sustainable development (green development), so that environmental quality can be
improved and functional not only for human but also for flora and fauna. The study was conducted in
three locations with different characters namely Taman Lembah Gurame, Tahura Pancoran Mas, and
Jalan Juanda. The results obtained by the value of vegetation diversity are consecutively in Tahura
Pancoran Mas (2,535), Lembah Gurame Park (1,287), and Jalan Juanda (0.967). Green open space
on Jalan Juanda has the lowest value of vegetation diversity. The low value of vegetation diversity
directly affects the presence of fauna because not found in the Jalan Juanda. This study also
managed to record important vegetations in each location that can provide information for whether or
not the vegetation well-adapted in its environment.

Keywords: conservation, fauna, flora, green open space, urban landscape

PENDAHULUAN di perkotaan adalah tingkat pertumbuhan


penduduk yang semakin tinggi. Hal ini memicu
Kota identik dengan dominasi elemen terjadinya kegiatan pembangunan fisik di
arsitektural seperti beton, kaca, dan perkotaan untuk alasan memenuhi kebutuhan
perkerasan lain sebagai wilayah yang kegiatan manusia. Beberapa contoh pembangunan fisik
utamanya bukan kegiatan pertanian [1][2]. di perkotaan yaitu berupa pembangunan
Berbeda dengan pedesaan, kota berfokus perumahan, fasilitas pendidikan, gedung-
pada kegiatan perekonomian dari sektor jasa, gedung perkantoran, kawasan perdagangan,
pemerintahan, dan pelayanan sosial. Sebagian pelabuhan/bandara, serta jaringan jalan.
besar masyarakat dunia saat ini bertempat Semua pembangunan fisik ternyata
tinggal di perkotaan karena kegiatan ekonomi berdampak negatif bagi keberlanjutan kota.
cenderung terpusat di kawasan perkotaan. Berkurangnya lahan perkotaan sebagai
Implikasi dari kegiatan ekonomi yang terpusat konsekuensi logis pembangunan fisik
29
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 1 Januari 2017: 29-38 https://doi.org/10.24853/nalars.17.1.29-38
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

