Anda di halaman 1dari 61

Prolog

“Sakit… hiks..hiks..hiks..”

Sore itu, suasana taman tampak sepi. Langit mulai gelap dan butir-butir air mulai turun dari
atas langit. Tidak seperti biasanya, taman yang biasanya ramai, sekarang mulai sepi.
Anak-anak yang tadinya bermain mulai kembali ke rumahnya masing masing. Berbeda dengan
gadis kecil berumur 8 tahun yang menangis karna kakinya terluka akibat terjatuh saat bermain
sepeda.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya seorang anak memecahkan keheningan taman. Awalnya
tidak ada jawaban. Anak laki-laki itu cukup tinggi untuk usianya yang masih 10 tahun. "Sini
biar aku obati." tambahnya sambil membersihkan luka di kaki gadis itu."Sudah jangan nangis
lagi, cengeng deh."

Gadis itu pun mengangkat wajahnya, "Terimakasih" jawabnya. Suasana taman kembali hening.
Air hujan masih jatuh dari langit membasahi tubuh mereka.

"Namaku Mike" sambil mengulurkan tangannya.

“Aku… Natasha” dengan ragu-ragu gadis itu membalasnya dan tersenyum manis.

"Rumah kamu dimana? Biar aku antar. Sepeda kamu rusak juga kan." ajak anak laki-laki itu
lalu menggandeng tangan gadis itu sambal menuntun sepeda pink milik gadis kecil tersebut.

Tak lama kemudian setelah mereka jalan cukup jauh menuju perumahan, gadis itu menunjuk
ke arah rumah kecil dengan taman depan yang indah.

"Disitu rumah kamu?" tanya anak laki-laki itu. Gadis itu hanya menggangguk lemah.

"Kita tetanggaan dong? Rumah aku ada di pojok sana." ucap anak laki-laki itu dengan gembira
sambil menunjuk ke rumah kecil yang letaknya di pojok belakang dan tidak jauh dari rumah
Natasha.

"Kapan-kapan kita main bareng lagi ya, jadi jangan nangis lagi."

"Iya terimakasih." jawab gadis itu lalu hendak membuka pagar rumah.

"Natasha!" teriak anak laki-laki itu tiba-tiba. Gadis itu pun menoleh.

"Kata mamaku kalau jodoh pasti bertemu. Barusan kan kita ketemu, berarti kita jodoh ya?"
teriak anak laki-laki itu dengan senyum lebar lalu berlari menuju rumahnya. Gadis itu hanya
terdiam kaget. Namun perlahan ia tersenyum lalu kembali masuk ke dalam rumahnya. Sejak
hari itu, mereka menjadi akrab. Tiada hari tanpa mereka lewati bersama. Namun, tidak ada
yang tau bukan apa yang akan terjadi suatu hari nanti?
Chapter One

"Mikeeee.... ayo ke taman!" ajak Natasha yang masih berumur 8 tahun.

"Ayo!" balas Mike yang masih berumur 10 tahun. Mereka berdua pun berjalan menuju taman
lalu duduk di bangku ayunan.

"Mike?" tanya Natasha tiba-tiba.

"Apa?"

"Terimakasih ya udah mau jadi sahabat aku." ucap Natasha lembut.

"Sampai besar pun aku akan menjadi pangeran dan kamu putrinya.”

"Beneran? Janji?"

"Janji" lalu mereka berdua pun saling mengaitkan jari kelingkingnya sebagai simbol janji.

Hari-hari mereka penuh dengan candatawa. Mereka tidak akan tahu kapan perpisahan akan
datang. Meski persahabatan mereka baru saja terjalin. Namun, perpisahan pasti akan datang.
Dan hari itu telah tiba.

2 TAHUN KEMUDIAN

Malam itu, Natasha mulai berkemas-kemas untuk keberangkatannya. Dia harus pindah ke
Jakarta karena papanya tugas disana selama 3 tahun. Sebenarnya Natasha tidak menginginkan
kepindahan ini. Namun, tidak ada yang bisa ia perbuat. Selama 2 tahun mereka sudah
bersahabat. Entah kenapa perpisahan dating begitu cepat.

Sebelum berangkat Natasha ingin bertemu dan berpamitan dengan Mike. Tetapi Mike tidak
ada, dia ada acara studytour selama 2 hari. Natasha merasa sangat sedih dan kecewa. Ia takut
Mike akan melupakannya. Ia takut akan kehilangan Mike. Atau pun sebaliknya.

Akhirnya Natasha menitipkan sesuatu pada mama Mike.


Natasha merasa sedih karena tidak bisa berpamitan dengan Mike. Padahal dia sudah membujuk
orang tuanya untuk menunggu Mike dulu baru pergi. Namun, papanya sudah harus di Jakarta
besok.

"Sayang, ayo kita berangkat." ucap mama Natasha. Esok harinya, di pagi yang cerah itu
Natasha akhirnya pergi "Tapi aku belum pamitan sama Mike ma..." rengek Natasha sedih.

"Sudah biar mamanya yang bilang ke Mike. Sekarang kita berangkat ya..."
Sekitar pukul 4 sore Mike akhirnya pulang. Namun ia heran karena mamanya memberikan
sebuah buku yang dititipkan Natasha. Mike pun menaiki tangga menuju kamarnya yang
terletak di ujung Lorong dan akhirnya duduk di kasurnya.

Beberapa detik Mike hanya terdiam bingung melihat buku berwarna biru pemberian dari
Natasha. Ia memberanikan diri untuk membukanya. Lembar demi lembar ia buka. Hingga di
salah satu halaman terdapat sesuatu yang berwarna merah. "Surat" batinnya.
Dengan penasaran, Mike membuka surat itu dan mulai membacanya dalam hati.

Untuk Mike
Halo Mike...
Waktu kamu baca surat ini, Aku sudah pergi ke Jakarta
Papaku tugas disana selama 3 tahun.
Jadinya aku harus ikut :(
Buku dari aku itu untuk nemenin hari-hari kamu
Maafin aku ya baru bilang sekarang dan gak sempet pamitan sama kamu.
Tapi tenang aja aku janji bakal kembali lagi
Jadi... Tunggu aku ya...
Aku janji

Natasha

Matanya sudah berkaca-kaca. Dia sangat sedih sudah ditinggalkan sahabatnya. Bahkan belum
sempat berpamitan. Mike hanya bisa berharap Natasha menepati janjinya.

Hari demi hari dia jalani... Tahun demi tahun dia lewati. Hingga suatu hari, Mike dan
keluarganya juga akan pindah rumah bersama neneknya. Sehingga rumah lama ini akan dijual.
Sebenarnya ia ingin menolak. Satu-satunya alasan yaitu agar Natasha bisa kembali dan
bertemu dengannya lagi. Lebih tepatnya menemukan Mike di rumah ini.

Terkadang, Mike mengingat masa kecilnya. Masa dimana dia dan Natasha bertemu untuk
pertama kalinya. Mike tidak pernah menyesal sudah mengenal Natasha. Karena dia merasa
Natasha adalah orang yang istimewa didalam hidupnya. Tetapi terkadang dia merasa takut bila
Natasha tidak kembali dan melupakannya.
Chapter Two

NATASHA'S POV

5 TAHUN KEMUDIAN.

"Natasha Seraphine... Ayo bangun sudah jam berapa ini?!" teriak mamaku dari lantai bawah.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30, “astaga telattttt” batinku. Dengan cepat aku bangun
dari tempat tidur dan berlari memasuki kamar mandi. 15 menit kemudian, aku sudah berada
di depan cermin dengan seragam putih abu-abu, rambut yang terurai panjang dengan poni
yang kujepit di sebelah kanan.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Aku senang sekali bisa kembali ke Surabaya
kota masa kecilku dulu setelah menetap selama 5 tahun di Jakarta.
Aku turun ke lantai bawah dengan membawa tas ransel di punggungku.

"Mamaaa kok ga bangunin aku daritadi sihh kan telat jadinya…." Omelku sambal cepat-cepat
memasang kaos kaki dan sepatu.

"Eh mama udah teriak dari jam setengah 6 kamunya aja yang ga dengerin mama."

"Ahhh yaudah deh, Pak Suep mana?”

“Udah siap tuh di depan.” jawab papa sambal menikmati scangkir kopi panasnya

“yaudah aku berangkat ya dah ma… pa…” ucapku sambal mencium pipi kedua orang tuaku.

"Eh eh eh ini sarapannya jangan lupa…" tambah mama.

Dengan cepat aku berlari keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

“Pagi non… telat ya?” ucap Pak Suep dengan polos.

“ihh udah tau pakek nanya. Ayo cepet pak ini hari pertama saya.”

Sekitar 20 menit kemudian, aku sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Karena jam sudah
menunjukkan pukul 07.15 , aku segera berlari memasuki gerbang dan mencari kelas MOS ku.
Sesampainya di depan kelas, aku melihat dua kakak osis yang sedang berbicara di depan
kelas. Sebelum aku membuka mulut untuk minta maaf karena terlambat, salah satu kakak
osis dengan penampilan yang bisa dibilang cukup endel sudah menyelaku.

"Kenapa telat?! Baru hari pertama aja uda nelat. Tau nggak sih masuknya jam berapa?!!"
ucap kakak itu dengan nada tinggi.

"Maaf kak... Itu..tadi bangunnya telat terus jalanan juga macet." balasku.
"Alesan! Mumpung moodku lagi baik, cepet cari tempat duduk sana"

"Makasih kak..." akupun duduk disebelah seorang cewek berkacamata dan dikepang
kebelakang.

"Hai aku Natasha ..." sapaku.

"Aku Monica Febiola...panggil aja Monica" jawabnya.

Sebelum melanjutkan perkenalan kami, kakak-kakak osis itu menyela dan memperkenalkan
diri mereka masing-masing. Dimulai dari cewek tadi yang marah-marah.

"Namaku Sofhie, kelas XII . selama 3 hari ke depan aku bakal mimpin kalian semua."
katanya dengan nada sombong. Lalu menyibakkan rambut panjangnya kebelakang.

Cewek itu bertubuh tinggi dan kulitnya putih dengan rambut curlynya yang panjang
membuatnya tampak seperti seorang model. ‘Cantik-cantik kok judes’ batinku.

"Hai semua...kenalin namaku Darren dari kelas XII. Aku dan Sofhie bakal jagaiin kalian
semua selama MOS selesai." ucap kakak itu sambil tersenyum manis. Setidaknya masih ada
yang baik lah, untung aja.

*****

Tok tok tok

Tiba-tiba dari balik pintu, muncul cowok berwajah tampan, tinggi dan gagah. Membuat
seluruh kelas ramai dan bersorak-sorak. "Sapa sih tuh cowok?" tanyaku. "Gak tau tuh. Tapi
anak-anak banyak yang suka. Kalo ga salahh... Dia ketua osis!" balas Monica antusias. Lalu
Kak Sofhie mulai mendatangi cowok itu.

"Hey.. kamu kok kesini? ada perlu apa nyari aku?" kata kak Sofhie dengan nada yang lembut
dan jauh berbeda dengan nada yang tadi.

Cowok itu hanya terdiam dan justru mengacuhkan kak Sofhie dengan berjalan menuju tengah
kelas lalu mulai memperkenalkan diri. Kak Sofhie tampak malu karena cowok itu tidak
menghiraukannya. ‘Salahnya sih sok sok akrab. Jadi malu deh....’ batinku dalam hati.

"Hai semua...namaku Michael Alexander , aku biasa dipanggil Alex. Aku kelas XII . Aku
kesini untuk ngasih biodata yang harus kalian isi dan kumpulkan." salamnya sambil memberi
beberapa kertas kepada Kak Darren.

"Terimakasih" ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan kelas. Entah bagaimana, tiba-tiba
dia mengingatkanku akan seseorang. Seseorang dari masa lalu, masa kecilku. Tapi mana
mungkin itu dia. Namanya kan Mike bukan Alex. Lagian aku juga gatau nama panjangnya.
"Oh my God! Dia ganteng banget Nat..." ucap Monica dengan wajah yang berseri-seri.

"Iyasih. Tapi kok aku kayak pernah liat dia ya?"

"Yang bener?"

"Eh gak tau sih. Udah lupaiin aja."

Suasana kelas menjadi heboh karena kedatangannya. Aku tidak tau apa yang membuatnya
tampak beda. Aku merasa seperti mengenalnya. Karena setelah melihatnya, membuatku
teringat dengan seseorang. Cowok yang sudah aku tinggal pergi selama 5 tahun. Tapi apa
mungkin itu dia? Apaa mungkin cowok itu Mike teman masa kecilku dulu? Gak mungkin gak
mungkin.
Chapter Three

ALEX'S POV

Kring.....

Bel berbunyi tanda bahwa istirahat sudah selesai. Banyak anak yang mulai masuk ke dalam
kelasnya masing-masing. Aku berjalan di sepanjang koridor menuju ruang guru untuk
menyerahkan beberapa data siswa. Langkahku terhenti saat mendengar seseorang memanggil
nama yang sama dengan gadis di masa laluku.

"Natasha... Darimana aja sih kamu?" aku pun menoleh ke arah sumber suara.

Aku melihat cewek berambut panjang yang tersenyum dan meminta maaf kepada teman yang
memanggilnya tadi. Gadis itu membuat rasa penasaranku bertambah. Tapi aku memilih untuk
diam dan berjalan menyusuri koridor.

Tidak penting juga memikirkan adik kelas. Lebih baik aku mengerjakan tuga-tugas ku yang
sudah numpuk di ruang osis.

Hari ini adalah hari terakhir MOS (Masa Orientasi Siswa). Aku berjalan menuju ruang osis
untuk rapat. Dan hari terakhir ini aku memilih ikut menjaga bersama Sofhie. Aku pun masuk
ke dalam kelas.

"Hari ini aku mau kalian semua membuat surat yang ditujukan untuk kakak-kakak osis.
Jangan lupa untuk tulis nama kalian." ucapku.

Setelah semua surat terkumpul, aku pergi keluar dari kelas dan menuju ruang osis untuk
menyimpan surat-surat ini.

Karena aku penasaran, aku mulai mencari surat-surat yang ditujukan padaku. Aku sangat
kaget setelah tau ada banyak sekali surat untukku. Aku pun mulai membaca surat itu satu per
satu.

Untuk kak Alex yang ganteng...


Aku suka banget sama kakak sejak pertama bertemu.
Kakak tuh nggak cocok sama kak Sofhie... Mending sama aku aja kak... :)
Dari Celine.

"Nama Sofhie aja sampek dibawak bawak haha" batinku. Aku melanjutkan membaca setiap
surat-suratku.

Hai kak Alex...


Makasihh uda ngajarin banyak hal waktu MOS ini.
By the way, Kakak udah punya pacar belum..聽
Kalo belum sama aku aja kak..聽
Aku masih jomblo kok kak...
Dari Farah.

"Apa apaan nih, hampir semua isinya surat cinta" ucapku dalam hati.
Satu per satu surat kubaca, hingga ada satu surat yang menarik dan beda. Tanpa berpikir
panjang lebar lagi, aku mulai membacanya

Dear Kak Alex...


Jujur nih kak Alex emang keren!
Temen-temenku aja banyak yang suka
Tapi apa kita pernah bertemu?
Karena kakak mengingatkanku pada seseorang
Tapi gamungkin deh dia itu kak Alex
Aku juga mau ngucapin makasih buat ajarannya.
Bye kak...
From Natasha

Natasha? Lagi-lagi gadis itu membuatku terus bertanya-tanya. Namanya membuatku teringat
pada masa laluku. Aku tidak bisa melupakannya. Dan tidak akan pernah.
Tapi.....apa mungkin dia gadis yang kutunggu selama ini?

