Bab 4 Apresiasi Inovasi
Bab 4 Apresiasi Inovasi
BAB 4
APRESIASI INOVASI
4.1. UMUM
Apresiasi inovasi ini berisikan tindak lanjut terhadap tanggapan Lembaga UUK BPP FT
UB terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada Bab III. Adapun hal-hal yang tertuang
didalam apresiasi inovasi ini akan dimasukkan pada bab-bab sesudahnya sesuai dengan
relevansi pembahasan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menambahkan hal-hal
yang dirasa kurang di dalam KAK.
Pekerjaan persiapan Analisis system CNG Plant terdiri dari Pengumpulan data
sekunder untuk persiapan CNG antara lain adalah pengumpulan data Compressed
Natural Gas (CNG) melalui perpipaan 12” sejauh 50 km di Tanjung Batu Kalimantan
Timur (spesifikasi perpipaan, friksi perpipaan, elevasi perpipaan), komposisi gas,
tekanan dan temperatur gas, kecepatan atau laju alir gas.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari stasiun pengamatan terdekat dengan lokasi
proyek ataupun dari instansi terkait lainnya antara lain : Bakosurtanal, Direktorat
Geologi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Pengembangan Masalah Bangunan
(DPMB), Sanga-sanga, Mahakam dan Sebuku dan lain-lain.
Data jarak secara keseluruhan serta data lain yang dianggap perlu
b. kelembaban udara, suhu udara, tekanan udara dan data relevan lainnya yang
diperlukan guna studi dalam pekerjaan ini. Data curah hujan harus
mencangkup data distribusi jam-jaman dari curah hujan, minimum,
maksimum, hujan rata-rata harian, bulanan, tahunan dan seterusnya.
c. Data bench mark (BM) yang sudah ada di sekitar proyek, terutama BM nasional
dari Bakosurtanal bukan dari BPN untuk koordinat X, Y dan elevasi (Z) untuk
menentukan elevasi perpipaan CNG.
Well area menjadi area tempat sumur yang meruakan kontrak dr SKK Migas yang
berjarak 50 km dengan menggunakan pipa dua belas inci. Gas alam yang
diberikan sebesar empat puluh BBTUD. Gas alam dialirkan menuju manifold yang
merupakan tempat mengumpulkan gas alam yang mungkin berasal dari sumur-
sumur yang lain.
Plant area menjadi area tempat pengolahan gas alam untuk dialirkan menuju
turbin. Gas alam akan terlebih dahulu dihilangkan kadar airnya agas kompresor
tidak cepat rusak yang dapat disebabkan oleh air yang terkandung di dalam gas
alam. Di dalam flowsheet terdapat dua macam valve. PCV merupakan pressure
control valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan akan tidak berlebih dari
yang dikontrol. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi peningkatan tekanan yang
besar. Karena Tekanan yang berlebihan dapat mempengaruhi sifat dari gas alam
yang mudah meledak.
Fluida yang mengalir adalah gas alam (natural gas) dengan komponen terbesar
C1-C6 selain itu gas alam memiliki kandungan asam sulfide (H2S) dan air yang
berpotensi menimbulkan korosi. Sehingga perlu adanya analisa tingkat korosivitas dari
pipa.
Pada Pipesys ini performa dari aliran pipa dapat disimulasikan atau dimodelkan.