perkotaan yang sulit dielakkan. Proporsi ruang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
terbuka hijau (RTH) kota yang tidak ideal Bogor dan berstatus kota administratif. Sejak
adalah salah satu dampak dari pembangunan menjadi kota mandiri pada 1999, Kota Depok
fisik perkotaan. semakin berkembang menjadi kota penyangga
Jakarta. Harga tanah yang dianggap relatif
Salah satu indikator kota yang berkelanjutan lebih terjangkau, lingkungan yang masih asri,
dapat ditinjau dari ketersediaan RTH. Kota serta akses yang dekat dengan Jakarta
yang memiliki ketersediaan RTH yang cukup menjadikan Kota Depok memiliki magnet bagi
akan mampu menjaga keberlanjutan kota. RTH berkembangnya permukiman, kegiatan
perkotaan menjadi ruang alami bagi kehidupan pendidikan, serta aktivitas perdagangan.
flora maupun fauna kota sehingga keberadaan Infrastruktur di Kota Depok juga selalu
mereka tetap lestari. RTH perkotaan yang berkembang seiring dengan tingginya
terjaga proporsi luasnya akan mampu kebutuhan masyarakat. Kota Depok jika
menjamin ketersediaan air melalui kemampuan ditinjau dari PP RI No. 34 Tahun 2009
tanah untuk menyerap air hujan serta badan termasuk dalam kota metropolitan karena Kota
air yang berada di atasnya. RTH perkotaan Depok memiliki penduduk di atas satu juta
juga berfungsi memberikan suplai udara bersih jiwa, memiliki dominasi fungsi sebagai kota
sehingga menyehatkan warga kota. jasa, perdagangan, dan industri, dengan
jangkauan antarprovinsi maupun nasional.
Kegiatan penghijauan yang dilakukan di
perkotaan saat ini, atau juga dikenal dengan Semua hal tersebut memberikan
istilah pemanfaatan untuk RTH, sering permasalahan baru bagi keberlanjutan Kota
didominasi dengan kegiatan untuk penutupan Depok, yaitu permasalahan tata ruang. Tata
lahan dengan fungsi arsitektural dan ruang yang bermasalah akan berdampak bagi
keindahannya saja. Pada kenyataannya, keberadaan RTH yang ada di Kota Depok.
fungsi-fungsi tersebut sudah berjalan dan Apabila RTH Kota Depok rusak atau
terlihat dengan baik. Tetapi berbagai jenis menghilang akibat pembangunan kota yang
vegetasi dan tanaman yang ditanam dalam tidak hati-hati, akan berdampak buruk bagi
wilayah perkotaan, pada lokasi atau kawasan keanekaraman hayati yang terdapat di Kota
yang sama, juga harus ditujukan untuk Depok. Perlu kehati-hatian dalam mengambil
memberikan fungsi dan manfaat yang tinggi arah kebijakan pembangunan agar ruang-
untuk peningkatan kualitas dan keindahan ruang alami perkotaan dapat lestari, berdaya
lingkungannya. Tidak hanya memiliki fungsi guna, dan berhasil guna.
dan manfaat, vegetasi dengan kriteria
signifikansi tertentu juga dapat menjadi Dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan
vegetasi pusaka [3][4][5]. Jenis-jenis tanaman Kota Depok melalui penghijauan yang
yang berada dalam pertamanan dan RTH kota fungsional maka akan dilakukan pendataan
tak hanya merupakan kelompok tanaman yang keanekaragam hayati atau pendataan flora dan
indah tetapi juga dapat bermanfaat secara fauna dalam wilayah Kota Depok. Diharapkan
ekologis [6]. Salah satu manfaat ekologis dari hasil pendataan dapat menjadi database (data
tanaman adalah sebagai relung dan habitat dasar) untuk berbagai model pembangunan
satwa liar. yang berwawasan lingkungan (green
development) dan kontekstual di Kota Depok.
Keberadaan ruang hijau di perkotaan yang
lestari menjadi penting sebagai sumber data METODE PENELITIAN
untuk mengkaji keanekaragaman hayati, baik
flora maupun fauna, yang berada di kota Kajian pendataan keanekaragaman hayati
tersebut. Permen Lingkungan Hidup No. 29 dilakukan di ruang-ruang terbuka publik
Tahun 2009 mensyaratkan bahwa setiap kota khususnya di Taman Lembah Gurame
memerlukan data untuk keanekaragaman (Gambar 1), Tahura Pancoran Mas (Gambar
hayati. Pendataan diperlukan untuk 2), dan Jalan Juanda (Gambar 3). Ketiga
mengetahui jenis-jenis flora maupun fauna lokasi ini dipilih untuk mewakili tiga bentuk
yang dipertahankan sehingga pihak-pihak yang patch, yaitu patch berbentuk irregular (Taman
terkait dengan pengambil kebijakan perkotaan Lembah Gurame), persegi (Tahura Pancoran
dapat lebih berhati-hati dalam merencanakan Mas), dan garis (Jalan Juanda). Hal yang
ruang-ruang perkotaan pada masa yang akan mendasari pemilihan tiga bentuk patch
datang. tersebut adalah perbedaan bentuk patch akan
mempengaruhi keanekaragaman. Bentuk
Kota Depok merupakan kota yang terletak di patch menjadi pertimbangan sebab sebagai
selatan Kota Jakarta. Kota Depok awalnya struktur ekologi lanskap memiliki pengaruh
30
Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok
(Ray March Syahadat, Priambudi Trie Putra, Pitria Ramadanti, Daisy Radnawati, Siti Nurisjah)

terhadap keanekaragaman. Penelitian yang


dilakukan Wardiningsih et al. Juga melaporkan
bahwa patch juga memiliki pengaruh terhadap
kualitas visual lanskap [7]. Ketiga lokasi
tersebut juga mewakili tiga karakter yaitu 1)
Taman Lembah Gurame sebagai representasi
taman kota yang relatif lengkap (ragam
vegetasi dan memiliki badan air), 2) Tahura
Pancoran Mas sebagai salah satu cagar alam
tertua di Indonesia yang kini statusnya Gambar 3. Peta pengambilan sampel Jalan Juanda
diturunkan menjadi tahura, dan 3) Jalan (Sumber: Google Earth, 2017)
Juanda sebagai RTH berbentuk koridor atau
jalur. Dalam proses analisis ini akan digunakan
metode analisis yang sesuai dengan jenis dan
tujuan kajian yaitu deskriptif. Selain itu
dilibatkan pula pihak yang kompeten seperti
tenaga ahli/pakar sehingga didapat hasil
analisis yang lebih komprehensif. Vegetasi
pada tiga tempat didata dengan mengacu
pada mengacu pada Alfian et al. yang
menggunakan metode kuadran dengan ukuran
2
20x20 m sebagai petak [8]. Menurut Putrawan
cara ini baik digunakan pada lokasi yang
terdapat gradasi perubahan lingkungan [9].
Adapun data yang dikumpulkan dalam
inventarisasi keanekaragaman vegetasi yaitu
Gambar 1. Peta pengambilan sampel Taman nama spesies tanaman, keliling batang, jari-jari
Lembah Gurame
batang, diameter batang, tinggi tanaman, dan
(Sumber: Google Earth, 2017)
luas tajuk.

