Anda di halaman 1dari 23

STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

BAB 4
APRESIASI INOVASI

4.1. UMUM

Apresiasi inovasi ini berisikan tindak lanjut terhadap tanggapan Lembaga UUK BPP FT
UB terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada Bab III. Adapun hal-hal yang tertuang
didalam apresiasi inovasi ini akan dimasukkan pada bab-bab sesudahnya sesuai dengan
relevansi pembahasan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menambahkan hal-hal
yang dirasa kurang di dalam KAK.

4.2. PEKERJAAN PERSIAPAN ANALISIS SYSTEM CNG PLANT

Pekerjaan persiapan Analisis system CNG Plant terdiri dari Pengumpulan data
sekunder untuk persiapan CNG antara lain adalah pengumpulan data Compressed
Natural Gas (CNG) melalui perpipaan 12” sejauh 50 km di Tanjung Batu Kalimantan
Timur (spesifikasi perpipaan, friksi perpipaan, elevasi perpipaan), komposisi gas,
tekanan dan temperatur gas, kecepatan atau laju alir gas.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari stasiun pengamatan terdekat dengan lokasi
proyek ataupun dari instansi terkait lainnya antara lain : Bakosurtanal, Direktorat
Geologi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Pengembangan Masalah Bangunan
(DPMB), Sanga-sanga, Mahakam dan Sebuku dan lain-lain.

Uraian data-data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

a. spesifikasi perpipaan, friksi perpipaan, elevasi perpipaan), komposisi gas,


tekanan dan temperatur gas, kecepatan atau laju alir CNG.
 Peta, topografi kesumuran dari CNG Sanga-Sanga, Mahakam dan Sebuku
 Data suhu dan tekanan gas.
 Data komposisi gas diantaranya kandungan C1 – C6, H2S, CO2, dan H2O

 Data jarak secara keseluruhan serta data lain yang dianggap perlu

USULAN TEKNIS IV-1


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

b. kelembaban udara, suhu udara, tekanan udara dan data relevan lainnya yang
diperlukan guna studi dalam pekerjaan ini. Data curah hujan harus
mencangkup data distribusi jam-jaman dari curah hujan, minimum,
maksimum, hujan rata-rata harian, bulanan, tahunan dan seterusnya.

c. Data bench mark (BM) yang sudah ada di sekitar proyek, terutama BM nasional
dari Bakosurtanal bukan dari BPN untuk koordinat X, Y dan elevasi (Z) untuk
menentukan elevasi perpipaan CNG.

d. Block flow diagram (BFD) analisis system


Process Flow Diagram untuk sistem aliran CNG dari sumber CNG: Sanga-Sanga,
Mahakam dan Sebuku dapat diilustrasikan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. PFD untuk sistem CNG compressor

Well area menjadi area tempat sumur yang meruakan kontrak dr SKK Migas yang
berjarak 50 km dengan menggunakan pipa dua belas inci. Gas alam yang
diberikan sebesar empat puluh BBTUD. Gas alam dialirkan menuju manifold yang
merupakan tempat mengumpulkan gas alam yang mungkin berasal dari sumur-
sumur yang lain.

Plant area menjadi area tempat pengolahan gas alam untuk dialirkan menuju
turbin. Gas alam akan terlebih dahulu dihilangkan kadar airnya agas kompresor
tidak cepat rusak yang dapat disebabkan oleh air yang terkandung di dalam gas
alam. Di dalam flowsheet terdapat dua macam valve. PCV merupakan pressure
control valve yang berfungsi untuk mengatur tekanan akan tidak berlebih dari
yang dikontrol. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi peningkatan tekanan yang

USULAN TEKNIS IV-2


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

besar. Karena Tekanan yang berlebihan dapat mempengaruhi sifat dari gas alam
yang mudah meledak.

