Anda di halaman 1dari 30

Fenomena Siang Dan Malam Menurut Al-Quran

KONSEP ROTASI SIANG DAN MALAM DALAM KACAMATA ISLAM

BAB I

Pendahuluan

Al-Quran ialah Kitabullah yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw. Al-Quran merupakan senjata yang paling mujarab yang melimpah
ruah, mata air yang tidak mungkin kering, di dalamnya penuh dengan nur hidayah
rahmat dan zikir.

Al-Quran diturunkan untuk mengajar manusia tentang pengesaannya kepada Allah


(tauhid). Konsep ibadah yang jelas dan menyeluruh agar manusia sentiasa
mendapat bekalan yang baru dan segar. Mengajak manusia berfikir tentang ciptaan,
pengawasan dan penjagaan yang ditadbirkan oleh yang Maha Agung agar dapat
mengenal sifat-sifat-Nya yang Unggul.

Di dalam Al-Quran dipaparkan juga contoh tauladan dan juga kisah-kisah yang
benar berlaku sebelum turunnya Al-Quran dan pada masa penurunan Al-Quran serta
tanda-tanda kebesaran Allah swt. Dengan itu manusia mendapat pengajaran dan
panduan dalam mengharungi kehidupan sebagai muslim yang sejati dan benar
dalam semua bidang kehidupan.

Diantara tanda-tanda kebesaran, kekuasaan Allah swt. Yaitu siang dan malam
yang  memiliki manfaat yang begitu besar bagi proses keberlangsungan hidup
makhluk yang ada di dalam jagat raya ini. Allah swt. Melalui alam dengan Al-qur’an
sebagai petunjuknya memperlihatkan berbagai tanda-tanda kebesaranya.

 A. Konsep Siang Dan Malam Dalam Al-Quran

Al-Quran adalah mukjizat yang sangat sempurna, hanya dengan 114 Surat dan
6666 ayat al-Quran mampu membahas seluruh aspek kehidupan, dan menjadi
pedoman hidup yang sangat ideal. Allah melalui al-Quran memerintahkan manusia
untuk selalu memerhatikan sekelilingnya, karena dimanapun mata memandang di
situ terdapat tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Malam dan siang merupakan salah satu dari sekian banyak tanda-tanda yang
membuktikan bahwa alam ini pasti diatur oleh suatu zat yang amat luar bisa (Allah).
Di dalam al-Qur’an malam dan siang sering disebut dan diulang-ulang di beberapa
ayat-ayat-Nya. Antaranya yaitu di surah Al-Furqan ayat 47 dan 62, surah yasin ayat
37.

a.       Surat Al-Furqan ayat 47


ً ‫شورا‬ ُ ‫َوُهَو اَّلِذي َجَعَل َلُكُم الَّلْيَل لِبَاسا ً َوالن َّْوَم‬
ُ ُ‫سبَاتا ً َوَجَعَل الن ََّهاَر ن‬
ً ‫شورا‬ ُ ‫َوُهَو اَّلِذي َجَعَل َلُكُم الَّلْيَل لِبَاسا ً َوالن َّْوَم‬
ُ ُ‫سبَاتا ً َوَجَعَل الن ََّهاَر ن‬
Artinya:” Dan Dialah yang menjadikan untuk kamu malam sebagai pakaian da
tidur sebagai pemutus dan Dia menjadikan siang untuk bertebaran”.(Al-Furqan:
47)

Setelah menyebutkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya melalui


bayangan yang dibuktikan keberadaannya oleh kehadiran cahaya matahari
pada ayat sebelumnya, kini ayat di atas berbicara tentang manfaat lainnya yang
diperoleh manusia dari terbit dan terbenamnya matahari, yaitu adanya siang dan
malam.

Keserasian perurutan ayat ini dengan ayat sebelumnya dapat juga ditemukan
jika kita menyadari bahwa kegelapan malam dari remang-remang
hingga sangat kelam, kemudian disusul lagi sedikit demi sedikit dengan datangnya
terang, serupa juga keadaan bayangan yang didahului oleh gelap hingga ia
menghilang dengan datangnya terang.

Thaba’thaba’i menulis: Keadaan manusia yang ditutupi oleh pakaian kegelapan


malam, keterhentian dari aktifitas untuk beristirahat, lalu ketersebaran mereka
mencari rezeki setelah munculnya siang. Sebagaimana disebut oleh ayat ini
memiliki keserupaan dengan apa yang diuraikan ayat yang lalu tentang kehadiran
bayangan (gelap) kemudian menjadikan matahari sebagai bukti, lalu
menggenggam dan menghilangkan bayang-bayang itu.

Ayat di atas menyatakan: Dan di antara bukti-bukti keesaan Allah dan


kekuasaan-Nya yaitu Dialah(Allah) yang menjadikan untuk kamu sekalian malam
dengan kegelapannya sebagai pakaian yang menutupi diri kamu, dan
menjadikan tidur sebagai pemutus segala kegiatankamu sehingga kamu dapat
beristirahat guna memulihkan tenaga, dan Dia juga menjadikan siang untuk
bertebaran guna mencari rezeki.[1]

b.      Surat Al-Furqan ayat 62


ً ‫شُكورا‬ ِ ‫َوُهَو اَّلِذي َجَعَل الَّلْيَل َوالن ََّهار‬
ُ ‫خْلَفًة ِّمل َْن أ ََراَد أ َن َيَّذَّكَر أ َْو أ ََراَد‬ َ
Artinya:” Dan Dia yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi siapa
yang ingin mengambil pelajaran atau bagi yang ingin bersyukur.”(Al-Furqan:62).

Ayat sebelumnya membahas tentang matahari dan bulan serta pancaran


cahaya dan peredarannya, dan di ayat ini disinggung tentang akibat dari
peredaran matahari dan kehadiran bulan. Dan Dia pula yang menjadikan malam
dan siang silih berganti yang satu datang setelah yang lain. Dia yang mengaturnya
seperti itu bagi yakni untuk dimanfaatkan oleh siapa yang ingin mengambil
pelajaran sehingga menyadari betapa Allah Maha Esa, Maha Mengetahui dan
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana, atau bagi yang ingin bersyukur atas segala
limpahan karunia- Nya

Thahir ibn ‘Asyur berbendapat bahwa ayat ini berpesan agar setiap orang
berpikir tentang pergantian malam dan siang, sehingga ia dapat mengetahui
bahwa dibalik pergantian itu pasti wujud yang berperan dalam mengatur
semua itu.
Sayyid Quthub ketika menafsirkan ayat ini, mengutip pendapat ilmuan yang
menunjukkan betapa besarnya kuasa dan betapa teliti pengaturan-Nya. “Bumi
beredar dalam orbitnya sekali setiap dua puluh empat jam, atau sekitar s eribu mil
perjam. Kalaulah bumi kita hanya beredar sejauh seratus mil sejamnya, maka ketika
itu malam dan siang akan lebuh panjang puluhan kali dari keadaan yang sekarang.
Dan bila itu terjadi, maka matahari musim panas bisa membakar semua
tumbuhan di bumi disiang hari, dan membekukannya pada malam. Maka sungguh
melimpah anugerah Allah swt, Kepada makhluk-Nya. Itulah sebagian dari apa-
apa yang perlu direnungkan dan disyukuri oleh manusia.[3]

c.       Surat Yasin Ayat 37-40


          ‫ِز‬O‫َعِزي‬O‫ُر اْل‬O‫ْقِدي‬O‫َك َت‬Oِ‫َها َذل‬O‫ت ََقٍّر َّل‬O‫س‬ O ْ ُ ‫ِري ِمل‬O‫ج‬
O ْ ‫س َت‬ َّ O‫ َوال‬.٣٨  ‫ظلُِموَن‬
ُ ‫شْم‬ ْ O‫م ُّم‬O‫ِإَذا ُه‬O‫ن ََّهاَر َف‬O‫ن ُْه ال‬O‫خ ِم‬ ُ ‫َل‬O‫س‬ O ْ ‫َّلْيُل َن‬O‫ُهْم ال‬O‫ٌة َّل‬O‫َوآَي‬٣٧
‫ا‬
ِ
ُ‫َّلْيل‬O ‫َقَمَر َوَال ال‬O ‫ْدِرَك اْل‬O ‫َها أ َن ُت‬O ‫نبَغي َل‬O ‫س َي‬ ِ
َّ O ‫ َال ال‬.٤٠ ِ ‫م‬O ‫َقدي‬O ‫وِن اْل‬O ‫ج‬
ُ ‫شْم‬ O ُ ‫ُعْر‬O ‫اْل‬O ‫ك‬Oَ ‫اَد‬O ‫ع‬Oَ ‫ت َّى‬O ‫ح‬O َ ‫ن َاِزَل‬O ‫اُه َم‬O ‫َّدْرَن‬O ‫َقَمَر َق‬O ‫ َواْل‬.٣٩ ِ ‫َعليم‬O ‫ْل‬ِ
‫سبَُحوَن‬ ْ َ‫ساِبُق الن ََّهاِر َوُكٌّل ِفي َفَلٍك ي‬ َ
Artinya:“ Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka
berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami
tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah
yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin
bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (Yasin: 37-40)

            Setelah menguraikan sebagian tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya


di bumi melalui ciptaan-ciptaan-Nya dan memberi contoh tentang kuasa-Nya
menghidupkan sesuatu yang mati, serta menjelaskan ciptaan-Nya yang berpasang-
pasangan, kini di ayat ke 37 sampai 40 berbicara tentang ciptaan-Nya dilangit serta
dampak dan kegunaan ciptaan itu. Ayat di atas menyatakan: Dan suatu tanda
kekuasaan besar Allah yang lain bagi mereka yang enggan percaya itu, adalah
malam. Kami melalui hukum-hukum alam yang kami tetapkan senantiasa
menanggalkan darinya siang yakni cahaya matahari maka dengan serta merta
mereka yakni makhluk di belahan bumi lain berada dalam kegelapan.[4]

( ‫ظلُِموَن‬
ْ O O O‫م ُّم‬O O O‫ِإَذا ُه‬O O O‫ن ََّهاَر َف‬O O O‫ن ُْه ال‬O O O‫خ ِم‬
ُ ‫َل‬O O O‫س‬
O ْ ‫“ )َن‬kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan
serta merta mereka dalam kegelapan.”mengenai kata(‫خ‬ ُ O‫َل‬O O O O O O ‫س‬
O Oْ O‫)َن‬, penulis mengatakan ,
“Memisahkan.” dan Allah menyebut pemisahan ini dengan (‫ن‬O O O‫خ‬O O O‫ل‬O O O O O O ‫)س‬, karena ia
menyerupai dengan pemisahan kulit dari tubuh binatang. (‫وَن‬O‫م‬Oُ Oِ‫ل‬O‫ظ‬ Oُ ‫ِإَذا‬O O O O O O ‫ )َف‬maka
ْ O O O O O O O‫م ُّم‬O O O O O O ‫ه‬
dengan serta merta mereka dalam kegelapan. Karena siang merupakan realitas
yang ada dengan keberadaan matahari. Dan ia mengikuti malam dimana jika
matahari terbenam, maka cahaya ini mengikutinya, seperti kulit yang dipisahkan dari
tubuh binatang. Dan ketika anda menguliti kulit dari binatang, maka anda akan
mendapatinya terkelupas sedikit demi sedikit. Demikian cahaya siang jika
dinisbatkan pada malam hari dimana Allah menanggalkan siang dari malam, seperti
kulit yang dilepas dari tubuh binatang. Dia berfirman (‫ظلُِموَن‬ ْ O O O O O‫م ُّم‬O O O O O‫ِإَذا ُه‬O O O O O‫ )َف‬maka dengan
serta mertamereka dalam kegelapan.yakni, masuk dalam kegelapan. (‫ِإَذا‬O O O O O O ‫“ )َف‬maka
dengan serta merta.” Merupakan fuja’iyyah (bersifat secara tiba-tiba) yang
menunjukkan bahwa dia hanya sekedar menanggalkan sejenak, dimana cahaya
menjadi gelap, dan sebagaimana kita menyaksikan bahwa penanggalan itu datang
menunjukkan bahwa dia hanya sekedar menanggalkan sejenak, dimana cahaya
menjadi gelap, dan sebagaimana kita menyaksikan bahwa penanggalan itu datang
sedikit demi sedikit, tetapi jika penanggalan itu telah sempurna, maka kegelapan pun
terjadi dengan sempurna.[5]

yang demikian itu merupakan hikmah Allah, karena jika kegelapan itu didatangkan
seketika ketika cahaya tengah memancar, niscaya hal itu akan berdampak kurang
baik terhadap mata, pepohonan, dan banyak hal lainnya. Dan kemunculannya
berlangsung sedikit demi sedikit, dari terang menjadi gelap.

B. FENOMENA WAKTU (MALAM DAN SIANG)

1. WAKTU DALAM ISLAM:

Allah SWT bersumpah demi waktu diberbagai tempat dalam Al Qur’an,


misalnya pada surat Al-Mudatsir Allah bersumpah: (dan demi malam ketika telah
berlalu; dan subuh apabila mulai terang). Di surat Al-Fajr: (Dan demi fajar ; dan
malam yang sepuluh ; dan demi malam apabila berlalu). Di surat Al-Syamsy: (Demi
matahari dan sinarnya di pagi hari; demi siang apabila menampakkannya (matahari);
demi malam apabila menutupinya (matahari). Di surat A-llail : (Demi malam apabila
menutupi; demi siang apabila telah terang benderang). Di surat Adh-Dhuha: (Demi
waktu dhuha; dan malam apabila telah sunyi). Dan di surat Al-Asr Allah bersumpah
demi masa (waktu) secara khusus.

Sumpah-sumpah Allah tentang periode waktu di atas menunjukkan betapa


pentingnya waktu dalam Islam. Belum lagi termasuk disini ayat-ayat yang bertema
tentang waktu-waktu yang lain di dalam Al Qur’an, seperti ayat yang berkisah
tentang harapan orang-orang kafir dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak,
mereka sangat apresiasi tentang eksestensi waktu tetapi bukan untuk hal-hal yang
di ridhai Allah SWT. Mereka misalnya menginginkan berumur selama seribu tahun
untuk mempertahankan kehidupannya yang berlumuran dosa. Sebahagian mereka
menganggap hidup yang dijalaninya di dunia hanya sebatas sehari atau dua hari
saja. Dan masih banyak lagi tema waktu tersebar diberbagai ayat di dalam Al Qur’an
yang tidak termasuk dalam kajian ini.

Periode waktu disebutkan di dalam Al Qur’an dengan jumlah yang sangat


penomenal dalam berbagai bentuknya, misalnya malam di sebutkan sebanyak 92
kali, siang 57 kali. Sebagaimana juga terdapat kalimat-kalimat seperti as-shubhu, al-
ishbah, al-falak dan sejenisnya masuk kategori siang tersebar pada ayat-ayat yang
lain. Kemudian kalimat al-yaum juga sering diartikan siang di beberapa tempat di
dalam Al Qur’an.

Periode waktu yang lain disebutkan juga secara khusus seperti fajar, waktu dhuha,
Ashar, waktu senja. Semua periode waktu telah di sebutkan Al Qur’an secara utuh
dan menyeluruh dengan sangat gamblang.
a. PERGANTIAN MALAM DANG SIANG SECARA TERATUR

  Adalah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT pada pergantian malam


dang siang, karena silih bergantinya dua waktu tersebut (siang dan malam) tercipta
kehidupan di muka bumi, manusia mengetahui sistem waktu dan menyusun sejarah
dari peristiwa-peristiwa penting dari masa ke masa. Tanpa adanya pergantian antara
malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang kehidupan diatas
permukaan bumi tidak akan berlangsung, manusia tidak pernah merasakan
peredaran waktu dan tidak mengenal catatan sejarah dari peristiwa-peristiwa masa
lalunya.

Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa bumi yang kita huni ini
berbentuk bulat, berputar pada porosnya dan mengorbit matahari secara teratur.
Dengan demikian manusia mengetahui tahun, pergantian musim, menentukan
bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam dan siang pada belahan bumi atas
belahan yang lain. Hal ini merupakan suatu keharusan untuk melestarikan
kehidupan di bumi. Dan tugasnya yang silih berganti secara teratur dengan bentuk
yang berbeda-beda akan berlangsung terus-menerus hingga bumi beserta isinya di
wariskan oleh Allah SWT.

Dengan pergantian gelap dan terang ini terjadi pendisplaian energi matahari hingga
sampai ke bumi, dan selanjutnya membantu mengontrol sirkulasi cuaca panas dan
dingin, dan membantu mensuplai sinar matahari ke berbagai pelosok bumi. Dan
sebagaimana juga membantu menetralisir berbagai aktifitas baik yang hidup
maupun mati seperti misalnya bernapas dan menguap bagi manusia dan hewan,
serta berfotosintesis bagi tumbuh-tumbuhan. mengatur fungsi lapisan gas dan udara
yang terdapat di bumi, serta menetralisir berbagai aktifitas di bumi seperti sirkulasi
air antara bumi dan lapisan paling rendah atmosfer, gerakan angin dan awan,
mengatur prekwensi hujan. Dan melindungi atau memelihara segala kekayaan bumi
dari cagar alam dan lain-lain.

Disamping dari semua itu tujuan dari pergantian malam yang gelap dan siang yang
terang adalah pembagian hari bagi bumi untuk menjaga stabilitas kehidupan sehari-
hari, malam misalnya sebagai naungan, ketenteraman, dan peristirahatan, serta
untuk menetap, sedangkan siang diciptakan sebagai waktu untuk bekerja keras dan
beramal, kita tidak bisa mengatakan bahwa waktu itu hanyalah siang hari yang
terus-menerus bermanfaat, atau dia hanyalah malam hari yang terus bermanfaat,
akan tetapi kedua-duanya saling berganti satu sama lain, dan pergantian ini adalah
hakikat dari kesempurnaan yang saling melengkapi, kita tidak mungkin merasakan
betapa berharganya sebuah malam kecuali jika kita telah berada pada siang hari,
kita juga tidak akan tahu betapa berharganya siang hari kecuali jika kita telah
menjalani malam yang sunyi, akan tetapi nilai dari saling melengkapilah yang
memberikan keindahan yang sempurna, dalam kaitan ini Allah berfirman: «Dan Kami
jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang sebagai aktifitas» (Q.S :
Annaba : 10-11), Allah berfirman : «Dia-Lah (Allah) telah menjadikan kepada-mu
malam untuk menetap dan siang untuk beraktifitas yang demikian itu sebagai
pertanda bagi orang yang mendengar» (Q.S : Yunus : 67).
Dari sini dipahami bahwa fenomena pergantian malam dan siang merupakan
dakwah kepada semua makhluk untuk beriman kepada Allah. Dan dipahami juga
bahwa ayat-ayat yang diturunkan tentang pergantian malam dan siang tersebut
sungguh sebuah mu’jizat, antara lain kemu’jizatan Al Qur’an ini menceritakannya
beberapa fenomena alam raya yang belum dapat dicernah pada zaman turun
wahyu, dan pada abad-abad jauh sebelumnya. Ini suatu bukti bahwa Al Qur’an ini
bukan hasil karya manusia, akan tetapi wahyu Allah Sang Pencipta Yang tidak
mendatangkan sesuatu sia-sia pada diri dan makhluk-Nya. Dan sekaligus bukti
kenabian Muhammad SWA dan kebenaran risalah yang dibawanya.

Fakta Ilmiyah Tentang Perputaran Malam dan Siang: 

1. Memastikan bumi bulat:


Sesungguhnya perubahan malam dan siang dibelahan bumi; silih berganti dan
1. salingmenyusupi satu sama lain, bolak-balik satu sama lain, susul-menyusul,
cahaya siang menutupi kegelapan malam, menampakkan kegelapan
malam dengan cahaya siang, malam menciptakan siang dan siang menciptakan
1. malam. Kesemua itu merupakan symbol atas bentuk bumi, kalau bumi tidak
bulat pasti fenomena-fenomena tersebut tidak akan terjadi. Dan bukti paling
sederhana adalah pergantian malam dan siang.

Kenyataan ilmiyah yang telah didengungkan oleh Al Qur’an sejak lebih dari 14
abad lalu pada saat manusia masih beranggapan bumi datar, sekalipun
sebagian ulama zaman dulu sudah berfikiran maju.

Banyaknya ayat Al Qur’an diturunkan tentang hakikat fenomena alam ini di


jazirah Arab yang – nota bene – saat itu masih diliputi oleh lingkungan
badawi yang masih sangat sederhana, mereka sama sekali tidak
memperoleh pencerahan ilmiyah dan tidak mengerti tentang alam dan
2. isinya. Dengan demikian dipastikan bahwa Al Qur’an bukanlah hasil karya
manusia, tetapi merupakan Kalam Allah Sang Pencipta, Yang telah
menciptakan alam raya ini dengan ilmu, hikmah dan Qudrat-Nya. Dia-Lah
lebih tahu hasil ciptaan-Nya dari selain-Nya. Bahwa sanya nabi Muhammad
SWA memperoleh wahyu, dan diajarkan langsung dari Allah Pencipta langit
dan bumi.

3. Bumi berputar pada porosnya mengorbit matahari:Kalau bumi tidak bulat


dan tidak berputar serta beredar mengorbit matahari, maka tidak akan terjadi
pergantian malam dan siang. Kenyataan ilmiyah tentang perputaran dan
peredaran bumi ini telah dilangsir oleh Al Qur’an secara implisit dengan
ungkapan sangat rinci dan ilmiyah. Al Qur’an telah mengungkap kenyataan
ilmiyah jauh sebelum capaian sains modern.
Bumi berputar pada porosnya beredar mengorbit matahari lebih cepat
ketika awal penciptaan alam dari pada saat sekarang:Kenyataan Ilmiyah
yang terakhir ini tidak dicapai sains modern kecuali pada era belakangan dari
abad ke-20. Al Qur’an jauh sebelumnya sekitar lebih dari 14 abad lalu telah
menegaskan hakikat ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-mu Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari kemudian naik ke ‘Arsy,
4.

5. menutupi malam dengan siang…….” (Q.S: Al-A’raf: 54).

Siang ditutupi oleh malam disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 4 kali (Al
A’raf 54, Ar-Ra’d 3, Asy-syams 1-4, dan Al-Lail 1-2). Dan hanya sekali saja
menyipati “yathlubuhu hatsitsan” (yaitu = cepat), pada ayat 54 dari surah Al-A’raf
di atas, karena bercerita tentang awal mula penciptaan langit dan bumi.

