Anda di halaman 1dari 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM

MENGENAL WAKTU MELALUI KEGIATAN BERMAIN JAM


DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS A1
DI TK DESA KLECOREJO KECAMATAN MEJAYAN
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

1
Hari Sumarsih

Abstrak
Tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dipandu dengan lebih dari 70% anak berhasil
dalam pengembangan kegiatan. Namun dalam kenyataan yang terjadi di lapangan,
dalam kegiatan mengenal waktu belum menampakkan hasil yang sangat signifikan. Dari
seluruh siswa kelompok A1 yang berjumlah 17 anak, hanya 4 anak yang memiliki
kemampuan yang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu penulis mengadakan suatu
perbaikan pembelajaran menggunakan 2 siklus dengan bimbingan supervisor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
waktu dengan menggunakan metode demonstrasi. Manfaat dari penelitian ini adalah
dapat meningkatkan pemahaman anak dalam mengenal waktu .
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan 2 siklus.
Pada siklus 1, kegiatan anak adalah praktek langsung memutar miniature jam dengan
metode demonstrasi. Pada siklus 2 untuk meningkatkan antusiasme anak dalam kegiatan
mengenal waktu melalui kegiatan bermain jam dengan menggunakan kartu ajaib.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan, diperoleh hasil yang cukup memuaskan. Pada
siklus I diperoleh hasil 29%, hasil ini masih berada di bawah KKM sebesar 70%.
Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 83% perolehan ini sudah berada di atas
KKM sehingga penelitian ini sudah dikatakan berhasil walaupun hasilnya belum
maksimal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam
mengenal waktu dapat ditingkatkan dengan menggunakan media yang berwarna,
menarik dan tidak membahayakan anak.

Kata Kunci : Kognitif, konsep waktu, metode demonstrasi

PENDAHULUAN
Anak usia dini adalah anak yang sedang berkembang dan tumbuh dalam
segala aspek. Usia 0-8 tahun dikatakan sebagai usia emas atau golden age. Karena
dalam rentang usia tersebut otak anak terbentuk hampir 80% untuk menentukan pola
pikir anak pada tahap usia berikutnya. Dengan stimulasi yang baik dan mengena otak
akan terbentuk pola pikir yang baik.

1
Mahasiswa Program S1 PGSD. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Terbuka.
NIM. 824389588, Email: harisumarsih23@gmail.com
2

Anak-anak merupakan bagian dalam kehidupan kita. Anak adalah subjek


didik dalam pendidikan taman kanak-kanak artinya sebagai pelaku utama dalam
pendidikan kita.
NAEYC, 1992 (National Association for the Education of Young Children)
mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8
tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan
anak pada keluarga, pendidikan prasekolah, baik swasta maupun negeri, TK dan SD.
Pendidikan anak usia dini penting sekali, sebab perkembangan mental yang
meliputi perkembangan inteligensi. Kepribadian dan tingkah laku sosial berlangsung
cepat pada usia dini (Bloom, 1964). Menurut Landshears 1979 perkembangan
kognitif pada anak usia 4-8 tahun sudah mencapai 30%. Beberapa pandangan
menujukkan pentingnya pendidikan sejak usia dini. Dengan demikian, pendidikan
bagi anak usia dini wajib diperhatikan.
Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Dari 9 kecerdasan yang
disampaikan oleh Howard Gardner tidak mungkin kesemuanya dimiliki oleh seorang
anak. Dalam hal ini tidak mungkin semua anak memiliki kecerdasan logika
matematika yang sama.
Ketika penulis mengadakan observasi di TK Desa Klecorejo pada siswa
kelompok A penulis menemukan masalah yang berkaitan dengan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal waktu. Berdasarkan masalah di atas, peneliti ingin
memecahkan masalah yang terjadi dengan menerapkan metode demonstrasi melalui
kegiatan bermain jam.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengembangan kognitif melalui bermain jam pada kelompok A1 TK Desa Klecorejo
Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah metode demonstrasi bisa meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui
kegiatan bermain jam pada kelompok A1 TK Desa Klecorejo Kecamatan Mejayan
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2016/2017?” Tujuan perbaikan pembelajaran ini
secara umum adalah meningkatkan kognitif anak melalui kegiatan bermain jam
dengan metode demonstrasi pada pada kelompok A1 TK Desa Klecorejo Kecamatan
Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian bermanfaat
bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak dalam mengenal
waktu melalui kegiatan bermain jam. Bagi sekolah untuk mendorong sekolah untuk
melakukan inovasi di bidang pendidikan. Bagi peneliti untuk menambah wawasan
dalam kegiatan pembelajaran.