4.2.1 Tahap analisa, perhitungan dan evaluasi CNG


Pada tahapan ini akan dilakukan analisa, perhitungan design CNG compressor dan pipa
serta evaluasi yang meliputi :

- Perhitungan material dan energy balance pada aliran pipa gas


- Perhitungan energi yang diperlukan oleh CNG compressor
- Analisa profil suhu dan tekanan sepanjang aliran pipa gas
- Perhitungan Cold venting system atau depressurizing time dan system safety di
CNG compressor.
Sebagai pendukung/alat untuk melakukan analisa, tim dapat menggunakan
process simulator software yang sudah umum digunakan.

Fluida yang mengalir adalah gas alam (natural gas) dengan komponen terbesar
C1-C6 selain itu gas alam memiliki kandungan asam sulfide (H2S) dan air yang
berpotensi menimbulkan korosi. Sehingga perlu adanya analisa tingkat korosivitas dari
pipa.

4.2.2 Tahap analisa hazard untuk mendukung system safety.


Dampak atau bahaya (hazard) dari aliran pipa gas untuk dapat mengantisipasi
kecelakaan yang dapat disebabkan oleh aliran pipa gas
4.2.3 Proses Analisis Properti Gas dan perhitungan energy pada CNG compressor.

a. Analisis properti gas


Proses analisa pada aliran pipa gas dapat dilakukan dengan menggunakan process
simulator software yang sudah umum digunakan. Salah satu software tersebut adalah
HYSYS yang mana di dalam software ini terdapat extention software khusus yang
dapat digunakan untuk melakukan simulasi proses pada perpipaan yaitu Pipesys.
Sebelum melakukan simulasi pada Pipesys, property gas (densitas, viskositas,
compressibility factor) dapat disimulasikan dengan HYSYS. Salah satu property gas
yaitu factor kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Keadaan
(Equation of State) antara lain Peng-Robinson, Soave-Redlich Kwong, dan Redlich-
Kwong Equation of State (Smith, et al 2001) dengan persamaan di bawah ini

USULAN TEKNIS IV-3


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Pada Pipesys ini performa dari aliran pipa dapat disimulasikan atau dimodelkan.
Contoh dari aplikasi pipesys ini diuraikan sebagai berikut. Gambar 4.2 menunjukkan
contoh sambungan pipa gas dari stasiun pengumpul ke stasiun lainnya yang akan
disimulasikan dengan Pipesys

Gambar 4.2 Contoh peta aliran pipa gas

Pada contoh simulasi ini, laju aliran dari masing-masing titik telah ditentukan dan
perhitungan profil suhu dan tekanan dapat dilakukan juga. Pada aplikasi Pipesys ini
dapat juga dibuat Process Flow Diagramnya (Gambar 4.3) sebagai berikut:

USULAN TEKNIS IV-4


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Gambar 4.3 PFD dari aliran pipa gas pada Pipesys

Tekanan dan suhu di setiap titik akan dapat dihitung jika tekanan di salah satu titik
ditentukan atau diketahui. Selain itu perhitungan neraca massa dan energy serta profil
suhu akan dengan mudah dihitung dengan mnggunakan apilkasi ini. Contoh hasil
perhitungan menggunakan aplikasi Pipesys disajikan pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Hasil perhitungan simulasi menggunakan Pipesys

Setelah melakukan simulasi proses pada Pipesys, analisa selanjutnya adalah


melakukan perhitungan diameter pipa.

b. Perhitungan energy yang diperlukan di CNG compressor


Kompresor merupakan alat yang diperlukan untuk mengalirkan dan menaikkan
tekanan gas. Setelah mengetahui properti gas dari sumber, maka dapat disimulasikan
perhitungan energi yang diperlukan oleh CNG compressor. Prinsip perhitungannya
menggunakan neraca energi seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sesuai dengan
prinsip hukum thermodinamika 1.

USULAN TEKNIS IV-5


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

d mU   1   1 
  m i  H i  ui2  zi g    m j  H j  u 2j  z j g   Q  Ws
dt i  2  j  2 
dimana H merupakan enthalpy dari gas, Q merupakan panas yang hilang dari CNG
compressor, dan Ws adalah energi yang diperlukan oleh CNG compressor. Selain itu
prinsip perhitungan neraca energi juga harus sesuai dengan hukum kedua
thermodinamika untuk mengetahui efisiensi kinerja dari compressor. Secara detail,
perhitungan efisiensi dapat diilustrasikan sebagai berikut. Pada Gambar 4.5 dapat
dilihat system dari compressor.