Contoh dari aplikasi pipesys ini diuraikan sebagai berikut. Gambar 4.2 menunjukkan
contoh sambungan pipa gas dari stasiun pengumpul ke stasiun lainnya yang akan
disimulasikan dengan Pipesys
Pada contoh simulasi ini, laju aliran dari masing-masing titik telah ditentukan dan
perhitungan profil suhu dan tekanan dapat dilakukan juga. Pada aplikasi Pipesys ini
dapat juga dibuat Process Flow Diagramnya (Gambar 4.3) sebagai berikut:
Tekanan dan suhu di setiap titik akan dapat dihitung jika tekanan di salah satu titik
ditentukan atau diketahui. Selain itu perhitungan neraca massa dan energy serta profil
suhu akan dengan mudah dihitung dengan mnggunakan apilkasi ini. Contoh hasil
perhitungan menggunakan aplikasi Pipesys disajikan pada Gambar 4.4
d mU 1 1
m i H i ui2 zi g m j H j u 2j z j g Q Ws
dt i 2 j 2
dimana H merupakan enthalpy dari gas, Q merupakan panas yang hilang dari CNG
compressor, dan Ws adalah energi yang diperlukan oleh CNG compressor. Selain itu
prinsip perhitungan neraca energi juga harus sesuai dengan hukum kedua
thermodinamika untuk mengetahui efisiensi kinerja dari compressor. Secara detail,
perhitungan efisiensi dapat diilustrasikan sebagai berikut. Pada Gambar 4.5 dapat
dilihat system dari compressor.
Sistem dari compressor ini dapat juga diilustrasikan pada suhu vs entropi diagram
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6
Sehingga perhitungan neraca energy dan entropi pada compressor dapat dilakukan.
Neraca energy pada compressor dapat dihitung menggunakan persamaan (19). Untuk
kondisi yang reversibel artinya effisiensi sebesar 100%, nilai perbedaan entropynya
adalah 0 (nol). Sehingga dari Gambar 3.49 dapat dihitung nilai kerja minimum yang
diperlukan oleh compressor dengan menggunakan persamaan:
Ws (isentropic) H s
Sesuai dengan hukum kedua thermodinamika, suatu proses dapat berjalan jika
nilai perbedaan entropinya lebih besar atau sama dengan 0, maka perhitungan kerja
sebenarnya yang diperlukan compressor dihitung menggunakan persamaan:
W H
Sehingga efisiensi compressor dapat dihitung menggunakan persamaan:
Ws (isentropic)
H s
Ws H
Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Hysys sebagai berikut.
1. Memasukkan komponen – komponen yang ada pada CNG dari sumber, kemudian
menentukan property package yang digunakan.
2. Menentukan dan memasukkan pada hysys komposisi CNG dari sumber serta
tekanan dan suhu gas.
3. Memasang kompresor pada PFD di hysys, dan menentukan aliran masuk dan
keluar seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7
4.8 (a)
4.8 (b)
Gambar 4.7 Penentuan parameter operasi pada kompresor di HYSYS.
Dari simulasi ini dapat diketahui dan ditentukan berapa energi dalam bentuk kerja
kompresor yang diperlukan untuk mengalirkan CNG dari sumur ke tempat
penyimpanan kompresor.
merupakan perhitungan aliran massa dan energy pada sebuah sistim. Pada sistim
pipa akan berlaku system terbuka (open system) dimana material ditransfer ke
dalam system dan meninggalkan system, sehingga material balance dan energy di
nyatakan dengan persamaan berikut (Himmelblau, 1982) :
𝑎𝑐𝑐𝑢𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛 𝑖𝑛𝑝𝑡 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔
{ }= { }− { }
𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑟𝑎𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑒𝑠
𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛
+{ }− { } … … . . (22)
𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚
Dimana generasi dan konsumsi = 0, sehingga material balance :
Accumulation = input – out put ……………………………… (23)
dF merupakan friction factor fluida terhadap pipa yang terjadi sepanjang pipa
lurus maupun jika terdapat elbow (belokan), berikut persamaan friction factor :
a. Friction factor pada pipa lurus :
∆𝐿 𝑣 2
𝐹𝑓 = 4𝑓 𝐷 2
……………………………………………………… (27)
b. Friction factor pada belokan pipa (elbow)
𝑣2
ℎ𝑓 = 𝑘𝑓 2
…………………………………………………………………. (28)
Pada proses aliran fluida pada pipa, panas dapat ditransfer melalui dinding pipa
dengan proses konduksi. Dengan memperhatikan penampang pipa pada Gambar
4.9 dimana r1 radius dalam pipa, r2 radius luar pipa, T1 suhu di dalam pipa, T2 suhu
di luar pipa, dan L panjang pipa dapat dihitung dengan menggunakan Hukum
Fourier
q dT
k
A dr
Dimana luas penampang pipa dapat dirumuskan dengan persamaan
A 2rL
Dengan mensubstitusi persamaan (13) ke (12), maka akan didapatkan
r T
q 2 dr 2
2L r1 r T dT
k
1
2L
qk T1 T2
ln r2 r1
diperoleh design pipa yang efektif. Adapun pemilihan jenis pipa material
transmisi dan distribusi mengacu pada standard API 5L seperti pada table
berikut.
