Fenomena Siang Dan Malam Menurut Al-Quran
Fenomena Siang Dan Malam Menurut Al-Quran
BAB I
Pendahuluan
Di dalam Al-Quran dipaparkan juga contoh tauladan dan juga kisah-kisah yang
benar berlaku sebelum turunnya Al-Quran dan pada masa penurunan Al-Quran serta
tanda-tanda kebesaran Allah swt. Dengan itu manusia mendapat pengajaran dan
panduan dalam mengharungi kehidupan sebagai muslim yang sejati dan benar
dalam semua bidang kehidupan.
Diantara tanda-tanda kebesaran, kekuasaan Allah swt. Yaitu siang dan malam
yang memiliki manfaat yang begitu besar bagi proses keberlangsungan hidup
makhluk yang ada di dalam jagat raya ini. Allah swt. Melalui alam dengan Al-qur’an
sebagai petunjuknya memperlihatkan berbagai tanda-tanda kebesaranya.
Al-Quran adalah mukjizat yang sangat sempurna, hanya dengan 114 Surat dan
6666 ayat al-Quran mampu membahas seluruh aspek kehidupan, dan menjadi
pedoman hidup yang sangat ideal. Allah melalui al-Quran memerintahkan manusia
untuk selalu memerhatikan sekelilingnya, karena dimanapun mata memandang di
situ terdapat tanda-tanda kebesaran Allah swt.
Malam dan siang merupakan salah satu dari sekian banyak tanda-tanda yang
membuktikan bahwa alam ini pasti diatur oleh suatu zat yang amat luar bisa (Allah).
Di dalam al-Qur’an malam dan siang sering disebut dan diulang-ulang di beberapa
ayat-ayat-Nya. Antaranya yaitu di surah Al-Furqan ayat 47 dan 62, surah yasin ayat
37.
Keserasian perurutan ayat ini dengan ayat sebelumnya dapat juga ditemukan
jika kita menyadari bahwa kegelapan malam dari remang-remang
hingga sangat kelam, kemudian disusul lagi sedikit demi sedikit dengan datangnya
terang, serupa juga keadaan bayangan yang didahului oleh gelap hingga ia
menghilang dengan datangnya terang.
Thahir ibn ‘Asyur berbendapat bahwa ayat ini berpesan agar setiap orang
berpikir tentang pergantian malam dan siang, sehingga ia dapat mengetahui
bahwa dibalik pergantian itu pasti wujud yang berperan dalam mengatur
semua itu.
Sayyid Quthub ketika menafsirkan ayat ini, mengutip pendapat ilmuan yang
menunjukkan betapa besarnya kuasa dan betapa teliti pengaturan-Nya. “Bumi
beredar dalam orbitnya sekali setiap dua puluh empat jam, atau sekitar s eribu mil
perjam. Kalaulah bumi kita hanya beredar sejauh seratus mil sejamnya, maka ketika
itu malam dan siang akan lebuh panjang puluhan kali dari keadaan yang sekarang.
Dan bila itu terjadi, maka matahari musim panas bisa membakar semua
tumbuhan di bumi disiang hari, dan membekukannya pada malam. Maka sungguh
melimpah anugerah Allah swt, Kepada makhluk-Nya. Itulah sebagian dari apa-
apa yang perlu direnungkan dan disyukuri oleh manusia.[3]
( ظلُِموَن
ْ O O Oم ُّمO O Oِإَذا ُهO O Oن ََّهاَر َفO O Oن ُْه الO O Oخ ِم
ُ َلO O Oس
O ْ “ )َنkami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan
serta merta mereka dalam kegelapan.”mengenai kata(خ ُ OَلO O O O O O س
O Oْ O)َن, penulis mengatakan ,
“Memisahkan.” dan Allah menyebut pemisahan ini dengan (نO O OخO O OلO O O O O O )س, karena ia
menyerupai dengan pemisahan kulit dari tubuh binatang. (وَنOمOُ OِلOظ Oُ ِإَذاO O O O O O )َفmaka
ْ O O O O O O Oم ُّمO O O O O O ه
dengan serta merta mereka dalam kegelapan. Karena siang merupakan realitas
yang ada dengan keberadaan matahari. Dan ia mengikuti malam dimana jika
matahari terbenam, maka cahaya ini mengikutinya, seperti kulit yang dipisahkan dari
tubuh binatang. Dan ketika anda menguliti kulit dari binatang, maka anda akan
mendapatinya terkelupas sedikit demi sedikit. Demikian cahaya siang jika
dinisbatkan pada malam hari dimana Allah menanggalkan siang dari malam, seperti
kulit yang dilepas dari tubuh binatang. Dia berfirman (ظلُِموَن ْ O O O O Oم ُّمO O O O Oِإَذا ُهO O O O O )َفmaka dengan
serta mertamereka dalam kegelapan.yakni, masuk dalam kegelapan. (ِإَذاO O O O O O “ )َفmaka
dengan serta merta.” Merupakan fuja’iyyah (bersifat secara tiba-tiba) yang
menunjukkan bahwa dia hanya sekedar menanggalkan sejenak, dimana cahaya
menjadi gelap, dan sebagaimana kita menyaksikan bahwa penanggalan itu datang
menunjukkan bahwa dia hanya sekedar menanggalkan sejenak, dimana cahaya
menjadi gelap, dan sebagaimana kita menyaksikan bahwa penanggalan itu datang
sedikit demi sedikit, tetapi jika penanggalan itu telah sempurna, maka kegelapan pun
terjadi dengan sempurna.[5]
yang demikian itu merupakan hikmah Allah, karena jika kegelapan itu didatangkan
seketika ketika cahaya tengah memancar, niscaya hal itu akan berdampak kurang
baik terhadap mata, pepohonan, dan banyak hal lainnya. Dan kemunculannya
berlangsung sedikit demi sedikit, dari terang menjadi gelap.
Periode waktu yang lain disebutkan juga secara khusus seperti fajar, waktu dhuha,
Ashar, waktu senja. Semua periode waktu telah di sebutkan Al Qur’an secara utuh
dan menyeluruh dengan sangat gamblang.
a. PERGANTIAN MALAM DANG SIANG SECARA TERATUR
Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa bumi yang kita huni ini
berbentuk bulat, berputar pada porosnya dan mengorbit matahari secara teratur.