Selanjutnya dilakukan analisis struktur dan


komposisi jenis vegetasi dengan menghitung
dominansi, dominansi relatif, frekuensi,
frekuensi relatif, dan kerapatan pada setiap
taman. Adapun formula yang digunakan yaitu
sebagai berikut:

1. Dominansi

(1)

Gambar 2. Peta pengambilan sampel Tahura


Pancoran Mas 2. Dominansi relatif
(Sumber: Google Earth, 2017)
(2)
Data yang akan dikumpulkan adalah data
vegetasi dan satwa liar, dan kondisi Keterangan:
lingkungan pembentuk taman yang diamati.
Dr = Dominansi relatif
Pengumpulan data dan informasi dilakukan
secara primer yaitu melalui pengamatan Ds = Dominansi spesies
langsung di lapangan dan mewawancara Dts = Dominansi total spesies
masyarakat setempat; dan data sekunder
dikumpulkan melalui studi pustaka dan bahan- 3. Frekuensi
bahan yang sudah dipublikasi.
(3)

Keterangan:
F = Frekuensi

31
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 1 Januari 2017: 29-38 https://doi.org/10.24853/nalars.17.1.29-38
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

4. Frekuensi relatif Nilai indeks keragaman H<1 menunjukkan


keragaman spesies yang rendah. Jika indeks
(4) keragaman sebesar 1≤H≤3 menunjukkan
Keterangan: keragaman spesies sedang. Selanjutnya
Fr = Frekuensi relatif indeks keragaman sebesar H>3, bermakna
Fs = Frekuensi spesies keragaman spesies yang tinggi.
Fts = Frekuensi total spesies Untuk identifikasi satwa dilakukan dengan
metode wawancara kepada 30 responden per
5. Kerapatan masing-masing area sehingga total responden
yang dikumpulkan sebesar 90 orang
(5) responden. Responden yang dipilih
merupakan responden yang berada di sekitar
Keterangan: lokasi. Hal ini dimaksudkan agar informasi
yang diperoleh benar dapat dipercaya karena
K = Kerapatan responden dalam kesehariannya berada di
sekitar tapak.
6. Kerapatan relatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
(6)
Keanekaragaman Taman Lembah Gurame
Keterangan:
Kr = Kerapatan relatif Taman Lembah Gurame merupakan salah
satu taman kota yang terdapat di Kota Depok
Ks = Kerapatan spesies yang memiliki luas 3 ha. Taman ini terletak di
Kts = Kerapatan total spesies Jalan Gurame Raya, Kecamatan Pancoran
Mas, Kota Depok. Taman Lembah Gurame
7. Indeks nilai penting dibangun untuk memenuhi target kebutuhan
RTH minimal perkotaan, sesuai UU No. 26
(7) Tahun 2007, sebesar tiga puluh persen.
Taman Lembah Gurame ini dibangun pada
Keterangan: akhir tahun 2012. Keberadaan kolam-kolam air
INP = Indeks nilai penting di dalam taman menjadi bukti bahwa kawasan
Fr = Frekuensi relatif ini memang merupakan areal resapan air.
Dr = Dominansi relatif Areal Taman Lembah Gurame pernah
difungsikan sebagai tempat pembuangan
Kr = Kerapatan relatif
sampah serta banyak dijumpai bangunan liar.
Saat ini, Taman Lembah Gurame difungsikan
sebagai area aktivitas warga serta ruang untuk
Untuk pengukuran keragaman menggunakan berinteraksi.
metode Shanon-Wiener dengan formula
sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi
terdapat 77 spesies dengan total individu
∑ (8) sebesar 1112 vegetasi pada petak
pengambilan sampel (Gambar 4). Bentuk
Keterangan patch yang irregular menyebabkan banyaknya
H = Indeks keragaman Shanon-Wiener edges sehingga memiliki implikasi yang cukup
Pi = Jumlah individu spesies per jumlah tinggi untuk penyebaran spesies.
total seluruh spesies
Kerapatan suatu spesies menggambarkan
Adapun formula untuk menghitung jumlah jumlah spesies pada lokasi pengamatan. Di
spesies per jumlah adalah sebagai berikut: taman Lembah Gurame, kerapatan tertinggi
ditemukan pada spesies Arundinaria pumila
(9) sebesar 26,349%. Frekuensi tertinggi pada
Lembah Gurame juga terdapat pada vegetasi
Keterangan Arundinaria pumila dengan nilai sebesar
Pi = Jumlah individu spesies per jumlah 26,365% (Tabel 1). Hal ini dapat menjelaskan
total seluruh spesies bahwa Arundinaria pumila merupakan jenis
Ni = Jumlah individu spesies i yang paling rapat dan selalu hampir ditemukan
N total = Jumlah total individu di Taman Lembah Gurame.

