b. Anti Trombosit.
Anti trombosit (anti platelet) adalah obat yang dapat menghambat agregasi
trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus
yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Beberapa obat yang
termasuk golongan ini adalah aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol,
dekstran, tiklopidin, prostasiklin ( PGI-2 ). Obat anti trombosit yang telah
terbukti efektifitasnya dalam pencegahan stroke adalah :
1. Aspirin (asetosal, asam asetil-salisilat).
Aspirin bekerja mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat
pembentukan enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga menghambat sintesa
tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya
menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi enzim-enzim pada
trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara
kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
Pada endotel pembuluh darah, aspirin juga menghambat pembentukan
prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh
darah yang rusak.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan
resiko terjadinya stroke, infark jantung non fatal dan kematian akibat
penyakit vaskular pada pria dan wanita yang telah pernah mengalami TIA atau
stroke sebelumnya.
Farmakokinetik :
• Mula kerja : 20 menit - 2 jam.
• Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalarn plasma tidak
berbanding lurus dengan besamya dosis.
• Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 menit asarn salisilat 2-20 jam
tergantung besar dosis yang diberikan.
• Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan
lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.
• Metabolisrne : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna
absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh
dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-
5
paru.
• Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan
oksidasi serta konjugasi metabolitnya.
Farmakodinamik :
Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian
bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan
kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat
pada protein plasma.
lndikasi :
Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang
pernah menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus.
Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi seperti pada
penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti koagulan.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung,
anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.
Interaksi obat:
Obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol
clan, angiotensin -converting enzymes.
Efek samping:
Nyeri epigastrium, mual, muntah , perdarahan
Jambung.
Hati -hati
Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia
12 tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati-
hati karena lebih sering menimbulkan efek samping kardiovaskular. Obat ini
tidak dianjurkan pada trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan
gangguan pada janin atau menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak
dianjurkan pula pada wanita menyusui karena disekresi melalui air susu.
Dosis:
6
Farmakodinamik :
• Bioavailabilitas oral meningkat 20% hila diminum setelah makan ; pemberian
bersama makan dianjurkan untuk meningkatkan toleransi gastrointestinal.
• 98% terikat secara reversibel dengan protein plasma terutama albumin dan
lipoprotein.
Indikasi :
Mengurangi resiko stroke trombotik pada penderita yang pemah mengalami
prekursor stroke atau pemah mengalami stroke merupakan pilihan bila
terjadi intoleransi terhadap aspirin.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah (misalnya netropeni,
trombositopeni), gangguan pembekuan darah, perdarahan patologis aktif
(misalnya perdarahan lambung, perdarahan intrakranial), gangguan fungsi hati
berat.
Interaksi obat
aspirin, antasida, simetidin, digoksin, teofilin, fenobarbital, fenitoin, propanolol,
heparin, antikoagulan oral, obat tibrinolitik.
Efek samping :
• Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal, netropeni,
purpura, pruritus,dizziness, anoreksia, gangguan fungsi hati.
• Kadang-kadang ecchymosis, epistaksis, hematuria, perdarahan konjunktiva,
perdarahan gastrointestinal, perdarahan perioperatif, perdarahan
intraserebral, urtikaria, sakit kepala, asthenia, nyeri, tinnitus.
Hati –hati :
Pada usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan efektifitasnya.
Tidak dianjurkan pada penderita gangguan fungsi hati berat.
Penggunaan selama kehamilan hanya bila sangat dibutuhkan. Bila diberi
pada wanita menyusui harus dihentikan menyusuinya.
Dosis:
8
Dewasa dan orang tua : 2 x 250 mg/hari diminum bersama makanan. Tidak
dianjurkan untuk usia di bawah 18 tahun.
Dosis yang direkomendasikan Perdossi adalah 250-500 mg/hari pada penderita
yang tidak tahan dengan aspirin.
c. Antikoagulan
1. Warfarin
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin
K-yang berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II,
VII, IX dan X. Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi
vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu ·paruh dari masing-
masing faktor pembekuan darah tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor
VII waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru
mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek
anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena
efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus
yang sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin
telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena
meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus
dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
• Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam
setelah pemberian.
• Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
• Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
• Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
• Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.
• Ekskresi: melalui urine clan feses.
Farmakodinamik :
9
Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10
mg/hari. Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum
sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari esoknya.
Lamanya terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara umum, terapi anti
koagulan harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan trombosis
sudah tidak ada. Pemeriksaan waktu protrombin barns dilakukan setiap hari
begitu dimulai dosis inisial sampai tercapainya waktu protrombin yang
stabil di batas terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan
waktu protrombin tergantung pada penilaian dokter dan respon penderita
terhadap obat. Interval yang dianj urkan adalah 1-4 minggu.