6. Ilmu pengetahuan tidak pernah mencapai kenyataan ilmiyah ini kecuali di era
belakangan ini pada abad ke-20, ketika ilmuawan menyingkap bahwa
pergantian malam dan siang pada era-geology tahap pertama berjalan dengan
kecepatan yang sangat tinggi, membuat hitungan hari dalam setahun mencapai
lebih dari 2000 hari, Sedangkan hitungan malam dan siang secara keseluruhan
hanya kurang dari 4 jam.

7. Adalah pengurangan kecepatan perputaran bumi pada porosnya sekitar seper-


detik pada setiap abad merupakan tanda kekuasaan Allah untuk
mempersiapkan bumi menerima kehidupan. Karena bentuk kehidupan –
khususnya manusia - tidak akan sanggup berintraksi dengan kecepatan bumi
yang sangat tinggi tersebut, Begitu pula dengan pendek atau panjang dari
malam dan siang.
Bumi beredar mengorbit matahari: 
8. Al Qur’an pada beberapa ayatnya mengibaratkan bumi sebagai malam dan
siang, seperti pada ayat: “Dia-Lah (Allah) menciptakan malam dan siang, dan
menjadikan matahari dan bulan semuanya beredar pada angkasa” (Q.S: Al-
anbiya: 33). Di ayat lain: “Tiada-lah matahari dapat mendahului bulan dan tiada
pula malam mendahului siang semuanya beredar pada angkasa” (Q.S: Yasin:
40).

Demikian karena malam dan siang keduanya ibarat sebagai waktu bukan benda
materi, maka waktu harus memiliki sarana. Dan sarana yang pantas disini
adalah planet bumi yang separohnya terbagi ke malam dan separoh yang lain
9. ke siang senantiasa bergerak dan silih berganti. Kalau bumi tidak bulat, tidak
pula berputar pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari, maka tidak
terjadi pergantian malam dan siang diatas permukaannya. Tanpa bumi
mengorbit matahari, tidak-lah berubah rasi bintang. Jika bumi tidak condong
pada putarannya ke lintasan rasi bintang sekitar 66, 5 derajat, maka tidak terjadi
pergantian musim.

10. Dan seandainya Allah tidak mengetahui keterbatasan manusia dengan


kenyataan-kenyataan ini pada masa lampau, niscaya Allah menurunkan ayat
tentang hakikat alam dengan bahasa yang lugas dan langsung. Akan tetapi
demi menjaga manusia tidak kaget pada masa turunnya wahyu, Allah
menyimbolkan perputaran bumi pada porosnya mengorbit matahari dengan kata
“sabbaha” (beredar) setiap dari malam dan siang.

Dan kata “beredar” sendiri tidak dipakai kecuali hanya pada benda materi.
Kalimat “as-sabhu” dalam bahasa Arab artinya peredaran cepat bagi benda
materi dengan gerakan yang ditimbulkannya sendiri, seperti beredarnya setiap
dari bumi, bulan, matahari dan sejenisnya dari benda-benda langit, semua pada
11.

rotasinya mengelilingi benda yang lebih besar massanya.


Menjelaskan betapa tipisnya medan siang pada lapisan gas pada belahan
12. bumi yang menghadap matahari:
Fakta ilmiyah ini tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan modern kecuali setelah
era astronomi pada paroh terakhir abad ke-20. Al Qur’an telah terlebih dahulu
menjelaskan hakikat ilmiyah ini sejak 14 abad lalu, jelas dalam firman Allah:
“Dan sebagai pertanda bagi mereka malam menutup siang maka mereka dalam
kegelapan” (Q.S: Yasin: 37).

Ayat ini lebih jauh menjelaskan bahwa asli dari alam ini adalah kegelapan,
Adapun cahaya siang pada lapisan gas yang mencakupi belahan bumi yang
menghadap matahari yang senantiasa bergerak menempati posisi gelap malam
dengan terbitnya fajar hanyalah lapisan yang sangat tipis ukuran tebalnya tidak
mencapai 200 km diatas permukaan laut. Jika ukuran ketebalan ini
13. dibandingkan dengan jarak antara bumi dan matahari yang mencapai sekitar
150.000.000 km, maka perbandingan hanya sekitar kira-kira 1/ 750.000. Dan
jika dibandingkan lagi dengan separoh bagian dari alam raya yang dapat
dijangkau pada jarak kira-kira 12 billyun (1000 juta) tahun perjalanan cahaya,
maka hilanglah perbandingan ini atau tidak berbanding apa-apa.

Dari sini tampak jelas betapa tipisnya lapisan yang meliputi cahaya siang, dan
14. ketidak konstannya karena selalu bergerak dari satu titik ke titik lain pada
permukaan bumi dengan rotasinya mengorbi matahari. Dan dipahami juga
bahwa lapisan cahaya siang yang sangat tipis tersebut terselubung dari kita
oleh kegelapan alam angkasa luar, karena lapisan cahaya siang yang terlihat
oleh astronomi yaitu matahari pada pertengahan siang sebagai bola biru
berlatar hitam pekat.

Fakta sains yang ditemukan sekitar setengah abad lalu ini menjelaskan
perumpamaan Al Qur’an sebagai cahaya siang menutupi kegelapan malam dan
alam raya sekaligus seperti kulit tipis binatang menutupi seluruh tubuhnya.
15. Dengan demikian jelas bahwa kegelapan merupakan dasar dari pada alam
raya, dan siang hanyalah fenomena bias cahaya yang sangat tipis tidak nampak
kecuali pada lapisan paling bawah dari lapisan gas pada belahan bumi yang
menghadap matahari. Dan melalui rotasi bumi mengorbit matahari, maka
tertuplah siang secara perlahan-lahan oleh kegelapan malam bumi yang
kemudian bertema dengan kegelapan langit.
Perhitungan waktu:Perhitungan waktu dapat diketahui melalui faktor-faktor:
malam, siang, matahari dan bulan. Sebagaimana di ketahui bahwa tahun
17. hijriyah merupakan tahun matahari/ bulan, karena hitungan tahun ini ditentukan
16.
oleh peredaran bumi mengelilingi matahari, setiap sekali edaran mencapai
sekitar 365,25 hari. Dan tahun ini terbagi kepada 12 bulan di ketahui melalui
perputaran bulan mengelilingi bumi, Sebagaimana bulan juga terbagi pada
minggu, hari dan malam di ketahui melalui bulan juga.

Malam bumi menerangi benda-benda langi yang lain :Dari ayat-ayat tentang
malam dan siang juga merupakan isyarat bahwa malam bumi - dahulu kala -
pada awal penciptaan pernah menerangi beberapa fenomena alam, seperti
dalam firman Allah: «Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua simbol
18.

kebesaran maka kami unggulkan simbol malam dan menjadikan simbol siang
terang agar kamu memperoleh kemulian Tuhan-mu dan mengetahui hitungan
tahun dan waktu dan segala sesuatu telah Kami uraikan secara rinci» (Q.S : Al-
israa : 12).

Pencerahan dari ayat ini adalah fenomena waktu senja daerah qutub dan
percikan cahanyanya, atau dikenal juga fanorama cahaya qutub atau fajar
malam qutub. Yaitu cahaya yang terlihat pada waktu malam di atas langit qutub
19. dan sekitarnya, terbentuk akibat perbenturan sinar alam utama yang memenuhi
bagian-bagian terjangkau dari alam raya dalam bentuk benda-benda dasar
materi lapisan gas bumi yang dibentuknya dan menimbulkan sinar ekstra alam.
Kemudian berbenturan sinar yang bermuatan listrik yang beraneka ragam
dengan sabuk sinar dan bentukan dari lapisan gas bumi yang menaburkan
muatannya.

20. Berikutnya membakar bahan-bahan utama dari materi yang rapih dan sempurna
tadi, yang bermuatan tegangan listrik yang sangat tinggi serta bergerak dengan
kecepatang menghampiri kecepatan cahaya. Fenomena ini tidak ditemukan
kecuali pada tahun 1936. Sinar alam bergerak mengikuti alur magnet bumi yang
condong mengarah qutub magnet bumi, maka membentuk lapisan gas bumi
kemudian mengobarkannya.

Hakikat sains mengungkapkan bahwa prangkap-perangkap yang melindungi


lapisan gas bumi, seperti Lapisan Troposfer, lapisan ozon, Ionosfer, dan
Lapisan magnetosfer tidak terwujud pada awal mula penciptaan bumi. Dengan
21. demikian pancaran sinar alam mencapai pada tingkat yang sangat rendah pada
lapisan bumi mengakibatkan pengobarannya di waktu malam pada seluruh
pelosok bumi. Akan tetapi setelah terbentuk perangkap-perangkap pelindung
22. tersebut, mulailah kobaran sinar tersebut berkurang pelahan-lahan hingga tidak
nampak lagi kecuali hanya pada bagian tertentu saja sekitar daerah dua qutub.

Ini suatu bukti kebenaran Al Qur’an semenjak lebih dari 1400 tahun lalu telah
memproklamirkan bahwa malam bumi pada awal penciptaan telah menerangi
beberapa benda-benda langit dengan sinar tidak kurang terangnya dari cahaya
fajar ufuk. Wallahua’lam.

Terjadinya SIANG dan MALAM membuktikan BUMI itu BULAT dan ber-rotasi
atau berputar pada porosnya
Bumi bergerak dalam dua cara, rotasi dan revolusi. Bumi berputar pada
porosnya dari arah barat ke timur dalam periode 24 jam. Gerakan ini disebut
rotasi bumi, dan menyebabkan terjadinya siang dan malam. Harus dicatat
bahwa bumi tidak berputar dalam keadaan tegak lurus, namun agak sedikit
condong. Bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecondongan berubah-
ubah, di satu waktu bagian utara condong ke matahari, di waktu lainnya
bagian selatan condong ke matahari. Revolusi bumi ini berlangsung selama
365 ¼ hari. Pergerakan ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di bumi
belahan utara dan selatan.

Bukti dalam Al-Qur’an:


‫س‬ َّ ‫خَر ال‬
َ ‫شْم‬ َّ ‫س‬
َ ‫عَلى الَّلْيِل َو‬ ِّ ‫عَلى النََّهاِر َوُيَك‬
َ ‫وُر النََّهاَر‬ َ ‫وُر الَّلْيَل‬
ِّ ‫ق ُيَك‬ َ ‫ض ِباْل‬
ِّ ‫ح‬ ِ ‫سَماَوا‬
َ ‫ت َواْأل َْر‬ َ ‫خَل‬
َّ ‫ق ال‬ َ
Bukti dalam Al-Qur’an:
‫س‬ َ ‫شْم‬ َّ ‫خَر ال‬
َّ ‫س‬َ ‫عَلى الَّلْيِل َو‬َ ‫وُر النََّهاَر‬ ِّ ‫عَلى النََّهاِر َوُيَك‬ َ ‫وُر الَّلْيَل‬
ِّ ‫ق ُيَك‬ َ ‫ض ِباْل‬
ِّ ‫ح‬ ِ ‫سَماَوا‬
َ ‫ت َواْأل َْر‬ َ ‫خَل‬
َّ ‫ق ال‬ َ
‫غَّفاُر‬
َ ‫و اْلَعِزيُز اْل‬ ُ ‫مى أ ََال‬
َ ‫ه‬ ًّ ‫س‬ ُ ‫جٍل‬
َ ‫م‬ َ َ ‫جِري ِأل‬ ْ ‫“ َواْلَقَمَر ُكٌّل َي‬Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar. Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-
masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Az-Zumar (39) ayat 5]

َ ‫حو‬
‫ن‬ ُ َ ‫سب‬ ٍ ‫س َواْلَقَمَر ُكٌّل ِفي َفَل‬
ْ ‫ك َي‬ َّ ‫ق الَّلْيَل َوالنََّهاَر َوال‬
َ ‫شْم‬ َ ‫و اَّلِذي‬
َ ‫خَل‬ ُ ‫“ َو‬Dan Dialah yang telah
َ ‫ه‬
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari
keduanya itu beredar dalam garis edarnya.” [QS: Al-Anbiya (21) ayat 33
Kedua ayat di atas, serta masih banyak ayat lainnya, menjelaskan bahwa
malam dan siang telah diatur waktunya dengan pasti, bahwa bumi tidak diam
namun bergerak dalam porosnya, serta menyebutkan bahwa bumi dan bulan
memiliki orbit, menjelaskan teori heliosentris yang dipopulerkan Copernicus.