32
Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok
(Ray March Syahadat, Priambudi Trie Putra, Pitria Ramadanti, Daisy Radnawati, Siti Nurisjah)

Samanea saman merupakan vegetasi dengan kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,


dominansi tertinggi dengan persentase pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
dominasi realatif sebesar 28,781% (Tabel 2). pariwisata, dan rekreasi. Tahura Pancoran
Artinya pada Taman Lembah Gurame Mas saat ini memiliki luas 7,1 ha [10]. Tahura
terkonsentrasi pada spesies tersebut. Tabel 3 Pancoran Mas menjadi paru-paru Kota Depok
menunjukkan vegetasi dengan nilai INP karena adanya tegakan pepohonan yang
2
tertinggi. Vegetasi dengan INP tertinggi yaitu mampu menyerap gas CO serta menjadi
Arundinaria pumila dengan nilai INP sebesar cadangan karbon. Selain itu, Tahura berfungsi
54,142 diikuti oleh Samanea saman (32,739) sebagai ruang alami perkotaan yang menjaga
dan Spatodhea campanulata (14,765). keberlanjutan kota. Penelitian yang dilakukan
Sedangkan tanaman dengan INP paling oleh Mariski et al., Alfian et al., Desyana et al.,
rendah yaitu Lantana camara dengan INP dan Putra menyatakan bahwa keberadaan
sebesar 0,189% (Tabel 4). Nilai INP pepohonan di perkotaan selain memiliki
menggambarkan peranan suatu spesies pada manfaat mereduksi polutan, juga dapat
komunitasnya dalam hal ini Taman Lembah menciptakan kenyamanan termal
Gurame. Nilai ini diperoleh dari penjumlahan [8][11][12][13].
kerapatan, frekuensi, dan dominansi spesies.
Selanjutnya nilai keanekaragaman spesies di Tabel 1. Vegetasi dengan frekuensi relatif dan
Taman Lembah Gurame sebesar 1,287 yang kerapatan relatif tertinggi di Taman Lembah
artinya keanekaragaman spesies masuk Gurame
dalam kategori sedang. Spesies Frekuensi Kerapatan
relatif (%) relatif (%)
Arundinaria pumila 26,365 26,349
Ruellia 7,199 7,194
malacosperma
Swietenia 4,409 4,406
macrophylla
Mangifera indica 3,869 3,867
Nelumbo nucifera 3,599 3,597
Echinodorus 3,239 3,237
palaefolius

Cordyline sp. 2,879 2,878


Epipremum aureum 2,430 2,428
Thalia geniculata 2,340 2,338
Cyperus papyrus 2,250 2,248
Nymphaea lotus 2,250 2,248
Gambar 4. Peta sebaran vegetasi pada tapak
Taman Lembah Gurame
(Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017) Tabel 2. Vegetasi dengan dominansi relatif tertinggi
di Taman Lembah Gurame
Berdasarkan hasil wawancara kepada Spesies Dominansi Relatif (%)
responden di sekitar Taman Lembah Gurame, Samanea saman 28,781
diperoleh informasi bahwa spesies satwa yang Spatodhea 13,686
sering ditemukan di Taman Lembah Gurame campanulata
antara lain kupu-kupu, kucing, ikan gurame, Ceiba petandra 11,213
katak, ular, dan ikan mas koki. Satwa kupu-
kupu paling sering ditemukan di area vegetasi Ficus benjamina 11,139
yang memiliki fitur bunga. Delonix regia 4,878
Swietenia macrophylla 4,484
Keanekaragaman Tahura Pancoran Mas
Mangifera indica 4,298
Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas Syzygium aqueum 2,524
terletak di Jalan Cagar Alam, Pancoran Mas, Arthocarpus altilis 2,064
Kota Depok. Berdasarkan PP No. 68 Tahun
Arundinaria pumila 1,429
1998, Tahura merupakan kawasan pelestarian
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau
satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli Tahura Pancoran Mas diduga merupakan
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi bagian tanah milik pendiri Depok, yaitu
Cornelis Chastelein dengan luas yang lebih
33
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 1 Januari 2017: 29-38 https://doi.org/10.24853/nalars.17.1.29-38
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

besar daripada kondisi eksisting saat ini.