0,53
Carbon steel pipe : d optimum = 293 G . -0,37
0,52
Stainless steel pipe : d optimum = 260 G . -0,37
Tabel 4.2 Diameter standard pipa dan stress maksimum yang diijinkan berdasarkan
ASME B36.10M
…………………………………………(34)
F = Design factor
Data faktor design dan derating temperature disajikan pada tabel 4.3 dan 4.4
berikut
Temperature, Temperature
deratering factor
F,(0C) (T)
Dimana:
P1 = tekanan pada upstream, psia
P2 = tekanan pada downstream, psia
S = specific gravity dari gas pada kondisi standard
Qg = kecepatan aliran gas. MMSCFD
Z = compressibility factor untuk gas (dapat merefer ke GPSA Engineering Data Book)
T1 = suhu aliran, °R
f = Moody friction factor (dapat merefer pada gambar 6)
d = diameter dalam pipa, in
L = panjang pipa, feet
Faktor korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada
pipa gas terlebih pipa berada pada lingkungan korosif dan membawa material yang
korosif, berikut faktor yang korosi terhadap pipa:
1. Korosi Internal
Korosi internal pipa dipengaruhi oleh material yang di alirkan pipa yaitu
berupa gas alam. Gas alam mempunyai kandungan senyawa yang berpotesi sebagai
sumber korosia gas CO2, asam sulfide (H2S), dan air (water content). Berdasarkan hasil
uji gas pada suction SK II terdapat kandungan CO2 sebesar 34,69 %; H2S 48,81 ppmv,
dan air 990,36 lb/MMSCF. Korosi internal perlu di kendalikan dan di monitoring setiap
saat. Pengendalian laju korosi internal. Laju korosi dapat diperlambat dengan
penambahan bahan kimia yang disebut inhibitor korosi yang bekerja dengan cara
membentuk lapisan pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang
terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion
inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line.
Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani korosi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor dan penambahan dosis yang sesuai.
Pemilihan jenis inhibitor yang tidak sesuai dapat meningkatkan laju korosi. Dalam
design pipa gas ini akan menggunakan fatty acid imidazoline sebagai bahan inhibitor.
Imidazoline mengandung gugus etil amino dan memiliki solubillitas dalam air rendah
serta jumlah atom C kurang dari C15.
2. Korosi Eksternal
Korosi Eksternal pipa ditentukan juga oleh resistivitas pipa dan pH tanah.
Pipa digolongkan extremely corrosive dan pH yang netral. Akan tetapi pipa tersebut
diproteksi oleh proteksi katodik berupa anoda korban dan coating. Potensial proteksi
bernilai lebih negatif dari -0.85 V. Akan tetapi karena penggunaan Anoda korban
magnesium yang mempunyai potensial yang sangat negatif maka pada pipa terjadi
overproteksi. Potensial proteksi pipa lebih negatif dari -1.1 V dapat menyebabkan
overproteksi. Overproteksi berpotensi merusak coating. Untuk mencegah terjadinya
korosi eksternal maka dalam pipa gas dapat dilindungi dengan metode proteksi
katodik (cathodic protection). Metode Cathodic Protection dilakukan dengan
menggunakan impressed current.
Pada metode Impressed Current digunakan sumber arus pada system arus
tanding berasal yang dari luar, biasanya dari DC dan AC dan dilengkapi dengan
penyearah arus (rectifier), dimana kutub negatif dihubungkan ke struktur yang
dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda melalui
elektrolit ke permukaan struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur dan kembali
ke rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima arus dari elektrolit,
maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier diatur untuk
mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus korosi yang akan
meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi. Dengan keluaran arus dari
anoda ini maka anoda tersebut terkonsumsi. Untuk itu maka sebaiknya menggunakan
bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari magnesium, zinc dan alumunium yang
biasa dipakai untuk system tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan
yang khusus seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10.