PERGANTIAN MALAM DANG SIANG SECARA TERATUR:


Adalah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT pada pergantian malam
dang siang, karena silih bergantinya dua waktu tersebut (siang dan malam)
tercipta kehidupan di muka bumi, manusia mengetahui sistem waktu dan
menyusun sejarah dari peristiwa-peristiwa penting dari masa ke masa. Tanpa
adanya pergantian antara malam yang gelap gulita dan siang yang terang
benderang kehidupan diatas permukaan bumi tidak akan berlangsung,
manusia tidak pernah merasakan peredaran waktu dan tidak mengenal catatan
sejarah dari peristiwa-peristiwa masa lalunya.

Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa bumi yang
kita huni ini berbentuk bulat, berputar pada porosnya dan mengorbit matahari
secara teratur. Dengan demikian manusia mengetahui tahun, pergantian
musim, menentukan bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam dan siang
pada belahan bumi atas belahan yang lain. Hal ini merupakan suatu keharusan
untuk melestarikan kehidupan di bumi. Dan tugasnya yang silih berganti
secara teratur dengan bentuk yang berbeda-beda akan berlangsung terus-
menerus hingga bumi beserta isinya di wariskan oleh Allah SWT.

Dengan pergantian gelap dan terang ini terjadi pendisplaian energi


matahari hingga sampai ke bumi, dan selanjutnya membantu mengontrol
sirkulasi cuaca panas dan dingin, dan membantu mensuplai sinar matahari ke
berbagai pelosok bumi. Dan sebagaimana juga membantu menetralisir
berbagai aktifitas baik yang hidup maupun mati seperti misalnya bernapas dan
menguap bagi manusia dan hewan, serta berfotosintesis bagi tumbuh-
tumbuhan. mengatur fungsi lapisan gas dan udara yang terdapat di bumi,
serta menetralisir berbagai aktifitas di bumi seperti sirkulasi air antara bumi
dan lapisan paling rendah atmosfer, gerakan angin dan awan, mengatur
prekwensi hujan. Dan melindungi atau memelihara segala kekayaan bumi dari
cagar alam dan lain-lain. Disamping dari semua itu tujuan dari pergantian
malam yang gelap dan siang yang terang adalah pembagian hari bagi bumi
untuk menjaga stabilitas kehidupan sehari-hari, malam misalnya sebagai
naungan, ketenteraman, dan peristirahatan, serta untuk menetap, sedangkan
siang diciptakan sebagai waktu untuk bekerja keras dan beramal, kita tidak
bisa mengatakan bahwa waktu itu hanyalah siang hari yang terus-menerus
bermanfaat, atau dia hanyalah malam hari yang terus bermanfaat, akan tetapi
kedua-duanya saling berganti satu sama lain, dan pergantian ini adalah
hakikat dari kesempurnaan yang saling melengkapi, kita tidak mungkin
merasakan betapa berharganya sebuah malam kecuali jika kita telah berada
pada siang hari, kita juga tidak akan tahu betapa berharganya siang hari
kecuali jika kita telah menjalani malam yang sunyi, akan tetapi nilai dari saling
melengkapilah yang memberikan keindahan yang sempurna, dalam kaitan ini
Allah berfirman: «Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan
siang sebagai aktifitas» (Q.S : Annaba : 10-11), Allah berfirman : «Dia-Lah
(Allah) telah menjadikan kepada-mu malam untuk menetap dan siang untuk
beraktifitas yang demikian itu sebagai pertanda bagi orang yang
mendengar» (Q.S : Yunus : 67). Dari sini dipahami bahwa fenomena pergantian
malam dan siang merupakan dakwah kepada semua makhluk untuk beriman
kepada Allah. Dan dipahami juga bahwa ayat-ayat yang diturunkan tentang
pergantian malam dan siang tersebut sungguh sebuah mu’jizat, antara lain
kemu’jizatan Al Qur’an ini menceritakannya beberapa fenomena alam raya
yang belum dapat dicernah pada zaman turun wahyu, dan pada abad-abad
jauh sebelumnya. Ini suatu bukti bahwa Al Qur’an ini bukan hasil karya
manusia, akan tetapi wahyu Allah Sang Pencipta Yang tidak mendatangkan
sesuatu sia-sia pada diri dan makhluk-Nya. Dan sekaligus bukti kenabian
Muhammad SWA dan kebenaran risalah yang dibawanya

Bumi bergerak dalam dua cara, rotasi dan revolusi. Bumi berputar pada
porosnya dari arah barat ke timur dalam periode 24 jam. Gerakan ini disebut
rotasi bumi, dan menyebabkan terjadinya siang dan malam. Harus dicatat
bahwa bumi tidak berputar dalam keadaan tegak lurus, namun agak sedikit
condong. Bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecondongan berubah-
ubah, di satu waktu bagian utara condong ke matahari, di waktu lainnya bagian
selatan condong ke matahari. Revolusi bumi ini berlangsung selama 365 ¼
hari. Pergerakan ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di bumi
belahan utara dan selatan.
---------------------------------------
Bukti dalam Al-Qur’an:
‫س َواْلَقَمَر ُكٌّل َيْجِري‬ َ ‫شْم‬ َّ ‫خَر ال‬َّ ‫س‬َ ‫ض ِباْلَحِّق ُيَكِّوُر الَّلْيَل َعَلى الن ََّهاِر َوُيَكِّوُر الن ََّهاَر َعَلى الَّلْيِل َو‬ ِ ‫سَماَوا‬
َ ‫ت َواْأل َْر‬ َّ ‫خَلَق ال‬
َ
‫سًّمى أ ََال ُهَو اْلَعِزيُز اْلَغفَّاُر‬َ ‫ِأل ََجٍل ُم‬
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari
dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Az-Zumar (39) ayat 5]
-----------------------------------
‫سبَُحوَن‬ ْ ‫س َواْلَقَمَر ُكٌّل ِفي َفَلٍك َي‬ َ ‫شْم‬ َ ‫َوُهَو اَّلِذي‬
َّ ‫خَلَق الَّلْيَل َوالن ََّهاَر َوال‬
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya.” [QS: Al-Anbiya (21) ayat
33]
-------------------------------
Kedua ayat di atas, serta masih banyak ayat lainnya, menjelaskan bahwa
malam dan siang telah diatur waktunya dengan pasti, bahwa bumi tidak diam
namun bergerak dalam porosnya, serta menyebutkan bahwa bumi dan bulan
memiliki orbit, menjelaskan teori heliosentris yang dipopulerkan Copernicus.
-------------------------

PERGANTIAN MALAM DANG SIANG SECARA TERATUR:


Adalah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT pada pergantian malam
dang siang, karena silih bergantinya dua waktu tersebut (siang dan malam)
tercipta kehidupan di muka bumi, manusia mengetahui sistem waktu dan
menyusun sejarah dari peristiwa-peristiwa penting dari masa ke masa. Tanpa
adanya pergantian antara malam yang gelap gulita dan siang yang terang
benderang kehidupan diatas permukaan bumi tidak akan berlangsung,
manusia tidak pernah merasakan peredaran waktu dan tidak mengenal catatan
sejarah dari peristiwa-peristiwa masa lalunya.
------------------------------
Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa bumi yang kita huni
ini berbentuk bulat, berputar pada porosnya dan mengorbit matahari secara
teratur. Dengan demikian manusia mengetahui tahun, pergantian musim,
menentukan bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam dan siang pada
belahan bumi atas belahan yang lain. Hal ini merupakan suatu keharusan untuk
melestarikan kehidupan di bumi. Dan tugasnya yang silih berganti secara
teratur dengan bentuk yang berbeda-beda akan berlangsung terus-menerus
hingga bumi beserta isinya di wariskan oleh Allah SWT.
-----------------------------Dengan pergantian gelap dan terang ini terjadi pendisplaian
energi matahari hingga sampai ke bumi, dan selanjutnya membantu mengontrol
sirkulasi cuaca panas dan dingin, dan membantu mensuplai sinar matahari ke
berbagai pelosok bumi. Dan sebagaimana juga membantu menetralisir
berbagai aktifitas baik yang hidup maupun mati seperti misalnya bernapas dan
menguap bagi manusia dan hewan, serta berfotosintesis bagi tumbuh-
tumbuhan. mengatur fungsi lapisan gas dan udara yang terdapat di bumi, serta
menetralisir berbagai aktifitas di bumi seperti sirkulasi air antara bumi dan
lapisan paling rendah atmosfer, gerakan angin dan awan, mengatur prekwensi
hujan. Dan melindungi atau memelihara segala kekayaan bumi dari cagar alam
dan lain-lain.
----------------------------Disamping dari semua itu tujuan dari pergantian malam yang
gelap dan siang yang terang adalah pembagian hari bagi bumi untuk menjaga
stabilitas kehidupan sehari-hari, malam misalnya sebagai naungan,
ketenteraman, dan peristirahatan, serta untuk menetap, sedangkan siang
diciptakan sebagai waktu untuk bekerja keras dan beramal, kita tidak bisa
mengatakan bahwa waktu itu hanyalah siang hari yang terus-menerus
bermanfaat, atau dia hanyalah malam hari yang terus bermanfaat, akan tetapi
kedua-duanya saling berganti satu sama lain, dan pergantian ini adalah hakikat
dari kesempurnaan yang saling melengkapi, kita tidak mungkin merasakan
betapa berharganya sebuah malam kecuali jika kita telah berada pada siang hari,
kita juga tidak akan tahu betapa berharganya siang hari kecuali jika kita telah
menjalani malam yang sunyi, akan tetapi nilai dari saling melengkapilah yang
memberikan keindahan yang sempurna,
----------------------------------
dalam kaitan ini Allah berfirman: «Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan
Kami jadikan siang sebagai aktifitas» (Q.S : Annaba : 10-11), Allah berfirman :
«Dia-Lah (Allah) telah menjadikan kepada-mu malam untuk menetap dan siang
untuk beraktifitas yang demikian itu sebagai pertanda bagi orang yang
mendengar» (Q.S : Yunus : 67).
-------------------------
Dari sini dipahami bahwa fenomena pergantian malam dan siang merupakan
dakwah kepada semua makhluk untuk beriman kepada Allah. Dan dipahami
juga bahwa ayat-ayat yang diturunkan tentang pergantian malam dan siang
tersebut sungguh sebuah mu’jizat, antara lain kemu’jizatan Al Qur’an ini
menceritakannya beberapa fenomena alam raya yang belum dapat dicernah
pada zaman turun wahyu, dan pada abad-abad jauh sebelumnya. Ini suatu bukti
bahwa Al Qur’an ini bukan hasil karya manusia, akan tetapi wahyu Allah Sang
Pencipta Yang tidak mendatangkan sesuatu sia-sia pada diri dan makhluk-Nya.
Dan sekaligus bukti kenabian Muhammad SWA dan kebenaran risalah yang
dibawanya.
-------------------------------
Fakta Ilmiyah Tentang Perputaran Malam dan Siang:

Bumi berputar pada porosnya mengorbit matahari:Kalau bumi tidak bulat dan tidak
berputar serta beredar mengorbit matahari, maka tidak akan terjadi pergantian
malam dan siang. Kenyataan ilmiyah tentang perputaran dan peredaran bumi ini
telah dilangsir oleh Al Qur’an secara implisit dengan ungkapan sangat rinci dan
ilmiyah. Al Qur’an telah mengungkap kenyataan ilmiyah jauh sebelum capaian
sains modern.
 