Gambar 4.5 Sistem kompresor

Sistem dari compressor ini dapat juga diilustrasikan pada suhu vs entropi diagram
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 T-S diagram pada kompresor

USULAN TEKNIS IV-6


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Sehingga perhitungan neraca energy dan entropi pada compressor dapat dilakukan.
Neraca energy pada compressor dapat dihitung menggunakan persamaan (19). Untuk
kondisi yang reversibel artinya effisiensi sebesar 100%, nilai perbedaan entropynya
adalah 0 (nol). Sehingga dari Gambar 3.49 dapat dihitung nilai kerja minimum yang
diperlukan oleh compressor dengan menggunakan persamaan:
Ws (isentropic)  H s
Sesuai dengan hukum kedua thermodinamika, suatu proses dapat berjalan jika
nilai perbedaan entropinya lebih besar atau sama dengan 0, maka perhitungan kerja
sebenarnya yang diperlukan compressor dihitung menggunakan persamaan:
W  H 
Sehingga efisiensi compressor dapat dihitung menggunakan persamaan:


Ws (isentropic)

H s
Ws H
Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Hysys sebagai berikut.
1. Memasukkan komponen – komponen yang ada pada CNG dari sumber, kemudian
menentukan property package yang digunakan.
2. Menentukan dan memasukkan pada hysys komposisi CNG dari sumber serta
tekanan dan suhu gas.
3. Memasang kompresor pada PFD di hysys, dan menentukan aliran masuk dan
keluar seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Sistem kompresor pada HYSYS.

USULAN TEKNIS IV-7


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

4. Menset parameter operasi pada kompresor seperti efisiensi kompresor atau


nilai tekanan dan suhu pada masing – masing aliran masuk dan keluar seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.8(a-b).

4.8 (a)

4.8 (b)
Gambar 4.7 Penentuan parameter operasi pada kompresor di HYSYS.

Dari simulasi ini dapat diketahui dan ditentukan berapa energi dalam bentuk kerja
kompresor yang diperlukan untuk mengalirkan CNG dari sumur ke tempat
penyimpanan kompresor.

4.2.4 Perhitungan Design Pipa

A. Perhitungan material dan energy balance pada aliran pipa


Material dan energy balance diperlukan dalam design karena akan menentukan
spesifikasi alat yang akan di rancang. Material balance maupun energy balance

USULAN TEKNIS IV-8


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

merupakan perhitungan aliran massa dan energy pada sebuah sistim. Pada sistim
pipa akan berlaku system terbuka (open system) dimana material ditransfer ke
dalam system dan meninggalkan system, sehingga material balance dan energy di
nyatakan dengan persamaan berikut (Himmelblau, 1982) :
𝑎𝑐𝑐𝑢𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛 𝑖𝑛𝑝𝑡 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔
{ }= { }− { }
𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑟𝑎𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑒𝑠
𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑤𝑖𝑡ℎ𝑖𝑛
+{ }− { } … … . . (22)
𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚
Dimana generasi dan konsumsi = 0, sehingga material balance :
Accumulation = input – out put ……………………………… (23)

Energy balance untuk system terbuka (open system) :


E = - [(H + K + P) m] +Q – W
(24)
Keterangan :
E = Total energy dalam system
 = Perbedaan keadaan akhir – keadaan awal
H = Entalpi (Kj/mol)
P = Energi potensial (Kj)
K = Energi kinetika (Kj)
W = Kerja oleh sistem (Kj)
Q = Panas sistem (Kj)
Mechanical energy balance compressible gas dinyatakan dengan persamaan
(Geankoplis, 2003; Ellenberger, J.P., 2010) :
1 𝑝 𝑑𝑝
2𝛼
(𝑣2𝑎𝑣 2 − 𝑣1𝑎𝑣 2 ) + 𝑔 (𝑧2 − 𝑧1 ) + ∫𝑝 2 + ∑ 𝐹 + 𝑊𝑠 = 0 …… (25)
1 𝜌