Tahura ini merupakan representasi kondisi
alam Kota Depok yang dulunya masih banyak
memiliki hutan. Keberadaan Tahura Pancoran
Mas menjadi penting karena potensi
keanekaragaman hayati yang terkandung di
dalamnya dapat menjadi sumber data sebagai
acuan pembangunan berkelanjutan bagi Kota
Depok.

Vegetasi yang terinventarisasi pada 7 petak


sampel Tahura Pancoran Mas sebanyak 43
spesies dengan total jumlah individu sebanyak
409 individu (Gambar 5). Gigantochloa apus
merupakan spesies dengan kerapatan tertinggi Gambar 5. Peta sebaran vegetasi pada tapak
(18,582%) kemudian disusul oleh Tahura Pancoran Mas
Diefenbachia sp. (13,203%). Data ini (Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017)
menggambarkan bahwa kedua spesies
tersebut merupakan spesies yang yang Kedua spesies tersebut juga merupakan dua
memiliki kemampuan adaptasi yang baik di frekuensi tertinggi di Tahura Pancoran Mas
lingkungannya [14]. (Tabel 5). Dominasi tertinggi Arenga pinnata
dan Elais guineensis dengan nilai dominansi
Tabel 3. Vegetasi dengan indeks nilai penting relatif masing-masing 30,252% dan 19,413%
tertinggi di Taman Lembah Gurame (Tabel 6). Nilai tersebut sesuai dengan fakta di
Spesies INP lapangan karena paling banyak menempati
ruang tumbuh terutama luas bidang dasar.
Arundinaria pumila 54,142
Tabel 7 menunjukkan indeks nilai penting
Samanea saman 32,749 tertinggi di Tahura Pancoran Mas. Vegetasi
Spatodhea campanulata 14,775 dengan nilai INP tertinggi yaitu Gigantochloa
Ruellia malacosperma 14,412
apus (39,332), Arenga pinnata (36,609),
Dieffenbachia sp. (27,122), dan Elaeis
Swietenia macrophylla 13,309 guineensis (21,369). Vegetasi-vegetasi
Ficus benjamina 12,049 tersebut berperan penting terhadap
Mangifera indica 12,034 komunitasnya dalam hal ini stabilitas
ekosistem. Gigantochloa apus dan Arenga
Ceiba petandra 11,933 pinnata merupakan salah satu indikator bahwa
Nelumbo nucifera 7,381 daerah tersebut memiliki kekayaan air. Hal ini
Echinodorus palaefolius 6,609 sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Radnawati tentang hubungan keberadaan
RTH dan konservasi air [15].
Tabel 4. Vegetasi dengan indeks nilai penting
terendah di Taman Lembah Gurame
Nama Spesies INP Hal yang menarik di sini adalah Depok selama
ini dikenal sebagai kota belimbing. Namun dari
Lantana camara 0,189 hasil kajian di Tahura Pancoran Mas indeks
Chrysalidocarpus lutescens 0,214 nilai penting belimbing hanya sekitar 0,549
Ficus coreanus 0,214 (Tabel 8). Artinya vegetasi yang menjadi
maskot kota ini malah masuk dalam kategori
Malaleuca leucadendra 0,248
langka karena mempunyai nilai kerapatan,
Myristica fragrans 0,248 frekuensi, dan dominansi yang rendah. Nilai
Ficus lyrata 0,276 keanekaragaman di Tahura Pancoran Mas
sebesar 2,535. Artinya keanekaragaman di
Gnetum gnemon 0,276
Tahura Pancoran Mas dalam kategori sedang.
Macarangan tanarius 0,289 Berdasarkan hasil wawancara, satwa yang
Aleurittes mollucannus 0,346 dilaporkan oleh 30 responden antara lain ular
Sandoricum koetjape 0,379
weling, tupai bergaris, kupu-kupu, gagak, dan
burung semak.