2. Heparin
Heparin adalah bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum
porcine atau dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan
mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang
berafinitas lebih besar dari AT III sendiri, terhadap beberapa faktor
pembekuan darah, termasuk trombin, faktor Ila, IXa, Xa, Xla,dan Xlla.
Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah.
Hepari'n biasanya tidak mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu pembekuan
memanjang bila diberikan heparin dosis penuh, tetapi tidak terpengaruh bila
diberikan heparin dosis rendah. Heparin dosis kecil dengan AT-III
menginaktifasi faktor Xllla dan mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang
stabil. Penggunaan hefarin dimonitor dengan memeriksa waktu
tromboplastin parsial (aPTT) secara berkala.
Penggunaan heparin untuk stroke akut masih diperdebatkan. Belum
ada uji klinis yang memberikan hasil yang konklusif. American Heart
Association merekomendasikan "penggunaan heparin tergantung pada
preferensi dokter yang menanganinya. Harus dimengerti bahwa penggunaan
heparin bisa tidak memperbaiki hasil akhir yang diperoleh pada penderita
stroke iskemik akut ".
11
Stroke Iskemik
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. (Ganiswara, 2007)
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi.Demam
diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika
kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten).Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung
glukosa atau salin isotonik.Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi
menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun,
dianjurkan melalui slang nasogastrik. (Ganiswara, 2007)
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan
harus dicari penyebabnya. (Ganiswara, 2007)
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, mean arterial blood
pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu
30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta
gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat
ACE, atau antagonis kalsium. (Ganiswara, 2007)
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik
≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL
selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi.
15
Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat
diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
(Ganiswara, 2007)
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial
meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30
menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk,
dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat
diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid. (Ganiswara, 2007)
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti
aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA
(recombinant tissue Plasminogen Activator).Dapat juga diberi agen
neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
(Ganiswara, 2007)
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma
>30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk.Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat
gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10
mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)
maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali
6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat,
posisi kepala dinaikkan 30, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian
16
Penggunaan t-PA sudah terbukti efektif jika digunakan dalam 3 jam setelah
serangan akut
Efek samping : tetapi harus digunakan hati-hati karena dapat menimbulkan
resikoperdarahan.
(Katzung, 2016)
2) Terapi antiplatelet : aspirin, clopidogrel, dipiridamol-aspirin , tiklopidin
masihmerupakan maintenance dalam terapi stroke
Aspirin menghambat sintesis tromboksan (senyawa yang berperan dlm
proses pembekuan darah)
Dipiridamol, atau kombinasi Dipiridamol - Aspirin
Tiklopidin dan klopidogrel jika terapi aspirin gagal.
(Katzung, 2016)
3) Antihipertensi
Dibutuhkan karena hipertensi merupakan faktor resiko(50% pada stroke
iskemik dan 60% pada strokehemoragik). Penggunaan antihipertensi harus
memperhatikan alirandarah otak dan aliran darah perifer menjaga fungsi
serebral. Obat pilihan :golongan ARBs (angiotensin II receptor blocker)
contoh:candesartan, golongan ACE (Angiotensin Converter Enzyme) inhibitor.
(Ganiswara, 2007)
4) Neuroprotektor
Neuroprotektor seperti piritinol, piracetam dan citicholine dikatakan dapat
membantu mengatasi kesulitan atau gangguan metabolisme otak, termasuk
pada keadaan koma.
b. Piracetam
Piracetam bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari fungsi
telensefalon otak melalui peningkatan fungsi neurotransmiter kolinergik
(Acetylcholine). Telensefalon inilah yang mengatur fungsi kognitif pada
manusia (memori, kesadaran, belajar dan lain) sehingga piracetam mampu
memperbaiki daya ingat dan belajar, dengan memfasiliasi pelepasan
asetilkolin yang dapat menimbulkan efek peningkatan peredaran darah
dan peningkatan metabolisme energi. Fungsi lain dari piracetam adalah
menstimulasi glikolisis oksidatif sehingga menaikkan cAMP dan ATP,
meningkatkan konsumsi oksigen pada otak, serta mempengaruhi
pengaturan cerebrovaskular dan juga mempunyai efek antitrombotik untuk
18
A. Anti koagulan
a. Warfarin
Mempengaruhi sistem vitamin K yang berperan dalam pembekuan
darah sehingga terjadi deflesi faktor II, VI, IX, X bekerja dihati untuk
menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekusotnya. Warfarin tidak
mempunyai efek langsung terhadap thrombus yang sudah terbentuk, tetapi
dapat mencegah perluasan thrombus.
b. Obat trombolitik
Biasanya digunakan untuk infark jantung akut untuk melarutkan
bekuan darah yang terbentuk pada arteri koronaria.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, 2016. Farmakologi Dasar & Klinik Vol. 1 Edisi 12. Jakarta: EGC.