Jika aliran gas turbulen maka  = 1, Ws = 0, sehingga persamaan 8 menjadi :


𝑑𝑝
𝑣 𝑑𝑣 + 𝑔 𝑑𝑧 + 𝜌
+ 𝑑𝐹 = 0 …………………………………………… (26)

dF merupakan friction factor fluida terhadap pipa yang terjadi sepanjang pipa
lurus maupun jika terdapat elbow (belokan), berikut persamaan friction factor :
a. Friction factor pada pipa lurus :
∆𝐿 𝑣 2
𝐹𝑓 = 4𝑓 𝐷 2
……………………………………………………… (27)
b. Friction factor pada belokan pipa (elbow)
𝑣2
ℎ𝑓 = 𝑘𝑓 2
…………………………………………………………………. (28)

USULAN TEKNIS IV-9


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Pada proses aliran fluida pada pipa, panas dapat ditransfer melalui dinding pipa
dengan proses konduksi. Dengan memperhatikan penampang pipa pada Gambar
4.9 dimana r1 radius dalam pipa, r2 radius luar pipa, T1 suhu di dalam pipa, T2 suhu
di luar pipa, dan L panjang pipa dapat dihitung dengan menggunakan Hukum
Fourier

Gambar 4.9 Penampang pipa silinder (Geankoplis, 2003)

q dT
k
A dr
Dimana luas penampang pipa dapat dirumuskan dengan persamaan
A  2rL
Dengan mensubstitusi persamaan (13) ke (12), maka akan didapatkan
r T
q 2 dr 2

2L r1 r T dT
  k
1

2L
qk T1  T2 
ln r2 r1 

Evaluasi pipe sizing


Design pipa meliputi pemilihan jenis pipa, diameter, ketebalan pipa, penurunan
tekanan (pressure drop), serta tekanan design. Langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut : diperlukan tahapan Setelah dilakukan perhitungan material dan
energy balance selanjutnya akan dilakukan perancangan pipa yang terdiri dari :

1. Pemilihan jenis pipa


Dalam pemilihan jenis pipa perlu dipertimbangkan sifat dan kandungan dari
fluida yang akan mengalir di dalam pipa tersebut, hal ini diperlukan agar

USULAN TEKNIS IV-10


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

diperoleh design pipa yang efektif. Adapun pemilihan jenis pipa material
transmisi dan distribusi mengacu pada standard API 5L seperti pada table
berikut.

2. Evaluasi diameter pipa


Evaluasi optimum pipa dapat dihitung dengan persamaaan (Coulson and
Richardson., 2005) :

0,53
Carbon steel pipe : d optimum = 293 G .  -0,37

0,52
Stainless steel pipe : d optimum = 260 G .  -0,37

Setelah diperoleh diameter optimum selanjutnya dapat ditentukan diameter


standar berdasarkan standar ASME B36.10M (Tabel 3.8) yang mengatur
tentang Desain dan Instalasi perpipaan.

USULAN TEKNIS IV-11


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Tabel 4.1 Aturan Desain dan Instalasi Pipa

Sumber : Specification for line pipe, API Specification 5L, 2007

USULAN TEKNIS IV-12


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Tabel 4.2 Diameter standard pipa dan stress maksimum yang diijinkan berdasarkan
ASME B36.10M

P2 = tekanan outlet, kPa


G = gas gravity (air = 1,00)
L = panjang equivalen pipa, km
Zav = faktor kompresibilitas gas
Tav = suhu rata-rata gas, K
Pav = tekanan rata-rata gas, kPa

3. Ketebalan pipa (thickness wall pipe)


Ketebalan pipa dapat dihitung melalui persamaan (ASME 31.8-2012) :

…………………………………………(34)

P = Tekanan fluida (psig)

D = Outiside diameter pipa (in)

F = Design factor

USULAN TEKNIS IV-13


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

S = Spesifik minimum yield strength (psi, MPa)

T = Faktor derating temperature

Data faktor design dan derating temperature disajikan pada tabel 4.3 dan 4.4
berikut

Tabel 4.3 Data Faktor Desain

Location class Design Factor (f)

Location class 1, division 1 0,80

Location class 1, division 2 0,72

Location class 2 0,60

Location class 3 0,50

Sumber : Standar ASME 31.8-2012

Berdasarkan tabel 4.3 location class mempengaruhi harga design factor.


Location class menunjukkan lokasi konstruksi pipa gas. Adapun aturan dasar
pemilihan design factor berdasarkan location class.

a. Location class 1 merupakan lokasi pembangunan pipa berada pada daerah


pegunungan, padang pasir (dessert), pertanian.
b. Location class 2 merupakan lokasi pembangunan pipa pada daerah perkotaan,
areal industri.
c. Location class 3 merupakan lokasi pemabngunan pipa pada daerah pusat
perbelanjaan, pemukiman penduduk, areal industri.
Tabel 4.4 Faktor deratering temperature

Temperature, Temperature
deratering factor
F,(0C) (T)

250 (121) or lower 1.000

300 (149) 0.967

350 (177) 0.933

400 (204) 0.900

450 (232) 0.867

Sumber : Standar ASME 31.8-2012

USULAN TEKNIS IV-14


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

B. Perhitungan proses secara keseluruhan (pressure drop yang terjadi)


Setelah mengetahui hasil perhitungan diameter pipa yang dibutuhkan, maka
disesuaikan dengan Standard ASME B36.10 M yang mengatur tentang Desain dan
Instalasi perpipaan. Kriteria pada pipe sizing untuk aliran gas pada satu fasa sesuai
dengan standard ASME B31.8
Pipa untuk aliran gas pada satu fasa harus dilakukan sizing agar memenuhi kriteria
atau tekanan yang diinginkan pada titik akhir aliran. Persamaan umum untuk
menghitung pressure drop adalah

Dimana:
P1 = tekanan pada upstream, psia
P2 = tekanan pada downstream, psia
S = specific gravity dari gas pada kondisi standard
Qg = kecepatan aliran gas. MMSCFD
Z = compressibility factor untuk gas (dapat merefer ke GPSA Engineering Data Book)
T1 = suhu aliran, °R
f = Moody friction factor (dapat merefer pada gambar 6)
d = diameter dalam pipa, in
L = panjang pipa, feet

Gambar 4.10 Friction factor chart (Modified Moody diagram)

USULAN TEKNIS IV-15


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Perlindungan Terhadap Korosi Pipa


Pipa gas berpotensi mengalami beberapa potensial kegagalan. Kesesuaian pipa dengan
tekanan dan lingkungan, tingkat korosi baik eksternal maupun internal perlu
dipertimbangkan sebagai parameter yang memicu terjadinya kegagalan. Kemungkinan
terjadinya bahaya tersebut dianalisis dan kemudian dieliminasi dengan sistem mitigasi
yang ada pada pipa. Pipa yang digunakan dikategorikan Class IV sesuai dengan
keinginan pihak penyalur pipa gas. Namun pada kenyataan dilapangan dikategorikan
Class III. Hal ini tentu menguntungkan demi keamanan, dimana pipa digunakan pada
area dengan class yang lebih rendah. Pemakaian faktor Class IV pada perhitungan
design pressure untuk mengatasi kemungkinan terjadinya penambahan bangunan pada
area pipa. Berdasarkan ASME B31.8, potensi bahaya pada pipa harus dinilai dari dua
sisi, Probability dan Consequence. Faktor Probability menilai aspek kemungkinan
terjadinya sebuah bahaya. Aspek ini ditentukan oleh beberapa variabel. Pada pipa
gas, faktor tersebut ditentukan oleh aspek yang dapat menyebabkan kerusakan seperti
korosi dan kecocokan pipa dengan sistem. Faktor lain yang mempengaruhi nilai
Probability adalah kelengkapan inspeksi, sedangkan faktor Consequence ditentukan
oleh akibat yang dapat ditimbulkan oleh kegagalan pipa.

Faktor korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada
pipa gas terlebih pipa berada pada lingkungan korosif dan membawa material yang
korosif, berikut faktor yang korosi terhadap pipa:
1. Korosi Internal
Korosi internal pipa dipengaruhi oleh material yang di alirkan pipa yaitu
berupa gas alam. Gas alam mempunyai kandungan senyawa yang berpotesi sebagai
sumber korosia gas CO2, asam sulfide (H2S), dan air (water content). Berdasarkan hasil
uji gas pada suction SK II terdapat kandungan CO2 sebesar 34,69 %; H2S 48,81 ppmv,
dan air 990,36 lb/MMSCF. Korosi internal perlu di kendalikan dan di monitoring setiap
saat. Pengendalian laju korosi internal. Laju korosi dapat diperlambat dengan
penambahan bahan kimia yang disebut inhibitor korosi yang bekerja dengan cara
membentuk lapisan pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang
terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion
inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line.
Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani korosi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor dan penambahan dosis yang sesuai.
Pemilihan jenis inhibitor yang tidak sesuai dapat meningkatkan laju korosi. Dalam
design pipa gas ini akan menggunakan fatty acid imidazoline sebagai bahan inhibitor.

USULAN TEKNIS IV-16


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Imidazoline mengandung gugus etil amino dan memiliki solubillitas dalam air rendah
serta jumlah atom C kurang dari C15.
2. Korosi Eksternal
Korosi Eksternal pipa ditentukan juga oleh resistivitas pipa dan pH tanah.
Pipa digolongkan extremely corrosive dan pH yang netral. Akan tetapi pipa tersebut
diproteksi oleh proteksi katodik berupa anoda korban dan coating. Potensial proteksi
bernilai lebih negatif dari -0.85 V. Akan tetapi karena penggunaan Anoda korban
magnesium yang mempunyai potensial yang sangat negatif maka pada pipa terjadi
overproteksi. Potensial proteksi pipa lebih negatif dari -1.1 V dapat menyebabkan
overproteksi. Overproteksi berpotensi merusak coating. Untuk mencegah terjadinya
korosi eksternal maka dalam pipa gas dapat dilindungi dengan metode proteksi
katodik (cathodic protection). Metode Cathodic Protection dilakukan dengan
menggunakan impressed current.
Pada metode Impressed Current digunakan sumber arus pada system arus
tanding berasal yang dari luar, biasanya dari DC dan AC dan dilengkapi dengan
penyearah arus (rectifier), dimana kutub negatif dihubungkan ke struktur yang
dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda melalui
elektrolit ke permukaan struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur dan kembali
ke rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima arus dari elektrolit,
maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier diatur untuk
mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus korosi yang akan
meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi. Dengan keluaran arus dari
anoda ini maka anoda tersebut terkonsumsi. Untuk itu maka sebaiknya menggunakan
bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari magnesium, zinc dan alumunium yang
biasa dipakai untuk system tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan
yang khusus seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10.

USULAN TEKNIS IV-17


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Gambar 4.11 Contoh sistem impressed-current

Pipa yang terkubur akan menerima arus DC melalui elektroda tambahan yang terkubur
di dalam tanah. Pipa akan menjadi katoda sedangkan elektroda tambahan berfungsi
sebagai anoda. Berbagai bahan telah digunakan sebagai anoda, sifat – sifatnya antara
lain:
- Mempunyai konduksi yang bagus
- Rate korosinya rendah
- Mempunyai sifat mekanis yang bagus
- Biaya yang rendah
- Mudah difabrikasi
- Mampu menahan arus tinggi pada permukaan tanpa membentuk lapisan oksida
Bahan berikut telah digunakan sebagai anoda: magnetit, bahan karbon (grafit),
besi silikon tinggi (14-18% Si), timbal / timah oksida atau bahan plastic (tantalum,
niobium, titanium). Dalam prakteknya, tegangan hingga 100 V dan current densities
yang tinggi memungkinkan bahan tersebut dapat menjadi anoda dalam sistem
impressed-current.