34
Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok
(Ray March Syahadat, Priambudi Trie Putra, Pitria Ramadanti, Daisy Radnawati, Siti Nurisjah)

Tabel 5. Vegetasi dengan frekuensi relatif dan RTRW Kota Depok 2012-2032 Jalan Juanda
kerapatan relatif tertinggi di Tahura Pancoran Mas adalah jalan kolektor primer yang
Kerapatan Frekuensi menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah
Spesies
relatif (%) relatif (%) dan antara pusat Kegiatan wilayah dengan
Gigantochloa apus 18,582 18,582 pusat kegiatan lokal. Panjang jalan ini adalah 4
Dieffenbachia sp. 13,203 13,203 km, dengan lebar tubuh jalan 14 m, dimulai
Selaginella doederleinii 7,090 7,090 dari persimpangan Jalan Juanda-Jalan Raya
Bogor sampai dengan persimpangan Jalan
Calamus caesius 5,379 5,379
Juanda-Jalan Margonda. Setiap jalur masing-
Epipremnum aureum 5,134 5,134 masing memiliki lebar 7 m, lebar median 1 m,
Iresine herbstii 4,890 4,890 dan lebar bahu jalan bervariasi [16].
Pachystachys coccinea 4,401 4,401
Jumlah petak pada Jalan Juanda yaitu 8 petak
Impatiens balsamina L. 3,912 3,912 dengan jumlah vegetasi yang terinventarisasi
Setaria plicata 3,912 3,912 sebanyak 22 spesies dengan total individu 366
Macarangan tanarius 3,423 3,423 individu (Gambar 6). Tabel 9 menunjukkan
kerapatan dan frekuensi relatif tertinggi.
Solanum nigrum 3,423 3,423 Spesies Hymenocallis speciosa (26,230%),
Iresine herbstii (19,672%), Mimusops elengi
Tabel 6. Vegetasi dengan dominansi relatif tertinggi (13,388%), dan Ixora sp. (10,109%)
di Tahura Pancoran Mas merupakan spesies dengan kerapatan dan
Spesies Dominansi Relatif (%) frekuensi relatif tertinggi. Meskipun demikian
Arenga pinnata 30,252 dominansi tertinggi adalah Ficus benjamina
(94,513%) yang ditunjukkan pada tabel 10.
Elaeis guineensis 19,413
Ficus lyrata 8,300 Tabel 8. Vegetasi dengan indeks nilai penting
Artocarpus elastica 7,841 terendah di Tahura Pancoran Mas
Reinw. Spesies INP
Sandoricum koetjape 7,249 Pseuderanthemum reticulatum 0,489
Cerbera manghas 4,071 Cordyline sp. 0,490
Macarangan tanarius 3,914 Alocasia macorrhiza 0,495
Microcos hirsuta-buret 3,474 Agathis dammara 0,524
Artocarpus 3,225 Averrhoa carambola 0,536
heterophyllus
Averrhoa bilimbi 0,549
Gigantochloa apus 2,168
Aquilaria malaccensis 0,616
Anthocephalus cinensis 0,644
Tabel 7. Vegetasi dengan indeks nilai penting
tertinggi di Tahura Pancoran Mas Durio zibethinus 0,709
Spesies INP Albizia falcataria 0,727
Gigantochloa apus 39,332
Arenga pinnata 36,609 Nilai INP tertinggi berturut-turut yaitu Ficus
Dieffenbachia sp. 27,122 benjamina (95,059), Hymenocallis speciosa
(52,460), Iresine herbstii (39,344), Mimusops
Elaeis guineensis 21,369
elengi (26,797), Ixora sp. (20,223), dan
Selaginella doederleinii 14,204 Samanea saman (10,421) dapat dilihat pada
Sandoricum koetjape 11,650 Tabel 11. Nilai INP paling rendah di Jalan
Juanda berturut-turut yaitu Chlorophytum sp.
Calamus caesius 10,882
dan Pseuderanthemum reticulatum (Tabel 12).
Macarangan tanarius 10,760 Nilai INP kedua vegetasi tersebut berturut-turut
Epipremnum aureum 10,276 1,093 dan 1,097. Kedua spesies ini diduga
Iresine herbstii 9,787
tidak mampu beradaptasi dengan baik dengan
lingkungan sekitar. Nilai keanekaragaman
vegetasi di Jalan Juanda masuk dalam
Keanekaragaman Jalan Juanda kategori rendah dengan nilai sebesar 0,967.