Pipa yang terkubur akan menerima arus DC melalui elektroda tambahan yang terkubur
di dalam tanah. Pipa akan menjadi katoda sedangkan elektroda tambahan berfungsi
sebagai anoda. Berbagai bahan telah digunakan sebagai anoda, sifat – sifatnya antara
lain:
- Mempunyai konduksi yang bagus
- Rate korosinya rendah
- Mempunyai sifat mekanis yang bagus
- Biaya yang rendah
- Mudah difabrikasi
- Mampu menahan arus tinggi pada permukaan tanpa membentuk lapisan oksida
Bahan berikut telah digunakan sebagai anoda: magnetit, bahan karbon (grafit),
besi silikon tinggi (14-18% Si), timbal / timah oksida atau bahan plastic (tantalum,
niobium, titanium). Dalam prakteknya, tegangan hingga 100 V dan current densities
yang tinggi memungkinkan bahan tersebut dapat menjadi anoda dalam sistem
impressed-current.
mengalirkan seluruh isi gas yang ada di dalam proses menuju incenerator yang
letaknya berjauhan dari letak proses dengan melakukan simulasi depressurizing time
atau cold venting system.
Total risk di dihitung dari jumlah risk yang terjadi pada setiap scenario, hasil analisa
risk di nyatakan dalam 4 pilar berikut :
Individual fatality risk : mengurangi resiko kecelakaan individual di lokasi kerja
seperti kebakaran dan ledakan.
Injury risk : mengurangi resiko cidera di lokasi sekitar pemasangan pipa
Society risk : Resiko masyarakat memperhitungkan jumlah orang yang terkena
resiko. Sedangkan resiko individu berkaitan dengan resiko kematian pada
seseorang di lokasi tertentu, resiko sosial mempertimbangkan kemungkinan
kematian yang sebenarnya di antara salah satu orang yang terkena bahaya.
Stage 5. Risk reduction : pengurangan resiko diukur berdasarkan data rekomendasi.
Identifikasi Hazard
Berdasarkan hasil uji komposisi natural gas maka diperkirakan ada beberapa potensial
hazard pada jalur transportasi gas dalam pipa diantaranya :
1. Kerusakan mekanik sepanjang pipa
2. Korosi
3. Ledakan sepanjang pipa gas
4. Penurunan permukaan tanah
Kebocoran natural gas umumnya hanya memiliki potensi untuk menyebabkan cedera
atau kerusakan jika tidak ada pemicu pembakaran. Salah satu faktor yang dapat
mengakibatkan kerusakan adalah kegagalan pemasangan pipa yang kemungkinan
disebabkan oleh korosi dan kerusakan oleh faktor luar.
berkembang
menjadi kebocoran
yang lebih besar.
QA selama
produksi dan
instalasi.
3. Ledakan pada Keausan, dampak Kemungkinan Melaksanakan
pipa gas mekanis dalam kerusakan prosedur sisitem
pipa gas pipa gas manajemen risiko
dengan yang dilaksanakan
pelepasan oleh operator pipa
natural gas. gas.
Cedera dan Pemantauan
kerusakan jaringan pipa
properti. selama 24 jam.
Pemasangan pipa
dengan system
bawah tanah.
Pemilihan ukuran
pipa yang meliputi
diameter,
ketebalan dan
jenis bahan pipa
yang tepat.
4. Penurunan Aktivitas Kegagalan Memastikan lokasi
permukaan tanah penggalian pada pemasangan yang dipilih tidak
daerah yang jaringan pipa berpotensi gempa
berpotensi terjadi Lepasnya Bahan konstruksi
gempa natural gas pipa di pilih dari
Memungkinkan bahan yang
terjadinya memiliki kekuatan
kebakaran cukup memadai.