Cold venting system dan blasting radius


Blasting Radius
Untuk area ledakan, tidak dapat dipastikan berapa meter untuk jangkauan ledakan.
Ledakan besar diasumsikan akan terjadi di seluruh plant area karena bahan baku yang
digunakan merupakan gas alam yang mudah terbakar, sehingga ledakan ataupun
kebocoran sedikit saja dapat berdampak besar pada plant. Untuk meminimalisir
ledakan dapat dilakukan dengan mematikan atau shut down seluruh plant dan

USULAN TEKNIS IV-18


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

mengalirkan seluruh isi gas yang ada di dalam proses menuju incenerator yang
letaknya berjauhan dari letak proses dengan melakukan simulasi depressurizing time
atau cold venting system.

Cold Venting System


Pemberhentian proses dapat dilakukan dengan menguras seluruh isi gas alam yang ada
di dalam proses dengan mengalirkannya menuju incenerator. Gas alam akan dibakar
hingga tekanannya menjadi empat belas psia atau setara dengan satu atmosfer. Dalam
proses dikatakan volume efektivnya seperti gambar 4.12, sehingga didapatkan waktu
yang dibutuhkan untuk menguras plant yang dapat dilihat pada gambar 4.13 dan
gambar 4.12. Dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan waktu dua menit saja untuk
menguras gas alam yang ada didalam proses. Walaupun dapat dilihat pada gambar 4
bahwa gas alam tidak sepenuhnya dibuang semua.

Gambar 4.12 Aliran Depressurizing

Gambar 4.13 Grafik Penurunan Tekanan

USULAN TEKNIS IV-19


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Gambar 4.14 Grafik Penurunan Aliran Gas Alam

Analisa Hazard pada Aliran Pipa Gas


Metodologi untuk preliminary hazard analysis dalam perancangan pipa gas meliputi :
Stage 1 . Identifikasi hazard
Identifikasi hazard meliputi potensial hazard yang berhubungan langsung
dengan perpipaan diantaranya identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja serta pengaruh terhadap keamanan publik. Tugas
mengidentifikasi juga meliputi identifikasi perpipaan gas termasuk memerikasa semua
data dan informasi yang terkait dan membuat diagram keamanan.
Stage 2. Analisis konsekuensi dan efek
Konsekuensi identifikasi hazard dinilai menggunakan teknik untuk penilaian
risiko, dimana teknik ini menggabungkan antara eksposur dan efek pada orang yang
digunakan untuk menghitung dampak.
Stage 3. Analisi frekuensi
Untuk insiden dengan pengaruh yang signifikan baik pada orang, properti atau
lingkungan biofisik, frekuensi kejadian diperkirakan berdasarkan pada data historis.
Pendekatan probabilistik kegagalan pipa digunakan untuk mengembangkan frekuensi
data pada insiden yang berpotensi berbahaya.
Stage 4 . Analisis quantitative risk
Kombinasi peluang out come seperti kecelakaan kerja atau kematian
Kombinasi dari kemungkinan hasil, seperti cedera atau kematian, dikombinasikan
dengan frekuensi peristiwa yang memberikan resiko dari kejadian tersebut sehingga
perlu di hitung resiko di sejumlah lokasi sehingga dampak keseluruhan dapat dinilai.
Resiko untuk setiap kejadian dihitung berdasarkan:
Risk = consequence x frequency

USULAN TEKNIS IV-20


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN (SITE INVESTIGATION) CNG TANJUNG BATU

Total risk di dihitung dari jumlah risk yang terjadi pada setiap scenario, hasil analisa
risk di nyatakan dalam 4 pilar berikut :
 Individual fatality risk : mengurangi resiko kecelakaan individual di lokasi kerja
seperti kebakaran dan ledakan.
 Injury risk : mengurangi resiko cidera di lokasi sekitar pemasangan pipa
 Society risk : Resiko masyarakat memperhitungkan jumlah orang yang terkena
resiko. Sedangkan resiko individu berkaitan dengan resiko kematian pada
seseorang di lokasi tertentu, resiko sosial mempertimbangkan kemungkinan
kematian yang sebenarnya di antara salah satu orang yang terkena bahaya.
Stage 5. Risk reduction : pengurangan resiko diukur berdasarkan data rekomendasi.