Jalan Juanda merupakan salah satu jalan


kolektor primer yang terdapat di Kecamatan
Beji dan Sukmajaya, Kota Depok. Berdasarkan
35
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 1 Januari 2017: 29-38 https://doi.org/10.24853/nalars.17.1.29-38
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

Tabel 9. Vegetasi dengan frekuensi relatif dan dapat dipaksakan namun dengan pemilihan
kerapatan relatif tertinggi di Jalan Juanda vegetasi tertentu, dapat mengundang satwa
Nama spesies Kerapatan Frekuensi tertentu. Selanjutnya berdasarkan hasil dari
relatif (%) relatif (%) dua lokasi pengambilan data lainnya, diperoleh
Hymenocallis speciosa 26,230 26,230 data vegetasi yang berpotensi untuk
Iresine herbstii 19,672 19,672 digunakan dalam perencanaan RTH koridor
Mimusops elengi 13,388 13,388 maupun taman. Vegetasi yang langka atau
hampir punah juga dapat digunakan dalam
Ixora sp. 10,109 10,109
perencanaan selama kriterianya menunjang
Bougainvillea sp. 5,191 5,191 persyaratan. Dengan demikian kegiatan
Samanea saman 5,191 5,191 perencanaan tidak hanya dapat mencapai
Ipomoea batatas
tujuan estetik, tapi juga konservasi.
3,279 3,279
Sansevieria trifasciata 2,186 2,186 Tabel 11. Vegetasi dengan indeks nilai penting
Pseuderanthemum 1,913 1,913 tertinggi di Jalan Juanda
reticulatum Nama spesies INP
Syzygium oleana 1,913 1,913 Ficus benjamina 95,059
Cerbera manghas 52,460
Hasil wawancara kepada 30 responden sekitar Samanea saman 39,344
Jalan Juanda menyatakan tidak pernah terlihat
satwa di area jalur hijau di Jalan Juanda. Hal Mimusops elengi 26,797
ini sejalan dengan hasil data keanekaragaman Terminalia mantaly 20,223
vegetasi. Pada intinya ekosistem merupakan Muntingia calabura 10,421
sebuah hubungan timbal balik antar komponen
Ixora sp. 10,384
baik biotik maupun abiotik [17].
Hymenocallis speciosa 6,557
Tabel 10. Vegetasi dengan dominansi relatif Polyalthia longifolia 5,951
tertinggi di Jalan Juanda
Nama spesies Dominansi Relatif (%) Bougainvillea sp. 4,372

Ficus benjamina 94,513


Tabel 12. Vegetasi dengan indeks nilai penting
Cerbera manghas 5,405 terendah di Jalan Juanda
Samanea saman 0,038 Nama spesies INP
Mimusops elengi 0,021 Chlorophytum sp. 1,093
Terminalia mantaly 0,008 Pseuderanthemum 1,097
Muntingia calabura 0,005 reticulatum

Ixora sp. 0,004 Canna sp. 1,639


Hymenocallis speciosa 0,001 Ipomoea batatas 1,639
Polyalthia longifolia 0,001 Tabernaemontana 2,186
divaricata
Bougainvillea sp. 0,001
Nerium oleander 2,186
Plumeria rubra 0,001
Sansevieria trifasciata 2,194
Agave attenuata 0,001
Iresine herbstii 2,733
Rendahnya nilai keanekaragaman Frucraea gigantea 2,733
berhubungan dengan rendahnya temuan Syzygium oleana 3,280
satwa di tapak. Terlebih pada lokasi
pengambilan sangat sedikit vegetasi yang
KESIMPULAN
dapat mengundang kehadiran satwa. RTH di
lanskap koridor sesungguhnya memiliki
Keanekaragaman vegetasi di tiga RTH Kota
potensi untuk menjadi habitat satwa.
Depok berada pada sebaran rendah hingga
Keberadaan satwa di perkotaan khususnya
sedang. Keanekaragaman pada sebaran
burung dapat menjadi indikator kualitas
sedang berturut-turut ditunjukkan pada Tahura
lingkungan yang baik [5][18][19] Disadari
Pancoran Mas dan Taman Lembah Gurame.
bahwa pemilihan vegetasi di koridor jalan
Selanjutnya pada Jalan Juanda, nilai
memang tidak sembarangan karena memiliki
keanekaragamannya rendah. Nilai
beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
keanekaragaman vegetasi memiliki hubungan
Keanekaragaman vegetasi memang juga tidak
36
Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok
(Ray March Syahadat, Priambudi Trie Putra, Pitria Ramadanti, Daisy Radnawati, Siti Nurisjah)