Dengan demikian manusia mengetahui tahun, pergantian musim, menentukan
bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam dan siang pada belahan bumi atas
belahan yang lain. Hal ini merupakan suatu keharusan untuk melestarikan
kehidupan di bumi. Dan tugasnya yang silih berganti secara teratur dengan bentuk
yang berbeda-beda akan berlangsung terus-menerus hingga bumi beserta isinya di
wariskan oleh Allah SWT.
Dengan pergantian gelap dan terang ini terjadi pendisplaian energi matahari hingga
sampai ke bumi, dan selanjutnya membantu mengontrol sirkulasi cuaca panas dan
dingin, dan membantu mensuplai sinar matahari ke berbagai pelosok bumi. Dan
sebagaimana juga membantu menetralisir berbagai aktifitas baik yang hidup
maupun mati seperti misalnya bernapas dan menguap bagi manusia dan hewan,
serta berfotosintesis bagi tumbuh-tumbuhan. mengatur fungsi lapisan gas dan udara
yang terdapat di bumi, serta menetralisir berbagai aktifitas di bumi seperti sirkulasi
air antara bumi dan lapisan paling rendah atmosfer, gerakan angin dan awan,
mengatur prekwensi hujan. Dan melindungi atau memelihara segala kekayaan bumi
dari cagar alam dan lain-lain.
Disamping dari semua itu tujuan dari pergantian malam yang gelap dan siang yang
terang adalah pembagian hari bagi bumi untuk menjaga stabilitas kehidupan sehari-
hari, malam misalnya sebagai naungan, ketenteraman, dan peristirahatan, serta
untuk menetap, sedangkan siang diciptakan sebagai waktu untuk bekerja keras dan
beramal, kita tidak bisa mengatakan bahwa waktu itu hanyalah siang hari yang
terus-menerus bermanfaat, atau dia hanyalah malam hari yang terus bermanfaat,
akan tetapi kedua-duanya saling berganti satu sama lain, dan pergantian ini adalah
hakikat dari kesempurnaan yang saling melengkapi, kita tidak mungkin merasakan
betapa berharganya sebuah malam kecuali jika kita telah berada pada siang hari,
kita juga tidak akan tahu betapa berharganya siang hari kecuali jika kita telah
menjalani malam yang sunyi, akan tetapi nilai dari saling melengkapilah yang
memberikan keindahan yang sempurna, dalam kaitan ini Allah berfirman: «Dan Kami
jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang sebagai aktifitas» (Q.S :
Annaba : 10-11), Allah berfirman : «Dia-Lah (Allah) telah menjadikan kepada-mu
malam untuk menetap dan siang untuk beraktifitas yang demikian itu sebagai
pertanda bagi orang yang mendengar» (Q.S : Yunus : 67).
Dari sini dipahami bahwa fenomena pergantian malam dan siang merupakan
dakwah kepada semua makhluk untuk beriman kepada Allah. Dan dipahami juga
bahwa ayat-ayat yang diturunkan tentang pergantian malam dan siang tersebut
sungguh sebuah mu’jizat, antara lain kemu’jizatan Al Qur’an ini menceritakannya
beberapa fenomena alam raya yang belum dapat dicernah pada zaman turun
wahyu, dan pada abad-abad jauh sebelumnya. Ini suatu bukti bahwa Al Qur’an ini
bukan hasil karya manusia, akan tetapi wahyu Allah Sang Pencipta Yang tidak
mendatangkan sesuatu sia-sia pada diri dan makhluk-Nya. Dan sekaligus bukti
kenabian Muhammad SWA dan kebenaran risalah yang dibawanya.
Kenyataan ilmiyah yang telah didengungkan oleh Al Qur’an sejak lebih dari 14
abad lalu pada saat manusia masih beranggapan bumi datar, sekalipun
sebagian ulama zaman dulu sudah berfikiran maju.
Siang ditutupi oleh malam disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 4 kali (Al
A’raf 54, Ar-Ra’d 3, Asy-syams 1-4, dan Al-Lail 1-2). Dan hanya sekali saja
menyipati “yathlubuhu hatsitsan” (yaitu = cepat), pada ayat 54 dari surah Al-A’raf
di atas, karena bercerita tentang awal mula penciptaan langit dan bumi.
6. Ilmu pengetahuan tidak pernah mencapai kenyataan ilmiyah ini kecuali di era
belakangan ini pada abad ke-20, ketika ilmuawan menyingkap bahwa
pergantian malam dan siang pada era-geology tahap pertama berjalan dengan
kecepatan yang sangat tinggi, membuat hitungan hari dalam setahun mencapai
lebih dari 2000 hari, Sedangkan hitungan malam dan siang secara keseluruhan
hanya kurang dari 4 jam.
Demikian karena malam dan siang keduanya ibarat sebagai waktu bukan benda
materi, maka waktu harus memiliki sarana. Dan sarana yang pantas disini
adalah planet bumi yang separohnya terbagi ke malam dan separoh yang lain
9. ke siang senantiasa bergerak dan silih berganti. Kalau bumi tidak bulat, tidak
pula berputar pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari, maka tidak
terjadi pergantian malam dan siang diatas permukaannya. Tanpa bumi
mengorbit matahari, tidak-lah berubah rasi bintang. Jika bumi tidak condong
pada putarannya ke lintasan rasi bintang sekitar 66, 5 derajat, maka tidak terjadi
pergantian musim.
Dan kata “beredar” sendiri tidak dipakai kecuali hanya pada benda materi.
Kalimat “as-sabhu” dalam bahasa Arab artinya peredaran cepat bagi benda
materi dengan gerakan yang ditimbulkannya sendiri, seperti beredarnya setiap
dari bumi, bulan, matahari dan sejenisnya dari benda-benda langit, semua pada
11.
Ayat ini lebih jauh menjelaskan bahwa asli dari alam ini adalah kegelapan,
Adapun cahaya siang pada lapisan gas yang mencakupi belahan bumi yang
menghadap matahari yang senantiasa bergerak menempati posisi gelap malam
dengan terbitnya fajar hanyalah lapisan yang sangat tipis ukuran tebalnya tidak
mencapai 200 km diatas permukaan laut. Jika ukuran ketebalan ini
13. dibandingkan dengan jarak antara bumi dan matahari yang mencapai sekitar
150.000.000 km, maka perbandingan hanya sekitar kira-kira 1/ 750.000. Dan
jika dibandingkan lagi dengan separoh bagian dari alam raya yang dapat
dijangkau pada jarak kira-kira 12 billyun (1000 juta) tahun perjalanan cahaya,
maka hilanglah perbandingan ini atau tidak berbanding apa-apa.
