PELATIHAN HACCP
Topik :
KONTROL MUTU DAN SUHU SETIAP
TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN
Disusun Oleh :
1
PENDAHULUAN
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO (2007), yang dimaksud makanan adalah “Food include all substances, whether in
a natural state or in a manufactured or prepared form, which are part of human diet.”
Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Makanan yang dikonsumsi
hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak
menimbulkan penyakit, diantaranya :
a. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
b. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
c. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
d. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness )(Depkes, 2005).
Kegiatan produksi makanan yang berkualitas dan aman memerlukan pengawasan
/kontrol pada setiap tahap kegiatan mulai dari proses penerimaan sampai penyajian.
2
3. Memeriksa dan merekam suhu pendinginan dan pembekuan.
4. Memeriksa seluruh item pada faktur.
5. Memeriksa setiap penggantian produk.
6. Menuliskan pada faktur setiap ada penolakan pada proses penerimaan.
7. Menuliskan persetujuan dan kesanggupan penagihan pada faktur pada proses
penerimaan untuk produk yang disetujui.
8. Menuliskan pada faktur dan bahan yang diterima tanggal/waktu produk diterima.
Sarana yang umum dipakai untuk penerimaan : termometer dan alat lain yang
disyaratkan sesuai parameter dalam spesifikasi. Cara penggunaan termometer yang
tepat adalah :
1. Menempatkan termometer di bawah lapisan teratas barang
2. Menempatkan termometer melalui lubang sebelum produk dibuka
3. Menempatkan termometer di dalam paket
4. Menempatkan termometer antara lipatan dilipat paket
3
2. Mencantumkan tempat dan tanggal produksi makanan pada kartu stok penyimpanan.
3. Pelihara makanan tetap bersih selama penyimpanan, gunakan wadah yang kuat
untuk mencegah hama, tikus serta kutu.
4. Jauhkan makanan dari lantai dan dinding untuk menghindari kelembaban.
5. Jaga rak dan lantai tetap bersih.
4
5. Tempat penyimpanan dingin memungkinkan terjadi sirkulasi udara dingin pada
semua permukaan.
6. Mencegah menetesnya air makanan yang satu pada makanan yang lain.
7. Lakukan kontrol suhu sesering mungkin.
8. Jaga pintu almari pendingin/pembekuan selalu tertutup.
9. Jaga rak dan lantai selalu bersih.
Eggs
Mayonnaise, Commercial
Hot dogs
Luncheon meat
5
Smoked breakfast links, patties 7 days 1 to 2 months
Summer sausage
labeled "Keep Refrigerated"
Corned Beef
Ham, canned
labeled "Keep Refrigerated"
"Use-By" date on
Vacuum sealed at plant, dated, unopened 1 to 2 months
package
Ground turkey, veal, pork, lamb, & mixtures of them 1 to 2 days 3 to 4 months
Pre-stuffed, uncooked pork chops, lamb chops, or chicken breasts stuffed Does not freeze
1 day
with dressing well
Fresh Poultry
6
Fried chicken 3 to 4 days 4 months
7
c. Dengan microwave : masak daging dan unggas segera setelah thawing dengan
microwave.
Penyakit yang disebabkan bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dalam
makanan, berpotensi bahaya jika kontrol suhu tidak digunakan atau tidak memadai.
Waktu dan suhu harus dipenuhi untuk menjamin produk pangan yang aman. Masak
Makanan pada suhu internal (cold point) secara maksimal dengan menggunakan
termometer makanan untuk memeriksa suhu internal daging, unggas casserole dan
makananan lainnya untuk memastikan bakteri mati. Periksa juga suhu di beberapa
tempat untuk memastikan makanan dimasak dengan suhu internal yang aman.
1. Masak daging sapi mentah, daging babi, domba, steak, daging panggang dan telur
dengan suhu internal minimum 62,8ºC, unggas 73,9ºC, babi 62,7ºC, telur dan ikan
62,7ºC, serta daging panggang 54,4ºC selama minimal 15 detik. Untuk alasan
kesukaan, konsumen memilih untuk memasak pada suhu yang lebih tinggi.
2. Makanan yang dimasak dalam microwave harus dimasak untuk 73,9ºC. Produk
harus ditutupi, dan diputar atau diaduk selama proses memasak. Setelah matang,
biarkan produk tertutup selama dua menit sebelum dikonsumsi.
3. Jangan mendekatkan masakan matang dengan bahan mentah akan meningkatkan
risiko kontaminasi.
4. Jauhkan makanan panas dengan makanan dingin. Masakan panas di atas 60°C
bungkus dengan baik dan tempatkan dalam kontainer khusus. Masakan dingin
dibawah 4,4°C tempatkan dalam pendingin dengan sumber dingin seperti seperti es
atau kemasan gel beku.
5. Masakan yang perlu dipanaskan kembali harus dilakukan pemanasan dengan
cukup baik, gunakan kompor, oven, atau microwave untuk memanaskan makanan
sampai 73,9°C, terutama makanan bersaus dan sup. Gunakan sisa makanan dalam
waktu maksimal 4 hari setelah dibekukan.
6. Jauhkan Makanan dari "Danger Zone" (4,4-60°C).
7. Sajikan makanan panas dengan alat pemanas dan makanan dingin dalam wadah
pendingin atau diatas es.
8
8. Buang makanan yang tersisa pada suhu kamar selama lebih dari 2 jam atau 1 jam
ketika suhu di atas 26,7°C.
9. Tempatkan makanan pada wadah dangkal, dinginkan atau bekukan segera.
10. Menjaga suhu tetap panas dan dingin pada makanan yang disajikan secara
prasmanan,
9
pangan. Berbagai negara telah mengeluarkan peraturan terkait keamanan kemasan
pangan, misalnya Indonesia mengatur dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan
POM tentang Bahan Kemasan Pangan nomor: HK 00.05.55.6497 tahun 2007,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan POM Nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 Tentang Pengawasan Kemasan Pangan; Amerika
Serikat mengatur kemasan pangan melalui FDA (Food Drug Administration), dengan
mengeluarkan 21 CFR (Code of Federal Regulations) section 175-178 tahun 1995,
yang diperbaharui tahun 2008, CFR ini memuat antara lain jenis plastik beserta batasan
migrasinya, spesifikasi dan batas migrasi bahan tambahan, tipe pangan dan kondisi
penggunaan, jenis stimulan, waktu dan suhu pengujian; Uni Eropa mengatur kemasan
pangan antara lain melalui: European regulation/EC No. 1935/2004 on materials and
articles intended to come into contact with food dan Commission Directive 2002/72/EC
on relating to plastic materials and articles intended to come into contact with foodstuff,
sedangkan di Jepang melalui: Japanesse food sanitation law tahun 1989, diatur batas
migrasi logam berat, jenis dan batas migrasi kemasan pangan, dan di Malaysia melalui
food regulation tahun 1985 diatur batas migrasi monomer vinil klorida (VCM) dari
kemasan PVC dan logam berat seperti timbal (Pb) dan kadmium (Cd).
Kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan bahan
tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik, logam/paduan logam,
kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. Khusus plastik, dalam
pembuatannya menggunakan monomer (unit kecil molekul penyusun) yang direaksikan
menggunakan katalis, disamping berbagai bahan tambahan misalnya penstabil,
pemlastis, pewarna, pelincir, pemutih, perekat, antikorosi, antistatik, antiblok, dan lain-
lain. Bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik yang
diinginkan, antara lain memperpanjang daya tahan, merubah bentuk, memperbaiki
tampilan kemasan, dan lain sebagainya. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan
tertentu yang harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman bagi kesehatan.
Setiap jenis bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu, antara lain jenis
kemasan tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat, setengah
padat (pasta) dan cair (minuman). Tidak semua bahan pengemas aman untuk pangan
dan terhadap kesehatan. Syarat keamanan kemasan pangan adalah sebagai berikut:
10
Kemasan pangan tidak boleh bersifat toksik dan tidak meninggalkan residu terhadap
pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan;
Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan
terkemas; Bentuk, ukuran dan jenis kemasan dapat memberikan efektifitas; dan bahan
kemasan tidak mencemari lingkungan hidup.
11
c. Kandungan bahan kimia dominan Bahan kimia yang dominan dalam pangan dapat
berupa protein, lemak/minyak, garam dan sebagainya. Pemilihan kemasan
sebaiknya disesuaikan dengan kandungan bahan kimia pada pangan. Sebaiknya
kemasan yang dipilih adalah yang tidak bereaksi dengan bahan kimia pada pangan.
Sebagai contoh: Pangan berkadar garam tinggi, akan dapat mendegradasi kemasan
logam.
12