Bumi berputar pada porosnya beredar mengorbit matahari lebih cepat ketika awal
penciptaan alam dari pada saat sekarang:Kenyataan Ilmiyah yang terakhir ini tidak
dicapai sains modern kecuali pada era belakangan dari abad ke-20. Al Qur’an
jauh sebelumnya sekitar lebih dari 14 abad lalu telah menegaskan hakikat ini,
Allah berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-mu Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari kemudian naik ke ‘Arsy, menutupi malam dengan
siang…….” (Q.S: Al-A’raf: 54).
Siang ditutupi oleh malam disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 4 kali (Al
A’raf 54, Ar-Ra’d 3, Asy-syams 1-4, dan Al-Lail 1-2). Dan hanya sekali saja
menyipati “yathlubuhu hatsitsan” (yaitu = cepat), pada ayat 54 dari surah Al-A’raf di
atas, karena bercerita tentang awal mula penciptaan langit dan bumi.
Ilmu pengetahuan tidak pernah mencapai kenyataan ilmiyah ini kecuali di era
belakangan ini pada abad ke-20, ketika ilmuawan menyingkap bahwa pergantian
malam dan siang pada era-geology tahap pertama berjalan dengan kecepatan
yang sangat tinggi, membuat hitungan hari dalam setahun mencapai lebih dari
2000 hari, Sedangkan hitungan malam dan siang secara keseluruhan hanya
kurang dari 4 jam.
Adalah pengurangan kecepatan perputaran bumi pada porosnya sekitar seper-
detik pada setiap abad merupakan tanda kekuasaan Allah untuk mempersiapkan
bumi menerima kehidupan. Karena bentuk kehidupan – khususnya manusia -
tidak akan sanggup berintraksi dengan kecepatan bumi yang sangat tinggi
tersebut, Begitu pula dengan pendek atau panjang dari malam dan siang.
 
Bumi beredar mengorbit matahari:Al Qur’an pada beberapa ayatnya mengibaratkan
bumi sebagai malam dan siang, seperti pada ayat: “Dia-Lah (Allah) menciptakan
malam dan siang, dan menjadikan matahari dan bulan semuanya beredar pada
angkasa” (Q.S: Al-anbiya: 33). Di ayat lain: “Tiada-lah matahari dapat mendahului
bulan dan tiada pula malam mendahului siang semuanya beredar pada
angkasa” (Q.S: Yasin: 40).
Demikian karena malam dan siang keduanya ibarat sebagai waktu bukan benda
materi, maka waktu harus memiliki sarana. Dan sarana yang pantas disini
adalah planet bumi yang separohnya terbagi ke malam dan separoh yang lain ke
siang senantiasa bergerak dan silih berganti. Kalau bumi tidak bulat, tidak pula
berputar pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari, maka tidak terjadi
pergantian malam dan siang diatas permukaannya. Tanpa bumi mengorbit
matahari, tidak-lah berubah rasi bintang. Jika bumi tidak condong pada putarannya
ke lintasan rasi bintang sekitar 66, 5 derajat, maka tidak terjadi pergantian
musim.
Dan seandainya Allah tidak mengetahui keterbatasan manusia dengan
kenyataan-kenyataan ini pada masa lampau, niscaya Allah menurunkan ayat
tentang hakikat alam dengan bahasa yang lugas dan langsung. Akan tetapi demi
menjaga manusia tidak kaget pada masa turunnya wahyu, Allah menyimbolkan
perputaran bumi pada porosnya mengorbit matahari dengan kata
“sabbaha” (beredar) setiap dari malam dan siang.
Dan kata “beredar” sendiri tidak dipakai kecuali hanya pada benda materi.
Kalimat “as-sabhu” dalam bahasa Arab artinya peredaran cepat bagi benda
materi dengan gerakan yang ditimbulkannya sendiri, seperti beredarnya setiap
dari bumi, bulan, matahari dan sejenisnya dari benda-benda langit, semua pada
rotasinya mengelilingi benda yang lebih besar massanya.
 
Menjelaskan betapa tipisnya medan siang pada lapisan gas pada belahan bumi
yang menghadap matahari:
Fakta ilmiyah ini tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan modern kecuali setelah era
astronomi pada paroh terakhir abad ke-20. Al Qur’an telah terlebih dahulu
menjelaskan hakikat ilmiyah ini sejak 14 abad lalu, jelas dalam firman Allah: “Dan
sebagai pertanda bagi mereka malam menutup siang maka mereka dalam
kegelapan” (Q.S: Yasin: 37).Ayat ini lebih jauh menjelaskan bahwa asli dari alam ini
adalah kegelapan, Adapun cahaya siang pada lapisan gas yang mencakupi
belahan bumi yang menghadap matahari yang senantiasa bergerak menempati
posisi gelap malam dengan terbitnya fajar hanyalah lapisan yang sangat tipis
ukuran tebalnya tidak mencapai 200 km diatas permukaan laut. Jika ukuran
ketebalan ini dibandingkan dengan jarak antara bumi dan matahari yang mencapai
sekitar 150.000.000 km, maka perbandingan hanya sekitar kira-kira 1/ 750.000.
Dan jika dibandingkan lagi dengan separoh bagian dari alam raya yang dapat
dijangkau pada jarak kira-kira 12 billyun (1000 juta) tahun perjalanan cahaya,
maka hilanglah perbandingan ini atau tidak berbanding apa-apa.Dari sini tampak
jelas betapa tipisnya lapisan yang meliputi cahaya siang, dan ketidak konstannya
karena selalu bergerak dari satu titik ke titik lain pada permukaan bumi dengan
rotasinya mengorbi matahari. Dan dipahami juga bahwa lapisan cahaya siang yang
sangat tipis tersebut terselubung dari kita oleh kegelapan alam angkasa luar,
karena lapisan cahaya siang yang terlihat oleh astronomi yaitu matahari pada
pertengahan siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.Fakta sains yang
ditemukan sekitar setengah abad lalu ini menjelaskan perumpamaan Al Qur’an
sebagai cahaya siang menutupi kegelapan malam dan alam raya sekaligus seperti
kulit tipis binatang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan demikian jelas bahwa
kegelapan merupakan dasar dari pada alam raya, dan siang hanyalah fenomena
bias cahaya yang sangat tipis tidak nampak kecuali pada lapisan paling bawah
dari lapisan gas pada belahan bumi yang menghadap matahari. Dan melalui rotasi
bumi mengorbit matahari, maka tertuplah siang secara perlahan-lahan oleh
kegelapan malam bumi yang kemudian bertema dengan kegelapan langit.
 
Perhitungan waktu:Perhitungan waktu dapat diketahui melalui faktor-faktor:
malam, siang, matahari dan bulan. Sebagaimana di ketahui bahwa tahun hijriyah
merupakan tahun matahari/ bulan, karena hitungan tahun ini ditentukan oleh
peredaran bumi mengelilingi matahari, setiap sekali edaran mencapai sekitar 365,25
hari. Dan tahun ini terbagi kepada 12 bulan di ketahui melalui perputaran bulan
mengelilingi bumi, Sebagaimana bulan juga terbagi pada minggu, hari dan malam
di ketahui melalui bulan juga.
Malam bumi menerangi benda-benda langi yang lain :
Dari ayat-ayat tentang malam dan siang juga merupakan isyarat bahwa malam
bumi - dahulu kala - pada awal penciptaan pernah menerangi beberapa
fenomena alam, seperti dalam firman Allah: «Dan Kami jadikan malam dan siang
sebagai dua simbol kebesaran maka kami unggulkan simbol malam dan menjadikan
simbol siang terang agar kamu memperoleh kemulian Tuhan-mu dan mengetahui
hitungan tahun dan waktu dan segala sesuatu telah Kami uraikan secara
rinci» (Q.S : Al-israa : 12).
Pencerahan dari ayat ini adalah fenomena waktu senja daerah qutub dan percikan
cahanyanya, atau dikenal juga fanorama cahaya qutub atau fajar malam qutub.
Yaitu cahaya yang terlihat pada waktu malam di atas langit qutub dan sekitarnya,
terbentuk akibat perbenturan sinar alam utama yang memenuhi bagian-bagian
terjangkau dari alam raya dalam bentuk benda-benda dasar materi lapisan gas
bumi yang dibentuknya dan menimbulkan sinar ekstra alam. Kemudian
berbenturan sinar yang bermuatan listrik yang beraneka ragam dengan sabuk
sinar dan bentukan dari lapisan gas bumi yang menaburkan muatannya.Berikutnya
membakar bahan-bahan utama dari materi yang rapih dan sempurna tadi, yang
bermuatan tegangan listrik yang sangat tinggi serta bergerak dengan kecepatang
menghampiri kecepatan cahaya. Fenomena ini tidak ditemukan kecuali pada
tahun 1936. Sinar alam bergerak mengikuti alur magnet bumi yang condong
mengarah qutub magnet bumi, maka membentuk lapisan gas bumi kemudian
mengobarkannya.
Hakikat sains mengungkapkan bahwa prangkap-perangkap yang melindungi
lapisan gas bumi, seperti Lapisan Troposfer, lapisan ozon, Ionosfer, dan Lapisan
magnetosfer tidak terwujud pada awal mula penciptaan bumi. Dengan demikian
pancaran sinar alam mencapai pada tingkat yang sangat rendah pada lapisan
bumi mengakibatkan pengobarannya di waktu malam pada seluruh pelosok bumi.
Akan tetapi setelah terbentuk perangkap-perangkap pelindung tersebut, mulailah
kobaran sinar tersebut berkurang pelahan-lahan hingga tidak nampak lagi kecuali
hanya pada bagian tertentu saja sekitar daerah dua qutub
Ini suatu bukti kebenaran Al Qur’an semenjak lebih dari 1400 tahun lalu telah
memproklamirkan bahwa malam bumi pada awal penciptaan telah menerangi
beberapa benda-benda langit dengan sinar tidak kurang terangnya dari cahaya
fajar ufuk. Wallahua’lam.
Kajian berikut ini akan menguraikan sepuluh peristiwa-peristiwa malam
sebagaimana yang terdapat pada ayat-ayat sumpah di atas, sebagai berikut :

b. SEPULUH PERISTIWA-PERISTIWA MALAM BUMI


Allah bersumpah:

Kebanyakan ulama tafsir terdahulu menafsirkan ayat “malam yang Sepuluh” ini
sebagai malam Sepuluh zul-hijjah, seperti kata Mujahid, Sudai dan Kalbi dalam buku
tafsirnya: “Demi malam yang Sepuluh”: yaitu Sepuluh zul-hijjah. Kecuali Masruq
menafsirkan yaitu malam yang Sepuluh yang disebutkan pada qishah nabi Musa as
pada ayat “dan Kami genapkannya menjadi Sepuluh” (Q.S: Al-A’raf: 142), dimana
merupakan hari-hari afdhal dalam setahun.