*****

Chapter Four

NATASHA'S 聽 POV
Pagi ini aku datang lebih awal. Walaupun hanya berbeda 10 menit dari biasanya.
Aku pergi ke papan pengumuman untuk melihat pembagian kelas setelah 3 hari menjalani
MOS.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 07.00 aku tergesah-gesah mencari kelas takut
terlambat padahal ini hari pertama pelajaran dimulai. Aku berlari dan tiba-tiba........

Bruk!...

Aku merasa menabrak seseorang. Dan tak lama setelah itu, banyak kertas berhamburan di
lantai. Buru-buru kuambil kertas-kertas itu. Dan segera kuberikan ketika mataku terbelalak
kaget melihat orang yang kutabrak adalah........Kak Alex.

"Sori kak...aku bener-bener gak sengaja" ucapku sambil memberikan kertas-kertas itu.

"Santai aja ,gapapa Ehm.. Ngomong-ngomong...." sebelum dia sempat melanjutkan aku
sudah menyelanya.

"Maaf kak..aku harus cari kelas, permisi..." ucapku meninggalkan Kak Alex yang menatapku
bingung.

Sesampainya dikelas, aku mencari bangku yang kosong. Tetapi kemudian mataku menangkap
seseorang yang familiar dan dia Monica. Aku langsung berjalan menuju bangku disebelahnya.
Akhirnya aku bisa sekelas lagi dengannya.

"Nat, darimana aja kamu?" tanya Monica tiba-tiba.

"Hehehe"

*****

Sepulang sekolah, aku dan Monica ingin melihat-lihat seluruh sekolah ini. Gunanya agar aku
tidak kebingungan. Aku dan Monica pun mulai menjelajahi sekolah.聽
Aku belum menemukan tempat yang menarik, padahal Monica sudah menemukan ruang
mading. Dan itu sesuai dengan kesukaannya.

"Mon , aku mau lihat-lihat lantai 3 dulu ya... Nanti ketemuan di depan gerbang aja..."
ucapku sambil melambaikan tangan pada Monica.

Aku berjalan menuju lantai 3. Dan aku mulai melihat setiap kelas yang ada. Hingga aku
berhenti setelah melihat ruangan kecil yang terletak di ujung koridor. Ruangan itu seperti
menyihirku untuk masuk kedalam sana.

Ketika aku masuk ke dalam ruangan itu, aku hanya melihat sebuah piano tua yang letaknya di
tengah ruangan. Ruangan hanya seperti kubus. Tidak ada yang sangat menarik disini. Hanya
saja, suasana disini sungguh bersahabat. Dan aku menyukainya.
Aku duduk di depan piano. Aku membukanya dan mulai memainkan tuts piano tersebut.
Lagu "Kiss the rain" mulai mengalun lembut ditelingaku. Kupejamkan mataku. Musik
membuatku merasa tenang dan damai. Rasanya semua bebanku telah hilang terbawa angin.
Akhirnya hari ini aku sudah menemukan tempat yang menarik.

*****

Chapter Five

NATASHA'S 聽 POV

Pagi ini lagi-lagi aku datang lebih awal. Aku berjalan menuju lantai 3. Aku mulai memainkan
piano lagi. Kali ini aku memainkan lagu 聽"Rivers flow in you".Aku menyelesaikan
permainanku. Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan.

"Permainan yang indah" aku menoleh dan kaget saat mendapati Kak Alex menatapku dengan
tersenyum.

"Terimakasih..." aku kehilangan kata-kata dan kata itulah yang terpikirkan.

"Sebelumnya aku minta maaf sudah kesini tanpa ijin" ucapku sambil menundukkan kepala.

"Udah biasa aja. Lagian ruangan ini gak pernah ada yang pakek, kecuali kamu dan aku"

Aku hendak berjalan keluar ruangan.

"Ngomong-ngomong... Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kak Alex.


Aku menoleh ke belakang dengan tatapan bingung.
"Lupakan" sebelum aku sempat menjawab dia sudah menyelaku. Dan aku pun kembali ke
kelas.

*****

"Nat, kamu nggak apa?" tanya Monica khawatir.

"Nggak apa Mon...cuma capek" balasku.

"Muka kamu pucat Nat..aku antar ke UKS ya..."

"Gak usah Mon...beneran aku nggak apa. Udah biasa kayak gini." aku tersenyum paksa
berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Tetapi kenyataannya tidak.

Sepulang sekolah, Pak Didit supirku belum menjemputku. Padahal biasanya dia datang tepat
waktu. Sudah 15 menit aku menunggu. Tapi Pak Didit belum datang.

"Nat, belum pulang?" aku kaget saat tahu Kak Alex sudah berada di hadapanku.

"Belum kak..." balasku dengan tersenyum.

"Ehm..mau pulang bareng? Biar aku antar" ucapnya malu-malu.

"Gak usah kak...bentar lagi juga supirku dateng"

"Beneran nih? Sekolah udah pada sepi loh. Biasanya banyak hantu grntayangan."

"Eh...tunggu kak..aku ikut" setelah aku pikir-pikir, hari sudah mulai gelap dan aku capek
sekali.

20 menit kemudian, aku sudah sampai di depan rumahku.

"Makasih ya kak udah anterin aku pulang"

"Sama-sama Nat. Besok mau pulang bareng lagi?"

"Gak usah, nanti ngerepotin Kak Alex"

"Gak apa Nat...dengan senang hati aku anter kamu kalau kamu mau"

"Ehm... kalo gitu aku masuk dulu ya kak... Makasih udah nganterin"

"Ngomong-ngomongboleh 聽 minta nomer teleponmu?" tanya nya tiba-tiba. Aku pun


menghampirinya dan memberi nomerku.
"Thanks Nat. Bye" tambah kak Alex lalu segera pergi.

Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah.

"Nat, nggak makan dulu?" tanya mama tiba-tiba.

"Ehm gausah ma. Nanti aja." ucapku lalu langsung masuk ke dalam kamar dan tersenyum
senang. Yah ternyata Kak Alex gak seburuk itu juga.

*****

Hatiku berbunga-bunga, entah kenapa rasanya senang sekali bisa bersama Kak Alex.
Mungkin karena dia mengingatkanku oleh Mike. Kenapa tiba-tiba aku mikirin Mike lagi ya?
Tapi aku penasaran dimana dia sekarang. Apa dia baik-baik saja?.

Aku tersadar dari pikiranku saat darah keluar dari hidungku. Ternyata aku mimisan
"Jangan lagi...pliss" batinku.

Keesokan harinya, aku bangun dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Aku turun ke lantai bawah
dengan menggenakan seragam.

"Pagi ma... Bilangin Pak Didit nanti gak usah jemput aku"

"Dianter sama cowok yang kemarin ya.. Kenalin sama mama dong. Mama kan juga pengen
tau siapa calon PACAR anak mama" ucap mamaku sambil tersenyum.

"Apaan sih ma...dia bukan pacar aku tau! Dia cuma kakak kelas"

"Iya deh iya... Yauda sana berangkat. Jangan lupa diminum obatnya..."

"Iya ma... Dah mama...." aku berjalan masuk ke dalam mobil.

Saat jam istirahat, aku dan Monica berada di dalam kelas membaca novel. Tiba-tiba temanku
memanggilku. Dan katanya ada orang yang mencariku. Aku berjalan keluar kelas dan
mendapati Kak Alex sedang berdiri sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana.

"Ada apa kak mencariku?" tanyaku

"Cuma mastiin nanti kamu pulang bareng aku kan?" tanyanya balik

"Iya...oya kak tadi pagi mamaku titip salam buat Kak Alex. Terus mamaku bawaiin bekal
buat Kak Alex sebagai tanda terimakasih" aku menyodorkan tempat makan itu padanya.

"Thanks Nat...aku balik ke kelas dulu ya" ucapnya sambil melambaikan tangan.
Oh my GOD!!!! Aku bisaa gilaaaa......
Kenapa aku senang sekali dia menemuiku? Ahhh.... Rasanya hatiku akan meledak! Hatiku
berbunga-bunga. Apa mungkin aku menyukainya? Atau mungkin dia memang pengganti
Mike? Aku bingung sekali.

Chapter Six

NATASHA'S 聽 POV

"Halo Nat, kamu kok nggak masuk sekolah sih?" tanya Monica. Aku sekarang sedang
terbaring lemah tak berdaya di kasur sambil menelpon Monica.

"Hehe sori mon"

"Kamu nggak apa kan? Kamu sakit?"

"Enggak. Aku cuman nggak enak badan aja kok. Paling cuma kecapekan"

"Apa aku perlu ke rumahmu buat jenguk kamu?"

"Gausah Mon. Aku isitrahat aja cukup kok. Besok pasti masuk"

"Beneran nih? Yaudah kalo gitu. Get well soon Nat"

"Thanks Mon. Bye..."

2 hari aku tidak masuk sekolah. Aku tau hidungku tidak beres, karena darah terus mengalir
keluar dari hidungku. Lagi-lagi aku mimisan. Belum lagi kepalaku yang sangat pusing dan di
kakiku muncul lebam.

Lebam itu seperti gumpalan darah. Setiap hari aku harus meminum obat. Walaupun setiap
obat yang kuminum membuatku muntah atau mual.

Aku memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui mama, papa, Monica dan Pak Didit.
Rahasia itu sangat menyakitkan. Padahal dulu, dokter bilang penyakitnya sudah diangkat.
Tapi ternyata sekarang sudah menyebar ke seluruh tubuhku.
Aku sangat takut.

ALEX'S POV

Sudah beberapa hari sejak aku mengantarnya pulang, kami berteman akrab. Dan aku
benar-benar merasa dia Natasha yang dulu. Natasha teman masa kecilku.

Pagi ini aku mencarinya di kelas, tetapi tidak ada. Aku coba tanya temannya tidak ada yang
tau kenapa dia tidak masuk. Aku cukup khawatir padanya.
Sudah 2 hari dia tidak masuk. Aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya. Sepulang sekolah,
aku mendatangi rumahnya.

Aku menekan bel rumahnya. Dan mamanya keluar lalu membukakan pagar untukku. Aku
mengangguk tersenyum tanda terimakasih.

"Natasha lagi sakit. Dia ada di kamarnya. Biar tante panggil dulu. Kamu duduk aja disini"
aku sudah berada di ruang tamunya.

"Nggak usah te... Biarin Natasha istirahat aja... Saya titip salam buat dia semoga cepet
sembuh. Soalnya saya khawatir dia nggak masuk 2 hari"

"Terimakasih ya nak Alex... Nanti pesannya pasti tante sampaikan"

"Oh ya. Ini ada sesuatu buat Natasha biar dia cepet sembuh." tambahku lalu menyodorkan
kotak berwarna hitam dengan pita diatasnya.

"Okee okee pasti tante kasih ini ke Natasha."

Aku tersenyum dan segera kembali pulang.

NATASHA'S POV

Aku terbangun dari tidurku saat mamaku masuk ke dalam kamarku sambil membawa bubur
dan segelas air putih.

"Gimana? Udah enakan?" tanya mamaku khawatir sambil duduk di ujung ranjangku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum paksa. Kepalaku masih pusing tapi tidak sepusing
tadi. Dan mimisanku sudah berhenti. Syukurlah batinku.

"Tadi ada Alex kesini nanya kabar kamu. Dia titip salam buat kamu. Sama ini dia titip
sesuatu buat kamu. Katanya biar kamu cepet sembuh."

Kak alex? Ngapain dia disini? Batinku. Mama menyodorkan kotak hitam berpita merah itu
kepadaku.

"Yauda mama turun dulu ya... Kamu jangan lupa dimakan buburnya terus minum obatnya."
mama mencium keningku lalu pergi meninggalkan kamarku. Aku membalas dengan
tersenyum.

Karena penasaran, aku segera membuka kotak itu. Dan isinya ada boneka beruang berwarna
putih, bunga mawar dan sepucuk surat. Aku pun membuka surat tersebut.
hei Nat... Gimana kabar kamu?
Semoga cepet sembuh ya :)
Biar bisa aku anter lagi pulang.
Kalau kamu sembuh, bakal aku ajak pergi gimana?
Mau kan? Kalo gitu kamu harus cepet sembuh dan masuk sekolah besok.
I'm waiting for you

Salam, Alex

'Oh my God.... Ini nggak mungkin' batinku. Kak Alex baik banget. Dia berusaha buat
nyemangatin aku. Aku harus sehat. Pokoknya aku harus sehat dan kembali masuk sekolah.
Semoga saja segalanya berjalan dengan baik.

***

Keesokan harinya, aku sudah mulai enakan. Kepala sudah tidak pusing, mimisan juga enggak.
Cuma lebam aja yang masih ada. Aku memutuskan untuk masuk sekolah. Aku turun ke lantai
bawah mengenakan seragam.

"Pagi sayang..." Ucap mamaku

"Pagi ma... Hari ini aku masuk sekolah ya... Udah sembuh kok" aku tersenyum ceria kepada
mamaku untuk meyakinkannya.

"Yauda deh... Tapi jangan sampek kecapekan ya.. Obatnya diminum juga. Terus nanti
langsung pulang. Gak usah pakek acara mampir beli-beli." mamaku kadang cerewet banget
gara-gara aku. Hahaha.

"Iyaa maaa... Loh ma papa mana?" Tanyaku

"Papa masih tidur. Kemaren njaga kamu sampek malem" terkadang aku merasa bersalah
sudah membuat kedua orang tuaku khawatir akan keadaanku.

"Yaudah...Natasha berangkat dulu. Salam buat papa." aku pergi meninggalkan ruang makan
lalu masuk kedalam mobil dan berangkat ke sekolah.

*****

Sesampainya di kelas, Monica menatapku khawatir sekaligus lega aku sudah bisa masuk
sekolah.

"Nat, kamu udah sembuh nih?" tanya Monica khawatir.

"Udah dong" balasku meyakinkannya.

"Eh Nat, kak Alex nyari kamu mulu tau gak?"


"Oh ya? Tapi dia kemarin udah jenguk aku kok"

"Sumpahhh??!!" teriak Monica kegirangan.

"Sst... Ngomongnya pelan-pelan aja." aku menegurnya. Habis suaranya kayak toak.

"Ups. Terus gimana?"

"Gimana apanya?"

"Yah kalian gimana? Pacaran atau apa kek?"

"Gak mungkin lah aku pacaran sama dia. Udah lah lupakan"

"Yaelah. PHP deh lo Nat" gerutu Monica kesal. Aku hanya membalas dengan tertawa kecil.

Saat istirahat, aku dan Monica hendak pergi ke kantin. Tapi di tengah perjalanan , aku
bertemu Kak Alex yang tersenyum padaku dan mengajakku berbicara.

"Mon, kamu duluan aja ya." Monica langsung pergi sambil meringis menatapku.

"Nat, udah sembuh?" tanya Kak Alex

"Udah kak.." balasku.

"Ehm... Sabtu besok kamu ada acara?"

"Enggak. Emang kenapa?"

"Aku mau nepatin janji buat ngajak kamu pergi. Aku ada 2 tiket konser piano. Ehm..aku sih
gak berniat nonton sendirian. Jadi kamu mau temenin aku?" tanyanya sambil menggaruk
rambutnya malu-malu.

