Anda di halaman 1dari 48

Perencanaan Geometrik Jalan 2016

PENDAHULUAN
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)
dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan lalu lintas menyangkut semua benda
dan mahluk yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor seperti: sepeda, manusia dan hewan.
Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
Pengelompokan jalan terbagi berdasarkan:
1. Kelas jalan(Pasal 19 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan),terdiri atas:
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
(dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua
belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
(sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)

1
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter,


ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.

2. Fungsi jalan (Pasal 8 UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan), terdiri atas:
a. Jalan Arteri
Jalan arterimerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.

2
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

BAB I
PERHITUNGAN LHR DAN KLASIFIKASI JALAN

1. Perhitungan LHR
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan data lalu lintas
pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Jenis Kendaraan Berat Jumlah Tingkat Pertumbuhan
Kendaraan ringan 2 Ton 1050 4%
Bus 8 Ton 700 4%
Truk 2 As 13 Ton 600 4%
Truk 3 As 20 Ton 200 4%
Total LHR : 8943 Kendaraan/hari/2 jurusan

Data lain yang diketahui :


- Masa Pelaksanaan Konstruksi : 1 Tahun
- Jalan direncanakan dibuka tahun : 2017
- Perkembangan selama masa Konstruksi :6%
- Umur rencana jalan : 15 tahun

Untuk menghitung besar lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan rumus :
LHR = ( 1 + i )n x Jumlah Kendaraan.
LHRsmp = ( LHR ) x Faktor ekivalen

Dimana :
LHR : Lalu Lintas Harian rata-rata ( kend/hari/2jurusan)
i : Perkembangan lalu lintas
n : Jumlah tahun rencana
LHRsmp : Pengekivalenan LHR dalam satuan mobil penumpang

Faktor ekuivalen mobil penumpang (emp) menurut Manual Kapasitas Jalan


Indonesia (MKJI) No.036/TBM/1997:

3
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

No Jenis Kendaraan Datar/Perbukitan Pegunungan


1 Sedan, Jeep, Stasion Wagon 1,0 1,0
2 Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil 1,2 - 2,4 1,9 – 3,5
3 Bus dan Truk Besar 1,2 – 5,0 2,2 – 6,0

Disesuaikan dengan kontur daerah yang akan direncanakan (daerah yang


datar), maka faktor ekuivalen yang diambil adalah :
 Kendaraan ringan :1
 Bus : 1,2
 Truk 2 As : 1,8
 Truk 3 As : 2,4

a. LHR saat (2016-2018)


(Selang waktu 1 tahun)
Kendaraan ringan : (1 + 0,04)1 x 1050 = 1136 kend/hari
Bus : (1 + 0,04)1 x 700 = 757 kend/hari
Truk 2 As : (1 + 0,04)1 x 600 = 649 kend/hari
Truk 3 As : (1 + 0,04)1 x 200 = 216 kend/hari
LHR 16-18 = 2758 kend/hari

b. LHR selama umur rencana (2018 – 2033)


(Selang waktu 15 tahun dengan i = 6,0%)
Kendaraan ringan : ( 1 + 0,06 )15x 1050 = 2722 kend/hari
Bus : ( 1 + 0,06 )15 x 700 = 1814 kend/hari
Truk 2 As : ( 1 + 0,06 )15 x 600 = 1555 kend/hari
Truk 3 As : ( 1 + 0,06 )15 x 200 = 518 kend/hari
LHR 18-33 = 6610 kend/hari

4
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Jadi jumlah LHR dalam satuan mobil penumpang (smp) adalah :


Kendaraan ringan : 2722 x 1 = 2722 smp/hari
Bus : 1814 x 1,2 = 2177 smp/hari
Truck 2 As : 1555 x 1,8 = 2799 smp/hari
Truk 3 As : 518 x 2,4 = 1244 smp/hari
LHRtotal = 8943 smp/hari

Klasifikasi jalan sebagai berikut:


Klasifikasi Fungsi Kelas LHR (dalam SMP / hari)
Utama I > 20000
II A 6000 – 20000
Sekunder II B 1500 – 8000
II C < 2000
Penghubung III -

Berdasarkan daftar standar perencanaan geometrik jalan, maka jalan dengan


LHR 9116 smp/hari termasuk dalam klasifikasi “Jalan Raya Sekunder II A”.

2. Penentuan Klasifikasi Medan


Klasifikasi medan dapat dibedakan berdasarkan lereng melintang. Untuk
menghitung lereng melintang dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
y
Lereng melintang = 100 %
x
Dimana :
y = Kontur tertinggi – kontur terendah
x = Panjang Horizontal

5
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Spesifikasi Standar Perencangan Geometri Jalan


Golongan Medan Lereng Melintang

Datar 0 s/d 9,9 %


Perbukitan 10 s/d 24,9%
Pergunungan ≥ 25,0 %
Sumber: MKJI

Perhitungan :
Dari peta situasi didapat
 Potongan 1–2:
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 95 m – 55 m
= 40 m
x = 16cm
= (16 cm x 10.000) : 100
= 1600 m
Lereng melintang :
40
𝐿𝑛 = 1600 × 100 % = 2,5

 Potongan 2–3
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 95 m – 70 m
= 25 m
x = 10 cm
= (10 cm x 10.000) : 100
= 1000 m
Lereng melintang :
25
𝐿𝑛 = × 100% = 2,5 
1000

6
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Potongan 3–4
y = kontur tertinggi – kontur terendah
= 110 m – 70 m
= 40 m
x = 5,4 cm
= (5,4 cm x 10.000) : 100
= 540 m
Lereng melintang :
40
𝐿𝑛 = × 100% = 7,407 
540

 Potongan 4 – 5

Y = kontur tertinggi – kontur terendah


= 110 m – 48 m
= 62 m
X = 11 cm
= ( 11 cm x 10.000) : 100
= 1100 m

Lereng Lintang
62
𝐿𝑛 = 1100 × 100% = 5,636 

2,5 % + 2,5 % +7,407%+5,636%


𝐿𝑛 = = 4,5107 %
4

Karena besarnya lereng melintang antara 0% s/d 9,9%, maka klasifikasi medan
termasuk golongan “Datar”.

7
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Tabel 1.1 Standard Perencanaan Geometrik


Tabel 5.3. Standard Perencanaan Geometrik

JALAN RAYA JALAN


JALAN RAYA SEKUNDER
KLASIFIKASI JALAN UTAMA PENGHUBUNG
I IIA IIB IIC III
KLASIFIKASI MEDAN D B G D B G D B G D B G D B G
Lalu lintas harian rata-rata
> 20,000 6000-20,000 1500-8000 < 2000 -
(LHR) dalam SMP
Kecepatan rencana (Km/jam) 120 100 80 100 80 60 80 60 40 60 40 30 60 40 30
Lebar daerah penguasaan
60 60 60 40 40 40 30 30 30 30 30 30 20 20 20
minimum (meter)
2 x 3,50 atau
Lebar perkerasan (meter) Min. 2(2 x 3,75) 2 x 3,50 2 x 3,0 3,50 x 6,00
2(2 x 3,50)
Lebar medan minimum (meter) 10 1,5 - - -
Lebar bahu (meter) 3,50 3,0 3,0 3,0 2,5 2,5 3,0 2,5 2,5 2,5 1,5 1,0 1,5 - 2,5*
Lereng melintang perkerasan 2% 2% 2% 3% 4%
Lereng melintang bahu 4% 4% 6% 6% 6%
Paling tinggi
Penetrasi berganda Paling tinggi
Jenis lapisan permukaan jalan Aspal beton (hot-mix) Aspal beton pelaburan dengan
atau setaraf penetrasi tunggal
aspal
Miring tikungan maksimum 10% 10% 10% 10% 10%
Jari-jari lengkung minimum 560 350 210 350 210 115 210 115 50 115 50 30 115 50 30
Landai maksimum 3% 5% 6% 4% 6% 7% 5% 7% 8% 6% 8% 10% 6% 8% 12%

Dari daftar standar perencanaan geometrik, LHRtotal = 9116 smp/hari


termasuk dalam klasifikasi jalan raya sekunder (kelas IIA) dengan klasifikasi
medan “Datar” akan didapat data sebagai berikut :
- Kecepatan rencana : 100 Km/jam
- Lebar daerah penguasaan minimum : 40 meter
- Lebar perkerasan : (2 x 3,50)
- Lebar bahu : 3,00
- Lereng melintang bahu : 4%
- Lereng melintang perkerasan : 2%
- Miring tikungan maksimum : 10%
- Jari-jari (R) lengkung minimum : 350 m
- Landai maksimum :4%

8
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

BAB II
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
A. Lengkung Horizontal
1. Circle
Digunakan untuk sudut tangen () kecil dari jari-jari yang besar yang
mana batasannya adalah sebagai berikut :
Kecepatan rencana (Vr) Km/jam R minimum (m)
120 600
100 370
80 210
60 110
50 80
40 50

Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tentukan kecepatan rencana (Vr) berdasarkan pada standar
perencanaan geometrik jalan raya.
c. Ambil nilai jari-jari (R) dengan ketentuan di atas
d. Tentukan Tc, Lc dan Ec
1
𝑇𝑐 = 𝑅. tan ∆
2

𝐿𝑐 = 2𝜋𝑅 = 0,01745. ∆. 𝑅
3600
1
𝐸𝑐 = 𝑇. tan ∆
4
Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari
besar dan sudut tangen yang relatif kecil.

9
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

2. Spiral-Circle-Spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle,
yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa
perubahan gaya sentrifugal dari 0 (pada bagian lurus) sampai di mana
mencapai harga berikut :
𝑚×𝑉
𝐹𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 =
𝑅×𝐿
𝑉 𝑉×𝐾
Harga Ls minimal = 0,002 𝑅×𝐶 − 2,727 𝐶

Dimana :
Ls = Panjang lengkung Spiral (m)
V = Kecepatan Rencana
R = Jari-jari
C = Perubahan Kecepatan (m/det), dianjurkan C = 0,4 m/det
K = superelevasi
Adapun jari-jari yang diambil pada tikungan ini haruslah sesuai dengan
kemiringan tikungan dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum yang telah ditentukan, yaitu :
 Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
 Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan untuk setiap rencana
ditentukan berdasarkan :
 Kemiringan tikungan maksimum
 Koefisien gesekan melintang maksimum
𝑉2
𝑅=
127(𝑒 + 𝑓𝑚)
Dimana :
e = Kelandaian tikungan (%)
fm = Koefisien gesekan melintang maksimum
Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari
lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya kemiringan
tikungan dapat dilihat dalam daftar II Standar Perencanaan Alinyemen.

10
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tetapkan nilai R dan Vr
c. Maka dari tabel emaks akan didapat :
e = …… %
Lsmin = …….m
d. Hitung nilai :
𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛
2𝜃𝑠 = × 360𝑜
2𝜋𝑅
e. Hitung nilai c =  - 2s
f. Hitung nilai :
∆𝑐
𝐿𝑐 = − 2𝜋𝑅
360𝑜
Bila Lc > 25, maka bentuk tikungannya spiral-circle-spiral
g. Hitung nilai L = Lc + 2 Ls
h. Tentukan nilai p dan k dengan menggunakan tabel Lsmin
i. Cari Ts = ( Rc + p) tan ½  + K
j. Cari Es = ( Rc + p ) sec ½  - Rc

3. Spiral-Spiral
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam. Adapun
rumusnya sama dengan rumus-rumus untuk tikungan spiral-sircle-spiral,
hanya yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap penyelesaiannya, yaitu :
a. Ukur sudut tangen () dari trase dan tentukan V
b. Tentukan harga R, dari tabel akan didapat Lsmin& emax
c. Cari s = ½ 
s.R
d. Cari Ls =  Ls min
28,648
Bila tidak memenuhi syarat ambil harga L yang lain
e. Bila tidak memenuhi syarat, ambil harga R yang lain (dengan metode
trial and error)

11
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

f. Ambil harga p dan k dengan rumus


P = P* . Ls P* dan K* diambil dari tabel
P = K* . Ls
g. Cari Ts = ( R + P ) tan ½  + K
h. Cari Es = ( R + P ) sec ½  - Rc
i. Bentuk Tikungan Spiral-spiral (S-S)

B. Diagram Superelevasi
1. Untuk circle, walaupun tikungan ini tidak mempunyai lengkung peralihan
akan tetapi diperlukan adanya lengkung peralihan fiktif (Ls’)
Ls’ = B x emx e
Dimana : em = Kemiringan melintang maksimum relatif
(superelevasi tikungan yang bersangkutan)
B = Lebar perkerasan
m = 1 ; landai relatif maksimum antara tepi perkerasan
(lihat daftar II, tergantung pada Vr)
2. Hitung nilai :
V2
em = dan harga Vr didapat dari tabel
127.R
3. Cari ¾ Ls’ dan ¼ Ls’
4. Gambar
Untuk bentuk lain langsung digambar karena sudah ada Ls
Cara menentukan superelevasi adalah :
 Buat garis en dan em relatif (em relatif untuk sp dalam bentuk titik)
sehingga didapat titik A dan B.
 Hubungkan tittk A dan B sehingga didapat titik C.
 Hubungkan C dan D, sebagian putus-putus.

12
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

C. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan


Rumus : 𝐵 = 𝑛(𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = Jumlah jalur
b’ = Lebar lintasan kendaraan truck pada tikungan (m)
c = Kebebasan samping (0,80 meter)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)

Jika :
1000
 ≤ 6, nilai-nilai dalam mencari pelebaran perkerasan terdapat
𝑅

dalam grafik I PPGJR (terlampir)


1000
 > 6, nilai-nilai dapat dicari dengan rumus :
𝑅

𝑏 ′ = 2,4 + 𝑅 − √𝑅 2 − 𝑃2 dengan p = 6,1 m


𝑇𝑑 = √𝑅 2 + 𝐴(2𝑃 + 𝐴) − 𝑅 dengan A= 1,2 m (tonjolan ke depan)
𝑉
𝑍 = 0,105
√𝑅
Untuk B’ = lebar jalan
Jika * B <B’ , tidak perlu ada pelebaran perkerasan
* B >B’ , perlu ada pelebaran perkerasan

D. Kebebasan Samping Dalam Tikungan


Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak pandangan
henti maupun menyiap diperlukan kebebasan samping.Pada tikungan tidak
selalu harus diberi kebebasan samping, hal ini tergantung :
a) Jari-jari tikungan (R)
b) Kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan pandangan
(s)
c) Keadaan medan jalan.

13
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Seandainya menurut perhitungan diperlukan adanya kebebasan samping


akan tetapi keadaan medan tidak memungkinkan, maka diatasi dengan
meberikan / memasang rambu peringatan sehubungan dengan kecepatan yang
diizinkan.
Dalam meninjau kebebasan samping tikungan suatu tikungan ada 2
kemungkinan teori sebagai pendekatan
1. Bila jarak pandang lebih kecil dari panjang tikungan (S < L).
Bila S < L, maka rumus yang digunakan :
90 o .S
m = R ( 1 – Cos )
 .R
Dimana :
m = ordinat tengah sumbu jalur dalam ke penghalang
2. Bila jarak pandang lebih besar dari pada panjang tikungan (S > L)
Bila S > L, maka rumus yang digunakan :
90 o .S  90 o.L 
m = R ( 1 – Cos ) + ½ (S – L) Sin  
 .R   .R 
Kedua rumus diatas merupakan formula yang digunakan oleh bina marga.
Adapun cara lainnya dengan menggunakan grafik II Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya dengan ketentuan sebagai berikut :
 Bila S > L
R’ = R – ¼ lebar jalan = R – ½ lebar jalan
Hitung :
L/R’ = ……
L/S = ……
(dari grafik didapat mg, maka didapat harga m)
 Bila S < L
Maka L/R’ diganti dengan :
S/R’ = …….
L/S = …….

14
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Bentuk Tikungan Circle

 

Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari


besar dan sudut tangen yang relatif kecil.

15
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Bentuk Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)


 

Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari


lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya kemiringan.

16
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Bentuk Tikungan Spiral-spiral (S-S)

 

Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam.

17
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

A. Lengkung Horizontal
Pemilihan Tipe Tikungan
Prosedur pemilihan tipe tikungan berdasarkan perbandingan antara lingkaran
penuh, spiral-spiral, dan spiral-circle-spiral.

Pengujian dengan metode


S-C-S

Lc < 25 m* ya
S-S

tidak

P < 0,25 m** ya


Full Circle

tidak

S-C-S

Keterangan:
*) Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova:
Bandung.
**)Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova:
Bandung. (contoh soal halaman 130)

18
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 TIKUNGAN I
1. Full Circle
 = 132o
emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 370 meter
V2 100 2
fm =   0,2128 m
127  R 127  370
V2 100 2
R = = = 251,718 m
127(emax  f max ) 127(0,10  0,2128)
Jadi,251,718 m <350 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan, sehingga
bentuk Full Circle bisa digunakan.

2. Spiral – Circle – Spiral


 = 132o
Rmin = 370 meter
Vren = 100 Km/jam

Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi metode


Bina Marga. Harga e = 0,08 dan nilai Ls = 60

Dengan rumus :
Ls 60
 2s = x 360o =  360 o
2. .R 2  3,14  370
s = 4,648

 c = -2s
= 132° – 2 (4,648o)= 122,704°

19
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

c
 Lc = 2. .R
360 o
122,704 o
=  2  3,14  370 = 791,987 m
360 o

Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.

 L = Lc + 2Ls= 791,987 + ( 2 x 60 ) = 911,987 m

Ls 2 60 2
 y = = = 1,622
6.R 6  370

Ls 3 60 3
 x = Ls  = 60  = 59,961
40.R 2 40  370 2

 P = y - Rmin (1 – Cos s)= 1,622 – 370 (1 – Cos 4,648°) = 0,405 m

 k = x – Rmin Sin s= 59,961 – ( 370 Sin 4,648° ) = 29,978 m

 Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 370 + 0,405) tan (1/2 . 132°) + 29,978 = 861,921 m

 Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (370 + 0,405) Sec (1/2 . 132°) – 370 = 540,675 m

3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
 = 132o s = ½ 
Rmin = 370 meter = ½ . 132o = 66°
Vren = 100 Km/jam

20
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

s   .R min 66  3,14.370
Ls = 
90 90
= 851,987 m

Syarat : Ls > Lsmin


851,987>67,5 ..……(Ok !), maka bentuk Spiral-spiral dapat digunakan.

Dari tabel untuk s = 66o diperoleh :


k* = 0,4969454
p* = 0,0366296

p = p* x Ls = 0,0366296x 851,987 = 31,208


k = k* x Ls = 0,4969454x 851,987= 423,391

Ts = ( R + P ) tan ½  + k
= (370 + 31,208) tan (1/2 .132°) + 423,391 = 1324,519 m

Es = ( R + P ) sec ½  - R
= (370 + 31,208) sec (1/2 . 132°) – 370 = 616,407 m

Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai
berikut:
 = 132o p = 0,405 meter
s = 4,648° Es = 540,675 meter
Lc = 791,987 meter Ls = 60 meter
L = 911,987 meter c = 122,704o
Ts = 861,921 meter e = 0,08 = 8%
Rmin = 370 meter x = 59,961 meter
k = 29,978 meter y = 1,622 meter

21
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 TIKUNGAN II
1. Full Circle
 = 82o
emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 370 meter
V2 100 2
fm =   0,2128 m
127  R 127  370
V2 100 2
R = = = 251,718 m
127(emax  f max ) 127(0,10  0,2128)
Jadi,251,718 m <350 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan, sehingga
bentuk Full Circle bisa digunakan.

2. Spiral – Circle – Spiral


 = 82o
Rmin = 370 meter
Vren = 100 Km/jam

Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi metode


Bina Marga. Harga e = 0,08 dan nilai Ls = 60

Dengan rumus :
Ls 60
 2s = x 360o =  360 o
2. .R 2  3,14  370
s = 4,648

 c = -2s
= 82° – 2 (4,648o)= 72,704°

22
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

c
 Lc = 2. .R
360 o
72,704 o
=  2  3,14  370 = 469,264 m
360 o

Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.

 L = Lc + 2Ls= 469,264 + ( 2 x 60 ) = 589,264 m

Ls 2 60 2
 y = = = 1,622
6.R 6  370

Ls 3 60 3
 x = Ls  = 60  = 59,961
40.R 2 40  370 2

 P = y - Rmin (1 – Cos s)= 1,622 – 370 (1 – Cos 4,648°) = 0,405 m

 k = x – Rmin Sin s= 59,961 – ( 370 Sin 4,648° ) = 29,978 m

 Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 370 + 0,405) tan (1/2 . 82°) + 29,978 = 351,966 m

 Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (370 + 0,0.405) Sec (1/2 . 82°) – 370 = 120,791 m

3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
 = 82o s = ½ 
Rmin = 370 meter = ½ . 82o = 41°
Vren = 100 Km/jam

23
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

s   .R min 41  3,14.370
Ls = 
90 90
= 529,264 m

Syarat : Ls > Lsmin


529,264>67,5 ..……(Ok !), maka bentuk Spiral-spiral dapat digunakan.

Dari tabel untuk s = 41,3o diperoleh :


k* = 0,4868403
p* = 0,0794696

p = p* x Ls = 0,0794696x 529,264 = 42,060


k = k* x Ls = 0,4868403x 529,264= 257,667

Ts = ( R + P ) tan ½  + k
= (370 + 42,060) tan (1/2 .82°) + 257,667 = 615,866 m

Es = ( R + P ) sec ½  - R
= (370 + 42,060) sec (1/2 . 82°) – 370 = 175,985 m

Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil
perhitungan antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-
circle-spiral dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai
berikut:
 = 82o p = 0,405 meter
s = 4,648° Es = 120,791 meter
Lc = 469,264 meter Ls = 60 meter
L = 589,264 meter c = 72,704o
Ts = 351,966 meter e = 0,08 = 8%
Rmin = 370 meter x = 59,961 meter
k = 29,978 meter y = 1,622 meter

24
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

B. Pelebaran Perkerasan pada Tikungan

Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ketikungan, seringkali


tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena :

1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam memperthankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan
yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi

Untuk menghindari hal tersebut di atas maka pada tikungan-tikungan


yang tajam perlu perkerasan jalan di perlebar.Pelebaran perkerasan ini
merupakan faktor dari jari-jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan
ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.

 Tikungan I dan II
Karena data jari – jari pada tikungan I dan II yang digunakan untuk
perhitungan ini sama, maka perhitungan dapat disatukan.
Rrencana = 370 m
Vrencana = 100 km/jam
Jalan terdiri dari 2 lajur dengan lebar total pada bagian lurus (Bn) 7 m.
Kebebasan samping (C) = 1 m
Lebar kendaraan (b) = 2,5 m
Rc = 370 + 2,5/2 = 371,25 m

25
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

2
𝐵 = √(√𝑅𝑐 2 − 64 + 1,25) + 64 − √𝑅𝑐 2 − 64 + 1,25

2
𝐵 = √(√371,252 − 64 + 1,25) + 64 − √371,252 − 64 + 1,25 = 2,586𝑚

U = B – b = 2,586 – 2,5 = 0,086 m


0,105V 0,105×100
Z= = = 0,546
√R √370
Bt = n (B + C) + Z = 2 (2,586 + 1) + 0,546 = 7,718 m
Tambahan lebar pekerasan (∆b) = Bt – Bn = 7,718 – 7 = 0,718m

C. Kebebasan Samping
Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak
pandangan henti maupun menyiap diperlukan kebebasan samping.
Pada tikungan tidak selalu harus diberi kebebasan samping, hal ini
tergantung :
a) Jari-jari tikungan (R)
b) Kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan
pandangan (s)
c) Keadaan medan jalan.
Seandainya menurut perhitungan diperlukan adanya kebebasan samping akan
tetapi keadaan medan tidak memungkinkan, maka diatasi dengan meberikan /
memasang rambu peringatan sehubungan dengan kecepatan yang diizinkan.

Dalam meninjau kebebasan samping tikungan suatu tikungan ada 2


kemungkinan teori sebagai pendekatan
a) Jarak pandang lebih kecil dari panjang tikungan (S < L)
b) Jarak pandang lebih besar dari panjang tikungan (S > L)

26
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Untuk menghitung kebebasan samping menggunakan rumus :


R’ = R – ¼ (lebar jalan)
 90 o.S 
m = R' 1  Cos 
  .R' 
Dimana :
R = Jari-jari
S = Jarak pandang, nilai S =115 (dipakai jarak henti) berdasarkan
daftar II Standard Perencanaan Alinemen.

Perhitungan kebebasan samping dapat dihitung. Adapun


perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui :
Vr = 100 Km/jam
S = 115 meter
R = 370 meter

R’ = R – ¼ (lebar jalan)
= 370 – ¼ (2 x 3,50)
= 370 – 1,75
= 368,25 meter

90 o S
m = R’ (1 - cos )
 .R'
90 x115
= 368,25 (1- cos )
3,14 x368,25
= 4,485 meter

27
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

BAB III
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu 2 jalur 2 arah atau melalui tepi
jalan masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering juga
disebut penampang memanjang jalan. Penarikan alinemen vertikal sangat
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :

a. Kondisi tanah dasar


b. Keadaan medan
c. Fungsi Jalan
d. Muka air banjir
e. Muka air tanah
f. Kelandaian yang masih memungkinkan

Perlu juga diperhatikan bahwa alinemen vertikal yang direncanakan itu


akan berlaku untuk masa yang panjang, sehingga sebaiknya alinemen vertikal
tersebut dapat dengan mudah mengikuti perkembangan lingkungan. Alinemen
vertikal dapat disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari
garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar,
mendaki, atau menurun, biasanya juga disebut landai. Landai jalan dinyatakan
dalam persen (%).

Faktor-faktor yang mempengaruhi alinemen vertikal antara lain adalah :


a) Landai maksimum
Untuk mengatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus
lalu lintas maka diterapkan landai maksimum untuk kecepatan tertentu.
b) Panjang kritis suatu kelandaian
Panjang batas kritis umumnya diamabil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30 – 70 % kecepatan rencana hingga 1 menit perjalanan,
dan truk bergerak dengan beban penuh

28
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

c) Lajur pendekatan
Yaitu lajur yang disediakan untuk truk yang bermuatan berat atau
kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan lebih rendah, sehingga
kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lambat tanpa melalui
jalur lawan.

Pengertian suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan


menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi keamanan, kenyamanan dan
drainase.
Lengkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar dapat
menyebabkan kesulitan pada drainase, jika sepanjang jalan dipasang Kreb.
Untuk menghindari hal tersebut panjang lengkung vertikal biasanya dibatasi
tidak melebihi 50 A sehubungan dengan keperluan drainase, dimana A adalah
perbedaan aljabar landai. Panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan
sehubungan dengan kenyamanan pemakaian kendaraan diisyaratkan tidak
kurang dari 3 detik perjalan.
Alinemen vertikal merupakan profil yang menggambarkan tinggi
rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga memberikan gambaran
terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan bermuatan penuh
(truk digunakan sebagai kendaraan standar).
Alinemen vertikal sangan erat hubungannya dengan besarnya biaya
pembangunan , biaya penggunaan kendaraan serta jumlah lalu lintas. Kalau
pada alinemen horizontal yang merupakan bagian kritis adalah tikungan, pada
alinemen vertikal yang merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus.
Kemampuan pendakian dari kendaraan truk dipengaruhi oleh panjang
pendakian (panjang kritis landai) dan besar landai.

29
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

PPV

E
Naik Turun
+ B -
q1 % q2 %
C D
Lengkung Vertikal
Parabola Biasa

Landai Maksimum dan Panjang Maksimum Landai

Landai Maksimum (%) 3 4 5 6 7 8 10 12


Panjang Kritis (m) 480 330 250 200 170 150 125 120

q1 Besar Landai

Landai max hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat memaksa


dan untuk jarak yang pendek. Panjang kritis landai yang dimaksud adalah
panjang yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan jalannya
arus lalu lintas (Panjang ini mengakibatkan gangguan jalannya pengeras
kecepatan max 25 Km/jam). Bila pertimbangan biaya membuka memaksa,
maka panjang kritis dapat dilampaui dengan syarat ada jalur khusus untuk
kendaraan berat :

 Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang
memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase yang baik. Adapun
lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana
seperti gambar.

30
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

a. Lengkung vertikal cembung

 
+ g1 - g2 + g1 - g2


+ g1 - g2

Bentuk persamaan umumnya :


 g 2  g1 x 2
Y'
2L
Rumus vertikal cembung :
  A . L 
Y '  EV      A  g 2  g1
 8 
Dimana :
EV = Penyimpangan dari titik potong kedua tangen ke lengkung
vertikal (disini Y’ = EV, untuk x = ½ L)
A = Perbedaan aljabar kedua tangen = g2 – g1
L = Panjang lengkung vertikal cembung, adapun panjang
minimalnya
ditentukan berdasarkan :
 Syarat pandangan henti & drainase (Grafik III PPGJR)
 Syarat pandangan menyiap (Grafik IV PPGJR)

31
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

b. Lengkung vertikal cekung

- g2 - g2
+ g1 + g1

 

- g2

+ g1 

Analogi dengan penjelasan (a) hanya panjang lengkung vertikal cekung


ditentukan berdasarkan jarak pandang waktu, macam dan syarat drainase
sebagaimana tercantum dalam grafik V “PPGJR”
Catatan :
 Pada alinemen vertikal tidak terlalu dibuat lengkung dengan jarak
pandang menyiap, tergantung :
Medan – Klasifikasi jalan – Pembiayaan
 Dalam menentukan harga A = g1– g2 , ada 2 cara :
- Bila % ikut serta dihitung, maka rumus seperti diatas dapat
digunakan
- Bila % sudah dimasukkan dalam rumus
 g  g 2 
Y '  EV   1 .L
 800 

32
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

ALINYEMEN VERTIKAL

A. Profil Memanjang
Dalam pembuatan profil memanjang harus memperhatikan :
1. Nomor stasiun yang telah kita tetapkan, yang dibuat dalam arah horizontal
dengan jarak yang telah ditetapkan.
2. Jarak titik diambil dari gambar trase jalan yang kita inginkan,
pengaturannya diusahakan untuk volume galian dan timbunan sama.
3. Jarak langsung, diukur pada stasiun awal hingga ke stasiun akhir
4. Tinggi muka tanah digambarkan dengan garis hitam, didapat dari data
muka tanah perstasiun (berdasarkan peta situasi)
5. Tinggi muka jalan dihitung dari ketinggian trase jalan yang direncanakan
6. Selanjutnya akan kita dapatkan beberapa volume galian dan timbunan
(diusahakan sama), jika tidak memungkinkan usahakan volume galian 1,5
dari volume timbunan.
7. Dalam perhitungan kelandaian, harus sesuai dengan perencanaan sehingga
dalam perencanaan jalan jangan sampai melewati batas kelandaian
maksimum serta panjang kritisnya.
Panjang Landai maksimum dari tahap perencanaan jalan adalah sebagai
berikut :

Landai Max (%) 3 4 5 6 7 8 10 12


Panjang Kritis (m) 480 330 250 200 170 150 125 120

33
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Lengkung Vertikal I
Pada Stasiun 0 + 700 diketahui data sebagai berikut :
g1= +3,780 % g2= -1,550%
A = g1 - g2
= 3,780 % -(-1,550 %)
= +5,330% (cembung)
Dari Grafik, untuk kecepatan 100 km/jamdan A =+5,330% didapat panjang
landai L = 340 m.
 Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) :
 L  340 
0   700 -    800 -   0  530
 2  2 
 Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) : 0 + 700
 Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal):
 L  340 
0   700     700    0  870
 2  2 
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 5,330 2
y x2  x
200 L 200. 340

34
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Elevasi
Elevasai
STA x y Lengkung
Rencana Jalan
Vertikal
PLV 0 + 530.0 151.203 0 0 151.20327
0 + 564.0 152.489 34 0.09061 152.39801
0 + 598.0 153.774 68 0.36244 153.41153
0 + 632.0 155.059 102 0.81548 154.24383
0 + 666.0 156.345 136 1.44974 154.89491
PPV 0 + 700.0 157.630 170 2.26522 155.36478
0 + 734.0 157.103 136 1.44974 155.65343
0 + 768.0 156.576 102 0.81548 155.76086
0 + 802.0 156.050 68 0.36244 155.68707
0 + 836.0 155.523 34 0.09061 155.43207
PTV 0 + 870.0 154.996 0 0 154.99585

Elevasi STA 0+700


158.00

157.00

156.00

155.00

154.00 Elevasi Lengkung Vertikal

153.00 Elevasi Rencana Jalan

152.00

151.00

150.00
500 550 600 650 700 750 800 850 900

35
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Lengkung Vertikal II
Pada Stasiun 1 + 700diketahui data sebagai berikut :
g1 = -1,550 % g2 = +2,448 %
A = g1 - g2
= -1,550 % - 2,448 %
= -3,998 % (cekung)
Dari Grafik, untuk kecepatan 100 km/jam dan A = -3,998 % didapat panjang
landai L = 145 m.
 Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) :
 L  145 
1   700 -   1700 -   1  627.5
 2  2 
 Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) : 1 + 700
 Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal) :
 L  145 
1   700    1700    1  772,5
 2  2 
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 3.998 2
y x2   x
200 L 200.145

36
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Elevasai Elevasi Lengkung


STA x y
Rencana Jalan Vertikal
PLV 0 + 1627.5 143.25839 0 0 143.25839
0 + 1642.0 143.03371 14.5 -0.02898 143.06269
0 + 1656.5 142.80903 29 -0.11593 142.92496
0 + 1671.0 142.58436 43.5 -0.26084 142.84519
0 + 1685.5 142.35968 58 -0.46371 142.82339
PPV 0 + 1700.0 142.13500 72.5 -0.72455 142.85955
0 + 1714.5 142.48996 58 -0.46371 142.95367
0 + 1729.0 142.84492 43.5 -0.26084 143.10576
0 + 1743.5 143.19988 29 -0.11593 143.31581
0 + 1758.0 143.55484 14.5 -0.02898 143.58382
PTV 0 + 1772.5 143.90980 0 0 143.90980

Elevasi STA 1+700


144.00
143.80
143.60
143.40
143.20 Elevasi Lengkung
143.00 Vertikal
142.80 Elevasi Rencana
142.60 Jalan
142.40
142.20
142.00
1600 1650 1700 1750 1800

37
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

 Lengkung Vertikal III


Pada Stasiun 2 + 600 diketahui data sebagai berikut :
g1 = +2,448 % g2 = 1,953 %
A = g1 - g2
= +2,448 % - 1,953 %
= +0,495 % (cembung)
Dari Grafik, untuk kecepatan 100 km/jam dan A = +0,495% didapat panjang
landai L = 60 m.
 Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) :
 L  60 
2   600 -    2600 -   2  570,0
 2  2 
 Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal) : 2 + 600
 Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal) :
 L  60 
2   600     2600    2  630,0
 2  2 
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 0,495 2
y x2  x
200 L 200. 60

38
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Elevasai Elevasi Lengkung


STA x y
Rencana Jalan Vertikal
PLV 0 + 2570.0 163.43260 0 0 163.43260
0 + 2576.0 163.57948 6 0.00148 163.57800
0 + 2582.0 163.72636 12 0.00594 163.72042
0 + 2588.0 163.87324 18 0.01336 163.85988
0 + 2594.0 164.02012 24 0.02375 163.99637
PPV 0 + 2600.0 164.16700 30 0.03710 164.12990
0 + 2606.0 164.28420 24 0.02375 164.26045
0 + 2612.0 164.40140 18 0.01336 164.38804
0 + 2618.0 164.51860 12 0.00594 164.51266
0 + 2624.0 164.63579 6 0.00148 164.63431
PTV 0 + 2630.0 164.75299 0 0 164.75299

Elevasi STA 2+600


165.00
164.80
164.60
164.40
164.20
Elevasi Lengkung Vertikal
164.00
Elevasi Rencana Jalan
163.80
163.60
163.40
163.20
2560 2570 2580 2590 2600 2610 2620 2630 2640

39
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

40
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

41
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

B. Profil Melintang
Profil melintang untuk “Jalan Raya Sekunder II A”dengan klasifikasi medan
”Datar”mempunyai data sebagai berikut :
 Lebar perkerasan : 2 x 3,50 m
 Lebar bahu Jalan :2m
 Lebar saluran :1m
 Lereng melintang perkerasan : 2 %
 Lereng melintang bahu jalan : 4 %

Sebelumnya buat profil memanjang dengan data sebagai berikut untuk


menentukan rencana jalan:

STASIUN MUKA TANAH STASIUN MUKA TANAH


0 + 000 106.25 2 + 000 168.055
0 + 100 105.357 2 + 100 153.571
0 + 200 165.625 2 + 200 175
0 + 300 167.5 2 + 300 103
0 + 400 150 2 + 400 129.167
0 + 500 165 2 + 500 154.687
0 + 600 175 2 + 600 164.167
0 + 700 172.222 2 + 700 164.13
0 + 800 162.5 2 + 800 171.875
0 + 900 151.316 2 + 900 188.889
1 + 000 165 3 + 000 208.929
1 + 100 160 3 + 100 225
1 + 200 96.25 3 + 200 200
1 + 300 80.882 3 + 300 186.364
1 + 400 100 3 + 400 171.667
1 + 500 167.647 3 + 500 159.615
1 + 600 150 3 + 600 150
1 + 700 171.875 3 + 700 144.231
1 + 800 205 3 + 800 139.815
1 + 900 209.722 3 + 900 134.259

42
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Kemudian buat profil melintang pada muka tanah dengan data sebagai berikut
berdasarkan peta topografi:

Tinggi Profil Tanah Tinggi Profil Tanah


Stasiun Stasiun
Kiri As Kanan Kiri As Kanan
0 + 000 105 106.25 107.50 2 + 000 169.85 168.055 167.65
0 + 100 107.45 105.357 103 2 + 100 152.4 153.571 155.25
0 + 200 167.25 165.625 163.25 2 + 200 173.8 175 170
0 + 300 166.9 167.5 168.85 2 + 300 106 103 101.4
0 + 400 151.5 150 151.5 2 + 400 137.87 129.167 131.44
0 + 500 166.9 165 163.3 2 + 500 152.54 154.687 156.87
0 + 600 174.5 175 176.5 2 + 600 162.24 164.167 166.54
0 + 700 171 172.222 173.3 2 + 700 163.76 164.13 165.34
0 + 800 161 162.5 164 2 + 800 170.12 171.875 173.224
0 + 900 152.2 151.316 150 2 + 900 186.99 188.889 190.54
1 + 000 163.8 165 164.2 3 + 000 206.76 208.929 210.24
1 + 100 155 160 165 3 + 100 223.4 225 223.4
1 + 200 94 96.25 97.5 3 + 200 202.44 200 198.33
1 + 300 79.7 80.882 82.3 3 + 300 187.334 186.364 184.775
1 + 400 98 100 104 3 + 400 173.6 171.667 170.65
1 + 500 168.3 167.647 165.4 3 + 500 160.45 159.615 157.97
1 + 600 153 150 153 3 + 600 152.2 150 148.76
1 + 700 170.7 171.875 172.9 3 + 700 143.3 144.231 145.78
1 + 800 203.5 205 207.5 3 + 800 138.76 139.815 140.997
1 + 900 210.7 209.722 208.2 3 + 900 132.23 134.259 136.34

43
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Kemudianbuat profil melintangpada trase jalan dengan data sebagai berikut:


Tinggi Profil Rencana Jalan
Stasiun Kiri Kiri As
Kanan Jalan Kanan Bahu
Bahu Jalan Jalan
0 + 0 130.977 131.097 131.167 131.097 130.977
0 + 100 134.757 134.877 134.947 134.877 134.757
0 + 200 138.538 138.658 138.728 138.658 138.538
0 + 300 142.318 142.438 142.508 142.438 142.318
0 + 400 146.099 146.219 146.289 146.219 146.099
0 + 500 149.879 149.999 150.069 149.999 149.879
0 + 600 153.660 153.780 153.850 153.780 153.660
0 + 700 157.440 157.560 157.630 157.560 157.440
0 + 800 155.891 156.011 156.081 156.011 155.891
0 + 900 154.341 154.461 154.531 154.461 154.341
1 + 0 152.792 152.912 152.982 152.912 152.792
1 + 100 151.242 151.362 151.432 151.362 151.242
1 + 200 149.693 149.813 149.883 149.813 149.693
1 + 300 148.143 148.263 148.333 148.263 148.143
1 + 400 146.594 146.714 146.784 146.714 146.594
1 + 500 145.044 145.164 145.234 145.164 145.044
1 + 600 143.495 143.615 143.685 143.615 143.495
1 + 700 141.945 142.065 142.135 142.065 141.945
1 + 800 144.393 144.513 144.583 144.513 144.393
1 + 900 146.841 146.961 147.031 146.961 146.841
2 + 0 149.289 149.409 149.479 149.409 149.289
2 + 100 151.737 151.857 151.927 151.857 151.737
2 + 200 154.185 154.305 154.375 154.305 154.185
2 + 300 156.633 156.753 156.823 156.753 156.633
2 + 400 159.081 159.201 159.271 159.201 159.081
2 + 500 161.529 161.649 161.719 161.649 161.529
2 + 600 163.977 164.097 164.167 164.097 163.977
2 + 700 165.930 166.050 166.120 166.050 165.930
2 + 800 167.884 168.004 168.074 168.004 167.884
2 + 900 169.837 169.957 170.027 169.957 169.837
3 + 0 171.790 171.910 171.980 171.910 171.790
3 + 100 173.744 173.864 173.934 173.864 173.744
3 + 200 175.697 175.817 175.887 175.817 175.697
3 + 300 177.650 177.770 177.840 177.770 177.650
3 + 400 179.603 179.723 179.793 179.723 179.603
3 + 500 181.557 181.677 181.747 181.677 181.557
3 + 600 183.510 183.630 183.700 183.630 183.510
3 + 700 185.463 185.583 185.653 185.583 185.463
3 + 800 187.417 187.537 187.607 187.537 187.417
3 + 900 189.370 189.490 189.560 189.490 189.370

44
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

C. Galian dan Timbunan


Setelah diperoleh profil melintang, dihitung volume galian dan volume
timbunan.Untuk mencari luas dari penampang melintang, dapat dianggap
luasan berupa siku-siku, trapesium atau diperkirakan sedemikian rupa supaya
luasannya benar-benar mendekati kebenaran. Untuk menyelesaikannya,
gunakan tabel dengan keterangan sebagai berikut :
G = Luas penampang melintang galian satu stasiun (m2)
T = Luas penampang melintang timbunan satu stasiun (m2)

G = Luas penampang rata-rata galian antar 2 stasiun (m2)


T = Luas penampang rata-rata timbunan antar 2 stasiun (m2)
d = Jarak antar 2 stasiun
Vg = Volume galian antar 2 stasiun (m3)= G . d
Vt = Volume timbunan antar 2 stasiun (m3) = T . d
Catatan : Luas Trapesium = ½ x tinggi x (jumlah sisi sejajar)
Luas Segitiga = ½ x alas x tinggi

45
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

GALIAN DAN TIMBUNAN


Rata-rata Luas
Luas (m2) Jarak Volume (m3) Koordinat
Stasiun (m2)
(m) Mass Haul
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
0 + 000 0 19.551 0 19.5510 0 0 0 0
0 + 100 0 24.515 0 22.0330 100 0 2203.3 -2203.3
0 + 200 18.1211 0 9.0606 12.2575 100 906.055 1225.75 -2522.995
0 + 300 28.9941 0 23.5576 0 100 2355.76 0 -167.235
0 + 400 4.5933 0 16.7937 0 100 1679.37 0 1512.135
0 + 500 16.0733 0 10.3333 0 100 1033.33 0 2545.465
0 + 600 23.9233 0 19.9983 0 100 1999.83 0 4545.295
0 + 700 15.5461 0 19.7347 0 100 1973.47 0 6518.765
0 + 800 6.7485 0 11.1473 0 100 1114.73 0 7633.495
0 + 900 0 1.808 3.3743 0.9040 100 337.425 90.4 7880.52
1 + 000 12.0451 0 6.0226 0.9040 100 602.255 90.4 8392.375
1 + 100 9.1584 0 10.6018 0 100 1060.18 0 9452.55
1 + 200 0 57.795 4.5792 28.8975 100 457.92 2889.75 7020.72
1 + 300 0 81.179 0 69.4870 100 0 6948.7 72.02
1 + 400 0 46.195 0 63.6870 100 0 6368.7 -6296.68
1 + 500 24.7189 0 12.3595 23.0975 100 1235.95 2309.75 -7370.485
1 + 600 7.9046 0 16.3118 0 100 1631.18 0 -5739.31
1 + 700 35.4352 0 21.6699 0 100 2166.99 0 -3572.32
1 + 800 90.4407 0 62.9380 0 100 6293.8 0 2721.475
1 + 900 94.3947 0 92.4177 0 100 9241.77 0 11963.245
2 + 000 20.7849 0 57.5898 0 100 5758.98 0 17722.225
2 + 100 2.3181 0 11.5515 0 100 1155.15 0 18877.375
2 + 200 21.1446 0 11.7314 0 100 1173.14 0 20050.51
2 + 300 0 57.283 10.5723 28.6415 100 1057.23 2864.15 18243.59
2 + 400 0 21.485 0 39.3840 100 0 3938.4 14305.19
2 + 500 0 4.319 0 12.9020 100 0 1290.2 13014.99
2 + 600 1.0101 0.1635 0.5051 2.2413 100 50.505 224.125 12841.37
2 + 700 0.2263 1.036 0.6182 0.5998 100 61.82 59.975 12843.215
2 + 800 4.1081 0 2.1672 0.5180 100 216.72 51.8 13008.135
2 + 900 20.6425 0 12.3753 0 100 1237.53 0 14245.665
3 + 000 46.0357 0 33.3391 0 100 3333.91 0 17579.575
3 + 100 69.7944 0 57.9151 0 100 5791.51 0 23371.08
3 + 200 27.8146 0 48.8045 0 100 4880.45 0 28251.53
3 + 300 8.767 0 18.2908 0 100 1829.08 0 30080.61
3 + 400 0 4.724 4.3835 2.3620 100 438.35 236.2 30282.76
3 + 500 0 16.631 0 10.6775 100 0 1067.75 29215.01
3 + 600 0 28.691 0 22.6610 100 0 2266.1 26948.91
3 + 700 0 39.229 0 33.9600 100 0 3396 23552.91
3 + 800 0 49.097 0 44.1630 100 0 4416.3 19136.61
3 + 900 0 60.013 0 54.5550 100 0 5455.5 13681.11
JUMLAH 61074.36 47393.25

46
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Dari Tabel Analisa Galian dan Timbunan diatas, diperoleh total volume galian
sebesar 61074,36 m3 dan total volume timbunan sebesar 47393,25 m3.
Catatan:
Dalam perencanaan pekerjaan jalan, sebaiknya volume total antara galian dan
timbunan harus seimbang, agar dalam proses pekerjaan dapat menghemat waktu,
tenaga, dan biaya. Apabila dalam kondisi tertentu keadaan seimbang antara galian
dan timbunan sulit untuk dicapai, sebaiknya menghindari volume timbunan yang
berlebihan.

47
Perencanaan Geometrik Jalan 2016

Diagram Mass Haul


35000

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

-5000

-10000

Diagram Mass Haul

48

Anda mungkin juga menyukai