Anda di halaman 1dari 13

AGAMA

INDIVIDUAL LEARNING

“HUBUNGAN AGAMA/SPIRITUAL TERHADAP PANDANGAN KLIEN


TERHADAP KONSEP SEHAT-SAKIT”

Oleh :

Putri Amanda Saskianida Kuncoro

1602521049

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2016
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………….......................................................i

Daftar Isi ………………………………………………………………………...............ii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………............1

A. Latar Belakang……………………………………………….…………….........1

B. Tujuan …………………………………………………….……………….........1

C. Manfaat………………………………………………….…………………........1

Bab II Pembahasan ……………………………….……………………………….........2

A. Konsep Spiritual...................................................................................................2
B. Konsep Sehat-Sakit...............................................................................................3
C. Pandangan Klien Terhadap Konsep Sehat-Sakit..................................................7
D. Hubungan Spiritual Pada Pandangan Klien Terhadap Konsep Sehat-Sakit...9

Bab III Kesimpulan dan Saran ………………………………………………….........10

A. Kesimpulan ………………………………….………………………….….....10

B. Saran ……………………………….………………………………….…........10

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….........11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah nilai keabadian dan
kesehatan. Kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan variabel fisik,
psikologis, sosiologis, kultural, perkembangan, dan spiritual. Agama mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia untuk mengatur kemakmuran menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat. Salah satu penunjang kebahagiaan tersebut adalah memiliki tubuh yang sehat,
dengan tubuh yang sehat maka tubuh akan melakukan kegiatan spiritual dengan baik
yang akan meningkatkan kesejahteraan spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu
aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan
harapan (Clark et al, 1991). Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistik
kemanusiaan. Spiritualitas setiap individu mempengaruhi individu dalam membuat sudut
pandang terhadap konsep sehat-sakit yang dirasakannya.

B. Tujuan
1. Untuk mengkaji tentang konsep spiritual
2. Untuk mengkaji tentang konsep sehat-sakit
3. Untuk mengkaji pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit
4. Untuk mengkaji hubungan spiritual pada pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit
C. Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep spiritual
2. Mengetahui tentang konsep sehat-sakit
3. Mengetahui pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit
4. Mengetahui hubungan spiritual pada pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Spiritual

1
Spiritualitas sangat sulit untuk didefinisikan. Definisi individual tentang spiritualitas
dipengaruhi oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup, dan ide-ide mereka sendiri
tentang hidup. Meskipun spiritualitas sulit untuk didefinisikan tapi ada suatu definisi
tentang spiritual yaitu spiritual adalah keyakinan dalam hubungan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Spiritual sendiri menekankan pengertian hubungan
manusia dengan tuhannya dengan menggunakan media seperti peribadahan. Spiritualitas
memiliki dua karakteristik yang disetujui oleh sebagian penulis yaitu :
1. Spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita.
2. Spiritualitas merupakan keadaan hidup.

Kebutuhan spiritualitas adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk


menemukan arti, tujuan, menderita dan kematian, kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5
dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu arti dan tujuan hidup, perasaan misteri,
pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002). Spiritualitas
meliputi beberapa aspek yaitu :
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa.[1]
Istilah spiritual dan religi sering digunakan secara bertukaran dan ada hubungannya.
Namun demikian, kedua konsep tersebut tidak sama. Religi biasanya berkaitan dengan
“keadaan melakukan” atau suatu sistem penyatuan spesifik tentang praktik yang
berkaitan dengan denominasi atau bentuk ibadah tertentu. Sedangkan spiritual lebih
berkaitan dengan keyakinan seorang individu dalam berhubungan dengan tuhannya.

Setiap individu memiliki dimensi spiritual yang berbeda. Secara tradisional, model
holistik keperawatan tentang kesehatan telah mencakup dimensi berikut : fisik, psiko-
logis, kultural, perkembangan, sosial, dan spiritual. Setiap dimensi berhubungan dengan
dimensi lainnya, juga mengandung gambaran atau karakteristik yang unik. Dimensi
spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia
luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi
stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat

2
menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi
agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi
agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan
lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari,
2002).[2]
B. Konsep sehat – sakit
1. Konsep sehat
Terdapat beberapa definisi sehat oleh beberapa ahli yaitu :
a. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kesehatan ialah keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Sedangkan dalam Piagam Ottawa dikatakan bahwa kesehatan merupakan sumber
daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan ialah konsep
positif yang menekankan pada sumber daya pribadi,sosial dan kemampuan fisik.
Karakteristik dari definisi sehat oleh WHO dapatmeningkatkan konsep sehat
yang positif (Edelman dan Mandle, 1994) adalah :
 Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
 Memandang sehat denagn mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
 Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
b. Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

c. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama pada


tahun 1983. Meyebutkan bahwa kesehatan merupakan ketahanan jasmani, rohani,
dan sosial yang dimiliki oleh manusia sebagai karunia dari Allah yang wajib
disyukuri dengan cara mengamalkansegala ajaranNya.
d. Perkins. Menyatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan yang seimbang
dan dinamis antara bentuk & fungsi tubuh juga berbagai faktor yang
mempengaruhinya.

e. Paune (1983). Mengemukakan kesehatan sebagai fungsi yang efektif dari


sumber-sumber perawatan diri yang menjamin sebuah tindakan untuk perawatan

3
diri. Kesehatan merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukannya
untuk mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial &
spiritual.[3]

f. Neuman (1982). Menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keseimbangan


biopsiko, sosio, kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan yang fleksibel,
normal dan resisten.

g. White. Menjelaskan sehat sebagai suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak memiliki keluhan apapun atau tidak ada tanda-tanda kelainan atau
penyakit.

h. Konsep kesehatan masyarakat. Menjelaskan sehat adalah dimana orang dapat


bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari-hari.

i. Pender (1982). Menjelaskan bahwa sehat adalah perwujudan individu yang


diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi).

j. Parson. Menjelaskan bahwa sehat adalah kemampuan optimal individu untuk


menjalankan peran dantugasnya secara efektif.[4]

Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan sehat adalah saat seorang
individu dapat menjalankan aktivitasnya dengan normal dan tidak merasa adanya
keluhan. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak
hanya bebas dari penyakit. Sehat bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang dapat
diperoleh atau suatu benda, suatu bagian tubuh, atau suatu fungsi tubuh seperti
pendengaran, penglihatan, atau pernapasan. Sehat adalah suatu keadaan dimana
seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada dirinya. Sehat
dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis di mana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan
eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan internal terdiri
dari beberapa faktor yaitu psikologis, dimensi intelektual dan spiritual, dan proses
penyakit. Lingkungan eksternal terdiri dari faktor di luar individu antara lain
variabel lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi.

2. Konsep sakit

4
Sakit bukan hanya keadaan di mana individu mengalami suatu penyakit. Tetapi
sakit adalah suatu keadaan di mana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Seseorang yang sedang sakit pada umumnya
mempunyai perilaku yang menurut istilah sosiologi kedokteran disebut perilaku
sakit. Perilaku sakit mencakup cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan
dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya, melakukan upaya penyembuhan,
dan menggunakan sistem pelayanan kesehatan (Mechanic, 1982).

Perilaku sakit dipengaruhi oleh variabel internal dan eksternal. Variabel internal
yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat klien sakit antara lain
persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Artinya, jika klien
merasa yakin bahwa gejala sakit yang dialaminya mengganggu aktivitasnya sehari –
hari maka klien akan cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan saat klien
tidak memandang seuatu gejala dapat menjadi suatu gangguan baginya. Akan tetapi,
persepsi sperti itu juga dapat berdampak yang sebaliknya. Individu mungkin merasa
takut mengalami sakit yang serius, bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan kesehatan.

Variabel eksternal yang mempengaruhi perilaku sakit klien terdiri dari gejala
yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi,
kemudahan akses ke dalam sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
Gejala yang dapat dilihat dari suatu penyakit dapat berpengaruh pada citra tubuh
dan perilaku sakit. Kelompok sosial klien mungkin akan membantu mereka untuk
mengenali ancaman penyakit, atau memberi dukungan pada klien untuk
menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Perilaku sakit dapat
diinterpretasikan dan dijelaskan menurut pengalaman dan harapan pribadi. Latar
belakang budaya dan etik mengajarkan seorang individu bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Akses klien ke dalam sistem pelayanan
kesehatan sangat erat hubungannya dengan pengaruh faktor ekonomi. Sistem
pelayanan kesehatan merupakan suatu sistem sosioekonomi di mana klien harus
masuk, berinteraksi dengannya, dan kemudian ke luar dari sistem tersebut.