"Ehmm...." aku menganggukan kepalaku. Kak Alex langsung berbalik badan dan berkata
"yes! Yes!" Tanpa bersuara. Aku hanya menatapnya lucu.

"Kalau gitu besok aku jemput jam 6 ya..."

"Oke..." dia berjalan pergi ke kelasnya sambil melambaikan tangannya. Dan aku berjalan
menuju kantin.

*****
Chapter Seven

NATASHA'S POV

Malam ini, aku bingung memilih baju yang akan kukenakan untuk pergi. Aku mencoba setiap
baju tapi belum ada yang cocok. Akhirnya aku pasrah. Aku mengenakan dress mini bermotif
garis-garis. Aku kembali menatap cermin. Melihat kembali pakaianku. Semoga tidak terlalu
berlebihan.

"Nat... Alex sudah nunggu di bawah!" teriak mama.

"Iya bentar ma..." balasku.

Aku langsung mengambil tas dan berjalan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu aku melihat
laki-laki tampan yang mengenakan kemeja hitam dengan bawahan jeans dan tersenyum ke
arahku. Oh my GOD!senyumnya... Batinku sambil berjalan ke arahnya.

"Ehm..tante saya duluan ya..." ucap kak Alex.

"Iya Hati-Hati ya...Jangan pulang malem-malem" balas mamaku.

"Dah ma...." ucapku sambil melambaikan tangan dan masuk kedalam mobil milik Kak Alex.
Kak Alex mulai menancapkan gas. Aku hanya duduk diam memandang luar jendela. Selama
perjalanan, kami hanya bercerita tentang diri masing-masing. Dengan maksut saling kenal
satu sama lain lebih dekat.

20 menit kemudian, kami tiba di sebuah gedung tinggi tempat acara konser berlangsung. Aku
dan Kak Alex turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam gedung.

Setelah acara itu selesai, kami berdua pergi makan malam di sebuah restoran dekat rumahku.
Restoran ini adalah restoran kesukaanku. Kami masuk ke dalam restoran dan mencari tempat
duduk. Kami memilih duduk di ujung dekat jendela.

*****

"Kamu mau pesan apa?" tanyanya.

"Ehm...aku pesen Tenderloin steak aja sama Lemon tea" balasku.

"Kalau gitu saya pesan 2 Tenderloin steak. Minumnya lemon tea sama milkshake vanilla. Ya
mbak... Makasih" ucap kak Alex kepada salah satu pelayan. Pelayan itupun pergi
meninggalkan kami.

Aku hanya termenung menatap keluar jendela. Hujan mulai turun. Tak tau kenapa. Tapi
hujan selalu membuatku teringat akan Dia. Masa laluku. Jujur aku belum bisa melupakannya.
Kenangan-kenangan bersamanya sangat kurindukan. Aku terus menatap keluar jendela
hingga terdengar suara yang memecahkan pikiranku.

"Nat,kamu mikirin apaan sih?" aku lupa aku sedang bersama Kak Alex. Aku hanya
tersenyum dan menggeleng kepala. Pelayan tiba membawa pesanan kami. Setelah selesai
makan, aku dan Kak Alex pulang.

Aku kembali masuk kedalam mobil. Malam ini sungguh melelahkan. Tapi aku jadi mengerti
banyak hal tentang Kak Alex. Setibanya di rumahku, aku hendak membuka pintu mobil.

"Nat" tangannya memegang lenganku. Mencegahku pergi. Aku pun menoleh.

"Thanks for tonight" ucapnya dengan tersenyum. Aku terdiam. Lalu mulai bersuara

"You're welcome" aku turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Aku berjalan menuju
kamarku dan merebahkan tubuhku di atas kasur. Malam ini sungguh melelahkan. Aku pun
tertidur lelap.

*****

Hari ini hari Minggu. Waktu untuk keluarga berkumpul dan bersenang-senang. Tapi hari ini
malah menjadi hari buruk bagiku dan keluarga. Lagi-lagi aku masuk rumah sakit karena pagi
tadi jatuh pingsan. Memang tadi pagi aku sangat lelah dan kepalaku pusing. Mama dan
papaku sungguh khawatir.

Kata dokter, penyakitku mulai parah. Ya! Aku memiliki penyakit Kanker Leukimia atau
nama lainnya Kanker Darah. Aku sudah mengidap penyakit ini sejak umur 13 tahun. Saat itu
aku masih kecil dan sangat syok.

Saat itu, mama dan papaku memutuskan aku untuk dioperasi. Selama 2 tahun aku menjalani
kemoterapi dan operasi. Dan penyakit itu sudah diangkut. Tapi sekarang malah menjalar ke
seluruh tubuh. Kata dokter, sekarang sudah menghadapi tahap Stadium III .

Aku sungguh terpuruk saat mendengarnya. Tapi dari dulu saat pertama kali aku divonis
mengidap penyakit kanker, dokter pernah berkata untuk bisa menghadapi kemungkinan
terburuknya.

Malamnya aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku memikirkan apa yang terjadi jika suatu
hari aku tidak dapat membuka mata lagi? Aku sangat takut dengan semua
kemungkinan-kemungkinan buruk akan terjadi padaku. Mama sering menangis akhir-akhir
ini melihat kondisiku yang mulai memburuk. Papa hanya pasrah dan tetap menyemangatiku.

*****

Setelah 3 hari, akhirnya aku dapat kembali masuk ke sekolah. Aku sangat rindu dengan
suasana sekolah yang selalu membawa semangat untukku. Pagi ini di sekolah rasanya senang
sekali. Aku berjalan dan duduk di sebuah bangku kosong di taman sekolah. Hari ini aku
datang lebih awal. Aku sudah bosan di rumah tidur dan beristirahat.

Aku ingin bebas seperti kupu-kupu yang terbang. Aku tidak bisa membayangkan jika aku
bisa terbang. Tempat manakah yang akan kukunjungi terlebih dahulu? Ketika aku mulai
berhayal-hayal tiba-tiba kurasakan tangan yang menutup mataku dari belakang.

Aku tidak tau siapa ini. Ketika kubuka mataku, aku melihat Kak Alex yang tersenyum
menatapku. Aku hanya tersenyum balik. Untung saja aku bertemu dengan seseorang yang
selalu membuat hatiku damai.

*****

Chapter Eight

NATASHA'S POV

Kring.....

"Kak, aku balik ke kelas dulu ya..."

"Bye Nat"
Bel sudah berbunyi, pelajaran pertama akan segera dimulai. Aku segera pergi dari taman
setelah bercanda gurau dengan Kak Alex. Aku berjalan menuju kelasku dan menunggu
pelajaran dimulai.

"Cie.. Ciee... Yang habis pacaran sama Kak Alex" ucap Monica tiba-tiba.

"Apaan sih mon. Orang kita nggak pacaran kok" balasku kesal.

"Ya kan coming soon wkwk" emang deh Monica ini ngayal banget kalo ngomong. Plis deh
gak mungkin cewek kayak aku gini punya pacar.

Saat istirahat, aku dan Monica serta beberapa teman kelasku pergi ke kantin. Setibanya di
kantin, aku bertemu Kak Sofhie yang menatap sinis ke arahku.

Aku tau tatapan mengancam itu karena dia cemburu waktu melihatku dan Kak Alex duduk
berdua di taman tadi pagi. Aku hanya mengabaikannya dan tetap berjalan mencari kursi. Aku
dan teman-temanku mendapatkan kursi.

Kami mengobrol tentang beberapa hal. Contohnya cita-cita kami, hobi, bahkan nama Kak
Alex dibawa-bawa. Mereka bilang kalau aku dan dia cocok. Aku hanya tertawa
menanggapinya.

Selesai dari kantin, kami kembali ke kelas.

"Eh Nat, kamu sakit?" tanya seorang temanku tiba-tiba.

"Hah enggak kok" jawabku. Memang aku tidak merasa sakit sama sekali.

"Terus kok mimisan?" aku langsung mengecek hidungku dan ternyata benar.

Lagi-lagi aku mimisan. Akhirnya Monica menemaniku pergi ke UKS. Dia sungguh khawatir
akan kondisiku akhir-akhir ini. Padahal aku baik-baik saja dari tadi.

"Nat, aku tinggal ke kelas ya... Kamu istirahat aja disini" ucap Monica.

"Iyaa...makasih ya Mon" aku berjalan ke kasur UKS untuk tidur sejenak. Tanpa aku sadar,
aku sudah tertidur kurang lebih 1 jam dan aku benar-benar merasa lelah.

Saat aku hendak kembali ke kelas, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam UKS. Dan itu Kak
Alex. Dia menatapku bingung.

"Nat, kamu nggak apa? Kamu ngapain disini?" aku tersontak kaget saat melihatnya. Tapi
diriku memilih untuk diam. Karena tiba-tiba aku pusing sekali. Aku memegang kepalaku.
Berusaha untuk melanjutkan berjalan tiba-tiba kak Alex membantuku.
"Kalau masih sakit, istirahat aja. Gausa maksaiin diri" tangannya menopang tubuhku
berusaha membantuku berjalan. Aku menolak.

"Aku nggak apa. Aku harus kembali ke kelas. Nanti ketinggalan pelajaran" ucapku.

"Nat, kamu disini aja. Biar aku yang ngajarin belajar deh" ucapnya tegas dengan
memandangku. Aku akhirnya menyerah dan membiarkan dia membantuku.

*****

Setelah belajar privat dengan Kak Alex , aku berjalan kembali ke kelas saat istirahat kedua.
Tiba-tiba sakit kepalaku hilang begitu saja. Hatiku pun senang sekali. Rasanya sungguh
berbunga-bunga. Saat aku masuk ke dalam kelas, Monica menatapku khawatir lagi.

"Nat, udah nggak apa? Masih sakit?kalau iya kita ke UKS lagi aja!" Monica berlari
mendatangiku dari bangkunya ke ambang pintu kelas.

"Duh bawel banget sih kamu Mon! Aku udah nggak apa. Barusan kan habis ditolongin
hahaha"

"Ditolongin sama siapa Nat? Hayoo sama siapa...." Monica menggelitik perutku. Aku hanya
menggelitiknya balik. Aku duduk di bangkuku dan menceritakan ke Monica tentang Kak
Alex yang menolongku dan mengajariku di UKS.

Kak Alex memang baik. Di saat dia lagi ditugasin sama guru, malah membantuku di UKS.
Lebih tepatnya hanya berbincang-bincang dan tertawa. Sungguh menyenangkan bisa
meluangkan waktu bersamanya..... Tetapi terkadang aku merasa takut.

Aku takut tidak bisa bercanda gurau lagi suatu hari. Tentunya karena kondisi badanku yang
selalu labil. Aku juga takut penyakitku tidak bisa disembuhkan. Semua
kemungkinan-kemungkinan selalu lewat di pikiranku. Tapi untungnya aku memiliki
teman-teman, keluarga dan orang-orang yang kusayangi. Dimana mereka akan selalu
menemaniku saat suka dan duka serta menyemangatiku setiap hari.

Aku baru teringat setelah melihat bolpen Kak Alex yang tertinggal. Aku hendak
mengembalikannya. Aku berjalan ke kelasnya. Sesampainya di kelas Kak Alex, kelas itu
kosong. Aku baru sadar bahwa Kak Alex sedang pelajaran olahraga. Jadi mereka semua di
lapangan. Tanpa ijin aku masuk ke dalam kelas dan mencari bangkunya.

Aku berjalan menyusuri setiap barisan bangku. Langkahku terhenti saat melihat sebuah buku
di atas meja. Buku itu sungguh familiar. Aku seperti tau buku itu. Buku itu berwarna biru
muda. Aku mulai mengingat-ingat.
Saat aku menyadarinya, buku itu sama dengan buku yang kuberikan kepada seseorang di
masa laluku. Mike. Yup itu buku Mike.

Aku pernah memberi buku seperti ini kepada Mike. Dulu sebelum aku pindah. Tapi mungkin
saja ini bukan punya Mike. Tidak mungkin juga buku seperti ini hanya ada satu. Aku duduk
di bangku tersebut. Bangku dimana terdapat buku berwarna biru muda diatasnya.

Aku mulai penasaran. Aku membukanya dan membaca semua isinya. Aku sungguh kaget. Isi
dari buku ini sungguh membuatku bingung. Mana mungkin Mike bisa berada di sekolah ini?
Kenapa dia tidak pernah mencariku? Apa dia sudah melupakanku? Dan pergi begitu saja?
Tapi kenapa dia masih menyimpan buku ini?

To be continue...

Chapter Nine

NATASHA'S POV

Aku sangat yakin buku ini milik Mike. Tapi aku tidak tau siapa dan dimana Mike sekarang.
Aku mulai merasa ada sesuatu. Sesuatu hal yang tidak kuketahui. Aku membaca setiap
lembar demi lembar buku tersebut. Beberapa lembar kulalui. Buku itu berisi.....

23 Januari 2001 ,

Hari ini dia berjanji padaku akan kembali


Semoga dia dapat menepati janjinya.

28 Januari 2001 ,
Hari ini hari pertama kalinya aku ngerayaiin ultah tanpa kamu
Umurku sudah genap 14 tahun sekarang
Baru ditinggal 5 hari aja aku sudah sedih
Apalagi 3 tahun
Itu lama banget :(

Ada beberapa lembar yang kulewati. Aku membaca bagian yang penting saja.
Walau semuanya sebenarnya penting.

26 Juli 2001 ,
Hai Nat... Gimana kabarmu sekarang?
Aku sudah tambah besar lo :)
Sekarang aku sudah SMP
aku punya banyak teman baru disini
Semoga kamu juga punya teman banyak disana
Selain aku maksutnya
3 April 2001 ,
Nat , 3 tahun sudah berlalu
Sebentar lagi akhirnya kita bisa bertemu lagi
Aku tidak sabar bertemu kamu
Aku rindu sekali denganmu
Aku penasaran Natasha yang dulu sama sekarang cantikan mana

Aku sangat menyesal tidak kembali. Aku malah meninggalkannya. Seharusnya dulu aku
tidak ikut pindah. Pasti kejadiannya tidak akan serumit ini. :(

10 November 2001 ,
Nat ternyata waktu sudah berlalu sangat cepat...
Aku tidak menyangka sekarang aku sudah SMA
Dulu waktu kamu umur 10 , kamu janji akan kembali
Aku akan menunggumu Nat...

28 Januari 2002 ,
Nat , hari ini hari ulang tahunku yang ke 17
Seharusnya aku gembira
Tapi nyatanya tidak
Aku merasa hampa
Tidak ada kamu disini
Sudah 5 tahun kamu pergi
Dan kamu belum kembali
Aku khawatir akan keberadaanmu

19 September 2002 ,
Nat kenapa kamu masih belum kembali?
Kamu dimana?
Aku harap kamu baik-baik aja
Aku sekarang jadi ketua osis lo
Aku ingin belajar memimpin
Mungkin suatu hari aku bisa menunjukkannya didepanmu

21 September 2002 ,
Nat , aku ketemu anak yang namanya Natasha
Dia anak yang baik dan cantik
Dia adik kelasku. Dia baru masuk kelas 10
Dan aku ingin mulai dekat dengannya
Aku merasa mengenalnya
Aku yakin itu kamu
Hanya saja kamu yang belum menyadariku

7 Oktober 2002 ,
Aku yakin sekali itu kamu
Aku sangat dekat denganmu
Aku sering mengajakmu pergi
Apa kamu belum tau ini aku?
Aku akan selalu menunggumu Nat

Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahannya. Aku sangat merindukannya.
Akhirnya aku bisa menemukannya. Dan aku sungguh ingin tau siapa Mike ini? Aku
mengusap air mataku menenangkan diriku. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk kedalam
kelas. Dan dia adalah Kak Alex.