Sedangkan riwayat dari Abu Az-Azubair dari Jabir mengatakan bahwa Rasulullah
SAW membacakan: “Demi fajar dan malam yang Sepuluh”: yaitu: (Sepuluh Al Adha),
karena malam yang sepuluh dengan pengertian ini termasuk di dalamnya hari
kurban. Allah mengkhususkannya untuk menjadikan hari wukuf bagi yang tidak
wukuf di hari Arafah. Kalimat arabnya dalam bentuk nakirah bukan ma’rifah karena
kemuliaanya dari hari-hari yang lain, kalau dia berbentuk ma’rifah tidak akan
mencapai derajat semulia yang terdapat dalam bentuk nakirah. Di nakirahkan
beberapa hal yang di sumpahkan menunjukkan kemulian tertentu yang tidak
terdapat pada selainnya. Wallahua’lam.

Adapun menurut Ibnu Abbas: Yaitu malam-malam Sepuluh terakhir dari bulan
Ramadhan, pendapat ini didukung pula oleh Ad-Dhahhak. Pendapat lain dari Ibnu
Abbas termasuk juga Yamman dan At-Thabari: Yaitu malam-malam sepeluh pertama
dari bulan Muharram, hari kesepuluhnya disebut ”asyuraa”.

Fakta Sepuluh Malam:Menurut kajian ini, ayat ke-2 dari surah Al Fajr: “Demi malam
yang Sepuluh”: Adalah Sepuluh peristiwa-peristiwa malam yang terjadi di bumi tidak
termasuk fajar, karena fajar disebutkan secara khusus dalam surah yang sama
sebelum menyebutkan malam-malam yang sepuluh ini.

Setelah mencermati Kalimat-kalimat malam yang ada di dalam Al Qur’an, diketahui


ada beberapa malam khusus yang secara khusus pula disumpahkan untuk maksud
tertentu, malam-malam khusus itu tidak semua malam. Dalam artian tidak terikat
dengan malam yang umum kita kenal, malam umum yang kita kenal dan lewati
setiap hari merupakan proto-tipe dari malam-malam khusus yang akan penulis kaji
berikut. Dia khusus karena menunjukkan peristiwa-peristiwa tertentu yang akan
datang, dan umum karena malam perjalanan sejarah semuanya.

Apa saja Sepuluh Peristiwa-peristiwa Malam itu?


Allah SWT Bersumpah:

Fakta mengatakan: Bahwa bumi berputar pada porosnya mengakibatkan terjadinya


1. malam dan siang, yang menyebabkan terjadinya perputaran tersebut karena panas
bumi itu sendiri. Dan panas ini tidak akan kekal, bahkan akan berhenti dan
2. mendingin secara pelan-pelan dengan perjalanan waktu dan masa sebagaimana
bulan telah mendingin dan tidak berputar lagi pada porosnya. Bumipun akan
mengalami nasib yang sama berhenti berputar pada porosnya dengan 2 alasan:
Panas yang terkandung di dalam perut bumi akan habis karena: Aktifitas-
aktifitas gunung berapi, banjir besar-besaran, eksploritas minyak dan gas, dll…
komet-komet dan benda-benda langit lainnya berjatuhan dari angkasa menimpa
bumi mengakibatkan permukaannya semakin dingin, maka dengan demikian
berhenti pergantian malam dan siang. Lebih parah lagi terjadi malam
berkepanjangan tidak didatangi siang sampai kiamat di belahan bumi yang
menghadap matahari, dan siang terus-menerus tidak diikuti malam di belahan
lain yang membelakangi matahari.
Maha Benar Allah dalam Firman-NYA: “Katakanlah, apakah telah terpikir olehmu jika
Allah menjadikan malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan siang kepadamu? Maka apakah kamu tidak
mendengar? “Katakanlah, apakah telah terpikir olehmu jika Allah menjadikan siang
itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan malam sebagai tempat kamu beristirahat? Maka apakah kamu tidak
melihat? (Q.S: Al-Qashash: 71-71).

Dari Fakta tadi dan ayat ke-71/ 72 dari surah Al-Qashash diatas, telah membantu
memberikan pencerahan untuk memahami ayat-ayat sumpah diatas, dan sekaligus
menguatkan kajian tentang keberadaan sepuluh peristiwa-peristiwa malam seperti
pada ayat “Demi malam yang sepeluh”. Diantara sepuluh peristiwa-peristiwa malam
tersebut, terdapat 7 pada ketujuh ayat-ayat sumpah diatas, penjelasannya sebagai
berikut:

PERTAMA: Malam Berlalu dan Subuh Menyingsing:

Yang dimaksudkan disini Adalah malam yang sangat panjang itu, kalimat “adbara”
pada ayat, yaitu telah berlalu dari kamu dan tidak akan pernah kembali lagi
selamanya dan digantikan oleh cahaya subuh. Ini merupakan suatu fenomena alam
pada periode akhir menjelang kiamat, maka makhluk tidak butuh lagi malam yang
telah pergi selamanya.

Setelah malam berlalu dan tidak akan kembali lagi selamanya, maka datanglah
subuh, yang dimaksudkan adalah siang terus menerus sampai hari kiamat. Maha
Benar Allah dalam Firman-NYA: “Sesungguhnya itu merupakan salah satu tanda-
tanda besar (kiamat)”.

Pada periode itu tidak akan nampak pula cahaya matahari kauniyah digantikan oleh
matahari ma’rifah, pada saat itu nampak Sorga dengan segala kenikmatannya: “…
mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang
bersengatan“ (Q.S: Al-Insan: 13). Adapun kenyataan umum setiap hari bahwa setiap
subuh menyingsing, malam pasti berlalu. Wallahua’lam.

KEDUA: MALAM TELAH MENETAP:


Kalimat “idza as-asa”, yaitu apabila posisinya (malam) telah menetap bersamamu
dan waktunya terus menerus menemanimu. Seperti dalam legenda Arab tentang
seekor serigala yang tidak takut menghadapi anjing sebaliknya tetap pada
tempatnya menantang anjing, maka dikatakan serigala “aasa” (menantang). Dengan
demikian Kalimat “as-asa” sinonimnya: (tetap – memperlambat – berdiam –
selamanya dan menantang).

Malam apabila telah menetap: Pada saat itu malam menghalau siang maka semakin
menebal dan gelap serta mengukuhkan posisinya tidak mau bergeser sedikitpun.
Dan dalam keadaan biasa setiap hari keadaan seperti ini terjadi menjelang-jelang
fajar atau ketika fajar atau mungkin juga sekitar jam 09-10 dari awal malam jika
diibaratkan malam itu 12 jam.

Pada peristiwa-peristiwa malam, keadaan ini (malam menetap) terjadi sebagai


tanda-tanda dunia akan berakhir (kiamat). Wallahua’lam

KETIGA: MALAM MENUTUPI SIANG:

Kata dasar “al-ghisyyan” pada “wallaili idza yaghsyaa”: Adalah salah satu periode
dari periode-periode malam yang terjadi setiap hari, yaitu hari bumi. Dan akan terjadi
juga pada peristiwa-peristiwa malam panjang itu, pada saat itu siang ada dan
matahari pun diciptakan tetapi malam menutupi memanfaatkan ketidak beradaan
keduanya pada bagian lain. Wallahua’lam
KEEMPAT: MALAM TELAH PERGI:

PENDAPAT AHLI TAFSIR:Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa kata “yasrie”


pada ayat “wallaili Idza yasar”: yaitu, berlalu dan pergi. Sedangkan Qatadah dan Abu
Al-Aliyah menafsirkan: yaitu, datang dan pergi, ada pula riwayat dari Ibrahim:
“wallaili idza yasar”, yaitu malam apabila telah bersemayam. Dan Ikrima, Al-Kalbi,
Mujahid dan Ka’ab menafsirkan: “Allail”: yaitu malam Muzdalifa secara khusus,
karena malam itu berkumpulnya manusia melaksanakan ibadah dan ketaatan
kepada Allah. Dan ada pula mengatakan: yaitu Lailatulqadr, karena pada malam itu
datang rahmat yang berlimpah dan malam dimana dikhususkan untuk
memperbanyak pahala. Serta ada ahli tafsir mengatakan malam secara umum.
Sedangkan menurut kajian ini adalah apabila malam telah pergi selamanya
meninggalkan waktu terbenam matahari dibelahan bumi yang menghadapinya,
sebagai periode lain dari peristiwa-peristiwa malam khusus itu. Pada keadaan umum
yang berulang-ulang setiap hari saat seperti ini terjadi kira-kira setelah lewat tengah
malam. Wallahua’lam
KELIMA: Malam Yang Sepi:

Arti ayat ke-2 surah Adh-Dhuhaa: “Demi malam apabila telah sunyi”, yaitu apabila
telah berdiam dan menetap. Allah Berfirman pada ayat ke-3 surah Al-Falaq: “Dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”, Kalimat “al-ghasaq” (gelap gulita)
pada ayat terakhir ini adalah malam gelap gulita yang tidak disertai bulan.

1. Ayat ini menjelaskan bahwa diantara peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang


kiamat nanti, terjadi suatu malam yang sangat gelap dan amat sepi. Pada kenyataan
2. setiap hari yang sering kita lalui kejadian seperti ini pada awal malam. Wallahua’lam
KEENAM: Malam Menutupi Matahari:

Penjelasan secara rinci ayat tentang fenomena alam diatas dapat dirujuk pada dua
ayat yang lain di dalam Al Qur’an, sebagai berikut:

“… Dia (Allah) menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan


cepat” (Q.S: Al A’raf: 54).
“… Allah menutupkan malam kepada siang” Q.S: Arra’d: 3).
Kata kerja “yaghsyaha” pada ayat ini berasal dari kata dasar “al ghisya” berarti
penutup.
Dengan demikian dapat dipahami arti “demi malam apabila menutupinya (siang)”
pada ayat-ayat di atas, bahwa Allah SWT menutup dengan kegelapan malam tempat
cahaya siang di atas bumi secara berangsur-angsur sehingga menjadi malam, dan
menutup dengan cahaya siang tempat gelap malam di atas bumi secara berangsur-
angsur sehingga menjadi siang hari. Yang juga merupakan sebuah isyarat halus
tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi matahari,
setiap satu putaran 24 jam, terbagi – dengan selisi sedikit sesuai musim dibelahan
bumi tertentu – kepada malam dan siang. Pada kenyataan biasa terjadi setiap hari
kira-kira berkisar pukul: 17.00 – 18.00 pada awal malam, pada fase ini ketebalan
gelap datang menyelimuti matahari dan menutupinya.

Dan bahwa sesungguhnya keadaan seperti ini juga akan terjadi pada peristiwa-
peristiwa malam panjang menjelang kiamat kelak. Wallahua’lam
KETUJUH: Malam Dan Apa Yang Diselubunginya:
Kalimat “asysyafaq” (senja) pada ayat ke-16 surah Al-Insyiqaq: Yaitu periode antara
malam dan siang (kita ada kajian khusus tentang ini, menyusul). Dan malam dan
apa yang diselubunginya: Yaitu ketika siang telah beranjak pergi selamanya
selanjutnya akan diselubungi oleh malam terus menerus sampai hari kiamat.
Wallahua’lam
Peristiwa Malam-malam Sepuluh Yang Lain:Ketujuh malam diatas merupakan
periode-periode waktu malam yang umum terjadi setiap hari bumi. Dan secara
khusus dipahami sebagai cerminan peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang
kiamat datang.

Dan adapun sisanya tiga peristiwa-peristiwa malam khusus lainnya, disebutkan di


dalam Al Qur’an, yaitu: Malam Al Qadr (Lailatulqadr), malam mubarak, dan malam Al
Israa. Ketiga malam yang secara khusus tersebut di dalam Al Qur’an terakhir ini
tidak datang dalam bentuk sumpah seperti ketujuh malam telah dijelaskan
sebelumnya, tetapi mengingat pentingnya malam-malam ini dalam sejarah manusia
maka digolongkan dalam sepuluh peristiwa-peristiwa malam “demi malam yang
sepuluh”. Penjelasannya sebagai berikut:

KEDELAPAN: MALAM AL QADR (LAILATULQADR):


Allah Berfirman:

Dari konteks 5 ayat dari surah Al Qadr diatas, diketahui bahwa peristiwa malam Al
Qadr (Lailatulqadr) itu hanya terjadi sekali dalam setahun dari sejak malam turunnya
Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat kelak. Bahwa semalam
saja pada peristiwa malam itu Nilai kebaikannya melebihi dari 1000 bulan, atau
sekitar 30.416 malam bumi, atau lebih dari 83 tahun bumi.

Sebabnya karena pada peristiwa malam itu Allah mengizinkan semua malaikat yang
mengurusi manusia dan bagian kesejahteraan bumi turun dibawah pimpinan
malaikat Jibril untuk melaksanakan segala tugasnya. Maka sepanjang malam itu
1. diliputi oleh kedamaian dan kesejahteraan sampai dengan terbit fajar.

Kapan Peristiwa Lailatulqadr?Untuk menyingkap kapan persisnya peristiwa


Lailatulqadr, kajian ini akan berusaha maksimal mempelajari beberapa hadits dan
pengalaman-pengalaman shahabat nabi tentang peristiwa luar biasa tersebut, serta
akan dilengkapi dengan pengalaman pribadi yang cukup menakjubkan, sebagai
berikut:
A. Hadits Nabi:
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya: Dari Ebadah bin
3. Ash-Shamit berkata: Nabi Muhammad SAW keluar untuk memberitahukan
2.
kepada kita tentang lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh dua orang muslim, maka
Nabi SAW bersabda: “tadinya saya keluar untuk memberitahukan kalian dengan
lailatulqadr….” (Hadist).
4. Ibn Hajar mengomentari hadits riwayat Imam Bukhari ini: Sabda Nabi SAW
“untuk memberitahukan kalian”: yaitu memastikan lailatulqadr.

6. Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya: Dari Ebadah bin
5.
Ash-Shamit mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “… Maka raba-rabalah
pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (sepuluh terakhir)”. (Hadits).

7. Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata kerja “lamasa, al-iltimaas” (raba,
meraba-raba) pada hadits; yaitu “ath-thalabu” (mencari), “ath-
thalammus” (mencari terus menerus).

8. Hadits dalam Kitab Shahih Bukhari dari Aisya ra; bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Pantaulah Lailatulqadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan
9. Ramadhan”. (Hadits).

Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata dasar “At-taharri” (memantau) pada
hadits; yaitu berharap dan bersunggu-sungguh dalam pencarian dan tekun
melakukan sesuatu dengan tingkah dan laku.
Sabda Rasulullah SAW: “Carilah Lailatulqadr pada malam dua puluh tiga”.
(Kitab Shahih Ibn Khuzeimah dari Abdullah bin Unais r.a.).
Imam Bukhari menuliskan bab khusus dalam Kitab Shahihnya: Pengetahuan
Lailatulqadr terhalang oleh cegatan orang, lalu Imam berkata: Telah diberitakan
kepada kami oleh Muhammad bin Al-Mutsanna, oleh Khalid bin Al-Harits, oleh
Hamid, oleh Anas, dari Ebadah bin Ash-Shamit ra berkata: Nabi Muhammad
SAW keluar untuk memberitahukan kepada kita tentang lailatulqadr tiba-tiba
dicegat oleh dua orang muslim, maka Nabi SAW bersaabda: “tadinya saya
keluar untuk memberitahukan kalian dengan lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh
1. (fulan dan fulan), maka tergantung (lupa),semoga itu lebih baik bagi kalian maka
carilah itu pada Sembilan, tujuh dan lima (sepuluh terakhir) ” (Hadist).
Dari hadits-hadits diatas diketahui bahwa Lailatulqadr bukan hal yang gaib, tetapi
bisa dipantau oleh manusia yang menginginkan kemuliaanya.

B. Pengetahuan Shahabat-shahabat Nabi Tentang Lailatulqadr:


Imam Muslim meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya : Muhammad bin Abdela’laa
telah mencerikan kepada saya, kami diceritakan oleh Al-Mu’tamar, oleh Emarah
bin Ghaziyah Al Anshari berkata: Saya telah mendengarkan Muhammad bin
Ibrahim menceritakan dari Abu Salamah dari Abu Said Al-Khudri r.a. berkata:
Bahwa sanya Rasulullah SAW i’tikaf pada 10 pertama Ramadhan kemudian
i’tikaf (lagi) 10 pertengahan di sebuah qubah yang beratap anyaman, lalu
Rasulullah menyingkap anyaman tersebut dengan tangannya dan melongokkan
kepala di atas qubah seraya berseru kepada orang-orang dan mereka
mendengarkannya, bersabda: “Sesungguhnya saya telah i’tikaf pada 10
pertama (Ramadhan) mencari malam itu (Lailatulqadr) dan i’tikaf (lagi) pada 10
pertengahan kemudian saya didatangi (Jibri atau firasat-Red) mengatakan
bahwa (Lailatulqadr) datang pada 10 terakhir, maka barangsiapa diantara kalian
ingin i’tikaf maka beri’tikaflah ”. (Lanjut Abu Said Al-Khudri): Maka orang-orang
pada i’tikaf bersama Rasulullah SAW, dan saya menyaksikan Lailatulqadr pada
2. malam ganjil serta saya bersujud pada paginya diatas lumpur dan genangan air.
Kejadian itu pada malam ke-21, Rasulullah SAW Shalat sampai subuh dalam
suasana hujan bercucuran menggenangi mesjid, maka nampak lumpur dan
genangan air. Nabi keluar dari mesjid setelah shalat subuh dengan bekas
lumpur dan basah pada dahi dan ujung hidung beliau. Maka Lailatulqadr adalah
malam ke-21 dari 10 terakhir (Ramadhan).
Riwayat dari Imam Muslim, berkata: Said bin Amr bin Sahl bin Ishaq bin
Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qais Al Kindi dan Ali bin Khasyram keduanya
bercerita kepada kami; kami telah diceritakan oleh Abu Dhamrah ia diceritakan
oleh Adh-Dhahhak bin Otsman, berkata Ibn Khasyram dari Adh-Dhahhak bin
Otsman dari Abu An-Nadher - Maula – Omar bin Obeidillah dari Basr bin Said
dari Abdellah bin Unais: Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu saya
3. telah mengetahul Lailatulqadr kemudian lupa, dan saya teringat subuhnya saya
bersujud diatas air dan lumpur”. Lanjut (Abdellah bin Unais): Pada waktu itu
kami diguyur hujan malam ke-23, maka Rasulullah SAW memimpin kami shalat
jama’ah setelah selasai beliau keluar dengan bekas basah dan lumpur pada
dahi dan hidung beliau. Abdellah bin Unais berpendapat: Malam ke-23.
Riwayat Muslim dalam Kitab Shahihnya berkata: Muhammad bin Hatem dan Ibn
Abu Omar telah bercerita kepada kami, keduanya dari sumber Oyainah, Ibn
Hatem menceritakan kami dari Sofyan bin Oyainah dari Abdah dan Ashem bin
Abu An-Nujud, kami mendengarkan Zarr bin Hubaisy berkata: Saya telah tanya
Ubay bin Ka’ab r.a. bahwa: Adalah saudaramu Ibn Mas’ud telah berkata barang
siapa mendapatkan tahun depan hendaklah mencari Lailatulqadr, Dia (Ubay bin
Ka’ab) menjawab: Semoga Allah merahmatinya (Ibn Mas’ud), dia sebenarnya
tidak ingin mengatakannya kepada orang lain padahal dia sudah tahu kalau itu
di bulan Ramadhan, pada 10 terakhir tepatnya malam ke-27...
Menentukan Nama dan Waktu Peristiwa Lailatulqadr:Dari ayat kajian diatas
dipastikan bahwa peristiwa Lailatulqadr terjadi pada suatu malam, dan nama malam
itu tentunya tidak terlepas dari salah satu dari 7 malam yang kita kenal, yaitu malam-
malam: (Sabtu – Ahad – Senin – Selasa – Rabu – Kamis atau Juma’at).

Dan dari keterangan-keterangan hadits diatas semakin menambah pengetahuan kita


terhadap peristiwa malam mulia itu dan menggugah hati untuk mendifinisikannya
dan mengungkap initial nama malamnya. Dari berbagai riwayat hadits nabi
mengisyaratkan pada 10 terakhir bulan Ramadan. Semakin jelas bahwa peristiwa
Lailatulqadr terjadi pada suatu malam tertentu, satu nama dan terjadi diantara
hitungan ganjil pada 10 terakhir bulan suci Ramadhan. Maka Lailatulqadr terjadi
● pada malam-malam ke: (21 – 23 – 25 – 27 atau 29)...

● Kemudian dari pengalaman-pengalaman para shabat Rasulullah SAW,


● sebagaimana pada beberapa sampel di atas, diperoleh keterangan lebih rinci bahwa
mereka pada umumnya telah mengetahui peristiwa Lailatulqadr dengan pengalaman
yang berbeda-beda setiap tahun selama bersama Rasulullah SAW, seperti:
Abu Said Al-Khudri r.a; mengetahui malam ke-21 (HR. Muslim)
Abdellah ibn Unais r.a; mengetahui malam ke-23 (HR. Muslim)
Abdellah ibn Abbas r.a; mengetahui malam ke-23 (HR. Ahmad)
Abu Zar r.a; mengetahui malam ke-27 (HR. Ibn Khuzaimah)
Ubay ibn Ka’ab r.a; mengetahui malam ke-27 (HR. Muslim).
Ciri-ciri Lailatulqadr?
● Keterangan-keterangan diatas lebih jauh merinci Lailatulqadr terjadi pada malam
hari, memiliki satu nama tertentu, peristiwanya pada malam-malam ganjil di 10
terakhir Ramadhan. Dan berpindah-pindah diantara malam-malam ganjil. Nah,
● bagaimana menentukan/ memastikan Peristiwa Lailatulqadr itu…?