Walaupun perilaku sakit individu dapat dipengaruhi variabel internal dan


eksternal, tapi pada umumnya setiap individu melalui lima tahap perilaku sakit.
5
Pola ini terdiri daro bagaimana individu mencari, menemukan, dan mengikuti
sampai selesai pelayanan kesehatan yang diberikan. Lima tahap perilaku sakit
tersebut adalah :

 Tahap 1 : Mengalami gejala.


 Tahap 2 : Asumsi tentang peran sakit.
 Tahap 3 : Kontak dengan pelayanan kesehatan.
 Tahap 4 : Peran klien dependen.
 Tahap 5 : Pemulihan dan rehabilitasi.
3. Konsep sehat-sakit
Model adalah suatu cara teoretis untuk memahami sebuah konsep atau ide.
Karena konsep sehat dan sakit merupakan konsep yang rumit, maka digunakan
berbagai model untuk memahami hubungan antar kedua konsep ini dengan sikap
klien terhadap kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan. Model yang digunakan
adalah model kontinum sehat-sakit, model kesejahteraan tingkat tinggi, model
agens-pejamu-lingkungan, model keyakinan-kesehatan, model peningkatan-
kesehatan.

Menurut model kontinum sehat-sakit ini, sehat adalah sebuah keadaan yang
dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap
berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya untuk
mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan
spiritual yang sehat. Sakit adalah sebuah proses di mana fungsi individu dalam satu
arah atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat sakit merupakan
kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa tingkat, maka akan lebih akurat bila
ditentukan dengan titik tertentu atau kontinum sehat-sakit.

Model sejahtera tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi


sehat pada setiap individu. Model ini menuntut individu untuk mampu
mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu
dalam lingkungan. Model ini mencakup kemajuan ke arah tingkat fungsi yang
lebih tinggi, yang menjadi suatu tantangan yang terbuka dan luas dimana individu
mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal.

Model agens-penjamu-lingkungan dikembangkan menjadi sbeuah model untuk


menggambarkan penyebab sakit pada area kesehatan yang lain. Menurut

6
pendekatan ini, tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh
hubungan yang dinamis antara agens, penjamu, dan lingkungan. Agens adalah
berbagai faktor internal dan eksternal yang dengan atau tanpanya dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau tidak. Penjamu adalah seseorang atau
sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu. Lingkungan
adalah faktor yang ada diluar penjamu.

Model keyakinan-kesehatan menurut Rosnstoch (1974) dan Becker dan Maiman


(1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang
ditampilkannya. Model tersebut memberikan cara bagaimana memahami dan
memperkirakan bagaimana klien aka berperilaku sehubungan dengan kesehatan
mereka dan bagaiman mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

Model peningkatan-kesehatan adalah model yang berfokus pada tiga fungsi


yaitu mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan
partisipasi untuk meningkatkan kesehatan, mengatur berbagai tanda ke dalam
sebuah pola untuk menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi klien dalam
perilaku peningkatan kesehatan. Fokus model ini adalah untuk menjelaskan alasan
keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan.

C. Pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit.


Pandangan setiap individu terhadap konsep sehat-sakit itu berbeda – beda. Karena
pola pikir dan pola perilaku seseorang mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Pada
dasarnya keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel
intelektual, yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan peyakit, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman di masa lalu. Variabel – variabel inilah yang
mempengaruhi pola pikir seseorang. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir
seseorang, termasuk membentuk kemampuan untuk memahami faktor – faktor yang
berkaitan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan
penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan diri sendiri.
Selain itu persepsi individu juga memegang peranan yang cukup besar dalam
menentukan pandangannya terhadap konsep sehat-sakit itu sendiri. Persepsi itu sendiri
merupakan cara seseorang untuk merasakan fungsi fisiknya yang berakibat pada
keyakinannya terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Persepsi itu biasanya
muncul jika seorang individu sudah pernah merasakan adanya suatu penyakit pada
tubuhnya dan berhasil untuk sembuh maka akan mengubah persepsi klien tentang
7
keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya. Semakin kuat
atau lemahnya persepsi seseorang tentang keadaan sehat atau sakit pada tubuhnya maka
akan menentukan sikap yang akan diambilnya untuk mempertahankan kesehatannya.
Faktor emosional juga mempengaruhi pandangan klien terhadap keyakinan kesehatan
dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stress dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya. Sedangkan seseorang yang memiliki respon emosional yang kecil akan
cenderung tenang dalam menghadapi keadaan sehat-sakitnya.
Praktik di keluarga juga dapat menentukan pandangan klien terhadap konsep sehat-
sakit artinya jika dalam suatu keluarga menetapkan untuk menerapkan konsep hidup
sehat maka klien akan terbiasa dengan konsep sehat sedangkan jika keluarga klien juga
terbiasa cepat dalam menanggapi respon suatu gejala penyakit maka klien akan memiliki
pandangan yang serupa. Sehingga dengan hal tersebut klien dapat memahami rentang
sehat-sakit dalam keluarganya.
Faktor sosioekonomik cukup mempengaruhi pandangan klien terhadap konsep sehat –
sakit yaitu variabel sosial dapat mempengaruhi klien berpandangan tentang sehat-
sakitnya dan menentukan perlukah klien memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan. Sedangkan variabel ekonomi mempengaruhi tingkat kesehatan klien
sehingga membuat klien berpandangan apakah klien bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan dan menentukan dimana klien akan mendapatkannya.
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu
sehingga mempengaruhi klien dalam memandang sehat sakitnya dan menentukan klien
masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan dan melaksanakannya.

