PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan umum/suportif
b. Penatalaksanaan khusus
e. Penatalaksanaan bedah
Penatalaksanaan ini memperbaiki keadaan umum dan tanda vital. Yang paling penting pada pasien
perdarahan SCBA adalah memberikan resusitasi pada waktu pertama kali datang ke rumah sakit. Kita
harus secepatnya memasang infus untuk pemberian cairan kristaloid (seperti NaCL 0.9% dan lainnya)
ataupun koloid (plasma expander) sambil menunggu darah dengan/tanpa komponen darah lainnya bila
diperlukan. Selang nasogastrik perlu dipasang untuk memonitor apakah perdarahan memang berasal
dari SCBA dan apakah masih aktif berdarah atau tidak dengan melakukan bilasan lambung tiap 6 jam
sampai jernih.
Pasien harus diperiksa darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit) tiap 6 jam untuk
memonitor aktifitas perdarahan. Sebaiknya bila dicurigai adanya kelainan pembekuan darah seperti
Disseminated Intravascular Coagullation (DIC) dan lainnya, harus dilakukan pemeriksaan pembekuan
darah seperti masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, APTT, masa trombin, Burr Cell, D
dimmer dan lainnya. Bila terdapat kelainan pembekuan darah harus diobati sesuai kelainannya. Pada
penderita dengan hipertensi portal dimana perdarahan disebabkan pecahnya varises esofagus dapat
diberikan obat somatostatin atau oktreotide. Pada perdarahan non varises yang masif,
dapat juga diberikan somatostatin atau oktroetide tetapi jangka pendek 1-2 hari saja. Pada prinsipnya,
urutan penatalaksanaan perdarahan SCBA dapat mengikuti anjuran algoritme penatalaksanaan dari
Konsensus Nasional Indonesia atau Palmer atau Triadapafilopoulos.
Selain pengobatan pada pasien perdarahan perlu diperhatikan pemberian nutrisi yang optimal sesegera
mungkin bila pasien sudah tidak perlu dipuasakan lagi , dan mengobati kelainan kejiwaan/psikis bila ada
dan memberikan edukasi mengenai penyakit pada pasien dan keluarga misal memberi tahu mengenai
penyebab perdarahan dan bagaimana cara-cara pencegahaan agar tidak mengalami perdarahan lagi.
b. Penatalaksanaan khusus
Terapi hemostatik perendoskopik yang diberikan pada pecah varises esofagus yaitu tindakan skleroterapi
varises perendoskopik (STE) dan ligasi varises perendoskopik (LVE). Pada perdarahan karena kelainan non
varises, dilakukan suntikan adrenalin di sekitar tukak atau lesi dan dapat dilanjutkan dengan suntikan
etoksi-sklerol atau obat fibrinogen-trombin atau dilakukan terapi koagulasi listrik atau koagulasi dengan
heat probe atau terapi laser, atau koagulasi dengan bipolar probe atau yang paling baik yaitu hemostatik
dengan terapi metal clip.
Bila pengobatan konservatif, hemostatik endoskopik gagal atau kelainan berasal dari usus halus dimana
skop tak dapat masuk dapat dilakukan terapi embolisasi arteri yang memperdarahi daerah ulkus.
• Riwayat penyakit dahulu: hepatitis, penyakit hati menahun, alkohlisme, penyakit lambung, pemakaian
obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti leuikemia, dll.
• Pada perdarahan karena pecahnya varises esophgaus, tidak ditemukan keluhan nyeri atau pedih di
daerah epigastrium
• Tanyakan prakiraan jumlah darah: misalnya satu gelas, dua gelas atau lainnya
Pemeriksaan Fisik:
• Keadaan umum
• Kesadaran
• Tanda-tanda anemia
• Gejala hipovolemia
• Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit
medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Laboratorium:
• Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
b. Pemeriksaan Radiologis
• Dilakukan dengan pemeriksaan esopagogram untuk daerah esopagus dan double contrast untuk
lambung dan duodenum.
• Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 distal esopagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises, sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.
c. Pemeriksaan Endoskopi
• Keuntungan lain: dapat diambil foto, aspirasi cairan dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik
Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena. Pasien tidak akan mengalami
infeksi nosokomial Pantau adanya distensi abdomen
Baringkan pasien pada bagian kepala tempat tidur yang ditinggikan jika segalanya memungkinkan
Gunakan tehnik aseptik saat mengganti balutan dan selang. Pertahankan balutan bersih dan steril
2. Kekurangan voleme cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif) Kebutuhan
cairan terpenuhi Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk,
berbaring, berdiri bila mungkin .
Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/
cairan melalui muntah dan defekasi.
Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas
untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
Kolaborasi:
Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.
Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.
Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.
Kolaborasi
Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan pendidikan kesehatan
Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita.
Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di rumah serta
pencegahan kekambuhan penyakit.
Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan kesehatan.
Pengkajian
Aktivitas / Istirahat
Sirkulasi
Kelembaban kulit/membran mukosa : berkeringat (menunjukan status syok , nyeri akut, respon
psikologis).
Itegritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronis (Keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak berdaya
Eliminasi :
Gejala : Riwayat perawatan di RS sebelumnya karena perdarahan GI atau masalah yang berhubungan
dengan GI mis. Luka peptik/gaster, gastritis, iradiasi area gaster. Perubahan pada defekasi/karakteristik
feses.
Bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, karakter feses diare, darah wana gelap, kecoklatan, atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk,(steatorea), Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida)
Makanan/cairan
Gejala :Anoreksia, mual, muntah, Cekukan, Nyeri uluhati, sendawa bau asam, Tidak toleran terhadap
makanan, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah : warna kopi, gelap, atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk, berat jenis urine meningkat.
Neurosensori
Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat
diserta perforasi.
Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut).
Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/nyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang
dengan antasida (ulkus gaster)
Nyeri gaster terlokasi dikanan terjadi lebih kurang 4 jam setelah makan/bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau antasida (Ulkus duadenal)
Faktor pencetus : Makanan, rokok, alkohol, pengguna obat-obatan tertentu misal salisilat,
reserpin,antibiotik,ibuprofen, stresor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut berhati-hati pada area yang sakit, pucat berkeringat, perhatian menyempi.
Keamanan
Pemeriksaan Diagnostik
EGD
Analisa gaster
Angiografi
BUN
Kreatinin
Amonia
Profil koagulasi
GDA
Natrium
Kalium
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kriteria : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak stabil, Membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 3 detik).
Intervensi
Rasional
Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung
yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.
Rasional