Ciri-ciri Lailatulqadr telah digambarkan oleh Rasulullah SAW secara rinci, sebagai
berikut:
“Lailatulqadr: Malam yang damai, tenang, tiada panas dan tiada dingin, Matahari
di pagi harinya lemah merekah”. (HR: Abu Daud dan Al Baihaqi, dikuatkan oleh
● Syekh Al-Albani sebagai hadits shahih dalam Kitabnya Shahih Al-Jami, no:
5475).
“Lailatulqadr: malam ke-27 dan 29, Malaikat-malaikat pada malam itu berkumpul
di bumi dalam jumlah tidak terjangkau banyaknya”. (HR: Ahmad dari Abu
Hurairah dan riwayat Abu Daud dan Ibn Khuzaimah, disebutkan Syekh Al-Albani
sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5473).
Lailatulqadr: Malam agung, tiada panas dan tiada dingin, tidak ada bintang jatuh
dan ciri-ciri harinya matahari tidak bersinar terang”, dikategorikan oleh Syekh Al-
Albani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5472).
Catatan Penting dari Seorang Hamba:Nah, berdasarkan dari keterangan-
keterangan diatas dan diperjelas oleh ciri-ciri yang telah digambarkan Rasulullah
SAW ini, dengan pertolongan dan inayah Allah SWT, melalui kajian ini penulis
berharap dapat mendeksi Peristiwa Lailatulqadr yang mulia itu. Metode kajian ini
adalah mendeteksi Peristiwa Lailatulqadr pada malam-malam ganjil dari 10 terakhir
bulan suci Ramadan dengan merujuk kepada ciri-ciri yang telah digambarkan oleh
Rasulullah SAW, karena kajian ini sangat yakin bahwa hadits-hadits tersebut Fakta
nyata – tanpa meragukan – yaitu mengindentifikasikan Peristiwa malam itu dengan
mengetahui cuaca pagi dari Lailatulqadr.

Dengan mengetahui suasana pagi dari malam Alqadr, membantu mengidentifikasi


Lailatulqadr itu sendiri dan memudahkan merinci tanggal persisnya diantara malam-
malam ganjil tersebut.

Dan, Alhamdulillah Rabbil'alamin - secara tidak sengaja - penulis menemukan


sebuah catatan penting dari seorang hamba Allah, ia mencatatkan pengalamannya
semenjak dari tahun 1419 H/ 1998 M merecord suasana terbitnya matahari pada
setiap sepuluh terakhir Ramadhan. Dalam catatan tersebut nampak jelas hanya ada
satu pagi saja yang mataharinya bersinar lemah, yaitu paginya malam Selasa pada
setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir Ramadhan dan berulang setiap tahun. Dan
tidak pernah bergeser pagi ini dari pagi Malam Selasa selamanya. Tetapi yang
berubah bukan nama malam itu melainkan tanggalnya saja.

Pagi dari malam Selasa yang mataharinya tidak bercahaya tersebut tetap tiada
pernah berubah setiap tahunnya semenjak dari: (1419 H, 1420 H, 1421 H, 1422 H,
1423 H, 1424 H, dan Tahun 1425 H). Matahari terbit dengan cahaya lemah hanya
pada setiap pagi dari malam Selasa saja, dan berpindah dari hitungan ganjil ke ganjil
lain pada sepuluh terakhir Ramadhan (21 – 23 – 25 – 27 dan 29). Dengan
perpindahan tanggal-tanggal tersebut, telah menyempurnakan 5 kali perpindahan
pada 5 malam-malam ganjil.

Lailatulqadr Hanya Terjadi Pada Malam Selasa Sampai Hari Kiamat:Berikut ini
● Jadwal Perpindahan Lailatulqadr Pada 11 tahun terakhir dan menjadi pedoman
Untuk Tahun-Tahun Berikutnya. Nampak jelas bahwa Lailatulqadr hanya terjadi pada
● malam Selasa saja setiap 10 terakhir bulan suci Ramadhan, Lihat Jadwal:

● Dan dari keterangan diatas didapatkan sebuah kesimpulan baru dan pengetahuan
baru untuk pemikiran Islam, sebagai berikut:
PERTAMA: Matahari tidak terbit tanpa sinar dan redup kecuali hanya pada pagi
dari malam Selasa saja di setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir bulan suci
Ramadhan.
KEDUA: Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa dan tidak akan berubah sampai
hari kiamat.
KETIGA: Bulan suci Ramadhan tidak akan berawal di planet bumi pada malam
Jum’at dan tidak juga malam Ahad sampai kiamat.
Dua malam tidak akan diawali masuknya bulan suci Ramadhan Sampai Hari
Kiamat:Dari hadits-hadits Rasulullah SAW diketahui bahwa Lailatulqadr tidak akan
terjadi kecuali pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan suci Ramadhan.
Bahwa Lailatulqadr hanya bisa terjadi pada malam Selasa saja sampai hari kiamat.
Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum’at, Lailatulqadr
terjadi pada malam Selasa tanggal 26 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini
bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam
ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Jum’at sampai hari kiamat.

Begitu juga Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad,
Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa tanggal 24 (= genap dari sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali
dengan malam Ahad sampai hari kiamat.

Berikut ini Jadwal Menentukan Lailatulqadr berdasarkan dari malam yang dimulai
masuknya Ramadhan dan sekaligus membatalkan awal Ramadhan dimulai pada
malam Jum’at dan Ahad:

JADWAL I: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Sabtu, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 25 (= ganjil dari sepuluh terakhir):
JADWAL II: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad, Lailatulqadr
malam Selasa tanggal 24 (= Genap dari sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai
hari kiamat:

JADWAL III: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Senin, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 23 (ganjil dari sepuluh terakhir):
JADWAL IV: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Selasa, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 29 (ganjil dari sepuluh terakhir).

JADWAL V: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Rabu, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 21(ganjil dari sepuluh terakhir):

JADWAL VI: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Kamis, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 27 (ganjil dari sepuluh terakhir).
JADWAL VII: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum'at, Lailatulqadr
malam Selasa tanggal 26 (= Genap dari sepuluh terakhir).

Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai
hari kiamat.

KESEMBILAN: MALAM MUBARAK:


Allah Berfirman:
KESEPULUH: MALAM AL ISRAA:
Allah Berfirman:

PASAL 3, PERIODE SIANG

Pada kajian yang lalu telah dijelaskan salah satu periode waktu yang paling
fenomenal disebutkan dalam al Qur’an yaitu periode malam. Dan telah dijelaskan
bahwa pada pergantian malam dan siang secara rutin merupakan sebuah isyarat
eksplisit tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi
matahari, setiap satu putaran 24 jam, terbagi – dengan selisi sedikit – kepada malam
dan siang.

Sebelum beralih kepada kajian baru ini penulis ingin menguraikan arti dua kata kunci
yang terdapat pada dua ayat diatas, yaitu: (An-nahar dan Jalla) dari segi bahasanya,
kemudian menelusuri penyebutan kalimat annahar di dalam Al Qur’an dimaksudkan
untuk mengetahui makna lebih dalam dari kalimat tersebut terseber diberbagai ayat
yang saling terkait satu sama yang lain.
“Wannahari idza jalla-ha”:
An-nahar (siang), menurut bahasa adalah lawan dari kalimat “al-Lail” (malam), yaitu
setengah dari hari dimana terbit matahari dan bercahaya. Dan dikenal juga sebagai
batasan waktu antara terbit matahari dan terbenamnya.

Sedangkan kata kerja (jalla – yajlu – jalaan), berarti jelas dan nampak. Karena kata
dasar dari (al juluu) artinya menampakkan hakikat, dan (al jalie), segala sesuatu
yang berlawanan dengan tersembunyi.

Kalimat «Annahar» (siang) di dalam Al Qur’an:Al Qur’an menyebutkan kalimat


Annahar (siang) lawan dari pada malam sebanyak 57 kali, diantaranya 54 kali
dengan lafadz annahar secara langsung, tiga kali dalam bentuk naharan. Dan
terdapat pula kalimat-kalimat seperti: (Asshubhu, al Ishbah, bukratan, al falaq, al
dhuha), dan sejenisnya yang sering diartikan siang juga atau bagian dari pada siang
tersebar dibeberapa ayat dalam Al Qur’an. Sebagaimana terdapt juga kalimat al
yaum yang kadang-kadang berarti siang juga.

SIANG MENAMPAKKAN MATAHARI:Pada dua ayat yang akan kita kaji ini Allah
SWT bersumpah (Maha Kaya dari segala Sumpah-SumpaNya), dengan siang yang
menampakkan matahari, atau memperlihatkannya dengan sangat jelas pada
penghuni bumi.

Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan
modern kecuali setelah era astronomi pada paroh terakhir abad ke-20, ketika
mereka menemukan bahwa cahaya siang yang benderang tebalnya tidak mencapai
200 km di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang menghadap ke
matahari. Dan bahwa sanya sabuk tipis dari lapisan gas bumi ini bebas dari segala
pencemaran, dan ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian di
atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan bertambah meliputi semua buih
air dan tebaran debu setiap mendekat kepermukaan bumi.

Dengan proses tersebut ditambah dengan tebaran debu membantu menyulut sumbu
matahari, dan proses yang terjadi terus-menerus sehingga menampakkan warna
putih gemerlap membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari bagian
bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang menghadap ke matahari.
Sementara sebagian besar alam semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh
kegelapan. Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola biru
berlatar hitam pekat.

Oleh karena itu Al Qur’an menyipati annahar (siang) sebagai sumber cahaya pada
beberapa ayat, seperti dalam contoh: “(Q.S: An-naml: 86).

Dan menyipati As-shubhu sebagai penerang seperti dalam ayat: (QS: Al Mudatsir:
33). Serta menyipati Annahar sebagai penyingkap matahari seperti pada ayat yang
sedang di kaji di atas.

Dari uraian diatas kita dapat mengetahui arti bahwa sianglah yang menampakkan
matahari, bukan matahari yang menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia
sebelum abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan kenyataan alam
semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, yang tidak dijangkau oleh sains
modern kecuali setelah paroh terakhir abad ke-20 lalu.

KESIMPULAN
1.      Dalam ayat ini Allah ingin menjelaskan kepada hambanya tentang
kebasarannya yang agung supaya hambanya mengetahui betapa besarnya dia agar
hambanya berfikir.
2.      Kemudian dalam ayat siang malam ini allah juga mengajaran tentang hidup
yang baik/sehat dengan cara menjadikan malam sebagai tempat pengistirahatan
dari kelelahan dan siang sebagai  tempat mencari rizki Allah.
3.      Dan juga dengan adanya konsep siang  malam dalam A-qur’an itu
membuktikan bahwa bumi itu bulat karena adanya pergantian waktu, bukan datar
seperti yang diterangkan oleh para philoshop terdahulu yang menilai bahwa bumi itu
datar.

RUJUKAN 
1.http://my-bukukuning.blogspot.my/2008/06/pasal-1-lubang-hitam-black-holes-
allah.html
2. http://kutaradja92.blogspot.my/2014/02/konsep-siang-dan-malam-dalam-al-
quran.html
3.http://youtube.com/watch?v=nJTUo9KqoPg
4. Buku sain kejuteraan dan teknologi dalam islam
5. http://iffah-muhsin.blogspot.my/2011/02/sesungguhnya-tuhan-kamu-ialah-
allah.html

Anda mungkin juga menyukai