Kerangka Dasar Teori


Kognitif
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang
mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-
ide dan belajar.
Beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan yaitu : a)
Terman, mendefinisikan kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak. b)
Celvin, mendefinisikan kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. c) Henman, mendefinisikan kognitif adalah intelektual ditambah dengan
pengetahuan. d) Hunt, mendefinisikan kognitif adalah teknik untuk memproses
informasi yang disediakan oleh indra.
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui penca indranya. Sehingga
dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut, anak akan dapat melangsungkan
hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk
Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan
dirinya dan orang lain.
Berdasarkan pendapat Piaget adalah maka pentingnya guru mengembangkan
kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut : 1) Agar anak mampu
mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan
sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif. 2) Agar anak
mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah
dialaminya. 3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. 4) Agar anak
memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya. 5) Agar anak
mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara melalui proses
alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan). 6) Agar anak mampu
memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan
menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif adalah (1) Faktor
Hereditas/Keturunan, teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh
seorang ahli filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan.
Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak
faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya. (2) Faktor Lingkungan, teori lingkungan
atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia berpendapat bahwa manusia
dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan
manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke
tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. (3) Kematangan, tiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat
dengan usia kronologis (usia kalender). (4) Pembentukan adalah segala keadaan di
luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan
dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan
tidak sengaja (pengaruh alam sekitar/informal). Sehingga manusia berbuat intelijen
karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri. (5)
Minat dan Bakat, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan di latih
agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Artinya seseorang yang memiliki hakikat tertentu maka akan semakin mudah dan
cepat ia mempelajari hal tersebut. (6) Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berpikir di
vergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih
masalah sesuai kebutuhannya.
Metode Demonstrasi
Menurut Muhibbin Syah (2000) metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
bernekaan dengan bahan pelajaran. Metode demonstrasi digunakan untuk
membangun pengetahuan pada anak yaitu dengan cara menunjukkan, atau
memperagakan suatu tahapan, kejadian, proses dan peristiwa.
Manfaat metode demonstrasi secara umum adalah : (a) perhatian anak dapat
lebih dipusatkan, (b) proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari, (c) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri anak.
Fungsi metode demonstrasi adalah (a) dapat dipergunakan untuk memberikan
ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak, (b) membantu meningkatkan
daya piker anak usia dini terutama daya pikir anak dalam meningkatkan kemampuan
mengenal, mengingat, berfikir konvergen dan berfikir evaluative.

Konsep Waktu
Waktu adalah bagian dari struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi di
mana peristiwa terjadi secara berurutan. Waktu merupakan suatu dimensi di mana
terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan,
dan juga ukuran durasi kejadian dan interval. Waktu telah lama menjadi subjek utama
penelitian dalam agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Namun demikian, berbagai
bidang seperti bisnis, industri, olahraga, ilmu pengetahuan, musik, tari, dan teater
hidup semua menggabungkan beberapa gagasan waktu ke dalam sistem masing-
masing pengukuran.
Secara sederhana didefinisikan “waktu adalah sesuatu yang dapat dihitung oleh
jam” dan “waktu adalah segala sesuatu yang terjadi secara sekaligus”. Terjadi dua
sudut pandang tentang waktu yaitu salah satu pandangan mengatakan bahwa waktu
adalah bagian dari struktur dasar dari dimensi alam semesta yang terjadi secara
independen dari sebuah peristiwa, di mana peristiwa terjadi secara berurutan.
Sir Isaac Newton lebih kepada pandangan realis, dan disebut sebagai waktu
Newtonian. Pandangan yang berlawan yaitu waktu tidak mengacu pada apapun
melalui “wadah” terhadap suatu peristiwa dan benda-benda yang “bergerak melalui”,
atau untuk setiap entitas yang “mengalir”, tetapi bukan bagian dari struktur dasar
intelektual (bersama-sama dengan ruang dan nomor/angka) di mana manusia dapat
membandingkan urutan kejadian.

Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang bersifat volunteer, spontan, terfokus pada
proses, memberi ganjaran secara intriksik, menyenangkan, aktif dan fleksibel (M.
Solehuddin. 2000). Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin
pertumbuhan anak (Gordon & Browne, 1985:266). Bermain merupakan kegiatan
yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih
ditekankan pada caranya daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu (Dworetsky,
1990:395). Sedangkan menurut Hildebrand (1986: 54) bermain berarti berlatih,
mengeksploitasi, merekasaya, mengulang latihan apapun yang dapat diakukan untuk
mentransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan arti bermain merupakan
bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat
non serius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara
imajinatif di transformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.
Beberapa pakar menyebut karakteristik bermain anak diantaranya : (a) bermain
relatif bebas dari atura-aturan kecuali anak-anak membuat aturan mereka sendiri, (b)
Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama),
(c) bermain lebih memfokuskan pada kegiatan atau perbuatan daripada hasil akhir
atau produknya, (d) bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
Anak memerlukan waktu yang cukup untuk mengembangkan dirinya melalui
bermain. Melalui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan,
kreativitas dan imajinasinya. Manfaat bermain bagi anak : (a) bermain memicu
kreativitas, (b) bermain bermanfaat mencerdaskan otak, (c) bermain bermanfaat
menanggulangi konflik, (d) bermain bermanfaat untuk melatih empati, (e) bermain
bermanfaat mengasah pancaindra, (f) bermain sebagai media terapi (pengobatan), (g)
bermain itu melakukan penemuan.
Menurut Johnson, Christie, Yawkiey (1987) dan Spodek serta Saracho (1988)
menyatakan bahwa bermain dan kreativitas ada keterkaitan karena dua-duanya
menggunakan simbol.

Jam Dinding
Jam adalah satuan unit waktu. Jam dinding adalah jam yang difungsikan
secara letak, atau biasanya dipajang di dinding. Jam dinding juga biasanya dapat
dipergunakan sebagai pajangan atau sebagai hiasan di dalam ruangan.
Jam dinding sebagai salah satu alat yang vital di dunia ini, tentu fungsinya
sudah tidak asing lagi bagi kita. Yaitu jam dinding berfungsi sebagai penunjuk waktu.
Namun tentu saja, seperti hakikatnya manusia pada umumnya, jam dinding tidak
terpaku pada satu fungsi saja. Ada berbagai macam fungsi yang kemudian
berkembang pada jam dinding. Karena itulah, tulisan ini mencoba membahas
mengenai Fungsi Jam Dinding dari masa ke masa.
Jam dinding berfungsi sebagai penunjuk waktu, ini adalah fungsi paling
pokok bagi jam dinding, sebagai penunjuk waktu. Semua orang tahu itu. Bahkan,
alasan pertama jam dinding ditemukan adalah karena adanya kebutuhan yang kuat
dari manusia untuk mengetahui waktu secara serempak dan dapat diukur. Dengan
hadirnya jam dinding (yang dulunya merupakan jam cahaya ini) maka kebutuhan itu
cukup terpenuhi pula.Jam dinding adalah penunjuk waktu. Dan penunjuk waktu
adalah fungsi utama dari jam dinding. Itulah yang harus kita sepakati bersama.
Namun ternyata, fungsi jam dinding tidak hanya berhenti sampai di situ saja.
Jam dinding berfungsi sebagai penghias dinding.Fungsi jam dinding sebagai
alat penunjuk waktu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun tetap saja muncul fungsi
tambahan yang juga mempengaruhi bentuk estetika dari jam dinding itu sendiri.
Fungsi itu adalah sebagai penghias dinding.Mengapa penghias dinding? Jadi seperti
ini. Banyak orang menganggap dinding yang polos itu terlalu absurd untuk dilihat,
karena itulah, jam dinding dengan bentuk yang unik bisa membuat dinding terlihat
lebih indah sekaligus menjadi penunjuk waktu.Seringkali desainer jam membuat jam
dengan tujuan memenuhi fungsi kedua ini, yaitu sebagai penghias dinding. Dengan
menomorsatukan estetika dan menomorduakan fungsionalitas.
Jam dinding berfungsi sebagai media promosi selain berfungsi sebagai
penunjuk waktu dan hiasan dinding, jam dinding juga terus mengalami perluasan
dalam fungsinya. Sekarang ini, dengan banyaknya persaingan di dunia advertisement
yang ketat, berbagai kreasi untuk mempromosikan produknya begitu luar biasa. Salah
satunya adalah dengan berpromosi menggunakan jamdinding.Jadi, sekarang ini jam
dinding juga berfungsi sebagai media promosi, atau biasa disebut dengan jam dinding
promosi. https://id.wikipedia.org/wiki/Jam_ dinding (dikutip tanggal 28-10-2016)