Dari sini tampak jelas betapa tipisnya lapisan yang meliputi cahaya siang, dan
14. ketidak konstannya karena selalu bergerak dari satu titik ke titik lain pada
permukaan bumi dengan rotasinya mengorbi matahari. Dan dipahami juga
bahwa lapisan cahaya siang yang sangat tipis tersebut terselubung dari kita
oleh kegelapan alam angkasa luar, karena lapisan cahaya siang yang terlihat
oleh astronomi yaitu matahari pada pertengahan siang sebagai bola biru
berlatar hitam pekat.
Fakta sains yang ditemukan sekitar setengah abad lalu ini menjelaskan
perumpamaan Al Qur’an sebagai cahaya siang menutupi kegelapan malam dan
alam raya sekaligus seperti kulit tipis binatang menutupi seluruh tubuhnya.
15. Dengan demikian jelas bahwa kegelapan merupakan dasar dari pada alam
raya, dan siang hanyalah fenomena bias cahaya yang sangat tipis tidak nampak
kecuali pada lapisan paling bawah dari lapisan gas pada belahan bumi yang
menghadap matahari. Dan melalui rotasi bumi mengorbit matahari, maka
tertuplah siang secara perlahan-lahan oleh kegelapan malam bumi yang
kemudian bertema dengan kegelapan langit.
Perhitungan waktu:Perhitungan waktu dapat diketahui melalui faktor-faktor:
malam, siang, matahari dan bulan. Sebagaimana di ketahui bahwa tahun
17. hijriyah merupakan tahun matahari/ bulan, karena hitungan tahun ini ditentukan
16.
oleh peredaran bumi mengelilingi matahari, setiap sekali edaran mencapai
sekitar 365,25 hari. Dan tahun ini terbagi kepada 12 bulan di ketahui melalui
perputaran bulan mengelilingi bumi, Sebagaimana bulan juga terbagi pada
minggu, hari dan malam di ketahui melalui bulan juga.
Malam bumi menerangi benda-benda langi yang lain :Dari ayat-ayat tentang
malam dan siang juga merupakan isyarat bahwa malam bumi - dahulu kala -
pada awal penciptaan pernah menerangi beberapa fenomena alam, seperti
dalam firman Allah: «Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua simbol
18.
kebesaran maka kami unggulkan simbol malam dan menjadikan simbol siang
terang agar kamu memperoleh kemulian Tuhan-mu dan mengetahui hitungan
tahun dan waktu dan segala sesuatu telah Kami uraikan secara rinci» (Q.S : Al-
israa : 12).
Pencerahan dari ayat ini adalah fenomena waktu senja daerah qutub dan
percikan cahanyanya, atau dikenal juga fanorama cahaya qutub atau fajar
malam qutub. Yaitu cahaya yang terlihat pada waktu malam di atas langit qutub
19. dan sekitarnya, terbentuk akibat perbenturan sinar alam utama yang memenuhi
bagian-bagian terjangkau dari alam raya dalam bentuk benda-benda dasar
materi lapisan gas bumi yang dibentuknya dan menimbulkan sinar ekstra alam.
Kemudian berbenturan sinar yang bermuatan listrik yang beraneka ragam
dengan sabuk sinar dan bentukan dari lapisan gas bumi yang menaburkan
muatannya.
20. Berikutnya membakar bahan-bahan utama dari materi yang rapih dan sempurna
tadi, yang bermuatan tegangan listrik yang sangat tinggi serta bergerak dengan
kecepatang menghampiri kecepatan cahaya. Fenomena ini tidak ditemukan
kecuali pada tahun 1936. Sinar alam bergerak mengikuti alur magnet bumi yang
condong mengarah qutub magnet bumi, maka membentuk lapisan gas bumi
kemudian mengobarkannya.
Ini suatu bukti kebenaran Al Qur’an semenjak lebih dari 1400 tahun lalu telah
memproklamirkan bahwa malam bumi pada awal penciptaan telah menerangi
beberapa benda-benda langit dengan sinar tidak kurang terangnya dari cahaya
fajar ufuk. Wallahua’lam.
Terjadinya SIANG dan MALAM membuktikan BUMI itu BULAT dan ber-rotasi
atau berputar pada porosnya
Bumi bergerak dalam dua cara, rotasi dan revolusi. Bumi berputar pada
porosnya dari arah barat ke timur dalam periode 24 jam. Gerakan ini disebut
rotasi bumi, dan menyebabkan terjadinya siang dan malam. Harus dicatat
bahwa bumi tidak berputar dalam keadaan tegak lurus, namun agak sedikit
condong. Bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecondongan berubah-
ubah, di satu waktu bagian utara condong ke matahari, di waktu lainnya
bagian selatan condong ke matahari. Revolusi bumi ini berlangsung selama
365 ¼ hari. Pergerakan ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di bumi
belahan utara dan selatan.
َ حو
ن ُ َ سب ٍ س َواْلَقَمَر ُكٌّل ِفي َفَل
ْ ك َي َّ ق الَّلْيَل َوالنََّهاَر َوال
َ شْم َ و اَّلِذي
َ خَل ُ “ َوDan Dialah yang telah
َ ه
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari
keduanya itu beredar dalam garis edarnya.” [QS: Al-Anbiya (21) ayat 33
Kedua ayat di atas, serta masih banyak ayat lainnya, menjelaskan bahwa
malam dan siang telah diatur waktunya dengan pasti, bahwa bumi tidak diam
namun bergerak dalam porosnya, serta menyebutkan bahwa bumi dan bulan
memiliki orbit, menjelaskan teori heliosentris yang dipopulerkan Copernicus.
Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa bumi yang
kita huni ini berbentuk bulat, berputar pada porosnya dan mengorbit matahari
secara teratur. Dengan demikian manusia mengetahui tahun, pergantian
musim, menentukan bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam dan siang
pada belahan bumi atas belahan yang lain. Hal ini merupakan suatu keharusan
untuk melestarikan kehidupan di bumi. Dan tugasnya yang silih berganti
secara teratur dengan bentuk yang berbeda-beda akan berlangsung terus-
menerus hingga bumi beserta isinya di wariskan oleh Allah SWT.
