Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI

A. Definisi
Imunisasi merupakan salah satu cara mencegah penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak masih bayi hingga remaja tetapi kepada
orang dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibody.
Antibody yang telah terbentuk setelah imunisasi berguna untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut,
(KemenKes RI, 2016).
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody-antibody yang
dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut
sebgai antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein
kuman atau protein racunya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk
kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk
zat anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibody (Nabiel,
2013). Menurut Nabiel (2017) imunisasi terdapat 2 macam, yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
diamatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibody sendiri, contohnya adalah imunisasi polio atau campak.
2. Imunisasi Pasif
Penyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh
meningkat, contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum).
B. Jenis
Menurut Nabiel (2013), imunisasi dasar terdiri dari imunisasi BCG
(Bacillus Calmette-Guerin), DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Hepatitis B,
Polio, dan Campak. Imunisasi Campak bertujuan memberikan kekebalan
kepada penyakit campak (tampek). Campak adalah salah satu penyebab
utama kematian anak. Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
campak (measles) golongan Paramyxovirus, penularannya dapat terjadi
melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) yang
disebarkan, misalnya melalui bersin dan batuk orang telah terinfeksi (Remi
et al, 2014). Menurut Nabiel (2013) kontraindikasi pemberian imunisasi
campak, yaitu:
1. Infeksi akut yang disertai dengan demam tinggi >38oC.
2. Gangguan sistem kekebalan.
3. Pemakaian obat imunosupresan.
4. Alergi terhadap protein telur.
5. Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.
6. Wanita hamil.

Waktu pemberian imunisasi campak, vaksin diberikan sebanyak 1 dosis


pada anak umur 9 bulan atau lebih. Pada KLB dapat diberikan pada umur
6 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Vaksin diberikan secara subcutan
sebanyak 0,5 ml (Nabil, 2013).

C. Etiologi
Campak adalah penyakit yang disebabkan paramiksovirus,genus morbili.
Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir
tenggorokan , hidung, dan saluran pernafasan. Penularan penyakit campak
berlangsung sangat cepat melalui udara atau sempuran ludah (droplet)
yang tersiap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase
kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah.
D. Manifestasi Klinis
Efek samping yang terjadi berupa demam selama 4-10 hari, ruam kulit,
diare, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang) (Nabiel, 2013).

E. Penyimpanan
Cara penyimpanan vaksin sangat penting karena menyangkut potensi atau
daya antigennya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin
adalah temperature/ suhu, sinar matahari dan kelembaban (Azis dan Jufri,
2015).

Tabel Penyimpanan Vaksin


Jenis Vaksin Prov, Kab/ Kota, Pusk
-25 C s/d -15 C
Polio
2C–8C
Campak
BCG
DPT 2C–8C
TT
DT
Hepatitis B 2C–8C
Sumber: Azis dan Jufri, 2015.

Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio dan campak) pada pedoman
sebelumnya disimpan pada suhu dibawah 0o C, namun dalam
perkembangan selanjutnya, hanya vaksin polio saja yang masih
memerlukan suhu dibawah 0o C (Azis dan Jufri, 2015).

F. Kasus
Bayi Y, jenis kelamin perempuan berusia 9 bulan dibawa ke puskesmas,
riwayat imunisasi anak sudah mendapatkan imunisasi HB (0, 1, 2, 3),
BCG, DPT, Polio (1, 2, 3). Saat ini rencana anak akan diimunisasi.
1. Apakah imunisasi yang akan anda berikan.
2. Bagaimana cara pemberian imunisasi yang anda lakukan.

G. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif: Virus campak Demam
- Ibu klien mengatakan
anak mengalami Droplet/ kontak
peningkatan suhu
tubuh Secret nasofaring
Data Objektif: dan darah
- Akral hangat
- Suhu tubuh < 38OC Proliferasi sel
mononukleus

Peningkatan
polimorfonukleus
di sekitar kapiler

Stadium kataris
(prodormal) 4-
5hari

Demam
2 Data Subjektif: Virus campak Diare
- Ibu klien mengatakan
anak kehilangan nafsu Droplet/ kontak
makan dan lidah kotor
Data Objektif: Secret nasofaring
- Feses cair dan darah
- Penurunan berat
badah Proliferasi sel
- Porsi makan mononukleus
berkurang
Peningkatan
polimorfonukleus
di sekitar kapiler

Stadium kataris
(prodormal) 4-
5hari

Stadium erupsi

Stadium
koevalensi
(penyembuhan)

Diare akut
3 Data Subjektif: Virus campak Ruam kulit
- Ibu klien mengatakan
anak rewel dan Droplet/ kontak
timbulnya bintik
merah pada tubuh Secret nasofaring
Data Objektif: dan darah
- Tampak terdapat rush
pada tubuh Proliferasi sel
- Terasa gatal mononukleus

Peningkatan
polimorfonukleus
di sekitar kapiler
Stadium kataris
(prodormal) 4-
5hari