Identifikasi Hazard
Berdasarkan hasil uji komposisi natural gas maka diperkirakan ada beberapa potensial
hazard pada jalur transportasi gas dalam pipa diantaranya :
1. Kerusakan mekanik sepanjang pipa
2. Korosi
3. Ledakan sepanjang pipa gas
4. Penurunan permukaan tanah
Kebocoran natural gas umumnya hanya memiliki potensi untuk menyebabkan cedera
atau kerusakan jika tidak ada pemicu pembakaran. Salah satu faktor yang dapat
mengakibatkan kerusakan adalah kegagalan pemasangan pipa yang kemungkinan
disebabkan oleh korosi dan kerusakan oleh faktor luar.

USULAN TEKNIS IV-21


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN PLTP ULUMBU

Tabel 4.5 Diagram identifikasi hazard


Event Cause Possible Prevention/protection
consequence
1. Kerusakan  Penggalian Jika pengapian  Pemasangan pipa
mekanik pipa maka dengan model
menyebabkan kemungkinan yang dikubur.
kerusakan pipa terjadi percikan  Ketahanan
gas. api. Ledakan fisik jaringan pipa
dari pipa dengan design
bertekanan ketebalan pipa
mengakibatkan yang memadai.
cedera dan  Automatic shut
kerusakan down melalui
properti. deteksi automatic
apabila terjadi
pressure drop .

2. Korosi  Kerusakan lapisan  Kebocoran  Perlindungan


menyebabkan pipa akibat gas. katodik untuk
kebocoran gas inspeksi  Cedera dan perlindungan
alam dari pipa gas. penggalian yang kerusakan korosi bagian luar.
menyebabkan properti.  Pelapisan
korosi. permukaan luar
 Kerusakan pipa.
konstruksi atau  Pemeriksaan rutin
lapisan cacat atau pipa (termasuk
bahan yang rusak patroli reguler dan
pigging). Jika
terjadi kebocoran
dapat di kenali
secara visual.
 Gas odourised,
memungkinkan
untuk mendeteksi
apabila terjadi
kebocoran
sehingga dapat
tertangani
sebelum

USULAN TEKNIS IV-22


STUDI PENYELIDIKAN LAPANGAN PLTP ULUMBU

berkembang
menjadi kebocoran
yang lebih besar.
 QA selama
produksi dan
instalasi.
3. Ledakan pada  Keausan, dampak  Kemungkinan  Melaksanakan
pipa gas mekanis dalam kerusakan prosedur sisitem
pipa gas pipa gas manajemen risiko
dengan yang dilaksanakan
pelepasan oleh operator pipa
natural gas. gas.
 Cedera dan  Pemantauan
kerusakan jaringan pipa
properti. selama 24 jam.
 Pemasangan pipa
dengan system
bawah tanah.
 Pemilihan ukuran
pipa yang meliputi
diameter,
ketebalan dan
jenis bahan pipa
yang tepat.
4. Penurunan  Aktivitas  Kegagalan  Memastikan lokasi
permukaan tanah penggalian pada pemasangan yang dipilih tidak
daerah yang jaringan pipa berpotensi gempa
berpotensi terjadi  Lepasnya  Bahan konstruksi
gempa natural gas pipa di pilih dari
 Memungkinkan bahan yang
terjadinya memiliki kekuatan
kebakaran cukup memadai.

USULAN TEKNIS IV-23

Anda mungkin juga menyukai