ALEX'S POV

Siang ini, pelajaran olahraga sungguh membosankan. Siang terik seperti ini malah disuruh
berjemur. Betapa lelahnya aku. Aku mulai kepanasan dan haus. Akhirnya aku ijin kepada
guruku untuk mengambil minum di kelas. Aku berjalan menuju kelas. Aku masuk ke dalam
kelas dan mendapati gadis itu duduk di bangkuku. Ya! Natasha maksutku.

"Nat, kamu ngapaiin di bangkuku?" tanyaku sambil berjalan kearahnya. Dia menatapku
bingung sekaligus kaget. Aku melihatnya sedang memegang buku harianku.

"I..ini..punya kamu..??" tanyanya bingung dengan menunjukkan buku berwarna biru muda itu.
Aku hanya mengangguk dengan tatapan bingung juga. Buku harian itu adalah satu-satunya
kenang-kenangan dari masa laluku.

"Ehm...mi..Mike??" tanyanya dengan menatapku penuh harapan. Yes!! Akhirnya..... Batinku


dalam hati. Aku menatapnya balik mengisi semua harapannya. Aku tidak tega melihat
matanya yang mulai berkaca-kaca. Aku pun mengangguk.

"Akhirnya kamu sadar" ucapku dengan tersenyum. Air matanya menetes. Dia terisak. Aku
berusaha menenangkannya. Dia tetap menangis. Dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"I'm sorry Mike" dia terus mengulangi kata-kata itu. Aku tau dia sangat menyesal. Aku
memegang bahunya dengan kedua tanganku. Aku ingin dia menatapku. Dia masih menangis.
Hanya perlu satu kalimat saja....

"Nat, i'm here" ucapku lalu memeluknya.

NATASHA'S POV

Aku sangat yakin buku ini milik Mike. Tapi aku tidak tau siapa dan dimana Mike sekarang.
Aku mulai merasa ada sesuatu. Sesuatu hal yang tidak kuketahui. Aku membaca setiap
lembar demi lembar buku tersebut. Beberapa lembar kulalui. Buku itu berisi.....

23 Januari 2001 ,

Hari ini dia berjanji padaku akan kembali


Semoga dia dapat menepati janjinya.
28 Januari 2001 ,
Hari ini hari pertama kalinya aku ngerayaiin ultah tanpa kamu
Umurku sudah genap 14 tahun sekarang
Baru ditinggal 5 hari aja aku sudah sedih
Apalagi 3 tahun
Itu lama banget :(

Ada beberapa lembar yang kulewati. Aku membaca bagian yang penting saja.
Walau semuanya sebenarnya penting.

26 Juli 2001 ,
Hai Nat... Gimana kabarmu sekarang?
Aku sudah tambah besar lo :)
Sekarang aku sudah SMP
aku punya banyak teman baru disini
Semoga kamu juga punya teman banyak disana
Selain aku maksutnya

3 April 2001 ,
Nat , 3 tahun sudah berlalu
Sebentar lagi akhirnya kita bisa bertemu lagi
Aku tidak sabar bertemu kamu
Aku rindu sekali denganmu
Aku penasaran Natasha yang dulu sama sekarang cantikan mana

Aku sangat menyesal tidak kembali. Aku malah meninggalkannya. Seharusnya dulu aku
tidak ikut pindah. Pasti kejadiannya tidak akan serumit ini. :(

10 November 2001 ,
Nat ternyata waktu sudah berlalu sangat cepat...
Aku tidak menyangka sekarang aku sudah SMA
Dulu waktu kamu umur 10 , kamu janji akan kembali
Aku akan menunggumu Nat...

28 Januari 2002 ,
Nat , hari ini hari ulang tahunku yang ke 17
Seharusnya aku gembira
Tapi nyatanya tidak
Aku merasa hampa
Tidak ada kamu disini
Sudah 5 tahun kamu pergi
Dan kamu belum kembali
Aku khawatir akan keberadaanmu

19 September 2002 ,
Nat kenapa kamu masih belum kembali?
Kamu dimana?
Aku harap kamu baik-baik aja
Aku sekarang jadi ketua osis lo
Aku ingin belajar memimpin
Mungkin suatu hari aku bisa menunjukkannya didepanmu

21 September 2002 ,
Nat , aku ketemu anak yang namanya Natasha
Dia anak yang baik dan cantik
Dia adik kelasku. Dia baru masuk kelas 10
Dan aku ingin mulai dekat dengannya
Aku merasa mengenalnya
Aku yakin itu kamu
Hanya saja kamu yang belum menyadariku

7 Oktober 2002 ,
Aku yakin sekali itu kamu
Aku sangat dekat denganmu
Aku sering mengajakmu pergi
Apa kamu belum tau ini aku?
Aku akan selalu menunggumu Nat

Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahannya. Aku sangat merindukannya.
Akhirnya aku bisa menemukannya. Dan aku sungguh ingin tau siapa Mike ini? Aku
mengusap air mataku menenangkan diriku. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk kedalam
kelas. Dan dia adalah Kak Alex.

ALEX'S POV

Siang ini, pelajaran olahraga sungguh membosankan. Siang terik seperti ini malah disuruh
berjemur. Betapa lelahnya aku. Aku mulai kepanasan dan haus. Akhirnya aku ijin kepada
guruku untuk mengambil minum di kelas. Aku berjalan menuju kelas. Aku masuk ke dalam
kelas dan mendapati gadis itu duduk di bangkuku. Ya! Natasha maksutku.

"Nat, kamu ngapaiin di bangkuku?" tanyaku sambil berjalan kearahnya. Dia menatapku
bingung sekaligus kaget. Aku melihatnya sedang memegang buku harianku.

"I..ini..punya kamu..??" tanyanya bingung dengan menunjukkan buku berwarna biru muda itu.
Aku hanya mengangguk dengan tatapan bingung juga. Buku harian itu adalah satu-satunya
kenang-kenangan dari masa laluku.

"Ehm...mi..Mike??" tanyanya dengan menatapku penuh harapan. Yes!! Akhirnya..... Batinku


dalam hati. Aku menatapnya balik mengisi semua harapannya. Aku tidak tega melihat
matanya yang mulai berkaca-kaca. Aku pun mengangguk.

"Akhirnya kamu sadar" ucapku dengan tersenyum. Air matanya menetes. Dia terisak. Aku
berusaha menenangkannya. Dia tetap menangis. Dan menutupi wajahnya dengan tangannya.
"I'm sorry Mike" dia terus mengulangi kata-kata itu. Aku tau dia sangat menyesal. Aku
memegang bahunya dengan kedua tanganku. Aku ingin dia menatapku. Dia masih menangis.
Hanya perlu satu kalimat saja....

"Nat, i'm here" ucapku lalu memeluknya.

****

Chapter Ten

NATASHA'S POV

"Hii...bau! Gausa peluk-peluk!!" ucapku berusaha melepaskan pelukan Kak Alex. Aku baru
menyadari Kak Alex habis olahraga. Lantas tubuhnya bau.

"Hahaha... Iya iya. Kalau gitu jangan nangis lagi dong!" Kak Alex melepaskan pelukannya.
Dan menatapku dengan senyuman tulusnya. Aku menyeka air mataku.

"Aku sudah lama nunggu kamu tau!"

"Ya maaf " rengekku.

"Haha iya iyaa... Yang penting sekarang kamu ada disini. Kalo gitu aku kembali ke lapangan
dulu ya... Nanti aku yang anterin kamu pulang oke??" Aku hanya menganggukkan kepala.
Kak Alex pergi meninggalkan kelas.

Hatiku sangat lega setelah mengetahui Kak Alex adalah Mike. Aku sangat merindukannya.
Tapi masih saja aku merasa menyesal sudah meninggalkannya. Aku berdiri dan berjalan
keluar kelas dengan segala beban yang hilang begitu saja.

*****

Sepulang sekolah, Kak Alex menungguku di depan gerbang.

"Nat, sebelum pulang kita mampir toko buku dulu ya" ucapnya.

"Iya gak apa" Aku dan Kak Alex masuk ke dalam mobil yang diparkirkan di depan sekolah.
Setelah perjalanan, kami sampai di depan toko buku yang terletak di ujung jalan. Toko itu
tidak jauh dari sekolah hanya butuh beberapa menit saja sudah sampai. Aku turun dari mobil
dan masuk ke dalam toko itu.

Toko ini sangat luas. Banyak para petugas yang merapikan buku-buku di rak. Kak Alex
berjalan menuju rak-rak yang berisi buku soal latihan untuk menghadapi ujian. Tempat ini
menyenangkan.
Rasanya seperti memiliki kesan tersendiri yang menarik para pengunjung untuk datang. Aku
berjalan-jalan di sepanjang rak buku. Menyentuh satu dua buku. Membaca sampul
belakangnya , membuka-buka buku yang tidak dibungkus oleh plastik.

Lagi-lagi hujan turun. Untungnya aku dan Kak Alex berada di dalam toko. Jadi kami tak usah
kebingungan akan basah terkena hujan. Kali ini, hujan tidak lagi membuatku mengingat masa
lalu. Aku sudah menemukan masa laluku itu. Dan dia sedang bersamaku sekarang. Di tempat
ini.

Aku memandang sekitar... Suasana disini sungguh bersahabat. Aku kembali berjalan ke arah
Kak Alex. Dia masih bingung memilih buku yang mana. Aku pun membantunya. Akhirnya
kami menemukan yang bagus dan membelinya. Aku dan Kak Alex berjalan menuju meja
kasir untuk membayar

*****

Setelah itu kami hendak keluar dari toko buku. Tiba-tiba kami bertemu seseorang yang
familiar. Cewek itu menggunakan seragam sekolah. Dan seragam itu sama seperti seragam
yang kupakai. Dia adalah Kak Sofhie. "Sedang apa dia disini" batinku dalam hati.

"Alex, ngapaiin kamu disini? Terus ngapaiin ada cewek ini??" tanya kak Sofhie sambil
menunjukku. Aku hanya terdiam tidak ingin menanggapinya.

"Dia menemaniku mencari buku soal latihan" balas kak Alex.

"Oo gitu.. Kalu gitu habis gini kita dinner bareng BERDUA yuk Lex" tangan Kak Sofhie
menarik lengan Kak Alex. Kak Sofhie sengaja menegaskan kata 'berdua' untuk menyindirku.
Aku tidak menghiraukannya.

"Sof , lepasin!" kak Alex melepaskan tangan Kak Sofhie yang melingkari lengannya.

"Aku nggak punya banyak waktu buat kamu Sof. Aku harus pergi" tiba - tiba
Kak Alex menarik tanganku dan berjalan menuju mobil. Kak Sofhie menatapku dengan sinis
dan sirik sambil berkata "awas lo" tanpa bersuara sebelum aku pergi menjauh darinya.
Tanganku masih dalam genggamannya. Kami masuk kedalam mobil dan dia mengantarku
pulang.

*****

Keesokan harinya, aku masuk sekolah seperti biasa. Aku duduk di bangku kelasku seperti
biasa. Saat istirahat, aku hendak pergi ke kantin seperti biasa. Tiba-tiba Kak Sofhie datang
mencegahku dan menarikku paksa menuju gudang didekat kamar mandi lantai bawah. Dia
dan kedua temannya menatapku sinis.

Jeng..jeng!
"Heh! Dengerin ya! Alex itu punyaku! Jadi kamu gausah deket-deket lagi sama dia!"

"Dan satu lagi jangan coba-coba buat aku marah!"

Kak Sofhie dan kedua temannya meninggalkanku sendirian di gudang itu lalu mengunciku.
Aku berusaha berteriak minta tolong tapi percuma tidak ada yang dengar. Aku mencoba
mencari akal untuk kabur tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.

Ruangan ini sangat kotor dan penuh debu. Aku hampir tidak bisa nafas. Aku berusaha untuk
mendobrak pintu tapi alhasil aku kelelahan. Aku sangat takut... Aku takut tidak ada yang
menolongku.

ALEX'S POV

Saat istirahat, aku pergi ke kelas Natasha untuk mengajaknya ke kantin bersama. Setelah
dikelasnya, aku hanya melihat Monica yang duduk di bangkunya. Natasha tidak ada.

"Mon, Natasha dimana?" tanyaku ke Monica.

"Ehm.. Tadi katanya ke toilet. Tapi sampek sekarang belum kembali. Ini aku mau
mencarinya" balas Monica.

"Yauda kalau gitu, kita cari bareng-bareng aja" akhirnya aku dan Monica pergi mencari di
toilet lantai 2 . Tetapi dia tidak ada.

Kami mencoba mencari ke lantai 3 juga tidak ada. Akhirnya kami ke lantai bawah. Monica
masuk ke dalam toilet , tetapi Natasha juga tidak ada. Saat kami hendak pergi , kami
mendengar teriakan minta tolong. Aku mencoba mendengar lagi. Dan suara itu terdengar dari
arah gudang dekat toilet. Monica menatapku ragu.

Aku pun berjalan ke arah gudang. Suara itu seperti suara Natasha. Aku mencoba membuka
pintu itu , tetapi ternyata terkunci. Dengan terburu-buru , aku mencoba mendobrak pintu
dengan kakiku. Dan akhirnya...

Brukk!

Pintu itu terbuka. Aku sangat kaget saat melihat Natasha menangis di ujung ruangan. Aku tau
kenapa dia menangis. Dia pasti ketakutan. Monica langsung berlari menuju Natasha.

"Nat, kamu gak apa?" Tanya Monica sambil memeluk erat Natasha.
Natasha tidak menjawab dia masih menangis. Dia pasti syok dan takut. Buru-buru aku
mendatanginya dan mencoba menenangkannya. Aku tidak tahu siapa yang tega mengunci
Natasha di gudang. Tapi sepertinya Sofhie lah yang melakukannya.

*****
Chapter Eleven

ALEX'S POV

Siang itu, setelah apa yang terjadi dengan Natasha. Aku pergi ke kelas dan memanggil Sofhie
untuk berbicara sebentar. Aku dan Sofhie berdiri di luar kelas.

"Sof, apa kamu yang ngunci Natasha di gudang?"

"Gak mungkin lah... Buat apa coba" Sofhie memalingkan mukanya. Aku tau dia bohong.
Hanya saja dia takut untuk mengungkapkannya.

"Sof, jangan bohong! Aku tau ini semua pasti kerjaanmu" bentakku. Dia mulai takut.

"Okay , fine! Itu semua memang kerjaaanku emang kenapa? Kamu ga suka? Dia itu siapa si
Lex... Gaperlu kamu belaiin terus deh" balas Sofhie. Aku mulai marah dan maju satu langkah
lebih dekat dengan dia.

"Dengerin ya Sof... Jangan ganggu Natasha lagi. Dia itu sahabatku. Dan kamu jangan deketin
dia lagi." ucapku tegas. Aku segera pergi meninggalkan Sofhie yang masih menatapku
bengong. Dia benar- benar kalah.

*****
Sepulang sekolah aku mengantarkan Natasha pulang ke rumahnya. Saat itu Natasha sudah
mulai tenang. Tidak menangis lagi. Sebenarnya aku memperbolehkan Natasha untuk
memanggilku Mike. Asal hanya dia yang memanggilku seperti itu. Tapi dia tetap memilih
untuk memanggil Kak Alex. Aku membiarkannya.