Bumi bergerak dalam dua cara, rotasi dan revolusi. Bumi berputar pada
porosnya dari arah barat ke timur dalam periode 24 jam. Gerakan ini disebut
rotasi bumi, dan menyebabkan terjadinya siang dan malam. Harus dicatat
bahwa bumi tidak berputar dalam keadaan tegak lurus, namun agak sedikit
condong. Bumi berputar mengelilingi matahari dengan kecondongan berubah-
ubah, di satu waktu bagian utara condong ke matahari, di waktu lainnya bagian
selatan condong ke matahari. Revolusi bumi ini berlangsung selama 365 ¼
hari. Pergerakan ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di bumi
belahan utara dan selatan.
---------------------------------------
Bukti dalam Al-Qur’an:
س َواْلَقَمَر ُكٌّل َيْجِري َ شْم َّ خَر الَّ سَ ض ِباْلَحِّق ُيَكِّوُر الَّلْيَل َعَلى الن ََّهاِر َوُيَكِّوُر الن ََّهاَر َعَلى الَّلْيِل َو ِ سَماَوا
َ ت َواْأل َْر َّ خَلَق ال
َ
سًّمى أ ََال ُهَو اْلَعِزيُز اْلَغفَّاُرَ ِأل ََجٍل ُم
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari
dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Az-Zumar (39) ayat 5]
-----------------------------------
سبَُحوَن ْ س َواْلَقَمَر ُكٌّل ِفي َفَلٍك َي َ شْم َ َوُهَو اَّلِذي
َّ خَلَق الَّلْيَل َوالن ََّهاَر َوال
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya.” [QS: Al-Anbiya (21) ayat
33]
-------------------------------
Kedua ayat di atas, serta masih banyak ayat lainnya, menjelaskan bahwa
malam dan siang telah diatur waktunya dengan pasti, bahwa bumi tidak diam
namun bergerak dalam porosnya, serta menyebutkan bahwa bumi dan bulan
memiliki orbit, menjelaskan teori heliosentris yang dipopulerkan Copernicus.
-------------------------
Bumi berputar pada porosnya mengorbit matahari:Kalau bumi tidak bulat dan tidak
berputar serta beredar mengorbit matahari, maka tidak akan terjadi pergantian
malam dan siang. Kenyataan ilmiyah tentang perputaran dan peredaran bumi ini
telah dilangsir oleh Al Qur’an secara implisit dengan ungkapan sangat rinci dan
ilmiyah. Al Qur’an telah mengungkap kenyataan ilmiyah jauh sebelum capaian
sains modern.
Bumi berputar pada porosnya beredar mengorbit matahari lebih cepat ketika awal
penciptaan alam dari pada saat sekarang:Kenyataan Ilmiyah yang terakhir ini tidak
dicapai sains modern kecuali pada era belakangan dari abad ke-20. Al Qur’an
jauh sebelumnya sekitar lebih dari 14 abad lalu telah menegaskan hakikat ini,
Allah berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-mu Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari kemudian naik ke ‘Arsy, menutupi malam dengan
siang…….” (Q.S: Al-A’raf: 54).
Siang ditutupi oleh malam disebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak 4 kali (Al
A’raf 54, Ar-Ra’d 3, Asy-syams 1-4, dan Al-Lail 1-2). Dan hanya sekali saja
menyipati “yathlubuhu hatsitsan” (yaitu = cepat), pada ayat 54 dari surah Al-A’raf di
atas, karena bercerita tentang awal mula penciptaan langit dan bumi.
Ilmu pengetahuan tidak pernah mencapai kenyataan ilmiyah ini kecuali di era
belakangan ini pada abad ke-20, ketika ilmuawan menyingkap bahwa pergantian
malam dan siang pada era-geology tahap pertama berjalan dengan kecepatan
yang sangat tinggi, membuat hitungan hari dalam setahun mencapai lebih dari
2000 hari, Sedangkan hitungan malam dan siang secara keseluruhan hanya
kurang dari 4 jam.
Adalah pengurangan kecepatan perputaran bumi pada porosnya sekitar seper-
detik pada setiap abad merupakan tanda kekuasaan Allah untuk mempersiapkan
bumi menerima kehidupan. Karena bentuk kehidupan – khususnya manusia -
tidak akan sanggup berintraksi dengan kecepatan bumi yang sangat tinggi
tersebut, Begitu pula dengan pendek atau panjang dari malam dan siang.
Bumi beredar mengorbit matahari:Al Qur’an pada beberapa ayatnya mengibaratkan
bumi sebagai malam dan siang, seperti pada ayat: “Dia-Lah (Allah) menciptakan
malam dan siang, dan menjadikan matahari dan bulan semuanya beredar pada
angkasa” (Q.S: Al-anbiya: 33). Di ayat lain: “Tiada-lah matahari dapat mendahului
bulan dan tiada pula malam mendahului siang semuanya beredar pada
angkasa” (Q.S: Yasin: 40).
Demikian karena malam dan siang keduanya ibarat sebagai waktu bukan benda
materi, maka waktu harus memiliki sarana. Dan sarana yang pantas disini
adalah planet bumi yang separohnya terbagi ke malam dan separoh yang lain ke
siang senantiasa bergerak dan silih berganti. Kalau bumi tidak bulat, tidak pula
berputar pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari, maka tidak terjadi
pergantian malam dan siang diatas permukaannya. Tanpa bumi mengorbit
matahari, tidak-lah berubah rasi bintang. Jika bumi tidak condong pada putarannya
ke lintasan rasi bintang sekitar 66, 5 derajat, maka tidak terjadi pergantian
musim.
Dan seandainya Allah tidak mengetahui keterbatasan manusia dengan
kenyataan-kenyataan ini pada masa lampau, niscaya Allah menurunkan ayat
tentang hakikat alam dengan bahasa yang lugas dan langsung. Akan tetapi demi
menjaga manusia tidak kaget pada masa turunnya wahyu, Allah menyimbolkan
perputaran bumi pada porosnya mengorbit matahari dengan kata
“sabbaha” (beredar) setiap dari malam dan siang.
Dan kata “beredar” sendiri tidak dipakai kecuali hanya pada benda materi.