Metode Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa TK Desa Klecorejo Kecamatan Mejayan
Kabupaten Madiun Kelompok A1 dengan jumlah siswa 17 anak terdiri dari 7 anak
laki-laki dan 10 anak perempuan. Karakteristik anak didik memiliki kemampuan dan
potensi yang berbeda. Penelitian dilaksanakan tanggal 24 September 2016 (siklus I),
tanggal 14 Oktober 2016 (siklus II).
Pelaksanaan penelitian ini melalui dua siklus, dimana hasil siklus satu menjadi
dasar dalam menyusun perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tahapan
dalam tiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :
Identifikasi Perencanaan Pelaksanaan Refleksi
Masalah & Observasi

Keterangan :
Identifikasi masalah : dalam identifikasi masalah peneliti merumuskan, berbagai
masalah dalam kegiatan bermain jam. Masalah tersebut dianalisa yang selanjutnya
dirumuskan satu permasalahan yang mendasar dan memerlukan penanganan yang
tepat.
Perencanaan : dalam perencanaan peneliti membuat perencanaan perbaikan dua siklus
dan menuangkannya dalam rencana perbaikan pembelajaran. Selain itu peneliti juga
membuat media dan membuat format penilaian.
Pelaksanaan dan observasi : dalam pelaksanaan perbaikan peneliti juga melakukan
demonstrasi dan observasi sebagai bahan pengumpulan data untuk mengetahui
kemampuan anak dalam kegiatan bermain jam.
Refleksi : dalam refleksi peneliti mencari kekuatan dan kelemahannya dalam setiap
kegiatan perbaikan pembelajaran berdasarkan pelaksanaan dan hasil observasi.
Perbaikan/pengembangan pembelajaran didesain dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari beberapa tahapan. Siklus 1 terdiri dari : 1) Perencanaan pada siklus
I meliputi : (a) menentukan indikator yang hendak dicapai anak didik pada program
pembelajaran TK/RA/PAUD yaitu, tema : lingkunganku, sub tema : sekolah,
indikator : menyatakan dan membedakan waktu pagi, siang, malam; (b) Menjabarkan
Indikator pada perkembangan kognitif menjadi kegiatan–kegiatan yang akan
dilaksanakan murid Kelompok A1 TK Desa Klecorejo pada kegiatan menggambar
jam sesuai dengan kartu kegiatan yang berhubungan dengan waktu; (c) merumuskan
kegiatan belajar mengajar meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. 2)
Pelaksanan siklus I meliputi, (a) kegiatan awal : apersepsi dan bercakap-cakap
tentang kegiatan anak, (b) kegiatan inti : menggambar jam sesuai dengan kartu
kegiatan yang berhubungan dengan waktu dengan langkah-langkah : mengajak anak
menggambar jam sesuai kartu kegiatan yang berhubungan dengan waktu, anak
dibagi dalam tiga kelompok, guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
anak, anak memulai kegiatan, (c) Kegiatan akhir : bernyanyi dan mengulas kegiatan
dari awal sampai akhir, doa, salam dan pulang. (3) Pengamatan dan pengumpulan
data pada siklus I, data diperoleh dari lembar observasi yang dibuat guru dengan
melakukan pengamatan saat kegiatan bermain gambar jam. (4) Refleksi dari
pelaksanaan siklus I ternyata ada sebagian kecil anak yang belum memahami konsep
waktu, sehingga guru perlu memberi metode yang lebih menarik. Setelah melakukan
penilaian di akhir kegiatan ditemukan nilai rata-rata siklus I yang mendapat bintang 4
baru 29% sehingga perlu diadakan perbaikan di siklus II.
Siklus II terdiri dari : 1) Perencanaan pada siklus I meliputi : (a) menentukan
indikator yang hendak dicapai anak didik pada program pembelajaran TK/RA/PAUD
yaitu, tema : lingkunganku, sub tema : sekolah, indikator : menyatakan dan
membedakan waktu pagi, siang, malam; (b) Menjabarkan Indikator pada
perkembangan kognitif menjadi kegiatan–kegiatan yang akan dilaksanakan murid
Kelompok A1 TK Desa Klecorejo pada kegiatan menggambar jam sesuai dengan
kartu kegiatan yang berhubungan dengan waktu; (c) merumuskan kegiatan belajar
mengajar meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. 2) Pelaksanan siklus II
meliputi, (a) kegiatan awal : apersepsi dan bercakap-cakap tentang kegiatan anak, (b)
kegiatan inti : praktek langsung memutar miniature jarum jam sesuai kartu ajaib
dengan langkah-langkah : guru mengkondisikan posisi duduk anak, anak dibagi
dalam empat kelompok, guru mendemonstrasikan cara memutar jarum jam, Guru
memberikan media miniature jam dan kartu ajaib kepada anak dan mempersilahkan
anak berkreativitas, (c) Kegiatan akhir : bernyanyi dan mengulas kegiatan dari awal
sampai akhir, doa, salam dan pulang. (3) Pengamatan dan pengumpulan data pada
siklus II, data diperoleh dari lembar observasi yang dibuat guru dengan melakukan
pengamatan saat kegiatan bermain puzzle jam. (4) Refleksi dari siklus II ini kegiatan
lebih ditingkatkan lagi yaitu dengan bermain puzzle jam menambah anak lebih
tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan mengenal konsep waktu. Setelah
melakukan penilaian di setiap akhir kegiatan maka ditemukan nilai rata-rata siklus II
yang mendapat bintang tiga dan empat meningkat menjadi 83%.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah (1) kegiatan siswa dan guru
menggunakan observasi kemampuan anak; (2) lembar penilaian kegiatan anak. Data
kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik persentase. Adapun rumus
untuk menghitung prosentase adalah seperti berikut :

F x 100%
P N

(Sumber : Anas Sujiono:1983)


Keterangan :
P : Angka prosentase
F : Frekuensi (yang dicari prosentase)
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya

Hasil Penelitian
Rencana Pembelajaran
Pada perencanaan pembelajaran di siklus 1 kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru memberikan
persepsi tentang kegiatan inti. Sebagai motivasi dilanjutkan dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti siklus 1 dalam kegiatan menggambar jam sesuai kegiatan
yang berhubungan dengan waktu, ternyata anak–anak kurang tertarik pada tugas yang
diberikan oleh guru, karena media yang digunakan tidak berwarna dan guru tidak
mendemonstrasikan kegiatan terlebih dahulu. Sebelum anak melaksanakan kegiatan
guru tidak menyampaikan aturan main yang akan dilakukan anak.
Pada kegiatan inti siklus 2 menggunakan media yang menarik yaitu miniature
jam yang besar. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan anak, yaitu dengan
mendemonstrasikan cara dalam mengenal waktu melalui jam. Kemudian anak
diberikan kesempatan untuk praktek langsung memutar jam sesuai kegiatan yang
berhubungan dengan waktu. guru menyebutkan aturan mainnya.
Hasil belajar siswa pada refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa 29% dari 17
siswa yang telah mencapai keberhasilan yang signifikan ada 5 anak, 6 siswa atau 35%
hasilnya cukup memuaskan, 3 siswa atau 18% hasilnya belum memuaskan, dan 3
siswa atau 18% hasilnya tidak memuaskan. Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1,
maka pembelajaran diperbaiki lagi pada siklus 2. Hasil belajar siswa pada refleksi
siklus 2 adalah dari 17 siswa menunjukkan bahwa nilai rata–rata kelas 83% dari 11
anak yang mencapai keberhasilan, sedangkan 3 siswa atau 17% belum mencapai
keberhasilan.
Berdasarkan hasil penilaian antara siklus 1 ke siklus 2 sudah ada peningkatan
(berhasil). Jika dibandingkan dengan siklus 1 pada siklus 2 terjadi peningkatan
dengan prosentase siklus 1 29% di siklus 2 menjadi 83%.

Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus 1 sebagian siswa kurang tertarik pada kegiatan
pembelajaran, dan ini mempengaruhi hasil belajar siswa yang masih berada di bawah
rata–rata, penjelasan yang diberikan oleh guru masih kurang jelas bagi anak–anak.
Media yang digunakan guru membuat anak kurang tertarik sehingga anak-anak
menjadi kurang fokus dan tidak tertarik dengan kegiatan pembelajaran serta metode
yang digunakan kurang tepat yaitu metode pemberian tugas.
Hasil pengamatan pada siklus 2 sudah mulai menunjukkan perubahan apabila
dibandingkan dengan siklus 1, diantaranya adalah siswa mulai tertarik dan aktif pada
saat melaksanakan kegiatan, karena menggunakan media yang berwarna dan menarik.
Sebelum kegiatan dimulai guru mendemonstrasikan terlebih dahulu kegiatan yang
akan dilakukan anak serta menyampaikan aturan main terlebih dahulu.
Refleksi
Siklus 1
Berdasarkan pengamatan penilai I dan II dan hasil dari renungan guru telah
melaksanakan perbaikan pengembangan kemampuan kognitif dengan hasil sebagai
berikut : 1) masih ada siswa yang ramai dan kurang fokus pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. 2) Metode yang digunakan adalah metode pemberian
tugas. 3) Media yang digunakan dalam pembelajaran belum maksimal karena media
yang digunakan tidak berwarna, sehingga kurang menarik minat anak. 4) Guru tidak
menyampaikan aturan main terlebih dahulu, sehingga siswa berebutan saat akan
melaksanakan kegiatan (anak berebut miniatur jam).
Siklus 2
Berdasarkan pengamatan dari penilai I dan penilai II dan hasil dari refleksi
yang guru laksanakan dalam perbaikan. Pengembangan kemampuan motorik halus
anak pada siklus 2 adalah sebagai berikut : 1) Selama proses pembelajaran siswa
sangat aktif dan dapat fokus pada saat kegiatan. 2) Guru mendemonstrasikan kegiatan
terlebih dahulu. 3) Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sudah dapat
digunakan dengan maksimal yaitu menggunakan media berwarna, sehingga anak
tertarik dan antusias dalam melaksanakan kegiatan. 4) Sebelum bermain guru
menyampaikan aturan main, sehingga anak–anak mengetahui urutan permainannya.

Keberhasilan dan kegagalan


Pada kegiatan awal siklus 1 guru mengajak anak–anak bercakap-cakap
tentang konsep waktu melalui kegiatan menggambar jam, anak di ajak menggambar
jam sesuai dengan gambar kegiatan yang berhubungan dengan waktu. Kemudian
guru memberikan tugas kepada anak mengenai kegiatan yang akan dilakukan, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru memberikan tugas pada anak–
anak untuk menggambar jam.

Hasil Pengembangan Pembelajaran Siklus 1


Adapun analisis data hasil evaluasi akhir siklus 1 dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 1. Analisis Data Hasil Penilaian Anak Pada Siklus 1

Keterangan :
 = kurang mampu
 = cukup mampu
 = mampu
 = sangat mampu
Kriteria penilaian




Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa pada akhir siklus 1 prosentase kegagalan
dan keberhasilan sebagai berikut :
Prosentase keberhasilan : 29 %
Prosentase kegagalan : 71 %

Grafik 1. Analisis Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus 1

Hasil Pengembangan Pembelajaran Siklus 2


Pada kegiatan siklus 2 guru memberikan apresepsi untuk memotivasi siswa
yang kegiatan tanya jawab mengenai kegiatan yang akan dilakukan, selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan materi pembelajaran, guru
memberikan tugas untuk anak-anak. Adapun analisis data hasil evaluasi akhir siklus 2
dapat dilihat dalam tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis Data Hasil Penilaian Anak Pada Siklus 2