dengan temuan satwa. Semakin tinggi nilai DAFTAR PUSTAKA


keanekaragaman vegetasi, semakin mudah
ditemukan satwa. Patch berbentuk persegi dan [1] McHarg, I.L. (1971). Design with Nature.
irregular memiliki nilai keanekaragaman New York: History Press Doubleday &
vegetasi yang tinggi dibandingkan patch Company Inc.
berbentuk garis. Vegetasi bambu-bambuan [2] Mulyandari, H. (2011). Pengantar
seperti Arundinaria pumila dan Gigantochloa Arsitektur Kota. Yogyakarta: Penerbit
apus merupakan dua tanaman yang memiliki Andi.
nilai penting bagi RTH di Kota Depok [3] National Park Board Singapore Botanic
khususnya di Taman Lembah Gurame dan Gardens. (2009). Trees of Our Garden
Tahura Pancoran Mas. Selanjutnya Ficus City A Guide to The Common Trees of
benjamina merupakan vegetasi yang memiliki Singapore. Singapore: National Park
nilai penting tertinggi di Jalan Juanda. Ketiga Board Sngapore Botanic Gardens.
vegetasi ini dapat memberi gambaran bahwa [4] Nurisyah, S., Pramukanto Q. (2015).
lanskap Kota Depok sesungguhnya kaya akan Pelestarian Pohon Tua di Perkotaan.
air. Ketiga vegetasi ini juga menggambarkan Jakarta Selatan: IALI.
dapat beradaptasi dengan lingkungannya di [5] Nurisyah, S. (2015). Pendugaan Nilai
Kota Depok. Pohon di Kota. Jakarta Selatan: IALI.
[6] Joga, N. (2014). Greenesia. Jakarta:
Gramedia.
[7] Wardiningsih, S., Syahadat, R.M., Putra,
P.T., Purwati, R. Hasibuan, M.S.R. (2017).
Konsep Perencanaan Tata Hijau Lanskap
Sempadan Setu Mangga Bolong sebagai
Area Konservasi Tumbuhan Bernilai
Ekologis dan Budaya. NALAR’s Jurnal
Arsitektur. 16: 2: 135-144.
[8] Alfian, R., Budiarti, T., Nasrullah, N. (2016).
Pengaruh Bentuk Hutan Kota terhadap
Kenyamanan Termal di Sekitar Hutan
Kota. Buana Sains. 16: 2: 101-110.
[9] Putrawan, I.M. (2014). Konsep-Konsep
Dasar Ekologi dalam Berbagai Aktivitas
Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
[10] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
(2016). Statistik Kehutanan Jawa Barat
2015. Bandung: Dinas Kehutanan Provinsi
Jawa Barat.
[11] Mariski, Narullah, N. Gunawan, A. (2017).
Persepsi dan Preferensi Pengunjung
terhadap Kenyamanan Klimatologis di
Taman Menteng dan Taman Kota Tebet.
Jurnal Lanskap Indonesia. 9: 1: 24-35.
[12] Desyana, R.D., Muakhor, E.J., Putra, P.T.
(2015). Potential of City Park in Reducing
th
Urban Pollutants. The 5 International
Gambar 6. Peta sebaran vegetasi pada tapak Jalan Conference of Jabodetabek Study
Juanda
(Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017)
Forum Sustainable Megacities:
Vulnerability, Diversity and Livability.
UCAPAN TERIMA KASIH Bogor: Crespent Press.
[13] Putra, P.T. (2011). Evaluasi
Penelitian ini merupakan hasil kerjasama dan Kenyamanan pada Beberapa Taman
inisiasi dari beberapa institusi. Untuk itu Kota di Jakarta Pusat. Bogor: IPB.
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang [14] Kasim, S. (2012). Nilai Penting dan
tulus kepada Pemerintah Daerah Kota Depok Keanekaragaman Hayati Hutan Lindung
dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Wakonti DAS Baubau. Agriplus. 22: 2:
Kebersihan Kota Depok, Ikatan Arsitek 231-240.
Lansekap Indonesia (IALI), Program Studi [15] Radnawati, D. (2005) Evaluasi Ruang
Arsitektur Lanskap ISTN, dan LP2M ISTN atas Terbuka Hijau Kota Depok sebagai
dukungan moral maupun materil.
37
NALARs Jurnal Arsitektur Volume 17 Nomor 1 Januari 2017: 29-38 https://doi.org/10.24853/nalars.17.1.29-38
p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

Kawasan Konservasi Air Menggunakan


Data Satelit Multi Temporal. Bogor: IPB.
[16] Resunda, I. 2005. Perencanaan
Lanskap Jalan Ir. H. Juanda, Kota
Depok. Bogor: IPB.
[17] Irwan, Z.D. 2014. Prinsip-Prinsip
Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
[18] Sari, R.P., Wijaya, S., Munandar, A.
(2013). Kajian Potensi Lanskap Jalur
Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta
Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung.
Jurnal Lanskap Indonesia. 5: 1:17-22.
[19] Nurisyah, S. dan Mardiastuti, A. (2015).
Tata Hijau Penarik Satwa Burung.
Jakarta Selatan: IALI.

38

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai