B. Hakikat Logika
Menurut Andre Ata, dkk. (2012), konsep “logika” atau “logis” sudah sering kita dengar dan
kita gunakan. Dalam bahsa sehari-hari, perkataan logika atu logis menunjukkan cara berfikir atau
cara hidup atau sikap hidup tertentu, yaitu yang masuk akal, yang reosonable, yang wajar, yang
beralasan atau beragumen, yang ada rasio atau hubungan rasionalnya, yang dapat dimengerti,
walaupun belum tentu disetujui tentang benar atau salah. Dalam arti ilmiah, perkataan logika
menunjukkan pada suatu disiplin ilmu (disiplin ilmiah) yaitu kegiatan intelektual yang dipelajari
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secara sistematik-rasional
argumentatif dan terorganisasi yang terkait atau tunduk pada aturan, prosedur, atau metode
tertentu.
Secara khusus, logika dalam konteks ilmiah memiliki 2 pandangan mengapa logika dipelajari
secara formal. Pertama, Irving Copi seorang filsuf dari USA (2002) mengatakan “Logika adalah
studi tentang metode dan prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang baik dan
benar dari penalaran yang buruk dan salah”. Kedua, Norman Geisler dan Ronald Brooks (1990)
mengatakan “Logika yaitu kajian tentang penalaran yang benar atau menyimpulkan yang valid
(sah) dan dapat mengenali adanya kesalahan berpikir baik secara formal maupun informal.
Dari dua paham yang dikemukakan ini, dapat dikatakan bahwa logika tidak hanya
mengajarkan bagaimana suatu penyimpulan yang tepat, tetapi juga membuat kita waspada
terhadap kemungkinan kesalahan yang kita lakukan dalam pembuatan kesimpulan. Dengan
demikian dapat kita pahami, pengertian logika menurut para pemikir atau filsuf di atas dalam arti
khusus logika sebenarnya merupakan kajian dalam proses penalaran yang bertolak dari penerapan
prinsip berfikir dalam suatu penalaran yang tepat yang digunakan dalam membedakan penalaran
yang baikdan benar dari penalaran buruk dan salah “sesat berfikir”.
Dari manfaat logika yang bermancam-macam itu, menandai bahwa proses berpikir
itu penting. Berpikir yang logis juga menandai tingkat berpikir seseorang. Dengan bakal
logika ilmu pengetahuan dapat berkembang sampai bercabang-cabang. Ota manuisia
dapat mewadahi apa saja. Namun permainan logika manusia kadang-kadang sudah
dibantu denga alat. Teknologi sebagai dasar permainan logika dan ilmu pengetahuan,
maka akan terus berkembang membantu kesejahtraan manusia.
3. Perumusan hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
Ilmu pengetahuan memiliki prosedur dan metode yang ketat dibandingkan jenis pengetahuan
manusia lainnya setelah pengetahuan filsafat. Ada empat jenis pengetahuan
manusia, sebagaimana dikemukakan Anshari (1987) yang dikutip Karomani (2009) sbb:
1. Pengetahuan biasa
2. Pengetahuan ilmiah
3. Pengetahuan filosofis
4. Pengetahuan teologis
Jika menggunakan logika induktif yaitu mendesain rumusan masalah untuk pegangan dan
panduan penelitian, baik khusus maupun umum dengan menganalisis unsur, cirri, sifat, proses,
dan fungsi golongan, kategori dan klasifikasi dan fenomena yang
ada. Jika menggunakan logika deduktif yaitu
membangun teori, konstruk, indicator, kerangka berpikir, dan merumuskan hipotesis.
H. Logika dan Kesesatan Berfikir dalam Ilmu Pengetahuan
Kesesatan berpikir dapat terjadi karena pelanggaran terhadap hukum logika, dia dapat terjadi
karena pelanggaran dalam pelanggaran.
5 kesesatan dalam penalaran ilmu pengetahuan:
1. Kesesatan formal disebabkan kesesatan karena bahasa.
Contohnya: kesesatan yang disebabkan oleh arti kata kiasan yang berbeda
3. Kesesatan relevansi yaitu suatu penalaran/penyimpulan dimana tidak ada hubungan logis antara
premis dan kesimpulannya.
4. Kesesatan paralogis yaitu suatu kesesatan penalaran/penyimpulan yg sesat dimana orang yang
membuatnya tidak mengetahui bahwa apa yang disimpulkan itu sesat.
5. Kesesatan sofisme yaitu kesesatan dalam penalaran/penyimpulan yang sesat dimana orang yang
membuatnya dengan sengaja membuatnya.
KESIMPULAN
Dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan
wahana berfikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi
kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran, penalaran sebagai
salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Kemampuan penalaran yang dimiliki manusia
tentunya akan melahirkan logika yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menemukan
pengetahuan. Pengetahuan inilah yang membuat manusia bisa berfikir.
Dalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum
induksi dan deduksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar
didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Deduksi dihasilkan dari pernyataan-pernyataan yang
umum ke khusus, sementara induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik kesimpulan umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual.