Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

Juli 27, 2017


A. Pendahuluan
Dalam kehidupan seperti sekarang ini, hampir setiap saat orang dihadapkan dengan logika dan
sebaliknya. Sesuatu yang logis biasanya akan mudah dipahami oleh nalar kita, tetapi sesuatu yang
tidak logis kadang bertentangan dengan pikiran dan hati kita.
Tidak sedikit di kehidupan sekitar kita menyaksikan dan merasakan sesuatu yang tidak logis,
baik menyangkut perihal kemasyarakatan, pemerintahan, kebangsaan, maupun persoalan
kelompok dan individu dalam masyarakat, tidak ketinggalan perihal dunia pendidikan, politik,
ekonomi, hingga birokrasi. Contohnya ada yang jelas-jelas melakukan korupsi dengan uang
miliaran bahkan triliunan rupiah, tapi dimata hukum itu sama dengan seorang pencuri seekor ayam.
Ada juga yang sudah jelas terbukti bersalah tetapi tidak bisa disentuh oleh hukum. Ada juga di
dunia pendidikan yang sudah sekolah ke jenjang tertinggi tetapi tidak ada institusi atau dinas
pemerintah dan swasta yang dapat menerima dirinya untuk bekerja sehingga harus puas di terminal
pengangguran.
Namun demikian, atas dasar realitas itulah diperlukan suatu logika dalam kehidupan manusia,
agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya kita berpikir tidak logis, setiap
tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan tempatnya.

B. Hakikat Logika
Menurut Andre Ata, dkk. (2012), konsep “logika” atau “logis” sudah sering kita dengar dan
kita gunakan. Dalam bahsa sehari-hari, perkataan logika atu logis menunjukkan cara berfikir atau
cara hidup atau sikap hidup tertentu, yaitu yang masuk akal, yang reosonable, yang wajar, yang
beralasan atau beragumen, yang ada rasio atau hubungan rasionalnya, yang dapat dimengerti,
walaupun belum tentu disetujui tentang benar atau salah. Dalam arti ilmiah, perkataan logika
menunjukkan pada suatu disiplin ilmu (disiplin ilmiah) yaitu kegiatan intelektual yang dipelajari
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secara sistematik-rasional
argumentatif dan terorganisasi yang terkait atau tunduk pada aturan, prosedur, atau metode
tertentu.
Secara khusus, logika dalam konteks ilmiah memiliki 2 pandangan mengapa logika dipelajari
secara formal. Pertama, Irving Copi seorang filsuf dari USA (2002) mengatakan “Logika adalah
studi tentang metode dan prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang baik dan
benar dari penalaran yang buruk dan salah”. Kedua, Norman Geisler dan Ronald Brooks (1990)
mengatakan “Logika yaitu kajian tentang penalaran yang benar atau menyimpulkan yang valid
(sah) dan dapat mengenali adanya kesalahan berpikir baik secara formal maupun informal.
Dari dua paham yang dikemukakan ini, dapat dikatakan bahwa logika tidak hanya
mengajarkan bagaimana suatu penyimpulan yang tepat, tetapi juga membuat kita waspada
terhadap kemungkinan kesalahan yang kita lakukan dalam pembuatan kesimpulan. Dengan
demikian dapat kita pahami, pengertian logika menurut para pemikir atau filsuf di atas dalam arti
khusus logika sebenarnya merupakan kajian dalam proses penalaran yang bertolak dari penerapan
prinsip berfikir dalam suatu penalaran yang tepat yang digunakan dalam membedakan penalaran
yang baikdan benar dari penalaran buruk dan salah “sesat berfikir”.

C. Logika dan Ilmu Pengetahuan


Scorates (469-399 SM) mengatakan ribuan tahun lalu, bahwa pada dasarnya manusia bersifat
ingin tahu. keingintahuan yaitu bagian dari kealamiahan manusia. Logika dan ilmu pengetahuan
dapat diperkenalkan pada seorang anak dan ilmuwan dapat mengembangkan logika berpikirnya
dalam ilmu pengetahuan.
Juniarso Ridwan (2010) mengatakan, bahwa socrates telah berusaha menemukan dan
mengajarkan prinsip-prinsip universal tentang “keadialan” dan “hukum yang benar”. Keadilan itu
sesunggguhnya telah bermukim didalam diri dan dalam kesadaran manusia itu sendiri “given”.
Untuk mengajarkan hal itu, ia memanfaatkan metode yang terkenal hingga sekarang yakni,
“Socratic method” yaitu dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang akan merangsang serta
memperkuat para muridnya dalam berpikir sedalam-dalamnya untuk menyiapkan makna keadilan
dan hukum yang benar.
Dorongan keingintahuan pada manusia muncul dari akalnya. Manusia yaitu makhluk yang
berakal dan memiliki kesadaran akan realitas di luar dirinya. Semua yang dilakukannya tidak
terlepas dari kesadaran dan akalnya itu. Ilmu pengetahuan lahir sebagai jawaban bagi
keingintahuan manusia yang tidak pernah berhenti. Maka tidaklah mengherankan, jika ilmu
pengetahuan yang dibangun dan diciptakan manusia akan terus berkembang selama ada kehidupan
makhluk berakal budi di mana pun di Bumi .
Ujan Andre Ata, dkk. (2012) mengatakan , akal manusia menuntunnya pada pengetahuan.
Tetapi tidak semua pengetahuan bisa begitu saja menjadi milik manusia semata-mata hanya karena
akalnya semata karena ada jenis pengetahuan yang membutuhakan sistematika, koherensi dan
metode tertentu, jenis pengetahuan ini dikenal sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, yang bisa
didefenisikan sebagai disiplin sistematis, metodis, rasional, dan koheren yang menyelidiki aspek
tertentu dari realitas .
Dalam kaitan dengan syarat-syarat ilmu pengetahuan, logika memegang peranan sangat
penting. Logika menjadi semacam alat ukur yang harus digunakan untuk menentukan bukan saja
sekedar keilmiahan dalam suatuteori ilmu pengetahuan yang dirumuskan, melainkan juga validitas
teori pengetahuan dengan latar belakang logika yanag telah dikemukakan, dapat dipahami
keterkaitan dan pentingnya keberadaan logika yang telah dikemukakan, dapat dipahami
keterkaitan dan pentingnya keberadaan logika dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan .

D. Bentuk Berfikir dan Bangunan Logika


Menurut Darsono Prawironegoro (2011), logika adalah suatu metode yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan penalaran. Bentuk-bentuk pemikiran yaitu pengertian atau konsep (coceptus,
concept), proposisi atau pertanyaan ( proposition, statement ), dan penalaran (ratiocinium,
reasoning). Tidak ada propposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi.
Pengertian atau lazim disebut konsep yaitu hasil observasi indra terhadap objek yang telah
diolah otak, maka pengertian disebut data psikologis. Pengertian merupakan bahan baku untuk
berpikir lebih lanjut. Pengertian tentang objek merupakan abstraksi atas objek itu yang dituangkan
kedalam bahas. Bahasa yaitu lambang atas symbol atas objek yang menjelaskan cirri-ciri objek.
Objek diabstraksi oleh otak dan dilambangkan dalam bahasa itu berbentuk kata. Misalanya
manusia, binatang, gunung dan laut. Bangunan logika digambarkan dalam gambaran di bawah ini.
Otak mernagkai kata dalam satu pertanyaan atau proposisi. Misalkan gunung itu tinggi,
binatang itu buas dan sebagainya. Pengertian tinggi untuk gunung dan buas untuk binatang itu
disebut predikat, sedangkan pengertian gunung dan binatang itu disebut subjek. Dalam suatu
proposisi terjadi dua kemungkinan, yaitu pengakuan dan pengingkaran.
Menurut Ujan, penalaran adalah suatu proses berpikir yang menggunakan argument,
pertanyaan, premise atau aksioma untuk menetukan benar salahnya suatu kesimpulan. Penalaran
bersifat logis, jika kesimpulan yang dihasilkan oleh argumen, pertanyaan atau premis yang benar.
Sebaliknya, kesimpulan yang dihasiilkan dari argument atau premis yang salah akan
menghasiilkan penalaran yang tidak logis.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berpikir dlam menarik suatu
kesimpualan berdasarkansejumlah informasi yang tersedia. Penalaran berhubungan langsung
dengan penyimpulan dan argumen yang merupakan aktivitas pikiran yang abstark simbolis. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa penalaran itu simbolnya bahasa,peryataan itu simbolnya kiamat,
dan pengertian itu simbolnya kata. Berdasarkan penjelasan itu, yang dimaksud logika ada dua
jenis, yaitu ; pertama, logika formal, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan pada bentuk
pertanyaaan. Kedua, logika material, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan pada isi ( objek).
Karenanya dalam mempelajari logika harus terlebih dahulu mempelajari hubungan bentuk dan isi.
Isi yaitu pengertian akan objek dan bentuk yaitu tempat untuk menampung dan mengemas isi agar
isi itu mempunyai makna dan bermanfaat.

E. Peran Logika dalam Filsafat Ilmu


Menurut Suwardi Endraswara (2012), logika sebagai esensi dari filsafat ilmu. Logika
berasal dari kata yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan
ilmu. Logos dalam penegertian ilmu atau kajian memiliki hubungan yang erat dengan
salah satu aspek kajian yang menjadi objek formal dari ilmu pengetahuan sekaligus
membedakan ilmu itu dari ilmu-ilmu lainnya.
Untuk menjelaskan dan memahami suatu gejala keilmuan, lagika selau hadir. Logika
menjadi wahana pokok keilmuan secara leksikal, Oxford Dictionary mendefenisikan
logika sebagai “ science of reasoning, proof thinking,or inference ; particular scheme of
or treatise on this chain of reasoning, correct in correct use of argument, ability in
argument,arguments”. Hal ini senada dengan pernyataan dalam Merian Webster’s Desk
Dictionary, menjelaskan bahwa logika adalah “ a sciece that deals sith rules and test of
sound thinking and proof by reasoning”. Dalam kamus Oxford juga disebutkan bahwa
aslinya istilah lengkap untuk logika yaitu logike tekhne. Yang artina seni atau
keterampilan berpikir.
Inti pengertian logika, antara lain :
1. Logika sebagai ilmu ,logika yaitu elemen dasar setiap ilmu pengetahuan
2. Logika sebagai seni atau keterampilan, yaitu seni atau asas-asas pemikiran yang tetap,
lurus dan semestinya. Sebagai keterampilan, logika yaitu seni dan kecakapan
menerapkan hukum atau asas-asas pemikiran itu agar bernalar dengan tepat,teliti, dan
teratur.

Penjelasan yang dikemukakan Suwardi ini sekaligus menggarisbawahi bahwa logika


menepatkan penalaran sebagai pokok pembicaraan. Logika tidak mempermasalhkan
siapa atau dalam keaadaan apa pembuat penalaran itu waras atau tidak, bukan perhatian
logika. Logika juga tidak bermaksud mempelajari system interaksi social dimana si
pembuat penalar itu berada. Bidang perhatia dan tugas logika yaitu “menyelidiki penalran
yang tepat, lurus, dan semestinya, sehingga dibedakan dari penalaran yang tidak tepat.
Hadiatmaja dan Kuswa Endah (2011) menyatakan, bahwa logika yaitu cabang ilmu
filsafat umum yang membicarakan masalah berfikir tepat, yaitu ukuran dan
norma berpikir, yaitu kemampuan akal budi manusia unuk mencapai kebenaran.
Maksudnya cabang filsafat yang membicarakan aturan berpikir agar dapat mengambil
kesimpulan secara benar dan tepat.
Logika dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: pertama,logika traditional atau
logika naturalis, yaitu cara berfikir yang sederhana yang berdasarkan kodrat atu naluri
fitrah manusia sejak lahir sudah dilengkapi dangan alat berfikir. Kedua, logika modern
atau logika artifisasi yang diprelapori Aristoteles dalam bukunya Organeri, yang berarti
instrument ataualat ukur berpikir. Logika artifisialis dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Logika formal, ilmu logika yang mempelajari cara-cara atau pekerjaan akal serta menilai
dari hasil logika formal yang teruji dengan kenyataan dalam praktik dilapangan.
2) Logika material, yaitu mempelajari sumber pengetahuan, alat pengetahuan, proses
terjadinya ilmu pengetahuan yang kemudia merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Logika material juga disebut logika mayor. Logika mayor inilah kemudian menjadi sumber
filsafat ilmu pengetahuan epistemology.
Penalaran ( bentuk pemikiran) berkaitan sangat erat dengan aktivitas akal budi
manusia “berpikir”. Dengan berpikir kita mampu berdialog, menulis, mengkaji,satu uraian,
mendengarkan penjelasan, dan mencoba menarik kesimpulan dari apa yang kita lihat
sungguh-sungguh melakukan pengamatan yang kuat dan cermat, supaya sanggup
melihat hubungan,kejanggalan dan kesalahan yang terselubung.
Filsafat tanpa logika akan gagal menelan fenomena. Logika akan membangun
kepercayaan salahnya, ketika logika itu diterapkan pada keputusan Tuhan,orang sering
harus beragumunentasi. Belajar logika yaitu belajar metode dan prinsip menilai
penalaran/argument, baik penalaran dalam diri sendiri maupun orang lain. Secara
spesifik Karomani (2009) memberikan penjelasan manaat belajar logika secara singkat,
yaitu: pertama,melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jalan
pikirannya. Kedua, mendidik kekuatan akan pikiran dan mengembangkannya dengan
sebaik-baiknya, dengan melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan tentang
cara berfilkir itu sendiri.
F. Manfaat Logika dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Logika sudah sangat jelas memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Aristoteles dan
para pengikutnya memandang logika tidak dikategorikan sebagai ilmu diantara ilmu-ilmu
lain. Menurut Aristoteles, “Logika” yaitu alat (argano) untuk mempraktikkan ilmu
pengetahuan. Orang yang pertama yang menggunakan istilah logika ialah Cicero (abad
pertama SM), tetapi masih pengertian “ sebi berdebat”. Dikemudian hari, yaitu pada
permulaan abad ke-3 Masehi, Alexander Aphrodisiasi menggunakan istilah “logika”
dengan arti yang dikenal sekarang. Immanuel Kant (Abad XVIII) mengatakan logika tidak
mengalami perkembangan. Akan tetapi pada pertengahan abad XIX logika mengalami
perkembangan karena ada dari bebeapa tokoh mencoba menerapkan matematika ke
dalam logika. Sejak saat itu logika dibedakan menjadi logika tradisional/klasik dan logika
modern yang lazim dikenal sebagai logika matematika/simbolis.
Logika tradisional/klasik yaitu system ciptaan Aristoteles yang berfungsi untuk
menganalisis bahasa. Adapun logika modern berusaha menerapkan prinsip matematika
terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambing nonbahasa. Dengan demikian,
kebudayaan berkaitan erat satu sama lain. Logika modern dirintis oleh orang inggris,
antara lain: A De Morgan (1806-1871),George Boole (1815-1864), dan mencapai
puncaknya dengan karya besar A.N. Whitehead dan Bertrand Rusel Principle
Mathematic.
Suwardi Endraswara (2012) mengatakan logika apa pun, secara historis tentu ada
makna dan manfaat bagi manusia. Secara singkat manfaat logika dalam ilmu
pengetahuan dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1. Logika menyatakan, menjelaskan, dan menggunakan prinsip abstrak yang dapat
dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapanagan
kehidupan)
2. Logika mendambah daya berfikir , abstrak dan demikian melatih dan mnegembangkan
daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektuan
3. Logika mencegah kita tersendat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan otoritas,
emosi, dan prasangka.
4. Logika di masa sekarang dikenal “era of reason” membantu kita untuk mampu berfikir
sendiri dan tahu membedakan yang benar dari yang palsu
5. Logika membantu orang untuk dapat berfikir lurus, tepat, dan teratur, karena dengan
berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaraan dan menghidari kesehatan

Dari manfaat logika yang bermancam-macam itu, menandai bahwa proses berpikir
itu penting. Berpikir yang logis juga menandai tingkat berpikir seseorang. Dengan bakal
logika ilmu pengetahuan dapat berkembang sampai bercabang-cabang. Ota manuisia
dapat mewadahi apa saja. Namun permainan logika manusia kadang-kadang sudah
dibantu denga alat. Teknologi sebagai dasar permainan logika dan ilmu pengetahuan,
maka akan terus berkembang membantu kesejahtraan manusia.

G. Logika Deduktif dan Induktif dalam Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang dihasilkan melalui prosedur yang sistematis yang
disebut dengan metode ilmiah. Langkah-langkah menuju ilmu pengetahuan menurut metode
ilmiah berbasis penelitian kuantitatif sbb:
1. Perumusan masalah

2. Penyusunan teori dan kerangka berpikir (logico)

3. Perumusan hipotesis

4. Pengujian hipotesis dan verifikasi (hipotetico danverifikasi)

5. Penarikan kesimpulan

Ilmu pengetahuan memiliki prosedur dan metode yang ketat dibandingkan jenis pengetahuan
manusia lainnya setelah pengetahuan filsafat. Ada empat jenis pengetahuan
manusia, sebagaimana dikemukakan Anshari (1987) yang dikutip Karomani (2009) sbb:
1. Pengetahuan biasa

2. Pengetahuan ilmiah

3. Pengetahuan filosofis

4. Pengetahuan teologis
Jika menggunakan logika induktif yaitu mendesain rumusan masalah untuk pegangan dan
panduan penelitian, baik khusus maupun umum dengan menganalisis unsur, cirri, sifat, proses,
dan fungsi golongan, kategori dan klasifikasi dan fenomena yang
ada. Jika menggunakan logika deduktif yaitu
membangun teori, konstruk, indicator, kerangka berpikir, dan merumuskan hipotesis.
H. Logika dan Kesesatan Berfikir dalam Ilmu Pengetahuan
Kesesatan berpikir dapat terjadi karena pelanggaran terhadap hukum logika, dia dapat terjadi
karena pelanggaran dalam pelanggaran.
5 kesesatan dalam penalaran ilmu pengetahuan:
1. Kesesatan formal disebabkan kesesatan karena bahasa.

Contohnya: kesesatan karena dua premis yang mengingkari.

2. Kesesatan informal yaitu kesesatan yang diluar kesesatan formal.

Contohnya: kesesatan yang disebabkan oleh arti kata kiasan yang berbeda

3. Kesesatan relevansi yaitu suatu penalaran/penyimpulan dimana tidak ada hubungan logis antara
premis dan kesimpulannya.

Contohnya: kesesatan argumentum ad hominem

4. Kesesatan paralogis yaitu suatu kesesatan penalaran/penyimpulan yg sesat dimana orang yang
membuatnya tidak mengetahui bahwa apa yang disimpulkan itu sesat.

5. Kesesatan sofisme yaitu kesesatan dalam penalaran/penyimpulan yang sesat dimana orang yang
membuatnya dengan sengaja membuatnya.

I. Logika Berfikir Barat dan Timur


Filsafat timur selalu dipandangkan dengan filsafat barat. Secara geografis atau tipologi,
filsafat timur yaitu filsafat berpikir yang pada umumnya berlaku atau dihidupi oleh orang-orang
dari belahan timur dunia ini, bagaiman meraka melihat dan memahami realitas di sekitarnya.
Adapun filsafat barat umumnya berlaku dan dihidupi oleh orang-orang yang hidup di belahan
dunia barat, termasuk eropa daratan, asia barat, dunia anglo-saxon
(inggris,irlanddia,skotlandia,usa,dan kanada) ,dan amerika
Kalau kita meneropong atau pola pikir dan pola tingkah laku orang-orang di belahan dunia
timur , maka kita juga akan menemukan pembagian macam filsafat karena dunia timur sendiri
terdiri dari sekian banyak bangsa, negara,kelompok etnis, agama,kebudayaan, dan peradaban yang
berbeda. Karena perbedaan dalam budaya dan peradaban ini, kita juga akan menemukan perbedaan
dalam pembagian sistem,nilai , ciri, dan karakter, bahsa , kebiasaan dan tingkah laku.
Perbedaan paradigma logika barat dan timur dapat dilihat dari empat karakter utama, yaitu:
Pertama , negara belahan dunia timur terdiri dari banyaknya negara yang memiliki jumlah
pendudu yang sangat besar sejalan dengan angka kelahiran yang masih tinggi di banyak negara,
banyak penduduk masih diklasifikasikan sebagai kaum miskin dan masih hidup di bawah standar
manusiawi.sejalan dengan kepadatan penduduk dan kemiskinan, kita masih dapat menemukan
pembagian gejala lemah lainnya sebagai turunan dari ciri pokok di atas. Belahan dunia barat
sebaliknya ditandai dengan kemajuan dan teknologi, rekayasa dan kuasa.
Kedua, berbeda dangan manusia barat yang lebih aktif, manusia timur lebih bersifat pasif. Ini
dapat dicerca dalam ajaran pokok, misalkan penghormatan terhadat kosmos, alam semesta,
konfusianisme, taoisme, budhisme, dan lain-lain.
Ketiga, di dunia timur penekanan utama lebih diberikan kepada ituisi dan perasaan
(mempertemukan akal budi dengan intuisi,inteligensia, dan perasaan), juga penekanan pada hidup
batiniah , spritulal, dan mistis. Atas dasar ini tujuan belajar bagi orng timur yaitu lebih untuk
mencapai kebijaksanaan dan kebijakan hidup (harmoni dengan kosmos) dari pada penyebaran
pengetahuan dan informasi sebagaimana di dunia barat.
Keempat, dunia barat , alam dunia dilihat sebagai objek dan lapangan kerja. Di dunia timur ,
manusia dilihat sebagai bagian utuh dari alam. Oleh karen itu penekanan lebih diberikan kepada
etika harmoni dalam hidup setiap orang. Dengan kata lain, kalau dunia barat orang lebih berpegang
pada prinsip “berbuat lebih penting dari pada sekedar hadir dan ada” ( to do is more important that
to be), di dunia timur orang lebih mengutamakn “ada dan kehadiran dari pada apa yang orang
perbuat ( to be is more important that to do). Karena itu orang timur lebih suka adanya
pertentangan, konflik dan kompetisi,tidak bisa dalam konflik frontal dengan orang lain dan
pembagian sikap dan kesulitan atau keberuntungan psikologis lain yang berakar dari sini.

J. Logika Berfikir antara Keraguan dan Kepastian


Menerut joseph morgalis (2012), keraguan dan kepastian bukan merupakan hal-hal yang
hanya dalam psikologi melainkan hal-hal yang logis dan konseptual. Kita bertanya-tanya bukan
hanya apakah keadaan mental tertentu dapat dihindari atau diteruskan, melainkan juga apakah
kepercayaan kognitif kita dapat dibenarkan dan secara relevan dibebaskan dari tantangan.
Permasalahannya, memengaruhi secara mendalam semua usaha manusia untuk pengetahuan; dan
oleh karenya menarik kita pada kompleksitas yang luar biasa dari hubungan antara keraguan dan
kepastian disuatu sisi, di sisi lain pengetahuan dengan kepercayaan.
Ada tiga keraguan dalam filsafat yang pada akhirnya dapat memberikan kepastian, yakni
: pertama, keraguan psikologis dengan kepastian psikologi. Keraguan ini merupakan keadaan
mental yang berbeda ,paling tidak yang secara nominal relevan terhadap suatu proposisi yang
berlaku dalam pengertian bahwa jika p merupakan suatu proposisi yang berlaku, maka seseorang
jelas ada dalam keadan ketidak pastian bahwa p yaitu benar, atau dalam suatu keadaan
kepercayaan yang berbeda di antar kedua ekstrem tersebut.
Kedua,keraguan logis dengan kepastian logis. Secara kontras merupakan apa yang disebut
dengan keadaan logis atau fungsional, dalam pengertian dimana keadaan itu tidak perlu secara
psikologis diwujudkan menjadi yang relevan secara kognitif terhadap kepercayaan
bahwa p benar.mengangsumsikan bahwa kita mempunyai teori komprehensif dari peristiwa dan
dasar-dasar yang memberikan untuk mempercayai suatu proposisi, kita seharusnya menemukan
provisi dalam teori itu untuk membenarkan keraguan dan kepastian yang berhubungan dengan
kepercayaan.jika p benar dan diketahui benar, maka secara umum, keraguan yang tergantung pada
kebenaran dan pengetahuan akan p harus segera relevan maupun, akan diangkat dan dihentikan.
Ketiga, keraguan empiris dengan kepastiaan empiris. Paham ini memaknakan bahwa
kebenaran dari suatu proposisi aritmatika,misalnya 8+7=15 yang kita pasti benar. Juga tidak untuk
mengatakan bahwa teori kognitif hanya berhubungan dengan menghilangkan keraguan empiris
atau mencapai kepastian empiris. Karena sepenuhnya mungkin bahwa keraguan logis bisa
diformulasikan bahwa tidak ada manusia perantara yang sesungguhnya merupakan ungkapan
darinya seperti keraguan empiris, atau sesungguhnnya merupakan ungkapan darinya dalam suatu
interval watu yang ada.

KESIMPULAN

Dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan
wahana berfikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi
kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran, penalaran sebagai
salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Kemampuan penalaran yang dimiliki manusia
tentunya akan melahirkan logika yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menemukan
pengetahuan. Pengetahuan inilah yang membuat manusia bisa berfikir.

Dalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum
induksi dan deduksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar
didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Deduksi dihasilkan dari pernyataan-pernyataan yang
umum ke khusus, sementara induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik kesimpulan umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual.

Anda mungkin juga menyukai