PENDAHULUAN
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)
dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan lalu lintas menyangkut semua benda
dan mahluk yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor seperti: sepeda, manusia dan hewan.
Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
Pengelompokan jalan terbagi berdasarkan:
1. Kelas jalan(Pasal 19 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan),terdiri atas:
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
(dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua
belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
(sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
1
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
2. Fungsi jalan (Pasal 8 UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan), terdiri atas:
a. Jalan Arteri
Jalan arterimerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
2
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
BAB I
PERHITUNGAN LHR DAN KLASIFIKASI JALAN
1. Perhitungan LHR
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan data lalu lintas
pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Jenis Kendaraan Berat Jumlah Tingkat Pertumbuhan
Kendaraan ringan 2 Ton 1050 4%
Bus 8 Ton 700 4%
Truk 2 As 13 Ton 600 4%
Truk 3 As 20 Ton 200 4%
Total LHR : 8943 Kendaraan/hari/2 jurusan
Untuk menghitung besar lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan rumus :
LHR = ( 1 + i )n x Jumlah Kendaraan.
LHRsmp = ( LHR ) x Faktor ekivalen
Dimana :
LHR : Lalu Lintas Harian rata-rata ( kend/hari/2jurusan)
i : Perkembangan lalu lintas
n : Jumlah tahun rencana
LHRsmp : Pengekivalenan LHR dalam satuan mobil penumpang
3
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
4
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
5
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Perhitungan :
Dari peta situasi didapat
Potongan 1–2:
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 95 m – 55 m
= 40 m
x = 16cm
= (16 cm x 10.000) : 100
= 1600 m
Lereng melintang :
40
𝐿𝑛 = 1600 × 100 % = 2,5
Potongan 2–3
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 95 m – 70 m
= 25 m
x = 10 cm
= (10 cm x 10.000) : 100
= 1000 m
Lereng melintang :
25
𝐿𝑛 = × 100% = 2,5
1000
6
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Potongan 3–4
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 110 m – 70 m
= 40 m
x = 5,4 cm
= (5,4 cm x 10.000) : 100
= 540 m
Lereng melintang :
40
𝐿𝑛 = × 100% = 7,407
540
Potongan 4 – 5
Lereng Lintang
62
𝐿𝑛 = 1100 × 100% = 5,636
Karena besarnya lereng melintang antara 0% s/d 9,9%, maka klasifikasi medan
termasuk golongan “Datar”.
7
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
8
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
BAB II
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
A. Lengkung Horizontal
1. Circle
Digunakan untuk sudut tangen () kecil dari jari-jari yang besar yang
mana batasannya adalah sebagai berikut :
Kecepatan rencana (Vr) Km/jam R minimum (m)
120 600
100 370
80 210
60 110
50 80
40 50
Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tentukan kecepatan rencana (Vr) berdasarkan pada standar
perencanaan geometrik jalan raya.
c. Ambil nilai jari-jari (R) dengan ketentuan di atas
d. Tentukan Tc, Lc dan Ec
1
𝑇𝑐 = 𝑅. tan ∆
2
∆
𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅 = 0,01745. ∆. 𝑅
3600
1
𝐸𝑐 = 𝑇. tan ∆
4
Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari
besar dan sudut tangen yang relatif kecil.
9
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
2. Spiral-Circle-Spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle,
yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa
perubahan gaya sentrifugal dari 0 (pada bagian lurus) sampai di mana
mencapai harga berikut :
𝑚×𝑉
𝐹𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 =
𝑅×𝐿
𝑉 𝑉×𝐾
Harga Ls minimal = 0,002 𝑅×𝐶 − 2,727 𝐶
Dimana :
Ls = Panjang lengkung Spiral (m)
V = Kecepatan Rencana
R = Jari-jari
C = Perubahan Kecepatan (m/det), dianjurkan C = 0,4 m/det
K = superelevasi
Adapun jari-jari yang diambil pada tikungan ini haruslah sesuai dengan
kemiringan tikungan dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum yang telah ditentukan, yaitu :
Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan untuk setiap rencana
ditentukan berdasarkan :
Kemiringan tikungan maksimum
Koefisien gesekan melintang maksimum
𝑉2
𝑅=
127(𝑒 + 𝑓𝑚)
Dimana :
e = Kelandaian tikungan (%)
fm = Koefisien gesekan melintang maksimum
Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari
lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya kemiringan
tikungan dapat dilihat dalam daftar II Standar Perencanaan Alinyemen.
10
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tetapkan nilai R dan Vr
c. Maka dari tabel emaks akan didapat :
e = …… %
Lsmin = …….m
d. Hitung nilai :
𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛
2𝜃𝑠 = × 360𝑜
2𝜋𝑅
e. Hitung nilai c = - 2s
f. Hitung nilai :
∆𝑐
𝐿𝑐 = − 2𝜋𝑅
360𝑜
Bila Lc > 25, maka bentuk tikungannya spiral-circle-spiral
g. Hitung nilai L = Lc + 2 Ls
h. Tentukan nilai p dan k dengan menggunakan tabel Lsmin
i. Cari Ts = ( Rc + p) tan ½ + K
j. Cari Es = ( Rc + p ) sec ½ - Rc
3. Spiral-Spiral
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam. Adapun
rumusnya sama dengan rumus-rumus untuk tikungan spiral-sircle-spiral,
hanya yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap penyelesaiannya, yaitu :
a. Ukur sudut tangen () dari trase dan tentukan V
b. Tentukan harga R, dari tabel akan didapat Lsmin& emax
c. Cari s = ½
s.R
d. Cari Ls = Ls min
28,648
Bila tidak memenuhi syarat ambil harga L yang lain
e. Bila tidak memenuhi syarat, ambil harga R yang lain (dengan metode
trial and error)
11
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
B. Diagram Superelevasi
1. Untuk circle, walaupun tikungan ini tidak mempunyai lengkung peralihan
akan tetapi diperlukan adanya lengkung peralihan fiktif (Ls’)
Ls’ = B x emx e
Dimana : em = Kemiringan melintang maksimum relatif
(superelevasi tikungan yang bersangkutan)
B = Lebar perkerasan
m = 1 ; landai relatif maksimum antara tepi perkerasan
(lihat daftar II, tergantung pada Vr)
2. Hitung nilai :
V2
em = dan harga Vr didapat dari tabel
127.R
3. Cari ¾ Ls’ dan ¼ Ls’
4. Gambar
Untuk bentuk lain langsung digambar karena sudah ada Ls
Cara menentukan superelevasi adalah :
Buat garis en dan em relatif (em relatif untuk sp dalam bentuk titik)
sehingga didapat titik A dan B.
Hubungkan tittk A dan B sehingga didapat titik C.
Hubungkan C dan D, sebagian putus-putus.
12
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Jika :
1000
≤ 6, nilai-nilai dalam mencari pelebaran perkerasan terdapat
𝑅
13
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
14
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
15
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
16
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
17
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
A. Lengkung Horizontal
Pemilihan Tipe Tikungan
Prosedur pemilihan tipe tikungan berdasarkan perbandingan antara lingkaran
penuh, spiral-spiral, dan spiral-circle-spiral.
Lc < 25 m* ya
S-S
tidak
tidak
S-C-S
Keterangan:
*) Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova:
Bandung.
**)Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova:
Bandung. (contoh soal halaman 130)
18
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
TIKUNGAN I
1. Full Circle
= 132o
emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 370 meter
V2 100 2
fm = 0,2128 m
127 R 127 370
V2 100 2
R = = = 251,718 m
127(emax f max ) 127(0,10 0,2128)
Jadi,251,718 m <350 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan, sehingga
bentuk Full Circle bisa digunakan.
Dengan rumus :
Ls 60
2s = x 360o = 360 o
2. .R 2 3,14 370
s = 4,648
c = -2s
= 132° – 2 (4,648o)= 122,704°
19
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
c
Lc = 2. .R
360 o
122,704 o
= 2 3,14 370 = 791,987 m
360 o
Ls 2 60 2
y = = = 1,622
6.R 6 370
Ls 3 60 3
x = Ls = 60 = 59,961
40.R 2 40 370 2
Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 370 + 0,405) tan (1/2 . 132°) + 29,978 = 861,921 m
Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (370 + 0,405) Sec (1/2 . 132°) – 370 = 540,675 m
3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
= 132o s = ½
Rmin = 370 meter = ½ . 132o = 66°
Vren = 100 Km/jam
20
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
s .R min 66 3,14.370
Ls =
90 90
= 851,987 m
Ts = ( R + P ) tan ½ + k
= (370 + 31,208) tan (1/2 .132°) + 423,391 = 1324,519 m
Es = ( R + P ) sec ½ - R
= (370 + 31,208) sec (1/2 . 132°) – 370 = 616,407 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai
berikut:
= 132o p = 0,405 meter
s = 4,648° Es = 540,675 meter
Lc = 791,987 meter Ls = 60 meter
L = 911,987 meter c = 122,704o
Ts = 861,921 meter e = 0,08 = 8%
Rmin = 370 meter x = 59,961 meter
k = 29,978 meter y = 1,622 meter
21
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
TIKUNGAN II
1. Full Circle
= 82o
emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 370 meter
V2 100 2
fm = 0,2128 m
127 R 127 370
V2 100 2
R = = = 251,718 m
127(emax f max ) 127(0,10 0,2128)
Jadi,251,718 m <350 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan, sehingga
bentuk Full Circle bisa digunakan.
Dengan rumus :
Ls 60
2s = x 360o = 360 o
2. .R 2 3,14 370
s = 4,648
c = -2s
= 82° – 2 (4,648o)= 72,704°
22
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
c
Lc = 2. .R
360 o
72,704 o
= 2 3,14 370 = 469,264 m
360 o
Ls 2 60 2
y = = = 1,622
6.R 6 370
Ls 3 60 3
x = Ls = 60 = 59,961
40.R 2 40 370 2
Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 370 + 0,405) tan (1/2 . 82°) + 29,978 = 351,966 m
Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (370 + 0,0.405) Sec (1/2 . 82°) – 370 = 120,791 m
3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
= 82o s = ½
Rmin = 370 meter = ½ . 82o = 41°
Vren = 100 Km/jam
23
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
s .R min 41 3,14.370
Ls =
90 90
= 529,264 m
Ts = ( R + P ) tan ½ + k
= (370 + 42,060) tan (1/2 .82°) + 257,667 = 615,866 m
Es = ( R + P ) sec ½ - R
= (370 + 42,060) sec (1/2 . 82°) – 370 = 175,985 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai
berikut:
= 82o p = 0,405 meter
s = 4,648° Es = 120,791 meter
Lc = 469,264 meter Ls = 60 meter
L = 589,264 meter c = 72,704o
Ts = 351,966 meter e = 0,08 = 8%
Rmin = 370 meter x = 59,961 meter
k = 29,978 meter y = 1,622 meter
24
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam memperthankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan
yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi
Tikungan I dan II
Karena data jari – jari pada tikungan I dan II yang digunakan untuk
perhitungan ini sama, maka perhitungan dapat disatukan.
Rrencana = 370 m
Vrencana = 100 km/jam
Jalan terdiri dari 2 lajur dengan lebar total pada bagian lurus (Bn) 7 m.
Kebebasan samping (C) = 1 m
Lebar kendaraan (b) = 2,5 m
Rc = 370 + 2,5/2 = 371,25 m
25
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
2
𝐵 = √(√𝑅𝑐 2 − 64 + 1,25) + 64 − √𝑅𝑐 2 − 64 + 1,25
2
𝐵 = √(√371,252 − 64 + 1,25) + 64 − √371,252 − 64 + 1,25 = 2,586𝑚
C. Kebebasan Samping
Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak
pandangan henti maupun menyiap diperlukan kebebasan samping.
Pada tikungan tidak selalu harus diberi kebebasan samping, hal ini
tergantung :
a) Jari-jari tikungan (R)
b) Kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan
pandangan (s)
c) Keadaan medan jalan.
Seandainya menurut perhitungan diperlukan adanya kebebasan samping akan
tetapi keadaan medan tidak memungkinkan, maka diatasi dengan meberikan /
memasang rambu peringatan sehubungan dengan kecepatan yang diizinkan.
26
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
R’ = R – ¼ (lebar jalan)
= 370 – ¼ (2 x 3,50)
= 370 – 1,75
= 368,25 meter
90 o S
m = R’ (1 - cos )
.R'
90 x115
= 368,25 (1- cos )
3,14 x368,25
= 4,485 meter
27
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
BAB III
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu 2 jalur 2 arah atau melalui tepi
jalan masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering juga
disebut penampang memanjang jalan. Penarikan alinemen vertikal sangat
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
28
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
c) Lajur pendekatan
Yaitu lajur yang disediakan untuk truk yang bermuatan berat atau
kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan lebih rendah, sehingga
kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lambat tanpa melalui
jalur lawan.
29
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
PPV
E
Naik Turun
+ B -
q1 % q2 %
C D
Lengkung Vertikal
Parabola Biasa
q1 Besar Landai
Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang
memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase yang baik. Adapun
lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana
seperti gambar.
30
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
+ g1 - g2 + g1 - g2
+ g1 - g2
31
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
- g2 - g2
+ g1 + g1
- g2
+ g1
32
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
ALINYEMEN VERTIKAL
A. Profil Memanjang
Dalam pembuatan profil memanjang harus memperhatikan :
1. Nomor stasiun yang telah kita tetapkan, yang dibuat dalam arah horizontal
dengan jarak yang telah ditetapkan.
2. Jarak titik diambil dari gambar trase jalan yang kita inginkan,
pengaturannya diusahakan untuk volume galian dan timbunan sama.
3. Jarak langsung, diukur pada stasiun awal hingga ke stasiun akhir
4. Tinggi muka tanah digambarkan dengan garis hitam, didapat dari data
muka tanah perstasiun (berdasarkan peta situasi)
5. Tinggi muka jalan dihitung dari ketinggian trase jalan yang direncanakan
6. Selanjutnya akan kita dapatkan beberapa volume galian dan timbunan
(diusahakan sama), jika tidak memungkinkan usahakan volume galian 1,5
dari volume timbunan.
7. Dalam perhitungan kelandaian, harus sesuai dengan perencanaan sehingga
dalam perencanaan jalan jangan sampai melewati batas kelandaian
maksimum serta panjang kritisnya.
Panjang Landai maksimum dari tahap perencanaan jalan adalah sebagai
berikut :
33
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Lengkung Vertikal I
Pada Stasiun 0 + 700 diketahui data sebagai berikut :
g1= +3,780 % g2= -1,550%
A = g1 - g2
= 3,780 % -(-1,550 %)
= +5,330% (cembung)
Dari Grafik, untuk kecepatan 100 km/jamdan A =+5,330% didapat panjang
landai L = 340 m.
Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) :
L 340
0 700 - 800 - 0 530
2 2
Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) : 0 + 700
Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal):
L 340
0 700 700 0 870
2 2
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 5,330 2
y x2 x
200 L 200. 340
34
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Elevasi
Elevasai
STA x y Lengkung
Rencana Jalan
Vertikal
PLV 0 + 530.0 151.203 0 0 151.20327
0 + 564.0 152.489 34 0.09061 152.39801
0 + 598.0 153.774 68 0.36244 153.41153
0 + 632.0 155.059 102 0.81548 154.24383
0 + 666.0 156.345 136 1.44974 154.89491
PPV 0 + 700.0 157.630 170 2.26522 155.36478
0 + 734.0 157.103 136 1.44974 155.65343
0 + 768.0 156.576 102 0.81548 155.76086
0 + 802.0 156.050 68 0.36244 155.68707
0 + 836.0 155.523 34 0.09061 155.43207
PTV 0 + 870.0 154.996 0 0 154.99585
157.00
156.00
155.00
152.00
151.00
150.00
500 550 600 650 700 750 800 850 900
35
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Lengkung Vertikal II
Pada Stasiun 1 + 700diketahui data sebagai berikut :
g1 = -1,550 % g2 = +2,448 %
A = g1 - g2
= -1,550 % - 2,448 %
= -3,998 % (cekung)
Dari Grafik, untuk kecepatan 100 km/jam dan A = -3,998 % didapat panjang
landai L = 145 m.
Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) :
L 145
1 700 - 1700 - 1 627.5
2 2
Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) : 1 + 700
Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal) :
L 145
1 700 1700 1 772,5
2 2
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 3.998 2
y x2 x
200 L 200.145
36
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
37
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
38
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
39
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
40
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
41
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
B. Profil Melintang
Profil melintang untuk “Jalan Raya Sekunder II A”dengan klasifikasi medan
”Datar”mempunyai data sebagai berikut :
Lebar perkerasan : 2 x 3,50 m
Lebar bahu Jalan :2m
Lebar saluran :1m
Lereng melintang perkerasan : 2 %
Lereng melintang bahu jalan : 4 %
42
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Kemudian buat profil melintang pada muka tanah dengan data sebagai berikut
berdasarkan peta topografi:
43
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
44
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
45
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
46
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
Dari Tabel Analisa Galian dan Timbunan diatas, diperoleh total volume galian
sebesar 61074,36 m3 dan total volume timbunan sebesar 47393,25 m3.
Catatan:
Dalam perencanaan pekerjaan jalan, sebaiknya volume total antara galian dan
timbunan harus seimbang, agar dalam proses pekerjaan dapat menghemat waktu,
tenaga, dan biaya. Apabila dalam kondisi tertentu keadaan seimbang antara galian
dan timbunan sulit untuk dicapai, sebaiknya menghindari volume timbunan yang
berlebihan.
47
Perencanaan Geometrik Jalan 2016
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
-5000
-10000
48