Keterangan :
 = kurang mampu
 = cukup mampu
 = mampu
 = sangat mampu
Kriteria penilaian




Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa pada akhir siklus 2 prosentase kegagalan
dan keberhasilan sebagai berikut :
Prosentase keberhasilan : 83 %
Prosentase kegagalan : 17 %

Grafik 2. Analisis Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus 2

Pembahasan
Pada pembelajaran siklus 1 menggunakan gambar jam kecil, tanpa ada aturan
main, dan anak-anak tidak diberi kesempatan untuk mencoba kegiatan terlebih
dahulu. Metode yang digunakan adalah metode pemberian tugas. Sehingga
pembelajarannya kurang menunjukkan hasil yang efektif dan maksimal dan hasil
belajar anakpun kurang memuaskan dan signifikan.
Pada pembelajaran siklus 2 menggunakan media bahan yaitu berupa miniatur
jam yang besar, ada aturan main, guru mendemonstrasikan kegiatan atau cara
permainannya dan guru memberi kesempatan pada anak untuk mencoba permainnya.
Sehingga anak lebih aktif dan antusias dengan kegiatan pembelajaran dan hasil
belajar anak sangat memuaskan dan signifikan.
Dari proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa
adanya hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 3. Analisis Perbandingan Data Hasil Penilaian Anak
Pada Akhir Siklus 1 dan Siklus 2

Keterangan :
 = kurang mampu
 = cukup mampu
 = mampu
 = sangat mampu
Kriteria penilaian




Grafik 3. Analisis Perbandingan Data Hasil Penilaian Anak
Pada Akhir Siklus 1 dan Siklus 2

Kesimpulan
Dalam kegiatan mengenal konsep waktu merupakan suatu proses yang dapat
membuat anak mampu mengenal waktu pada tingkatan anak kelompok A1 TK Desa
Klecorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun.
Kegiatan mengenal konsep waktu di Taman Kanak-kanak bisa diberikan
melalui kegiatan menggambar dan memutar jarum jam. Karena di dalam melakukan
kegiatan banyak sekali yang belum dimengerti oleh anak maka guru harus pandai
memilih metode yang tepat untuk menyampaikan kegiatan yang akan diberikan.
Oleh karena itu dalam kegiatan mengenal konsep waktu pada anak peneliti
menggunakan metode demonstrasi, dimana dengan metode demonstrasi ini guru dan
mempraktekkan langsung kegiatan yang akan dilakukan.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan, diperoleh hasil yang cukup
memuaskan. Pada siklus I diperoleh hasil 29%, hasl ini masih berada di bawah KKM
sebesar 70%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 83% perolehan ini
sudah berada di atas KKM sehingga penelitian ini sudah dikatakan berhasil walaupun
hasilnya belum maksimal.
Berdasarkan pembahasan pada hasil maka diberikan saran sebagai berikut :
1) Guru hendaknya memahami karakteristik yang berbeda-beda. 2) Guru hendaknya
memilih metode pembelajaran yang tepat untuk anak. 3) Guru hendaknya sering
memberikan latihan-latihan yang berhubungan dengan konsep bilangan pada kegiatan
pembelajaran. 4) Guru hendaknya memberikan pijakan yang mendalam dan
bermakna untuk setiap anak. 5) Guru hendaknya lebih kreatif dalam inovatif dalam
memberikan media pembelajaran bagi anak.

Daftar Pustaka
Aisyah, Siti. (2014). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Gunarti, Winda, Suryani, Lilis, Muis, Azizah. (2014). Metode Pengembangan
Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Masitoh, dkk. (2011). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Maspinal. (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Montalalu, B.E.F., dkk. (2012). Bermain dan Permainan Anak. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Musfiroh, Tadkiroatun. (2014). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.
Sujiono, Bambang, dkk (2012). Metode Pengembangan Fisik. Tangerang Selatan;
Universitas Terbuka.
Sujiono, Nuraini, Yuliani, dll. (2009). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tim PKP PG-PAUD. (2014). Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional.
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wihardit, Kuswaya. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Univbersitas
Terbuka.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jam_dinding (dikutip tanggal 28-10-2016)

Anda mungkin juga menyukai