Stadium erupsi

Ruam
H. INTERVENSI
1. Demam
a. Hipertemia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh berada di bawah kisaran normal (Bulchek et al, 2013).
Batasan karakteristik: Konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kejang, takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Kriteria hasil: Suhu tubuh, nadi dan RR dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada pusing
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
NOC NIC Rasional
Termoregulasi: keseimbangan 1) Monitor tanda-tanda vital: pantau 1) Suhu 38,9oC 41,1oC menunjukkan
antara produksi panas, suhu pasien (derajat dan pola); proses penyakit infeksius akut.
mendapatkan panas, dan perhatikan menggigil/ diaforesis. 2) Suhu ruangan/ jumlah selimut harus
kehilangan panas. 2) Manajeman lingkungan: pantau suhu diubah untuk mempertahankan suhu
lingkungan, batasi/ tambahkan linen mendekati normal.
tempat tidur sesuai indikasi. 3) Dapat membantu mengurangi demam,
3) Memandikan: berikan kompres catatan: penggunaan air es/alkohol
mandi hangat; hindari penggunaan mungkin menyebabkan kedinginan,
alkohol. peningkatan suhu secara aktual, selain
itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Sumber: Bulechek et al (2013), Doenges et al (2012), Moorhead et al (2013), Nurarif dan Kusuma (2015).

2. Diare
a. Diare
Definisi: Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk (Bulchek et al, 2013).
Batasan karakteristik: Nyeri abdomen sedikitnya 3x defekasi per hari, kram, bising usus hiperaktif, dan ada dorongan
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Kriteria hasil: Feses berbentuk, BAB sehari sekali, menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi, tidak mengalami diare,
menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan, mempertahankan turgor kulit (Nurarif dan Kusuma,
2015).
NOC NIC Rasional
1) Eliminasi usus: pola 1) Manajemen diare: observasi dan 1) Membantu membedakan penyakit
eliminasi, diare. catat frekuensi defekasi, individu dan mengkaji beratnya episode.
2) Status nutrisi: asupan karakteristik, jumlah dan faktor 2) Menghindari iritan, meningkatkan
makanan. pencetus. istirahat usus.
3) Kontrol gejala: melakukan 2) Manajeman nutrisi: identifikasi 3) Istirahat menurunkan motilitas usus juga
tindakan untuk mengurangi makanan dan cairan yang menurunkan laju metabolisme bila infeksi
gejala. mencetuskan diare, mis., sayuran atau perdarahan sebagai komplikasi.
segar dan buah, sereal, bumbu, Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tiba-tiba
minuman karbonat, produk susu. tanpa tanda dapat tak terkontrol,
3) Manajemen lingkungan: tingkatkan peningkatan resiko inkontinensia/ jatuh
tirah baring, berikan alat-alat bila alat-alat tidak dalam jangkauan
disamping tempat tidur. tangan.
Sumber: Bulechek et al (2013), Doenges et al (2012), Moorhead et al (2013), Nurarif dan Kusuma (2015).

3. Ruam kulit
a. Kerusakan integritas kulit
Definisi: Perubahan/ gangguan epidermis dan/ atau dermis (Bulchek et al, 2013).
Batasan karakteristik: Kerusakan lapisan kulit (dermis), gangguan permukaan kulit (epidermis), invasi struktur tubuh
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi), tidak
ada luka/ lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera berulang, mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
NOC NIC Rasional
Integritas jaringan: suhu kulit, 1) Pengecekan kulit: kaji integritas 1) Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
integritas kulit, eritema. kulit, catat perubahan pada turgor, nutrisi dan imobilisasi.
gangguan warna, hangat lokal, 2) Meningkatkan sirkulasi ke semua area
eritema, eksoriasi kulit, membatasi iskemia jaringan/
2) Perawatan tirah baring: ubah posisi mempengaruhi hipoksia seluler.
pasien secara periodik dan pijat 3) Area lembab, terkontaminasi memberikan
permukaan tulang bila pasien tidak media yang sangat baik untuk
bergerak atau ditempat tidur. pertumbuhan organisme patogenik.
3) Kontrol infeksi: ajarkan permukaan Sabun dapat mengeringkan kulit secara
kulit kering dan bersih, batasi berlebihan dan meningkatkan iritasi.
penggunaan sabun. 4) Penurunan sensitivitas rasa sakit/ panas/
4) Manajemen lingkungan: batasi dingin akan meningkatkan resiko trauma
pemajanan pada suhu yang jaringan.
berlebihan/ penggunaan penghangat
ataupun pendingin.
Sumber: Bulechek et al (2013), Doenges et al (2012), Moorhead et al (2013), Nurarif dan Kusuma (2015).
I. Daftar Pustaka
Azis dan Jufri. 2015. Implementasi Aparatur Sipil Negara Dalam Bidang
Kesehatan Untuk Pembinaan Karir Jabatan Fungsional
Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: GP Press.
Nabiel. 2013. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Remi., et al. 2014. Pencapaian MGDs Di Indonesia. Bandung:
Unpad Press.
Bulechek et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Singapore: Elsevier.
Doenges et al. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Moorhead et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Singapore: Elsevier.
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Jilid I. Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai