Anda di halaman 1dari 5

Nama : Citra Rafika Utari

NPM : 1613033043 (A)

MK : Sejarah Politik Indonesia

Tugas I

Saleh achmad dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada 12 Februari 1927. Pria yang berasal dari suku
Lampung Abung ini hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 5 SR (Sekolah Rakyat) atau
setingkat SD (sekolah Dasar). Saat itu dirinya putus sekolah karena adanya Perang Asia Timur pada 1941
yang juga melanda Indonesia.

Ketika Jepang masuk Lampung pada 1942, Saleh Achmad adalah seorang remaja yang baru berusia 15
tahun. Kemauan belajarnya sangat tinggi, sehingga dia berniat untuk mempelajari Bahasa Jepang. Hanya
dalam tempo sekitar 2 bulan, dirinya sudah mampu berkomunikasi dengan Bahasa Jepang. Hal ini bisa
terjadi karena Saleh rajin mempelajarinya dengan membaca buku dan sering mempraktekkannya.

Kemampuan Saleh berbahasa Jepang berdampak positif terhadap dirinya. Dia dipanggil oleh seorang
Kapten Jepang (Taicho) bernama Ohara yang kebetulan mengetahui kemampuannya untuk datang ke
kantor perwira tersebut. Ternyata Saleh ditawari bekerja disana dengan gaji sebesar Rp.6 (sebagai
perbandingan, harga sepeda saat itu cuma seharga Rp.1). tentu saja tawaran itu tidak disia-siakannya.
Sejak saat itu Saleh bekerja di sana.

Pada 1943 Saleh Achmad pindah ke Palembang. Ketika Indonesia merdeka pada 1945, dia dan rekannya
membentuk pasukan yang disebut Laskar Rakyat. Pada saat itu dirinya dipercaya menjabat sebagai Wakil
Komandan. Salah satu cara agar pasukannya tetap semangat dalam berjuang, mereka sering
menyanyikan lagu “Padamu negeri” ciptaan Kusbini.

Aksi heroik yang tidak pernah dilupakannya adalah ketika Saleh dan pasukan lainnya yang berjumlah
sekitar 300 orang menyerbu markas tentara Jepang. Tujuannya adalah untuk meminta senjata Jepang
yang saat itu sudah menyerah kepada tentara sekutu. Berkat usaha mereka, akhirnya tentara Jepang bisa
dilucuti dan mereka berhasil membawa sejumlah senjata.

Saleh Achmad kemudian berminat menjadi tentara. Pada 1947 sudah terbentuk TRI(Tentara Rakyat
Indonesia), tetapi saat itu Saleh belum bergabung. Kemudian pada 1948, TRI berubah nama
menjadi TNI(Tentara Nasional Indonesia). Pemuda Saleh Achmad yang saat itu sudah berusia 21 tahun
mendaftar untuk menjadi anggota TNI. Dia lantas diterima menjadi Anggota TNI dengan pangkat Sersan
karena saat itu dirinya sudah mempunyai pasukan sendiri dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang.
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Lampung Utara selama 20 ahun ini,
saat menjadi anggota TNI kondisinya sangat prihatin. Seragam TNI saat itu bukan berwarna hijau,
melainkan berwarna hitam. Tentara saat itu tidak memakai sepatu, karena kondisinya memang dalam
masa perjuangan.

Pada 1 Januari 1949, Belanda melakukan agresi militernya dan mereka juga masuk ke Lampung. Saat itu
kondisi masih serba sulit dan pasukan pimpinan Saleh belum memiliki radio. Pasukan mereka mundur ke
Metro, Lampung tengah. Tiba-tiba pasukannya diserang oleh Macan Loreng (sebutan untuk pasukan
tentara Belanda yang berpakaian loreng seperti macan). Terjadilah pertempuran sengit yang tidak
seimbang antara tentara Belanda yang bersenjata lengkap dengan tentara Indonesia yang
persenjataannya seadanya. Dalam serangan tersebut 11 orang anggota pasukannya tertangkap.

Kini Saleh Achmad masih menjabat sebagai Ketua DHC’45 dan memiliki 10 orang anak, yaitu:

Anak ke-1: Almarhum Zulhana, lahir 1957 dan meninggal masih bayi.

Anak ke-2: Zubaidah (1949-2009), mantan Ketua DPRD Lampung Utara.

Anak ke-3: Yusar Iskandar, lahir 1951 (Mantan Kepala Dinas LLAJR – Jakarta)

Anak ke-4: Zaubaiti, lahir 1953 (Pensiunan Pegawai R.S. Ryacudu Lampung Utara)

Anak ke-5: Agustina, lahir 1955 (Pensiunan, mantan Asisten III Pemda Lampung utara).

Anak ke-6: Safran, lahir 1957 (Kepala Suku Dinas Perumahan Pemda DKI Jakarta)

Anak ke-7: Akhmad Yani, lahir 1959 (Pegawai Kesbangpol Lampung Utara)

Anak ke-8: Hajairin, S.H., lahir 1961 (mantan anggota DPRD Lampung Utara 3 periode)

Anak ke-9: Nova, lahir 1966 (ikut suami, tinggal di Bandar Lampung) Anak ke-10: Elly Meriana, (bekerja di
PMDN Kantor Gubernur Lampung) Kepada generasi muda bangsa, mantan pejuang kemerdekaan ini
berpesan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, tetapi jangan memaksakan diri jika tidak mampu
mencapainya. Bersikap jujur, apa adanya dan berbuat baik untuk orang lain.

Tugas II

Gelar merupakan label yang memberikan identitas status sosial kepada seseorang. Di Keraton
Yogyakarta, variasi gelar yang ada menunjukkan status seseorang yang menyandangnya. Gelar dapat
berubah sesuai dengan faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti usia, kedudukan dan status
perkawinan. Gelar berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelar
keturunan dan gelar anugrah.
Gelar keturunan adalah gelar yang diberikan berdasarkan hubungan pertalian darah, yaitu orang tua
kepada anak, cucu kemudian cicit hingga generasi di bawahnya. Gelar kebangsawanan yang termasuk
gelar keturunan adalah gelar yang diberikan sultan kepada putra putri sultan, cucu, cicit dan seterusnya
sampai generasi di bawahnya.

Berikut ini merupakan arti dari gelar kebangsawanan keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang
belum banyak orang tahu.

1. Sri Sultan

Sri Sultan, Ngarso Dalem atau Sinuwun merupakan gelar anugerah tertinggi yang diberikan kerajaan
kepada seseorang yang menduduki tahta sebagai raja (sultan) di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Gelar umum untuk sultan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat secara lengkap yaitu Ngarsa Dalem
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati ing Ngalaga Sayidin
Panatagama Kalifatullah.

2. G.K.R.

G.K.R. merupakan singkatan dari Gusti Kangjeng Ratu. Gelar G.K.R. diberikan kerajaan kepada istri sultan
yang diangkat menjadi permaisuri (garwa padmi).

3. B.R.Ay.

B.R.Ay. merupakan singkatan dari Bendara Raden Ayu. Gelar B.R.Ay. diberikan kerajaan kepada selir
(garwa ampeyan). Gelar untuk selir ini dibedakan menjadi dua, yaitu selir yang berasal dari golongan
bangsawan (ningrat) dan selir yang berasal dari golongan rakyat biasa.

Selir yang berasal dari golongan ningrat bergelar B.R.Ay. (Bendara Raden Ayu), B.R. (Bendara Raden),
K.R.Ay. (Kangjeng Raden Ayu) dan K.B.R.Ay. (Kangjeng Bendara Raden Ayu). Selir yang berasal dari
golongan rakyat biasa mendapat gelar B.M.Aj. (Bendara Mas Ajeng) atau B.M.Ay. (Bendara Mas Ayu).

4. G.R.M.

G.R.M. merupakan singkatan dari Gusti Raden Mas. Gelar G.R.M. diberikan kerajaan untuk putra sultan
yang lahir dari permaisuri (garwa padmi) pada usia anak-anak. Setelah memasuki usia dewasa dan
diangkat menjadi pangeran, gelar G.R.M. berubah menjadi G.P.H. (Gusti Pangeran Harya).

5. B.R.M
B.R.M. merupakan singkatan dari Bendara Raden Mas. Gelar G.R.M. diberikan kerajaan untuk putra
sultan yang lahir dari selir (garwa ampeyan) pada usia anak-anak. Setelah memasuki usia dewasa dan
diangkat menjadi pangeran, gelar B.R.M. berubah menjadi B.P.H. (Bendara Pangeran Harya) atau G.B.P.H.
(Gusti Bendara Pangeran Harya).

6. G.R.A.

G.R.A. merupakan singkatan dari Gusti Raden Ajeng. Gelar G.R.A. diberikan kerajaan untuk putri sultan
yang lahir dari permaisuri (garwa padmi) pada usia anak-anak. Saat memasuki usia dewasa (belum
menikah) gelar G.R.A. berubah menjadi G.R.Ay. (Gusti Raden Ayu). Setelah menikah, gelar G.R.Ay.
berubah menjadi G.K.R. (Gusti Kangjeng Ratu).

7. B.R.A

B.R.A. merupakan singkatan dari Bendara Raden Ajeng. Gelar B.R.A. diberikan kerajaan untuk putri
sultan yang lahir dari selir (garwa ampeyan) pada usia anak-anak. Untuk putri sulung sultan dari selir
(garwa ampeyan) pada usia anak-anak mendapatkan gelar B.R.A.G. (Bendara Raden Ajeng Gusti). Saat
memasuki usia dewasa (belum menikah) gelar B.R.A. dan B.R.A.G. berubah menjadi B.R.A. (Bendara
Raden Ajeng).

setelah menikah, gelar B.R.A. berubah menjadi B.R.Ay. (Bendara Raden Ayu). Sedangkan untuk putri
sulung, gelar B.R.A. berubah menjadi B.R.Ay.G. (Bendara Raden Ayu Gusti). Apabila putri sulung menikah
dengan orang yang bergelar K.P.H. (Kangjeng Pangeran Harya) atau B.P.H (Bendara Pangeran Harya),
maka gelarnya akan berubah menjadi G.K.R. (Gusti Kangjeng Ratu).

8. R.M.

R.M. merupakan singkatan dari Raden Mas. Gelar R.M. diberikan kerajaan untuk generasi laki-laki kedua
ke bawah sampai generasi keempat (cucu, cicit dan canggah sultan). Gelar ini diberikan sejak usia anak-
anak (sebelum menikah) hingga setelah menikah.

9. R.A

R.A. merupakan singkatan dari Raden Ajeng. Gelar R.A. diberikan kerajaan untuk generasi perempuan
kedua kebawah sampai generasi keempat (cucu, cicit dan canggah sultan). Setelah menikah, gelar R.A.
berubah menjadi R.Ay. (Raden Ayu).
10. R.B.

R.B. merupakan singkatan dari Raden Bagus. Gelar R.B. diberikan kerajaan untuk generasi laki-laki kelima
ke bawah (wareng). Setelah menikah, gelar R.B. berubah menjadi R. (Raden).

11. R.R.

R.R. merupakan singkatan dari Raden Rara. Gelar R.R. diberikan kerajaan untuk generasi perempuan
kelima ke bawah (wareng). Setelah menikah, gelar R.R. berubah menjadi R.N. (Raden Nganten).

Anda mungkin juga menyukai