Akhir-akhir ini setelah kami tau lebih dekat satu sama lain, aku dan Natasha menjadi lebih
akrab. Tidak ada rasa canggung seperti dulu yang masih malu-malu. Aku dan dia sangat
terbuka satu sama lain. Itu membuatku merasa nyaman.

Kata 'Nyaman' tidak menggambarkan rasaku kepadanya. Aku merasa memiliki rasa yang
jauh dari 'nyaman' seperti 'sayang'. Aku sudah merasakannya dari awal. Sejak aku dan dia
pertama kali bertemu.

NATASHA'S POV

Malam ini aku sangat lelah. Belum lagi aku masih mengingat kejadian tadi siang di sekolah.
Sungguh, Kak Sofhie benar-benar menyebalkan. Aku berjalan menuju kasur untuk tidur. Aku
benar-benar ngantuk. Aku memejamkan mataku. Berusaha tidur. Tiba-tiba terdengar bunyi
getaran dari handphone ku. "Arghhh sapa sih yang ngechat malem-malem gini?!" Batinku.
Aku duduk dan meraih handphone ku yang ada di atas meja. Aku melihat pesan yang masuk.
Dan ternyata dari Kak Alex.

From : Kak Alex


Nat?

To : Kak Alex
Iya?

From : Kak Alex


Ehmm...Kamu udah gak nangis lagi kan gara-gara tadi? Aku tau itu semua ulahnya
Sofhie. Dia emang gitu. Gausah dipikirin terus.

To : Kak Alex
Ya engga lah.By the way ,makasih lo kak udah nolong aku tadi.

From : Kak Alex


Sama-sama. Oya nat , sori besok aku gak bisa anter kamu pulang.

To : Kak Alex
Loh kenapa?

From : Kak Alex


Soalnya aku ada rapat osis. Sori ya...

To : Kak Alex
Iya gak apa.
From : Kak Alex
Belum tidur?

To : Kak Alex
Belum. Ini mau tidur

From : Kak Alex


Yauda kalo gitu Good Night...have a nice dream :)

Aku sengaja tidak membalasnya. Padahal tadi ngantuk. Kenapa sekarang jadi semangat ya?
Aku sangat senang. Hatiku berbunga-bunga. Akhir-akhir ini selama aku bersama Kak Alex
hatiku selalu berdebar-debar. Aku tidak tau perasaan apakah ini. Tapi ini berbeda. Bukan rasa
'care' satu sama lain. Tapi ini juga bukan rasa nyaman seorang sahabat. Apa mungkin aku
menyukainya?
Chapter Twelve

NATASHA'S POV

Sekolahku akan mengadakan Bazar tahunan. Di acara ini, setiap kelas harus membuka sebuah
stand.Boleh 聽 stand makanan, hiburan dan lain-lain. Kelasku mulai menyiapkan untuk Bazar
tersebut.

Aku mulai membantu mendekorasi kelas agar tampak lebih indah dan bersih. Kelasku
berencana membuka stand makanan seperti food court. Jadi terdapat banyak aneka makanan
dan minuman.

Aku hendak mengangkat sebuah kardus minuman dari lobby sekolah ke kelasku. Kardus itu
sangat berat. Bayangkan aku gadis yang lemah dan bisa dibilang sakit-sakitan, mengangkat
satu kardus yang isinya penuh dengan minuman kemasan sambil menaiki tangga. Aku
dengan usaha yang keras mengangkat kardus dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba ada yang mengambil kardus itu dari tanganku. Aku tersontak kaget. Kak Alex.....

"Kalau gak kuat gak usah maksa. Sini biar aku bawaiin"

"Aku kuat kok"

"Sok kuat!Udah jangan bawel" ledeknya.

Dia berjalan menuju kelasku. Aku hanya senyum-senyum sendiri menatapnya. Sesampainya
di kelas, dia menaruh kardus itu lalu aku mengucapkan terimakasih dan dia keluar kelas.
Awalnya teman-temanku menatapku kaget lalu semuanya mulai mendatangiku dan
bertanya-tanya tentang kejadian barusan. Kejadian dimana Kak Alex , ketua osis sekolah dan
cowok populer di sekolah , bisa membantu aku membawa kardus ke kelas.

"Cie ciee... Sekarang Natasha sama Kak Alex"

"Sudah sejak kapan deket?"

"Kok bisa dibantu Kak Alex sih? Aku juga mauuu....." ucap teman-temanku dengan
pertanyaan bertubi-tubi. Aku hanya tertawa dan menjawab semua pertanyaan itu dengan
jujur.

*****

Hari dimana Bazar berlangsung, sudah tiba. Pagi-pagi sekali aku datang ke sekolah dan
membantu teman-temanku yang akan membuka stand di kelas. Bazar pun dimulai dengan
beberapa sambutan dari kepala sekolah , penyelenggara bazar , serta ketua osis kita Kak Alex.
Dia benar-benar terlihat tampan saat memberi sambutan di atas panggung. Semua murid
banyak yang menyorakinya. Aku hanya ikut-ikutan.
Setelah sambutan berlangsung, acara selanjutnya diisi dengan penampilan-penampilan dari
ekskul-ekskul seperti paduan suara, vocal grup, band , dll.
Acara kali ini sungguh menarik. Tapi sayangnya aku menjaga stand daritadi pagi. Sehingga
tidak bisa melihat penampilan-penampilan dari awal hingga akhir. Saat aku sedang menjaga
stand, tiba-tiba Kak Alex datang menyariku. Aku pun berjalan ke arahnya.

"Nat , kamu sibuk nggak?"

"Ehm...enggak sih. Cuman jaga stand"

"Oo...ikut aku bentar yuk"

"Kemana?"

"Ke stand kelasku. Temenin aku oke??"

"Ehmm yauda deh. Tapi gak lama ya..." aku kembali ke stand dan memberitahu temanku
bahwa aku akan pergi sebentar. Tidak akan lama. Dia masih menungguku. Aku pun ke
arahnya dan mengikutinya ke stand kelasnya. Saat aku melihat stand kelasnya , standnya
adalah rumah hantu.

Aku kaget. Aku tidak suka hantu dan aku sangat penakut. Tapi dia malah mengajakku ke
stand seperti ini. Oh my God . Kak Alex meraih tanganku dan hendak berjalan masuk. Tapi
aku berhenti dan menatapnya dengan maksut aku nggak mau kesini. Aku takut.... Tapi dia
tidak paham dan tetap mengajakku masuk. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

Tempat itu seperti labirin. Ada jalur start hingga finish. Aku menggandeng tangannya
erat-erat sambil menutup mataku dengan tangan satunya. Awalnya baik-baik saja. Hingga
kami tiba di tengah jalur menuju finish. Tiba-tiba seperti ada yang memegang bahuku. Aku
teriak dan dengan spontan aku langsung memeluk Kak Alex. Aku sangat kaget. Hantunya
sangat seram dan mengagetkan. Walau itu manusia.

"Nat , kamu nggak apa?" aku baru menyadari bahwa aku masih memeluknya. Aku sungguh
malu dan langsung melepaskan. Dengan samar-samar aku masih bisa mendengarkan dia
tertawa kecil.

Aku hanya tertunduk malu dan melanjutkan game ini hingga sampai di garis finish. Aku
masih canggung dengan kejadian tadi. Dia daritadi menatapku sambil tertawa.

Aku mengakhiri acara bazar hari ini dengan makan bersama Kak Alex di salah satu stand
makanan. Kami berdua benar-benar menghabiskan waktu berdua hari ini. Karena setelah dari
rumah hantu , aku tidak kembali menjaga stand melainkan berkeliling bazar bersama Kak
Alex. Sungguh hari yang menyenangkan. Semoga bisa seperti ini terus...
Chapter Thirteen

NATASHA'S POV

Waktu sungguh berjalan dengan cepat. Hari sudah kujalani, bulan sudah kulewati. Penyakitku
sudah semakin parah. Aku tidak bisa menjamin akan baik-baik saja. Tapi aku sangat senang
selalu didukung oleh kedua orang tua, teman-teman dan orang-orang spesial yang selalu
bersamaku. Aku sudah sangat akrab dan nyaman bersaama Kak Alex, hingga hari ini tiba.

Hari dimana Kak Alex menerima kelulusan SMA. Aku sangat senang mendengar dia akan
segera kuliah, dan aku naik kelas dengan nilai yang memuaskan juga. Hari ini, aku datang ke
acara kelulusannya. Aku ingin memberi dia ucapan selamat. Saat acara kelulusan telah
berakhir, aku menghampiri Kak Alex.

"Congratz ya kak...."

"Thanks Nat..." Dia memelukku. Hangat sekali pelukan itu walau singkat.

"Kamu jangan kangen aku ya Nat...hehehe"

"Kangen? Ngapaiin coba?"

"Ooo gitu...yauda kalo gitu aku kuliah di negeri aja kalo gitu"
"Ja...ngann..."

"Katanya nggak bakal kangen?"

"--------------" aku benar-benar kalah. Dia hanya menatapku dan tersenyum bangga sudah
menang sekaligus lulus. Aku hanya kesal.

*****

Setelah kelulusan itu aku merasa sekarang menjadi sepi. Tidak ada teman penghibur lagi
selain Monica. Sungguh tidak menyenangkan. Saat aku sibuk memikirkan Kak Alex, tiba-tiba
darah keluar dari hidungku. Aku mengerang sebal dalam hati. Sudah 2 hari sejak kelulusan
Kak Alex , aku jadi sering sakit. Entah apa hubungannya. Tapi aku jadi tidak semangat lagi.
Dan Kak Alex belum mengabariku sama sekali.

Terakhir cuman waktu dia nganterin aku pulang setelah upacara kelulusannya. Dan kami
hanya mengadakan makan bersama keluarganya dan keluargaku. Memang keluarga kami
langsung akrab. Tapi tiba-tiba Kak Alex belum memberi kabar sama sekai.

Aku jadi khawatir. Tapi, mungkin saja dia sedang sibuk mencari kuliah dan jurusan yang
tepat. Aku tau orang kuliahan pasti akan sangat sangat sibuk. Sudah setahun berlalu, jarakku
dengan Kak Alex jadi agak renggang. Dia jadi sering mengikuti kegiatan di kampusnya.

Dan dia benar-benar rajin belajar. Bahkan saat aku main ke rumahnya, dia tidak ingin
diganggu. Alhasil, aku malah terganggu dengan dia yang belajar. Sungguh menyebalkan.

Padahal besok adalah hari ulang tahunku. Apa dia lupa dengan hari ulang tahunku yang ke 17
ini? Sebenarnya aku mengharapkan acara yang besar dan meriah. Tapi mama dan papa tidak
memperbolehkan. Aku hanya menurutinya sih. Malam ini aku tidak dapat tidur karena terus
memikirkan dia yang hari ini blm memberi kabar sama sekali.

*****

Aku pun memilih untuk memejamkan mata mencoba untuk tidur. Dan akhirnya aku tertidur
nyenyak sekali. Hingga aku terbangun pukul 12.00 benar-benar tidur yang nyenyak. Hari ini
aku bangun sangat telat. Tapi sungguh nyenyak sekali. Akhirnya hari ini tiba. Hari ulang
tahunkuu..

Aku pergi ke kamar mandi, mencuci muka, menggosok gigi, dan lain lain. Aku senang sekali
hari ini tiba. Aku berpikir sejenak apakah Kak Alex mengucapkan selamat ultah untukku?
Aku pun berjalan menuju meja dan mengambil hp ku yang ada disana. Dan saat kubuka, ada
satu pesan yang masuk. Saat kulihat.....聽
Ternyata itu bukan pesan dari Kak Alex melainkan bonus telpon seharian dari operator.
Benar-benar php!
Aku turun ke lantai bawah. Saat kulihat kosong. Tidak ada siapapun. Aku berpikir dimana
papa? Dimana mama? Apa aku mimpi? Aku mencubit pipiku dan terasa sakit. Jadi ini bukan
mimpi. Kemana semua orang? Aku bingung dan menelusuri setiap ruangan di rumahku.
Tetapi hasilnya tetap kosong. Tidak ada siapa-siapa selain aku.

Aku bingung dan mengambil hp lalu mencoba menelpon papa dan mama. Tapi saat kucoba
yang berbunyi hanyalah "maaf nomer yang anda tuju sedang sibuk" seperti itu berulang kali.
Ini benar-benar aneh. Mana mungkin di hari ulang tahunku, semua orang menghilang?
Bahkan belum ada yang memberiku ucapan sama sekali.
Chapter Fourteen

NATASHA'S POV

Hari ini benar-benar membosankan. Aku tidak menyangka tidak ada yang mengingat hari
ulang tahunku. Sudah seharian mama dan papa tidak pulang. Entah kemana. Bahkan ditelpon
juga tidak bisa. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan aku masih duduk di ruang keluarga
untuk menonton TV. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Aku berfikir mungkin mama dan
papa sudah pulang. Aku pun segera berdiri dan berjalan menuju pintu.

Tapi langkahku terhenti karena tiba-tiba lampu rumahku padam. Aku tidak bisa melihat
apa-apa. Benar-benar gelap. Tiba-tiba pintu terbuka dan terdapat cahaya kecil yang menyala.
Dan cahaya itu berasal dari lilin. Dan lilin itu berada di atas kue. Dan kue tersebut dibawa
oleh seseorang.

Tiba-tiba lampu nyala kembali dan kulihat Kak Alex membawa kue, papa dan mama ada
dibelakangnya serta semua teman-temanku. Aku benar-benar kaget. Aku tidak menyangka
mereka akan memberi 聽 surprise untukku.

ALEX'S POV

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ya dia...adalah gadis itu. Aku tau akhir-akhir ini aku
jarang berkontak dengannya karna kesibukanku. Tapi hari ini aku ingin menyenangkannya.
Dan aku akan membuat sebuah rencana. Untung saja teman-teman dan orang tuanya bersedia
membantuku membuat kejutan ini.

Malam ini, aku, orang tuanya dan teman-temannya sudah berada di depan pintu. Aku
mengetuk pintu itu 3 kali. Dan kejutan ini benar-benar berhasil. Dia menatap kami semua
dengan wajah kaget dan senang. Aku senang dengan senyumnya. Tidak hanya senyumnya.
Tapi aku juga suka dengan hatinya.

NATASHA'S POV

"Happy birthday sayang..." ucap mamaku sambil memeluk dan menciumku. Papa mengikuti
juga. Lalu beberapa temanku seperti Monica mendatangiku dan memelukku erat sambil
tertawa senang. Aku hanya bisa tersenyum bahagia. Selanjutnya aku meniup lilin dan make a
wish. Aku memejamkan mata.

Aku berharap bisa panjang umur, Sehat selalu


Bisa disayangi banyak orang,
Menjadi gadis yang baik, cantik , sukses,
Dan pastinya bahagia bersama semua orang yang kucintai.
Setelah itu aku meniup lilin tersebut. Berharap semua harapan akan menjadi nyata. Aku
sangat senang dan memeluk erat papa dan mamaku dengan berkata
"Thanks mom..dad..." setelah aku berpelukan tiba-tiba Kak Alex berdehem dibelakangku.
Aku baru menyadari ada dia dibelakangku.

"Aku nggak dipeluk nih?" ucapnya dengan penuh harapan dan tersenyum lebar ke arahku.
Aku pergi ke arahnya dan memeluknya. Dia memelukku balik. Rasanya hidupku sungguh
indah hari ini. Ini benar-benar kenangan yang akan selalu kuingat. Kenangan dimana semua
orang yang kucintai dan kusayangi berada di sisiku.

Malam ini , kami semua bersenang-senang dan berpesta ria. Hingga teman-temanku mulai
pulang ke rumah mereka masing-masing. Mama ada di belakang membereskan rumah
sedangkan papa sudah tertidur di sofa. Tapi berbeda dengan Kak Alex. Ya! Dia masih disini.

Duduk disampingku sambil menatap langit yang indah malam ini. Dan malam itu dia berdiri
di hadapanku menatapku dengan tatapan yang berbeda. Dia menatapku seolah-olah aku
adalah satu-satunya gadis yang dia miliki.

"Nat...."

"Apa?"

"Aku tau mungkin sudah terlambat untuk aku beritahu"

"Beritahu apa?"

"Ehm.... Kamu tau kan kalau kamu itu sahabatku yang paling baik. Kamu selalu di sisiku saat
suka dan duka. Dan aku nggak mau persahabatan kita lepas."

"--------" aku hanya mengangguk.

"Tapi aku nggak mau kita hanya sekedar sahabat"

"Maksutnya?" aku menatapnya dengan bingung. Awalnya tidak ada jawaban. Lalu tiba-tiba
dia meraih tanganku dan berkata....

"Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu dan tidak akan pernah berubah"

Aku menatapnya kaget seolah tidak percaya. Malam ini , dibawah sinar bulan dan bintang
yang menghiasi langit , Dia..... Menyatakan perasaannya padaku. Dan aku tau malam itu akan
menjadi istimewa untukku.
Chapter Fifteen

NATASHA'S POV

"Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu dan tidak akan pernah berubah"

Itulah yang dia katakan padaku tadi malam. Dia memberiku waktu untuk menjawabnya. Dan
aku memakai waktu itu untuk berpikir. Aku tau perasaanku padanya lebih dari sahabat. Dan
aku mau untuk memilih jawaban yang tepat. Malam itu aku tidak bisa tidur karena
memikirkannya. Dan aku bangun pagi dengan kantung mata yang tebal. Sungguh
menyebalkan.

Ini hari libur, aku memakainya untuk beristirahat di rumah. Karena nanti aku harus pergi cek
ke dokter. Yah.. Kalian taulah kondisiku semakin hari semakin memburuk. Setiap hari
hampir mimisan. Aku tidak suka seperti ini terus. Benar-benar menyiksaku.

Saat aku hendak berbaring diatas kasur siang itu , tiba-tiba ponselku berbunyi dan bergetar.
Saat kulihat nama dia muncul di atas layar. Dia menelponku. Aku pun mengangkatnya.

Halo? Nat?

Iya kenapa kak?


Ehm... Kamu di rumah kan?

Iya emang kenapa?

Bukaiin pintu dong aku di depan rumahmu. :)

Oh my God! Bagaimana dia bisa datang disaat yang tidak tepat? Benar benar menyebalkan.
Cepat-cepat aku berganti baju yang rapi karena sebelumnya aku hanya memakai kaos oblong
dan celana pendek. Sekitar 10 menit kemudian aku sudah membukakan pintu untuk Kak Alex.
Dia menatapku dan tersenyum.

"Kok lama sih mbukanya?"

"Ehmm.. Itu... Tadi ada urusan bentar di belakang" aku sengaja berbohong.

"Oo gitu...kiraiin apa"

"Ayo masuk..." aku mempersilahkan dia untuk masuk ke rumah.

"Ngapaiin masuk? Aku mau ngajak kamu pergi kok"

"Hah?"

"Kamu udah dandan cantik gini buat nemuin aku kan? Mangkanya ayo kita pergi"
Dia tersenyum. Bagaimana dia bisa tau? Memang aku lama bukaiin pintu karena dandan dulu.
Tapi bukan berarti aku ingin diajak pergi.

"Lo... Ada Alex? Diajak masuk dong Nat..." tiba-tiba mamaku datang dan mengajak Kak
Alex masuk.

"Halo tante... Saya mau ngajak Natasha pergi.Boleh ?" aku menyenggol dia dan melotot
kearahnya. Aku tidak ingin diajak pergi. Kenapa dia tetap bersih keras untuk mengajakku?

"Tentu boleh dong... Tante juga mau pergi arisan bentar lagi" Kak Alex menatapku dengan
tersenyum licik tanda dia menang. Aku hanya pasrah menatapnya. Mama kembali masuk ke
rumah. Aku pun menuruti yang Kak Alex mau. Aku pamit kepada mama dan pergi bersama
Kak Alex

"Kita mau pergi kemana sih?" tanyaku di dalam mobil saat perjalanan pergi.

"Nggak tahu."

"Lah kan kamu yang ngajak."

"Yaudah deh kamu maunya kemana?"


"Terserah."

"Kalo ke taman hiburan gimana? Gapapa?"

"Hmm... Gapapa sih" balasku lalu kami pun pergi.

*****

Akhirnya kami sampai di taman hiburan itu. Aku turun dari mobil. Dan kami pun membeli
tiket dan masuk ke dalam. Disana kami bisa bermain banyak hal. Kami menaiki banyak
sekali wahana-wahana disana. Mulai dari roller coaster, taman lampion, bom bom car, dan
masih banyak lagi. Seru banget disana.

Taman hiburan ini benar-benar ramai oleh pengunjung. Namanya juga weekend pasti lah
rame banget. Jalannya aja desak desakan. Bau keringat orang-orang bercampur rokok sangat
menjijikkan. Tiba-tiba aku terpisah oleh Kak Alex. Aku tak tau dia dimana. Kerumunan
orang-orang ini membuatku terpisah.

Aku mencoba mencari-cari sosoknya. Tapi aku tidak bisa melihatnya. Aku dikerumuni
orang-orang yang jauh lebih tinggi dari aku. Jadi sungguh membingungkan untuk mencari.
Saat aku berusaha mencari-cari , tiba tiba ada tangan yang menggandengku.

"Mangkannya lain kali gandeng tanganku" suara itu benar mengagetkanku. Ya! Akhirnya aku
bertemu dengan Kak Alex lagi.

"Nanti kalo kamu hilang, siapa yang mau nyari?" tambahnya.

"Kamu." balasku singkat tanpa berpikir. Betapa bodohnya aku.

"Berharap ya dicari sama aku?" ucap Kak Alex lalu tertawa singkat.

Kami pun memutuskan pergi makan siang. Setelah makan siang, aku memintanya untuk naik
bianglala. Entah mengapa, tiba-tiba aku jadi merasa senang dan semangat. Pergi
bersenang-senang seperti ini membuatku terasa nyaman.

Aku dan dia naik binglala. Dari atas sana aku bisa melihat oemandangan yang indah dan luas.
Sungguh menenangkan hatiku. Tiba-tiba dia meraih kedua tanganku. Aku pun menoleh.

"Nat..."

"Apa?"

"Your answer"
Chapter Sixteen

NATASHA'S POV

"Your answer"

Aku benar-benar kaget. Bahkan aku belum sama sekali mempersiapkan jawaban yang tepat.
Padahal sudah seharian penuh aku berpikir. Masih saja aku bingung. Dan sekarang aku tidak
punya kata-kata yang tepat. Tangannya masih memegang tanganku. Aku bisa merasakan
bahwa sekarang aku berkeringat.

Aku tau aku memang punya perasaan terhadapnya. Hanya saja sulit mengungkapkannya. Aku
mengangkat wajah menatapnya. Sekarang wajahnya benar-benar menungguh sebuah harapan.
Dan aku memberikan harapan itu padanya. Aku hanya mengangguk. Tampak senyuman
manis di wajahnya. Aku hanya tersenyum malu. Dan dia langsung memelukku.

Memelukku erat seperti tidak ingin melepaskan. Hari ini aku dan dia resmi berpacaran. Dia
sangat senang dan aku pun juga. Aku tidak menyangka sahabat kecilku ini akan menjadi
pasanganku. Perasaanku selama ini bukanlah "nyaman" melainkan "sayang" dan "suka". Yup!
Itu adalah kata-kata yang sangat tepat.

*****

Hari demi hari aku dan dia menjalani hubungan selayaknya pasangan lain. Hampir setiap hari
aku bertemu dengannya. Pergi makan bersama dan lain lain. Tapi berbeda dengan hari ini ,
aku belum sama sekali bertemu dengannya. Bahkan aku tidak berani menelponnya. Aku
takut... Aku sangat takut jika dia tau kondisiku sekarang.

Kondisiku yang selalu memburuk hari demi harinya. Dan hari ini sudah parah. Tanganku
penuh lebam. Tidak mungkin lebam-lebam merah ini aku tunjukkan pada Kak Alex. Aku
juga tidak mau memberitahukan penyakitku padanya. Aku takut dia akan kecewa dan
khawatir.

Memang setiap seminggu, aku cek ke dokter. Entah 2-3 kali. Tapi minggu-minggu ini aku
jadi harus sering cek selama 5 kali. Aku sendiri merasa sedih dengan kondisiku. Apalagi
mama dan papa yang hampir setiap malam , mendoakan kesembuhanku. Berharap kelak, aku
akan sembuh.

Aku tau harapan mereka agak 聽 impossible.聽 Kalian tau sendiri penyakitku termasuk ganas.
Dan sulit disembuhkan. Tapi aku selalu berdoa dan berharap. Aku akan sembuh. Karena aku
percaya pada semua orang yang selalu mendukungku dan menyayangiku. Aku ingin
membuktikan ke mereka semua bahwa aku bisa mengatasi penyakit ini.

*****
Setelah dari dokter, hari ini aku diajak Kak Alex pergi makan malam bersama. Aku agak
malu dengan kondisiku. Tapi mamaku membujukku dan akhirnya aku menggunakan sweater
panjang untuk menutupi tanganku yang penuh dengan gumpalan darah alias lebam. Untung
saja pergelangan tanganku tidak ada lebam jadi aku tidak perlu menutupinya.

Aku duduk di meja restoran sendirian. Aku menunggu Kak Alex datang. Dan akhirnya dia
masuk ke dalam restoran dengan kemejanya yang rapi dan wajahnya yang tampan. Dan
tangannya dibelakang seperti memegang sesuatu. Dan itu adalah buket bunga. Dia tersenyum
menghadapku dan menghampiriku.

"Hai nat...maaf nunggu lama ya.." ucapnya sambil memberikan buket bunga itu padaku dan
duduk di depanku. Aku hanya mengangguk dan menjawab "iya" dengan suara yang hampir
tidak terdengar.

"Nat...kamu sakit? Muka kamu pucet lo" tangannya memegang pipiku. Aku hanya
menggeleng dan tersenyum kepadanya.

"Mau aku anterin pulang? Makan malemnya bisa kapan-kapan kok. Kamu istirahat aja di
rumah ya..." dia tersenyum kearahku dengan tatapan khawatir.

Memang mukaku pucat karena hari ini aku mimisan banyak sekali. Aku sangat lelah. Hanya
saja aku tidak ingin mengecewakannya. Tapi aku tidak bisa membujuk diri sendiri. Kepalaku
pusing daritadi.

Aku pun memintanya untuk membawaku pulang ke rumah. Aku benar-benar merasa bersalah
sudah minta pulang. Tapi aku benar-benar kesakitan dan tidak ingin tambah parah. Aku pun
berusaha berdiri dan tiba-tiba kepalaku sangat-sangat pusing. Dan aku kehilangan
keseimbangan lalu semuanya gelap. Dan aku jatuh pingsan disaat itu.

*****

Chapter Seventeen

NATASHA'S POV

Aku terbangun oleh sinar matahari dari jendela. Aku membuka mata perlahan-lahan. Dan aku
menyadari aku tidak di rumah. Melainkan di kamar rumah sakit. Kepalaku masih sedikit
pusing. Aku sendirian disini. Dengan tangan yang diinfus. Benar-benar tidak menyenangkan.

Tiba-tiba pintu kamar rumah sakit terbuka dan muncullah Kak Alex. Dia kaget dan
tersenyum lega menatapku. Aku hendak turun dari kasur rumah sakit. Tapi ditahan oleh Kak
Alex.

"Nat..kamu istirahat dulu aja" ucapnya.

"Kenapa aku bisa disini?" tanyaku sambil memegang kepalaku yang pusing.
"Iya..semalam kamu pingsan di restoran jadi aku bawa kamu ke rumah sakit. Mama kamu
yang nyuruh" dia tersenyum lalu berjalan menuju meja dan mengambil nampan berisi
makanan.

"Kamu makan dulu ya..." dia memberikanku semangkuk bubur. Aku menolak dan
menggelengkan kepala karena aku sedang tidak ingin makan. Rasanya tubuhku sangat lemah
tak berdaya.

"Nat kamu harus makan. Biar aku suap ya..." dia mengarahkan sesendok bubur kepadaku.
Aku terpaksa menurutinya daripada tambah sakit. Aku pun membuka mulut memakannya.

*****

Setelah 3 hari aku dirawat inap di rumah sakit, akhirnya aku bisa pulang ke rumah lagi.
Walau dokter sudah menyarankan agar aku beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi obat
secara teratur. Aku tidak suka di rumah sakit. Walau disana sudah menjadi rumah kedua
untukku. Tapi rasanya di rumah sakit itu membuat aku larut dalam ketakutan.

Aku kembali pulih seperti biasa. Hanya saja masih sering mimisan dan pusing. Tapi itu sudah
biasa untukku. Kak Alex terus bertanya-tanya ada apa denganku. Tapi aku selalu menjawab
baik-baik saja dan hanya sakit biasa. Selalu saja aku membohonginya. Tapi semua ini demi
kebaikan kami berdua.

Aku pergi ke sekolah seperti biasa setiap harinya. Tapi akhir-akhir ini di kelas aku kurang
fokus belajar. Akibatnya nilai-nilaiku sering menurun. Hubunganku dengan Kak Alex
baik-baik saja. Tapi akhir-akhir ini aku merasa jauh darinya. Karena rasa bersalahku sudah
membohonginya membuatku canggung jika bersamanya. Walau dia selalu membuatku
senang dan semangat.

Hari ini aku baru cek ke dokter dengan mama dan papa. Kata dokter penyakitku sudah
semakin parah dan harus segera dioperasi. Tapi bagian yang paling menyedihkan adalah
disaat dokter mengatakan untuk selalu berdoa dan pasrah dengan apa yang akan terjadi
akhirnya. Aku tau maksutnya. Dan sejak hari itu , aku kehilangan harapan dan semangat
hidupku.

*****

Apa yang harus aku katakan ke Kak Alex? Apa harus aku memberitahunya bahwa aku akan
operasi? Bagaimana reaksinya? Aku takut dia kecewa denganku. Aku tidak mau membuatnya
khawatir. Selama 3 hari di rumah sakit , dia selalu menemaniku disana. Dia selalu membawa
semangat baru untukku. Tapi tidak mungkin aku membalasnya dengan kepahitan.

Aku pun berpikir mencari cara. Saat aku sibuk berpikir, tiba-tiba hp ku bergetar dan ada
pesan yang masuk. Dan itu dari Kak Alex.
From Kak Alex
Nat , besok pergi yuk? Kamu udah sehat kan? Aku mau ngajak kamu ke tempat yang
bagus nih.

To Kak Alex
Maaf kak... Besok aku pergi keluar kota

From Kak Alex


Hah? Ngapaiin? Kok mendadak?

To Kak Alex
Iya tadi baru diberitahu... Maaf ya :) kita perginya lain kali aja...

From Kak Alex


Yauda deh... Jangan lupa makan sama minum obat :)

Lagi-lagi aku berbohong. Padahal besok aku harus operasi, tapi aku malah berkata akan pergi
keluar kota. Pacar macam apa aku ini? Oh my GOD.....

Besoknya , mama dan papa membawaku ke rumah sakit untuk operasi. Hari ini pun datang.
Aku tidak menyangka akan secepat ini. Walau aku sering operasi , tapi tetap saja aku merasa
takut. Rasanya seperti telur diujung tanduk. Benar-benar mengerikan.

Aku sudah menggunakan baju pasien khusus dari rumah sakit. Aku sudah berada di tempat
operasi. Suster dan dokter masuk. Dan suster itu mendatangiku lalu menyuntikkan obat bius
di tanganku. Dan akhirnya mataku terpejam dan aku sudah terlelap. Aku hanya bisa berdoa
operasi ini berjalan dengan lancar.
Chapter Eighteen

NATASHA'S POV

Operasi berjalan dengan baik. Aku kembali ke rumah lebih awal. Aku masuk ke kamar dan
mengganti baju. Tiba-tiba ponselku berdering dan bergetar. Aku melihat namanya muncul di
layar hpku. Aku tidak mengangkatnya. Dia sudah menelponku daritadi. Tapi tidak kuangkat.

Aku mematikan hp dan pergi tidur. Aku benar-benar lelah. Keesokan harinya aku bangun
pukul 10.00 dan aku turun ke bawah untuk sarapan. Mama menyapaku dan menyiapkan
sarapanku. Aku pun duduk di meja makan.

"Nat ,tadi Alex datang nanyaiin kabar kamu"

"Ooo..." aku menanggapi dengan cuek.

"Katanya dia khawatir sama kamu soalnya kemarin nggak angkat-angkat telpon"

"Yauda biarin"

"Kamu ada masalah sama Alex? Kalo ada bilang aja ke mama"

"Enggak kok" aku menatap sarapanku. Aku jadi malas makan.

"Yauda kalo gitu , mama pergi dulu ya" mama menciumku dan pergi.

Aku meninggalkan sarapanku yang masih utuh itu. Tiba-tiba aku kehilangan moodku.
Memang dari kemarin aku mengabaikannya. Aku hanya ingin membuat dia tidak bergantung
pada orang. Maksutnya, jika aku sudah tidak bisa di sisinya lagi , paling tidak dia sudah
terbiasa. Hanya itu yang aku mau.

Aku tau kelihatannya sangat egois. Tapi aku cuma ingin dia senang dan nggak khawatir terus
dengan kondisiku. Tapi aku tau aku tidak mungkin bisa mengabaikannya. Itu sangat sulit
buatku. Aku merasa sangat bersalah. Akhirnya aku mengambil ponselku dan memberi kabar
padanya.

*****
To Kak Alex
Kak , aku sudah pulang. Maaf kemarin nggak ngabari kak Alex. aku capek terus
ketiduran. Jadi ini baru bangun.

Awalnya belum ada balasan. 5 menit kemudian, tiba-tiba ponselku berbunyi dan bergetar.
Muncul namanya di layar hpku. Aku pun mengangkatnya.

Halo nat?

Maaf kak kemarin ketiduran jadi gak bisa balas telpon dari kak Alex.

Iya nggak apa. Sekarang kamu cepetan mandi terus siap-siap ya.

Buat apa?

Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Habis gini aku jemput kamu.

Sebelum aku membalas , dia sudah mematikan telponnya. Aku menatap bingung. Lalu segera
masuk ke kamar mandi. Sesudah mandi , aku berganti pakaian yang rapi. Hari ini aku
memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk menutupi bekas-bekas operasi.
Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku pun turun ke bawah.

Aku membuka pintu , dan tiba-tiba dia langsung memelukku. Aku tersontak kaget.

"Nat , kamu kenapa sih? Telpon ga diangkat-angkat" dia melepaskan pelukannya. Aku
menatapnya bingung.

Baru ditinggal sehari aja udah kangen. Dia pun menggandeng tanganku masuk ke dalam
mobil. Aku pun mengikutinya.

*****

Di dalam mobil, aku terus bertanya kemana kita akan pergi. Tapi Kak Alex tidak mau
memberitahu sedikitpun. Aku jadi lebih bingung. Aku pun sampai di suatu tempat yang tidak
asing. Seperti aku kenal tempat ini betul-betul. Saat aku mulai mengingat kembali, aku baru
menyadari bahwa aku berada di taman masa kecilku.

Taman yang mengenang banyak hal di masa kecilku dulu. Taman ini mengingatkanku akan
pertemuanku dengannya. Dia yang dulu menolongku. Dia yang membawa semangat hidupku.
Aku tidak percaya bisa berada disini. Aku sudah lupa berapa lama aku tidak kemari.

Pastinya lama sekali. Karena setauku disini dulu tempat aku bermain dan bersenang-senang.
Aku sangat merindukan tempat ini. Pikiranku buyar, saat Kak Alex menepuk bahuku. Aku
menoleh padanya.

"Masih inget tempat ini?"


"Masih lah"

"Dulu aku pertama kali liat kamu disini. Kamu sering banget main kesini. Tapi aku nggak
pernah berani buat kenalan sama kamu. Hingga kamu terluka, aku memberanikan diri
menolongmu" aku dan dia duduk di ayunan.

"Saat itu aku juga nggak nyesel bisa ketemu kamu. Apalagi kamu sudah nolongin aku"
balasku sambil tersenyum ke arahnya. Lalu aku menambahkan lagi.

"Tapi, seumpama aku udah nggak ada, apa Kak Alex bakal tetep sayang sama aku?"
dia menatapku bingung.

"Kamu ngomongin apaan sih Nat?" dia tertawa kecil dan menganggap ini lelucon.

"Ya pastilah aku tetep sayang sama kamu sampek kapan pun" tambahnya. Aku lega dengan
jawaban itu. Aku merasa beban-bebanku selama ini menghilang. Aku ingin membuat
hidupku menjadi bahagia. Itulah harapanku satu-satunya.

Chapter Nineteen

ALEX'S POV

"Tapi...kalau seumpama aku udah nggak ada , apa Kak Alex akan tetep sayang sama aku?"

Jujur aku kaget dengan pertanyaannya itu. Buat apa dia berkata seperti itu? Apa dia guyon?
Aku pun tertawa dan menganggapnya lelucon. Tidak ingin dibawa serius.

"Ya pastilah aku sayang sama kamu sampek kapan pun" tambahku. Wajah Natasha terlihat
senang dan lega.

Seperti segala beban dan pikirannya menghilang. Aku menatapnya bingung. Tapi tak lama
kemudian, aku terpikir untuk membawanya pergi jalan-jalan.

Mungkin saja dia jadi tambah senang jika diajak pergi. Akhirnya kami pun kembali ke dalam
mobil dan pergi ke mall terdekat. Sesampainya disana, aku dan dia turun lalu melihat-lihat
toko-toko yang ada. Aku menggandeng tangannya. Dan dia membiarkannya. Aku senang
sekali.

Tiba-tiba langkahku terhenti saat tubuh Natasha mematung di depan sebuah toko perhiasan.
Dan dia terus memandangi kotak perhiasan yang berisi kalung dengan hiasan liontin
berbentuk hati. Jelas sekali dia menyukainya. Siapa yang tidak suka dengan kalung mewah
itu.

Semua wanita pun pasti menginginkannya. Dia menatap takjum kalung itu. Sebenarnya
terlintas di pikiranku untuk membelikannya. Tapi bagaimana bisa? Kalung mewah seperti itu
pasti harganya mahal. Jika aku punya cukup uang , aku akan sangat senang membelikannya.
Tapi aku pun putus asa jika berlama-lama melihat Natasha yang dari tadi menatap kalung itu.

Aku langsung mengajaknya pulang. Tampak sedikit kekecewaan pada raut wajahnya. Tapi
mau bagaimana lagi. Aku juga tidak bisa membelikannya. Akhirnya kami sampai di rumah
Natasha.

"Bye Kak... Makasih buat hari ini." ucap Natasha sambil turun dari mobil. Aku membuka
kaca jendela mobil dan tersenyum ke arahnya.

"Sama-sama Nat... Bye juga" ucapku lalu melambaikan tangan.

*****

NATASHA'S POV

Aku sampai di rumah dengan beban-beban yang hilang. Hanya saja kondisiku tetap makin
parah. Buktinya sekarang aku mimisan lagi. Tapi untung aja mimisannya bukan waktu aku
lagi sama Kak Alex. Aku berbaring di kasur dan memejamkan mata. Tiba-tiba aku sudah
berada di alam bawah sadar.

Aku membuka mata dan melihat cahaya yang sangat terang.聽


Lama kelamaan cahaya itu pun pudar.
Dan aku baru menyadari bahwa aku sedang di rumah sakit.
Aku juga masih memakai baju pasien rumah sakit.

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit.


Disini aku hanya sendirian.
Aku tidak tau yang lain berada dimana.
Aku terus berjalan.....
Tapi langkahku terhenti ketika aku mendengar suara tangisan

Aku pun mencari sumber suara tersebut.


Aku terus mencari...
Dan akhirnya aku melihat banyak orang
Yang tidak lain ternyata adakah keluargaku , teman-temanku dan.....
Dan semuanya menangis.
Mereka semua tampak sedih dan kecewa
Aku tidak tau mengapa.
Aku terus mencari.... Dan aku masuk ke dalam ruangan
Dan aku benar-benar kaget saat melihat mama menangis sambil memeluk jasad seseorang
yang ditutupi kain putih.
Aku pun berjalan masuk.
Sebenarnya siapa yang mereka tangisi?

Bahkan Kak alex juga menangis duduk disamping kasur.


Baru pertama kalinya aku melihat dia menangis.
Saat mama membuka kain tersebut....
Aku terbelalak kaget melihat diriku tertidur lelap disana.
Tidak mungkin!!! Aku belum mati!!
Maa.... Pa.... Aku disiniii!
Aku belum mati!

Aku terbangun dari tidurku. Dan aku baru menyadari itu tadi hanya mimpi.
Aku sangat takut Ya Tuhan.... Tolonglah aku......
Chapter Twenty

NATASHA'S POV

Tidak terasa, hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dan hari ini, adalah hari kelulusanku.
Waktu berjalan dengan cepat. Juga penyakitku yang menjalar ke seluruh tubuh dengan cepat.
Tiap hari ada saja darah mengalir dari hidungku. Pagi ini, aku benar-benar lelah, pusing,
belum lagi dengan demam yang tak kunjung sembuh dari tadi malam.

Aku menatap diriku di depan cermin. Terlihat wajahku yang pucat pasih. Aku segera
mengambil tas dan turun ke bawah. Di ruang tamu tampak mama dan papa yang berpakaian
rapi sedang menungguku. Aku menatap ramah ke arah mereka. Sungguh bersyukur aku
mendapat kedua orang tua yang baik seperti mereka.

Aku masuk ke dalam mobil. Sesampainya di sekolah , aku turun dan berjalan menuju aula,
tempat wisuda berlangsung. Tanpa pikir panjang aku duduk di kursi sebelah Monica
sahabatku. Sedangkan mama dan papa duduk di kursi belakang. Aku duduk sambil
menunggu Kak Alex yang berjanji akan datang hari ini.

ALEX'S POV

"Haduh... Udah jam segini aku pasti telat ke tempat Natasha" geramku sambil berlari mencari
tas dan sepatu di kamarku yang kotor ini. Tidak lupa aku membawa kotak persegi panjang
yang berisi kalung. Ya. Ini kalung yang diinginkan Natasha dulu. Berbulan-bulan aku
berjuang mati-matian untuk mencari uang sebanyak mungkin.

Walau jam kerjaku terbatasi oleh kuliah. Maklum lah kerja sampingan. Setelah itu , Aku
segera keluar kamar, lalu pamit ke mama dan papa yang masih duduk di meja makan.

"Ma..pa.. Aku pergi dulu ya"

"Iya... Lex titip salam buat Natasha ya..." ucap mamaku tersenyum.

"Dari papa juga" tambah papaku.

Aku segera masuk ke dalam mobil lalu menancapkan gas dan pergi. Selama perjalanan
jalanan sungguh macet. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.40 padahal wisuda sudah
dimulai 40 menit yang lalu. Aku menunggu lampu lalu lintas. Setelah mulai lancar aku segera
menancapkan gas dengan cepat.

"Nat..wait for me" gumamku dalam hati sambil memegang kotak kalung tersebut.
NATASHA'S POV

"Kemana aja sih dia? Kok ga dateng-dateng?" dengusku kesal. Mataku mulai mencari-cari
sosoknya. Tapi hasilnya nihil. Aku pun mengeluarkan ponselku dan mengirim pesan. Tapi
belum ada balasan.

"Nat, mikirin apaan sih. Bentar lagi kamu maju loh" ucap Monica menyadarkanku.
Salah sati guru memanggil namaku untuk maju ke atas panggung. Ya... Aku akan memainkan
sebuah permainan piano untuk teman-temanku sebelum berpisah.

Aku naik keatas panggung. Lalu memberi hormat dan duduk di depan piano. Aku mengatur
nafasku. Dan berusaha menenangkan diriku yang dari tadi menahan rasa sakit di kepala dan
memikirkan Kak Alex yang tidak kunjung datang. Aku mulai memainkan sebuah lagu sambil
memejamkan mata.

ALEX'S POV

akhirnya aku tiba di sekolah. Aku memarkirkan mobil dan segera berlari menuju aula. Aku
mulai mendengar alunan musik yang sangaat indah. Lagu ini benar-bemar tidak asing di
telingaku. Inilah lagu kesukaan Natasha. Lagu "kiss the rain" mengalun dengan indah.

Aku sudah tiba di ambang pintu masuk aula. Pintu terbuka. Aku hanya berdiri sambil
menatap bangga melihat Natasha yang memainkan lagu tersebut dengan sangat indah. Setiap
alunan kudengarkan. Kuresapi makna dari lagu ini. Lama-kelamaan lagu mulai pelan dan
berhenti. Semua bertepuk tangan gembira.

Lagu ini benar-benar mengharukan. Bahkan ada beberapa siswa , guru dan orang tua murid
yang menangis mendengar permainan indah Natasha. Aku metap senyum kearahnya. Dia
berdiri dari tempat duduknya lalu membungkuk untuk hormat. Tapi tiba-tiba......

NATASHA'S POV

Aku memainkan lagu "kiss the rain" dengan indah. Jujur lagu ini adalah kesukaanku. Lagu ini
benar-benar membawa kedamaian dalam hatiku. Aku menyelesaikan permainan pianoku
dengan baik. Semua orang bersorak padaku. Aku berdiri dari tempat duduk dan tersenyum
saat mendapati dia menatapku.

Ya! Kak Alex sedang menatapku senang bercampur bahagia terlihat jelas dimatanya. Aku
sangat senang akhirnya dia datang. Aku membungkuk untuk hormat. Tapi tiba-ti a kepalaku
mengalami pusing hebat. Rasa sakit ini sungguh mendalam. Tidak seperti biasanya.

Belum lagi darah yang tiba-tiba keluar dari hidungku. Aku memegang kepalaku. Semua
orang menatapku bingung alias kaget. Pandanganku mulai kabur dan semuanya menjadi
gelap.
Ya Tuhan tolonglah aku.... Aku masih ingin hidup bahagia di dunia ini. Masih banyak orang
yang kusayangi dan kucintai. Mereka memerlukanku Ya Tuhan. Tolong jangan cabut
nyawaku sekarang. Tunggulah aku melihat kembali semua orang yang kusayangi. Tuhan
dengarkanlah permohonanku......

Chapter Twenty One

ALEX'S POV

Flashback...

Aku melihatnya menundukkan kepala untuk hormat. Tapi tiba-tiba tangannya mencengkram
kepalanya dan terjatuh pingsan di atas panggung. Aku menatap Natasha kaget dan langsung
berlari secepat mungkin. Aku sangat panik. Akhirnya aku menggendongnya dan membawa
dia ke rumah sakit.

"Bertahanlah Nat..." ucapku dalam hati. Sambil mencengkram erat kalung hati untuk
Natasha.

Orang-orang yang disana masih menatap kaget. Sahabatnya Monica, ikut mengantar ke
rumah sakit. Mama dan papa Natasha pun ikut. Mereka sangat khawatir dengan keadaannya.
Sesampainya di rumah sakit, kami bergegas membawa Natasha keluar mobil dan diambil alih
oleh perawat rumah sakit.
NATASHA'S POV

Aku terbangun dan mendapati ruangan besar . Dengan sofa panjang , meja , dan televisi. Aku
baru menyadari bahwa ruangan ini bukanlah kamarku melainkan kamar rumah sakit. Aku
memegang kepalaku yang masih pusing. Tatapanku pun masih buram.

Kulihat papa sedang tertidur di sofa dan mama yang duduk dan tertidur disampingku sambil
memegang erat tanganku. Aku menatap sedih kedua orang tuaku yang selalu menemaniku.
Mereka adalah orang tua terhebat.

Aku mencoba untuk duduk. Lalu pelan-pelan aku lepaskan genggaman tangan mama. Aku
tidak suka di rumah sakit. Ini seperti mimpi burukku. Dan selalu membuatku takut. Aku turun
dari kasur sambil memegang infus. Aku berjalan keluar kamar secara perlahan.

Dengan maksut tidak menimbulkan suara. Akhirnya aku membuka gagang pintu lalu berjalan
keluar. Aku mengikuti lorong. Aku pergi mencari toilet. Kepalaku terus mencari-cari. Hingga
tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahuku. Aku tidak berani menoleh. Karena aku kira itu
suara hantu.

"Nat? Natasha?" suara yang memanggilku tidak seperti hantu sama sekali. Bahkan suara ini
sangat familiar. Aku membalikkan badan dan mendapati Kak Alex didepanku. Dia
menatapku khawatir.

"Nat, kamu ngapaiin disini? Kenapa nggak dikamar?" tanyanya.

"Itu kak aku mau ke toilet...."

"Kenapa sendirian? Kalo terjadi apa-apa gimana?"

"Habis... Mama sama papa lagi tidur aku ga tega"

"Yaudah aku anterin ya..." aku pun mengganguk mendengarnya.

ALEX'S POV

Flashback

Aku melihatnya terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Aku sangat khawatir terhadap
keadaannya. Saat dokter memeriksa Natasha , dia berkata sesuatu kepada mama dan papa
Natasha. Aku tidak mendengarnya sama sekali. Lalu dokter pergi keluar kamar. Dan aku
yang masih duduk di luar kamar ingin mencari tau ada apa dengan Natasha.

Aku pun bertanya ke dokter yang memeriksa Natasha tadi.

"Dok , bagaimana keadaan Natasha? Apa dia baik-baik saja?"


"Ehm...maaf tapi keadaannya semakin parah"

"Kalau saya boleh tau dia sakit apa ya dok?"

"Dia mengidap penyakit Kanker Leukimia (darah) stadium 4"

"Apa dok?! Kanker leukimia??!!" aku tidak percaya dengan semua ini....

Hatiku serasa tersayat dan tercabik-cabik. Bagaimana bisa Natasha menutup- tutupi
penyakitnya dariku. Dengan hati yang sedih dan khawatir , aku masuk kedalam kamar dan
memberanikan diri bertanya ke mama dan papa Natasha.

Ternyata benar yang dikatakan dokter. Mereka tidak berbohong. Natasha lah yang berbohong.
Setelah itu mama dan papa Natasha memberiku semangat. Aku pun keluar dari ruangan untuk
menenangkan diri dan berpikir.

Setelah dari kantin rumah sakit, aku berjalan menuju kamar Natasha. Tapi tiba-tiba aku
melihat Natasha yang berjalan membawa infus. "Gadis bodoh" ucapku dalam hati dengan
kesal. Aku berjalan ke arahnya dan meraih pundaknya.

Dia masih tidak berbalik. Aku memanggil namanya. Akhirnya dia menoleh. Aku khawatir
sekali dengannya. Aku pun mengantarkannya ke toilet. Setelah itu kami kembali ke dalam
kamar rawatnya.

NATASHA'S POV

Aku membuka gagang pintu dan melihat mama dan papaku yang menatapku khawatir.

"Nat... Kamu darimana aja sih.. Mama khawatir banget..." ucap mamaku sambil memelukku.

"Tadi Natasha habis dari toilet ma... Nih ketemu Kak Alex"

"Pas banget. Mama sama papa mau pergi nyari buah buat kamu. Kamu disini aja yaa.."

"Nak Alex.... Bisa tolong jagaiin Natasha kan?" ucap mamaku lagi.

"Siap tante..." jawabnya sambil tersenyum dan menampakkan gigi-gigi putihnya.

Mama dan papa memelukku lalu berjalan keluar kamar. Aku tersenyum dan berjalan menuju
kasur. Kak Alex membantuku untuk naik ke atas kasur. Dia tersenyum kearahku. Lalu
tiba-tiba dia meraih tanganku dan menatapku khawatir.

"Nat...."

"Hmm?"
"Ehm.. Kenapa kamu berbohong?" pertanyaannya membuatku kaget. Aku memasang muka
baik-baik saja padahal aku sedikit panik.

"Ma..maksut kakak?" tanyaku.

"Kenapa kamu nggak beritahu ke kakak kalo kamu sakit kanker leukimia?" tanyanya
khawatir dan penuh kasih sayang.

Aku tidak berani menatapnya. Rasanya aku takut untuk mengatakannya. Tapi bagaimana bisa
dia tahu? Apa mama dan papa memberitahunya? Semuanya tidak penting. Aku memang
sudah yakin kelak dia akan tahu.

Chapter Twenty Two


NATASHA'S POV

"Kenapa kamu nggak beritahu kakak kalau kamu sakit kanker leukimia?"

Tanpa diduga dan diperintah, air mataku mengalir ke pipiku. Aku tidak bisa menahannya lagi.
Rasanya aku merasa bersalah sudah membohongi Kak Alex. Aku tidak tega bila seperti ini.
Aku menunduk sambil menutupi tangisanku yang tak kunjung berhenti.

Tiba-tiba Kak Alex memelukku erat. Aku menangis pada dadanya. Rasanya ini adalah saat
yang tepat untuk mengungkapkan rasa marahku, kesalku , tidak terimaku , dan kesedihan
dengan tangisan ini. Aku mulai nyaman berada dalam pelukannya.

"Ssh... Jangan nangis lagi Nat.. Kamu gak usah khawatirkan penyakitmu. Aku tetep akan ada
disini menjagamu..." ucapnya untuk meredakan tangisanku.

Aku mulai bernafas teratur kembali dan tangisanku sudah reda. Kulihat Kak Alex
melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan tatapan kasih sayangnya. Tanpa sadar, aku
sudah tertidur karena kelelahan.

Aku bangun dari tidur dan mendapati Kak Alex tertidur di sofa. Aku melihat ke segala
ruangan. Sepertinya mama dan papa sudah pulang. Karena terdapat sekeranjang buah yang
tadi dibeli mama di meja sebelah kasurku.

Aku mengambil sehelai kertas dan menulis sesuatu didalamnya. Selesai itu aku
memasukannya ke dalam amplop dan kusimpan di bawah bantal. Surat ini aku tulis hanya
untuk berjaga-jaga. Aku takut akan terjadi sesuatu. Oleh karena itu aku menuliskan surat ini.

ALEX'S POV

Aku terbangun dan mendapati Natasha yang sedang menggigit sebuah apel sambil menonton
televisi.

"Sudah bangun kak?" tanya Natasha. Sepertinya dia sudah baikan walau wajahnya masih
terlihat pucat . Aku tersenyum sambil mengangguk melihatnya. Lalu aku berjalan ke toilet
untuk mencuci muka. Aku kembali ke kamar Natasha dan melihat mama dan papa Natasha
sedang berbicara dengan dokter.

Aku berhenti untuk mendengarkan sedikit percakapan antara mereka. Dan aku mendengar
ada kata 'operasi'. Sepertinya dokter sedang menyarankan Natasha untuk segera dioperasi
karena penyakitnya yang parah. Setelah percakapan mereka selesai dan dokter itu pergi , aku
pun berjalan masuk ke kamar.

NATASHA'S POV

Setelah aku berhasil ijin kepada dokter, mama dan papa untuk pergi makan malam bersama
Kak Alex , aku sangat senang. Jujur aku sangat bosan berada di rumah sakit itu. Aku sudah
sampai di sebuah restoran mewah. Kak Alex menggangdeng tanganku masuk kedalam
restoran.

Tampak seorang pelayan mengajak kami ke tempat yang sudah dipesan Kak Alex. Tempat ini
memang dikhususkan untuk 2 orang. Apalagi letaknya di dekat jendela. Sungguh romantis
saat ada bunga-bunga yang menghiasi meja makanku.

Aku pun duduk di seberang kursi Kak Alex. Kami saling bertatap tatapan. Setelah kami
memesan makanan dan minuman , aku dan Kak Alex berbincang-bincang sebentar. Tiba-tiba
tangan Kak Alex meraih tanganku diatas meja. Aku fokus menatapnya.

Dia tersenyum ke arahku. Lalu berkata "ada yang ingin kubicarakan"


Aku menatapnya bingung. Lalu dia merogoh kantong celananya seperti hendak menggambil
sesuatu. Aku masih bingung melihat Kak Alex. Kemudian dia memegang sebuah kotak
berbentuk persegi panjang yang terhias pita putih.

Lalu dia menyodorkannya padaku. Aku tertegun lalu mengambil kotak itu dan membukanya.
Aku sangat kaget saat melihat sebuah kalung yang berhiaskan liontin berbentuk hati. Kalung
ini sangat indah. Dan kalung ini adalah kalung yang kuinginkan dulu.

Aku tidak menyangka Kak Alex akan membelikannya. Kak Alex berdiri dari kursinya dan
berjalan kesampingku.

Boleh 聽 aku pakaikan Nat?" tanyanya. Dengan cepat aku mengangguk. Lalu dia meraih
kalung tersebut dan memakaikannya pada kalungku. Aku menatap kalung ini dengan senang.

"Terimakasih kak.... Aku suka banget sama kalungnya" ucapku tersenyum kearahnya.聽
Secara tiba-tiba juga darah mengalir dari hidungku. Lagi dan lagi. Kepalaku juga pusing.
Inilah akibat dari aku yang memaksakan diri untuk pergi walau keadaan tubuh masih sakit
dan belum pulih.

Pandanganku mulai kabur. Kak Alex menatapku khawatir. Dia memegangi kedua lenganku
untuk memastikan aku baik-baik saja. Dan semuanya pun menjadi gelap. Dan aku tak
sadarkan diri lagi dan bagiku ini yang keterakhir kalinya.

ALEX'S POV

Aku berada di luar ruang operasi menunggu Natasha sadarkan diri. Kata dokter Natasha
sangat kelelahan tapi memaksakan dirinya. Dan beginilah akibatnya. Dia menjadi parah dan
harus dioperasi. Aku , mama dan papa Natasha dengan setia menunggu.

Rasa khawatir dan takut mulai menggerogoti pikiranku. Saat ini hanya berdoa yang bisa
kulakukan. Aku terus memikirkan Natasha.... Terus dan terus. Mama dan papa Natasha
nampak khawatir dan menangis menunggu keadaan putrinya yang sedang dioperasi.
Selang beberapa jam , dokter keluar dengan wajah yang lelah dan penuh keringat. Dia
membuka maskernya dan sarung tangannya. Mama dan papa berjalan ke arah dokter . aku
pun mengikutinya.

"Dok bagaimana kondisi anak saya?" tanya mama Natasha disela sela tangisannya.

"Begini bu....saya harap bapak dan ibu bersabar...." ucap dokter itu menggantung.

"Dok , cepat katakan kondisi anak saya! Dia baik-baik saja kan dok?!" tangisan mama
Natasha semakin pecah.

"Maaf bu... Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankannya. Tapi kondisi
anak ibu sudah parah dan tidak bisa diselamatkan." kalimat itu terus bergema di telingaku.
Semoga saja ini mimpi. Tapi mustahil sudah, Natasha sudah pergi dan tidak akan kembali.

*****

Epilog

Pagi ini, Alex mulai merapikan barang-barangnya dari rumah sakit. Mama dan papa Natasha
sudah kembali pulang setelah mengemasi barang mereka juga. Mereka berdua sangat terpuruk
sama seperti Alex karena telah kehilangan Natasha. Kini Alex kehilangan orang yang dia
sayangi dan cintai. Saat dia hendak keluar tiba-tiba seorang suster berjalan menuju Alex sambil
membawa sepucuk surat. Alex menatapnya bingung.

"Permisi, saya menemukan sebuah surat tergeletak di kasur kamar ini" ucap suster itu
Dengan penuh rasa penasaran aku berjalan duduk di kursi luar dan membuka surat itu. Dia
membaca surat itu dalam hati.

To : Kak Alex❤

Kak, mungkin saat kakak membaca surat ini, terjadi sesuatu yang buruk.
Sejak awal aku sudah berfirasat seperti itu.
Bahkan mimpi-mimpiku membuatku takut.
Tapi kak... Aku bersyukur bisa bertemu dengan Kak Alex.
Aku tidak pernah menyesalinya.
Karena menurutku Kak Alex sudah membuatku bahagia dalam hidup ini.
Aku merasa cukup dengan Kak Alex yang berada di sisiku
Dan Sebelumnya aku minta maaf sudah membohongi kakak tentang penyakitku.
Aku hanya tidak ingin membuat kakak khawatir dan sedih.
Sejak kecil aku sudah mengidap penyakit ini.
Saat aku berumur 10 tahun.

Ya! Saat itu aku sedang di Jakarta karena papa bertugas disana.
Aku juga pernah berjanji dengan kakak untuk kembali 3 tahun.
Tapi maaf aku tidak menepati janjiku tersebut.
Selama 2 tahun aku harus mengikuti terapi dan operasi di Jakarta.
Oleh karena itu aku memutuskan untuk kembali setelah 5 tahun.
Dan setelah itu pula , sungguh menggembirakan saat tau bahwa Kak Alex adalah Mike.
Entah itu takdir atau apa tapi aku merasa akan bertemu denganmu saat itu.
Walau awalnya aku meragukan dirimu yang masih menungguku selama 5 tahun.
Dan hidupku menjadi tidak sia-sia setelah dipertemukan kembali.
Dan satu lagi!! aku tidak pernah berbohong tentang perasaanku ini.
Aku menyayangi Kak Alex.....Dengan sepenuh hatiku.
Aku selalu menyayangimu sampai kapanpun.

❤Natasha

"Aku selalu menunggumu Nat dari dulu. Dan akhirnya aku menemukanmu walau sudah
terlambat" tanpa sadar air mata Alex jatuh dan dipeluknya surat tersebut.
Alex pun pergi dari rumah sakit dan mencari kehidupan yang baru.

The end

Anda mungkin juga menyukai