Kalimat “as-sabhu” dalam bahasa Arab artinya peredaran cepat bagi benda
materi dengan gerakan yang ditimbulkannya sendiri, seperti beredarnya setiap
dari bumi, bulan, matahari dan sejenisnya dari benda-benda langit, semua pada
rotasinya mengelilingi benda yang lebih besar massanya.
Menjelaskan betapa tipisnya medan siang pada lapisan gas pada belahan bumi
yang menghadap matahari:
Fakta ilmiyah ini tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan modern kecuali setelah era
astronomi pada paroh terakhir abad ke-20. Al Qur’an telah terlebih dahulu
menjelaskan hakikat ilmiyah ini sejak 14 abad lalu, jelas dalam firman Allah: “Dan
sebagai pertanda bagi mereka malam menutup siang maka mereka dalam
kegelapan” (Q.S: Yasin: 37).Ayat ini lebih jauh menjelaskan bahwa asli dari alam ini
adalah kegelapan, Adapun cahaya siang pada lapisan gas yang mencakupi
belahan bumi yang menghadap matahari yang senantiasa bergerak menempati
posisi gelap malam dengan terbitnya fajar hanyalah lapisan yang sangat tipis
ukuran tebalnya tidak mencapai 200 km diatas permukaan laut. Jika ukuran
ketebalan ini dibandingkan dengan jarak antara bumi dan matahari yang mencapai
sekitar 150.000.000 km, maka perbandingan hanya sekitar kira-kira 1/ 750.000.
Dan jika dibandingkan lagi dengan separoh bagian dari alam raya yang dapat
dijangkau pada jarak kira-kira 12 billyun (1000 juta) tahun perjalanan cahaya,
maka hilanglah perbandingan ini atau tidak berbanding apa-apa.Dari sini tampak
jelas betapa tipisnya lapisan yang meliputi cahaya siang, dan ketidak konstannya
karena selalu bergerak dari satu titik ke titik lain pada permukaan bumi dengan
rotasinya mengorbi matahari. Dan dipahami juga bahwa lapisan cahaya siang yang
sangat tipis tersebut terselubung dari kita oleh kegelapan alam angkasa luar,
karena lapisan cahaya siang yang terlihat oleh astronomi yaitu matahari pada
pertengahan siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.Fakta sains yang
ditemukan sekitar setengah abad lalu ini menjelaskan perumpamaan Al Qur’an
sebagai cahaya siang menutupi kegelapan malam dan alam raya sekaligus seperti
kulit tipis binatang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan demikian jelas bahwa
kegelapan merupakan dasar dari pada alam raya, dan siang hanyalah fenomena
bias cahaya yang sangat tipis tidak nampak kecuali pada lapisan paling bawah
dari lapisan gas pada belahan bumi yang menghadap matahari. Dan melalui rotasi
bumi mengorbit matahari, maka tertuplah siang secara perlahan-lahan oleh
kegelapan malam bumi yang kemudian bertema dengan kegelapan langit.
Perhitungan waktu:Perhitungan waktu dapat diketahui melalui faktor-faktor:
malam, siang, matahari dan bulan. Sebagaimana di ketahui bahwa tahun hijriyah
merupakan tahun matahari/ bulan, karena hitungan tahun ini ditentukan oleh
peredaran bumi mengelilingi matahari, setiap sekali edaran mencapai sekitar 365,25
hari. Dan tahun ini terbagi kepada 12 bulan di ketahui melalui perputaran bulan
mengelilingi bumi, Sebagaimana bulan juga terbagi pada minggu, hari dan malam
di ketahui melalui bulan juga.
Malam bumi menerangi benda-benda langi yang lain :
Dari ayat-ayat tentang malam dan siang juga merupakan isyarat bahwa malam
bumi - dahulu kala - pada awal penciptaan pernah menerangi beberapa
fenomena alam, seperti dalam firman Allah: «Dan Kami jadikan malam dan siang
sebagai dua simbol kebesaran maka kami unggulkan simbol malam dan menjadikan
simbol siang terang agar kamu memperoleh kemulian Tuhan-mu dan mengetahui
hitungan tahun dan waktu dan segala sesuatu telah Kami uraikan secara
rinci» (Q.S : Al-israa : 12).
Pencerahan dari ayat ini adalah fenomena waktu senja daerah qutub dan percikan
cahanyanya, atau dikenal juga fanorama cahaya qutub atau fajar malam qutub.
Yaitu cahaya yang terlihat pada waktu malam di atas langit qutub dan sekitarnya,
terbentuk akibat perbenturan sinar alam utama yang memenuhi bagian-bagian
terjangkau dari alam raya dalam bentuk benda-benda dasar materi lapisan gas
bumi yang dibentuknya dan menimbulkan sinar ekstra alam. Kemudian
berbenturan sinar yang bermuatan listrik yang beraneka ragam dengan sabuk
sinar dan bentukan dari lapisan gas bumi yang menaburkan muatannya.Berikutnya
membakar bahan-bahan utama dari materi yang rapih dan sempurna tadi, yang
bermuatan tegangan listrik yang sangat tinggi serta bergerak dengan kecepatang
menghampiri kecepatan cahaya. Fenomena ini tidak ditemukan kecuali pada
tahun 1936. Sinar alam bergerak mengikuti alur magnet bumi yang condong
mengarah qutub magnet bumi, maka membentuk lapisan gas bumi kemudian
mengobarkannya.
Hakikat sains mengungkapkan bahwa prangkap-perangkap yang melindungi
lapisan gas bumi, seperti Lapisan Troposfer, lapisan ozon, Ionosfer, dan Lapisan
magnetosfer tidak terwujud pada awal mula penciptaan bumi. Dengan demikian
pancaran sinar alam mencapai pada tingkat yang sangat rendah pada lapisan
bumi mengakibatkan pengobarannya di waktu malam pada seluruh pelosok bumi.
Akan tetapi setelah terbentuk perangkap-perangkap pelindung tersebut, mulailah
kobaran sinar tersebut berkurang pelahan-lahan hingga tidak nampak lagi kecuali
hanya pada bagian tertentu saja sekitar daerah dua qutub
Ini suatu bukti kebenaran Al Qur’an semenjak lebih dari 1400 tahun lalu telah
memproklamirkan bahwa malam bumi pada awal penciptaan telah menerangi
beberapa benda-benda langit dengan sinar tidak kurang terangnya dari cahaya
fajar ufuk. Wallahua’lam.
Kajian berikut ini akan menguraikan sepuluh peristiwa-peristiwa malam
sebagaimana yang terdapat pada ayat-ayat sumpah di atas, sebagai berikut :
Kebanyakan ulama tafsir terdahulu menafsirkan ayat “malam yang Sepuluh” ini
sebagai malam Sepuluh zul-hijjah, seperti kata Mujahid, Sudai dan Kalbi dalam buku
tafsirnya: “Demi malam yang Sepuluh”: yaitu Sepuluh zul-hijjah. Kecuali Masruq
menafsirkan yaitu malam yang Sepuluh yang disebutkan pada qishah nabi Musa as
pada ayat “dan Kami genapkannya menjadi Sepuluh” (Q.S: Al-A’raf: 142), dimana
merupakan hari-hari afdhal dalam setahun.
Sedangkan riwayat dari Abu Az-Azubair dari Jabir mengatakan bahwa Rasulullah
SAW membacakan: “Demi fajar dan malam yang Sepuluh”: yaitu: (Sepuluh Al Adha),
karena malam yang sepuluh dengan pengertian ini termasuk di dalamnya hari
kurban. Allah mengkhususkannya untuk menjadikan hari wukuf bagi yang tidak
wukuf di hari Arafah. Kalimat arabnya dalam bentuk nakirah bukan ma’rifah karena
kemuliaanya dari hari-hari yang lain, kalau dia berbentuk ma’rifah tidak akan
mencapai derajat semulia yang terdapat dalam bentuk nakirah. Di nakirahkan
beberapa hal yang di sumpahkan menunjukkan kemulian tertentu yang tidak
terdapat pada selainnya. Wallahua’lam.
Adapun menurut Ibnu Abbas: Yaitu malam-malam Sepuluh terakhir dari bulan
Ramadhan, pendapat ini didukung pula oleh Ad-Dhahhak. Pendapat lain dari Ibnu
Abbas termasuk juga Yamman dan At-Thabari: Yaitu malam-malam sepeluh pertama
dari bulan Muharram, hari kesepuluhnya disebut ”asyuraa”.
Fakta Sepuluh Malam:Menurut kajian ini, ayat ke-2 dari surah Al Fajr: “Demi malam
yang Sepuluh”: Adalah Sepuluh peristiwa-peristiwa malam yang terjadi di bumi tidak
termasuk fajar, karena fajar disebutkan secara khusus dalam surah yang sama
sebelum menyebutkan malam-malam yang sepuluh ini.
Dari Fakta tadi dan ayat ke-71/ 72 dari surah Al-Qashash diatas, telah membantu
memberikan pencerahan untuk memahami ayat-ayat sumpah diatas, dan sekaligus
menguatkan kajian tentang keberadaan sepuluh peristiwa-peristiwa malam seperti
pada ayat “Demi malam yang sepeluh”. Diantara sepuluh peristiwa-peristiwa malam
tersebut, terdapat 7 pada ketujuh ayat-ayat sumpah diatas, penjelasannya sebagai
berikut:
Yang dimaksudkan disini Adalah malam yang sangat panjang itu, kalimat “adbara”
pada ayat, yaitu telah berlalu dari kamu dan tidak akan pernah kembali lagi
selamanya dan digantikan oleh cahaya subuh. Ini merupakan suatu fenomena alam
pada periode akhir menjelang kiamat, maka makhluk tidak butuh lagi malam yang
telah pergi selamanya.
Setelah malam berlalu dan tidak akan kembali lagi selamanya, maka datanglah
subuh, yang dimaksudkan adalah siang terus menerus sampai hari kiamat. Maha
Benar Allah dalam Firman-NYA: “Sesungguhnya itu merupakan salah satu tanda-
tanda besar (kiamat)”.
Pada periode itu tidak akan nampak pula cahaya matahari kauniyah digantikan oleh
matahari ma’rifah, pada saat itu nampak Sorga dengan segala kenikmatannya: “…
mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang
bersengatan“ (Q.S: Al-Insan: 13). Adapun kenyataan umum setiap hari bahwa setiap
subuh menyingsing, malam pasti berlalu. Wallahua’lam.
Malam apabila telah menetap: Pada saat itu malam menghalau siang maka semakin
menebal dan gelap serta mengukuhkan posisinya tidak mau bergeser sedikitpun.
Dan dalam keadaan biasa setiap hari keadaan seperti ini terjadi menjelang-jelang
fajar atau ketika fajar atau mungkin juga sekitar jam 09-10 dari awal malam jika
diibaratkan malam itu 12 jam.
Kata dasar “al-ghisyyan” pada “wallaili idza yaghsyaa”: Adalah salah satu periode
dari periode-periode malam yang terjadi setiap hari, yaitu hari bumi. Dan akan terjadi
juga pada peristiwa-peristiwa malam panjang itu, pada saat itu siang ada dan
matahari pun diciptakan tetapi malam menutupi memanfaatkan ketidak beradaan
keduanya pada bagian lain. Wallahua’lam
KEEMPAT: MALAM TELAH PERGI:
Arti ayat ke-2 surah Adh-Dhuhaa: “Demi malam apabila telah sunyi”, yaitu apabila
telah berdiam dan menetap. Allah Berfirman pada ayat ke-3 surah Al-Falaq: “Dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”, Kalimat “al-ghasaq” (gelap gulita)
pada ayat terakhir ini adalah malam gelap gulita yang tidak disertai bulan.
Penjelasan secara rinci ayat tentang fenomena alam diatas dapat dirujuk pada dua
ayat yang lain di dalam Al Qur’an, sebagai berikut:
Dan bahwa sesungguhnya keadaan seperti ini juga akan terjadi pada peristiwa-
peristiwa malam panjang menjelang kiamat kelak. Wallahua’lam
KETUJUH: Malam Dan Apa Yang Diselubunginya:
Kalimat “asysyafaq” (senja) pada ayat ke-16 surah Al-Insyiqaq: Yaitu periode antara
malam dan siang (kita ada kajian khusus tentang ini, menyusul). Dan malam dan
apa yang diselubunginya: Yaitu ketika siang telah beranjak pergi selamanya
selanjutnya akan diselubungi oleh malam terus menerus sampai hari kiamat.
Wallahua’lam
Peristiwa Malam-malam Sepuluh Yang Lain:Ketujuh malam diatas merupakan
periode-periode waktu malam yang umum terjadi setiap hari bumi. Dan secara
khusus dipahami sebagai cerminan peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang
kiamat datang.
Dari konteks 5 ayat dari surah Al Qadr diatas, diketahui bahwa peristiwa malam Al
Qadr (Lailatulqadr) itu hanya terjadi sekali dalam setahun dari sejak malam turunnya
Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat kelak. Bahwa semalam
saja pada peristiwa malam itu Nilai kebaikannya melebihi dari 1000 bulan, atau
sekitar 30.416 malam bumi, atau lebih dari 83 tahun bumi.
Sebabnya karena pada peristiwa malam itu Allah mengizinkan semua malaikat yang
mengurusi manusia dan bagian kesejahteraan bumi turun dibawah pimpinan
malaikat Jibril untuk melaksanakan segala tugasnya. Maka sepanjang malam itu
1. diliputi oleh kedamaian dan kesejahteraan sampai dengan terbit fajar.
6. Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya: Dari Ebadah bin
5.
Ash-Shamit mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “… Maka raba-rabalah
pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (sepuluh terakhir)”. (Hadits).
7. Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata kerja “lamasa, al-iltimaas” (raba,
meraba-raba) pada hadits; yaitu “ath-thalabu” (mencari), “ath-
thalammus” (mencari terus menerus).
8. Hadits dalam Kitab Shahih Bukhari dari Aisya ra; bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Pantaulah Lailatulqadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan
9. Ramadhan”. (Hadits).
Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata dasar “At-taharri” (memantau) pada
hadits; yaitu berharap dan bersunggu-sungguh dalam pencarian dan tekun
melakukan sesuatu dengan tingkah dan laku.
Sabda Rasulullah SAW: “Carilah Lailatulqadr pada malam dua puluh tiga”.
(Kitab Shahih Ibn Khuzeimah dari Abdullah bin Unais r.a.).
Imam Bukhari menuliskan bab khusus dalam Kitab Shahihnya: Pengetahuan
Lailatulqadr terhalang oleh cegatan orang, lalu Imam berkata: Telah diberitakan
kepada kami oleh Muhammad bin Al-Mutsanna, oleh Khalid bin Al-Harits, oleh
Hamid, oleh Anas, dari Ebadah bin Ash-Shamit ra berkata: Nabi Muhammad
SAW keluar untuk memberitahukan kepada kita tentang lailatulqadr tiba-tiba
dicegat oleh dua orang muslim, maka Nabi SAW bersaabda: “tadinya saya
keluar untuk memberitahukan kalian dengan lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh
1. (fulan dan fulan), maka tergantung (lupa),semoga itu lebih baik bagi kalian maka
carilah itu pada Sembilan, tujuh dan lima (sepuluh terakhir) ” (Hadist).
Dari hadits-hadits diatas diketahui bahwa Lailatulqadr bukan hal yang gaib, tetapi
bisa dipantau oleh manusia yang menginginkan kemuliaanya.
Ciri-ciri Lailatulqadr telah digambarkan oleh Rasulullah SAW secara rinci, sebagai
berikut:
“Lailatulqadr: Malam yang damai, tenang, tiada panas dan tiada dingin, Matahari
di pagi harinya lemah merekah”. (HR: Abu Daud dan Al Baihaqi, dikuatkan oleh
● Syekh Al-Albani sebagai hadits shahih dalam Kitabnya Shahih Al-Jami, no:
5475).
“Lailatulqadr: malam ke-27 dan 29, Malaikat-malaikat pada malam itu berkumpul
di bumi dalam jumlah tidak terjangkau banyaknya”. (HR: Ahmad dari Abu
Hurairah dan riwayat Abu Daud dan Ibn Khuzaimah, disebutkan Syekh Al-Albani
sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5473).
Lailatulqadr: Malam agung, tiada panas dan tiada dingin, tidak ada bintang jatuh
dan ciri-ciri harinya matahari tidak bersinar terang”, dikategorikan oleh Syekh Al-
Albani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5472).
Catatan Penting dari Seorang Hamba:Nah, berdasarkan dari keterangan-
keterangan diatas dan diperjelas oleh ciri-ciri yang telah digambarkan Rasulullah
SAW ini, dengan pertolongan dan inayah Allah SWT, melalui kajian ini penulis
berharap dapat mendeksi Peristiwa Lailatulqadr yang mulia itu. Metode kajian ini
adalah mendeteksi Peristiwa Lailatulqadr pada malam-malam ganjil dari 10 terakhir
bulan suci Ramadan dengan merujuk kepada ciri-ciri yang telah digambarkan oleh
Rasulullah SAW, karena kajian ini sangat yakin bahwa hadits-hadits tersebut Fakta
nyata – tanpa meragukan – yaitu mengindentifikasikan Peristiwa malam itu dengan
mengetahui cuaca pagi dari Lailatulqadr.
Pagi dari malam Selasa yang mataharinya tidak bercahaya tersebut tetap tiada
pernah berubah setiap tahunnya semenjak dari: (1419 H, 1420 H, 1421 H, 1422 H,
1423 H, 1424 H, dan Tahun 1425 H). Matahari terbit dengan cahaya lemah hanya
pada setiap pagi dari malam Selasa saja, dan berpindah dari hitungan ganjil ke ganjil
lain pada sepuluh terakhir Ramadhan (21 – 23 – 25 – 27 dan 29). Dengan
perpindahan tanggal-tanggal tersebut, telah menyempurnakan 5 kali perpindahan
pada 5 malam-malam ganjil.
Lailatulqadr Hanya Terjadi Pada Malam Selasa Sampai Hari Kiamat:Berikut ini
● Jadwal Perpindahan Lailatulqadr Pada 11 tahun terakhir dan menjadi pedoman
Untuk Tahun-Tahun Berikutnya. Nampak jelas bahwa Lailatulqadr hanya terjadi pada
● malam Selasa saja setiap 10 terakhir bulan suci Ramadhan, Lihat Jadwal:
● Dan dari keterangan diatas didapatkan sebuah kesimpulan baru dan pengetahuan
baru untuk pemikiran Islam, sebagai berikut:
PERTAMA: Matahari tidak terbit tanpa sinar dan redup kecuali hanya pada pagi
dari malam Selasa saja di setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir bulan suci
Ramadhan.
KEDUA: Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa dan tidak akan berubah sampai
hari kiamat.
KETIGA: Bulan suci Ramadhan tidak akan berawal di planet bumi pada malam
Jum’at dan tidak juga malam Ahad sampai kiamat.
Dua malam tidak akan diawali masuknya bulan suci Ramadhan Sampai Hari
Kiamat:Dari hadits-hadits Rasulullah SAW diketahui bahwa Lailatulqadr tidak akan
terjadi kecuali pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan suci Ramadhan.
Bahwa Lailatulqadr hanya bisa terjadi pada malam Selasa saja sampai hari kiamat.
Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum’at, Lailatulqadr
terjadi pada malam Selasa tanggal 26 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini
bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam
ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Jum’at sampai hari kiamat.
Begitu juga Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad,
Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa tanggal 24 (= genap dari sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali
dengan malam Ahad sampai hari kiamat.
Berikut ini Jadwal Menentukan Lailatulqadr berdasarkan dari malam yang dimulai
masuknya Ramadhan dan sekaligus membatalkan awal Ramadhan dimulai pada
malam Jum’at dan Ahad:
JADWAL I: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Sabtu, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 25 (= ganjil dari sepuluh terakhir):
JADWAL II: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad, Lailatulqadr
malam Selasa tanggal 24 (= Genap dari sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai
hari kiamat:
JADWAL III: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Senin, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 23 (ganjil dari sepuluh terakhir):
JADWAL IV: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Selasa, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 29 (ganjil dari sepuluh terakhir).
JADWAL V: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Rabu, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 21(ganjil dari sepuluh terakhir):
JADWAL VI: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Kamis, Lailatulqadr
jatuh pada Malam Selasa tanggal 27 (ganjil dari sepuluh terakhir).
JADWAL VII: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum'at, Lailatulqadr
malam Selasa tanggal 26 (= Genap dari sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada
malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai
hari kiamat.
Pada kajian yang lalu telah dijelaskan salah satu periode waktu yang paling
fenomenal disebutkan dalam al Qur’an yaitu periode malam. Dan telah dijelaskan
bahwa pada pergantian malam dan siang secara rutin merupakan sebuah isyarat
eksplisit tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi
matahari, setiap satu putaran 24 jam, terbagi – dengan selisi sedikit – kepada malam
dan siang.
Sebelum beralih kepada kajian baru ini penulis ingin menguraikan arti dua kata kunci
yang terdapat pada dua ayat diatas, yaitu: (An-nahar dan Jalla) dari segi bahasanya,
kemudian menelusuri penyebutan kalimat annahar di dalam Al Qur’an dimaksudkan
untuk mengetahui makna lebih dalam dari kalimat tersebut terseber diberbagai ayat
yang saling terkait satu sama yang lain.
“Wannahari idza jalla-ha”:
An-nahar (siang), menurut bahasa adalah lawan dari kalimat “al-Lail” (malam), yaitu
setengah dari hari dimana terbit matahari dan bercahaya. Dan dikenal juga sebagai
batasan waktu antara terbit matahari dan terbenamnya.
Sedangkan kata kerja (jalla – yajlu – jalaan), berarti jelas dan nampak. Karena kata
dasar dari (al juluu) artinya menampakkan hakikat, dan (al jalie), segala sesuatu
yang berlawanan dengan tersembunyi.
SIANG MENAMPAKKAN MATAHARI:Pada dua ayat yang akan kita kaji ini Allah
SWT bersumpah (Maha Kaya dari segala Sumpah-SumpaNya), dengan siang yang
menampakkan matahari, atau memperlihatkannya dengan sangat jelas pada
penghuni bumi.
Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan
modern kecuali setelah era astronomi pada paroh terakhir abad ke-20, ketika
mereka menemukan bahwa cahaya siang yang benderang tebalnya tidak mencapai
200 km di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang menghadap ke
matahari. Dan bahwa sanya sabuk tipis dari lapisan gas bumi ini bebas dari segala
pencemaran, dan ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian di
atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan bertambah meliputi semua buih
air dan tebaran debu setiap mendekat kepermukaan bumi.
Dengan proses tersebut ditambah dengan tebaran debu membantu menyulut sumbu
matahari, dan proses yang terjadi terus-menerus sehingga menampakkan warna
putih gemerlap membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari bagian
bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang menghadap ke matahari.
Sementara sebagian besar alam semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh
kegelapan. Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola biru
berlatar hitam pekat.
Oleh karena itu Al Qur’an menyipati annahar (siang) sebagai sumber cahaya pada
beberapa ayat, seperti dalam contoh: “(Q.S: An-naml: 86).
Dan menyipati As-shubhu sebagai penerang seperti dalam ayat: (QS: Al Mudatsir:
33). Serta menyipati Annahar sebagai penyingkap matahari seperti pada ayat yang
sedang di kaji di atas.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui arti bahwa sianglah yang menampakkan
matahari, bukan matahari yang menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia
sebelum abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan kenyataan alam
semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, yang tidak dijangkau oleh sains
modern kecuali setelah paroh terakhir abad ke-20 lalu.
KESIMPULAN
1. Dalam ayat ini Allah ingin menjelaskan kepada hambanya tentang
kebasarannya yang agung supaya hambanya mengetahui betapa besarnya dia agar
hambanya berfikir.
2. Kemudian dalam ayat siang malam ini allah juga mengajaran tentang hidup
yang baik/sehat dengan cara menjadikan malam sebagai tempat pengistirahatan
dari kelelahan dan siang sebagai tempat mencari rizki Allah.
3. Dan juga dengan adanya konsep siang malam dalam A-qur’an itu
membuktikan bahwa bumi itu bulat karena adanya pergantian waktu, bukan datar
seperti yang diterangkan oleh para philoshop terdahulu yang menilai bahwa bumi itu
datar.
RUJUKAN
1.http://my-bukukuning.blogspot.my/2008/06/pasal-1-lubang-hitam-black-holes-
allah.html
2. http://kutaradja92.blogspot.my/2014/02/konsep-siang-dan-malam-dalam-al-
quran.html
3.http://youtube.com/watch?v=nJTUo9KqoPg
4. Buku sain kejuteraan dan teknologi dalam islam
5. http://iffah-muhsin.blogspot.my/2011/02/sesungguhnya-tuhan-kamu-ialah-
allah.html