D. Hubungan spiritual pada pandangan klien terhadap konsep sehat-sakit


Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau
teman, dan kemampuan mencapai harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak
sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang
akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang
luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap
kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan
untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan
untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu
cara seseorang berlatih secara spiritual. Dan dalam menjalankan perintah agama

8
dibutuhkan tubuh yang sehat sehingga seorang individu akan berpikiran untung selalu
sehat demi menjalankan ajaran agama. Tapi jika seorang individu sakit dia akan
berpikiran atau menjadikan agama sebagai sebuah motivasi untuk penyembuhan.

Ketika seseorang merasakan sakit maka kekuatan spiritual akan memberikan sesuatu
seperti obat yang mendorong klien ke arah penyembuhan sehingga membuat klien
berpandangan tentang keadaan sehat-sakitnya. Klien akan mulai berpikir dan mulai
mengajukan pertanyaan tentang nilai spiritual mereka.

Jika seorang individu memandang konsep sehat-sakit dalam hidupnya dari segi
spiritual maka dia tidak akan merasa cemas dengan keadaan sehat-sakitnya dan merasa
khawatir akan hal tersebut. Karena spiritual mengajarkan ketenangan dan menekankan
hubungan dengan yang maha tinggi. Sehingga saat seorang individu sehat maupun sakit
dia akan berpikir bahwa itu adalah anugerah dari Tuhan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritual sangat erat kaitan nya terhadap klien dalam memandang kehidupannya
karena spiritual merupakan keyakinan pada diri klien. Bagi seorang klien yang cukup
memahami spiritualitas dalam tubuhnya akan memandang spiritualitas adalah nilai,
keyakinan, dan panduan dalam menjalankan hidupnya. Spiritualitas erat kaitannya
dengan agama dimana dalam agama ada ajaran-ajarannya yang sering disebut spiritual.
Dalam menjalankan ajaran – ajaran agama klien harus memiliki tubuh yang sehat.
Sedangkan sehat dan sakitnya seorang manusia itu berhubungan sangat erat. Bisa saja

9
seseorang hari ini sehat tapi besok dia sakit begitupun sebaliknya. Jika seseorang
memiliki spiritualitas yang kuat dalam dirinya dia tidak akan terganggu dengan keadaan
seperti itu dan mampu memandang konsep sehat-sakit secara baik.
B. Saran
Dalam menjalankan ajaran agama kita harus dalam keadaan yang sehat, tidak hanya
sehat fisik atau jasmani tetapi juga sehat rohani atau spiritual kita baik. Maka dari itu
seorang individu harus bisa saling mendukung, saling melengkapi, dan saling bekerja
sama antara kesehatan fisik dan kesehatan rohaninya agar dalam menjalankan
kehidupannya dapat terarah dan memiliki tujuan yang benar.

DAFTAR ISI

1. Faizah, Noor. 2016. Konsep spiritual. digilib.unimus.ac.id Diakses pada tanggal 16


Oktober 2016.
2. Potter, Patricia A. & Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4 volume 1.
Jakarta. EGC.
3. Anonim. 2015. Definisi sehat menurut para ahli kesehatan. http://sehat.link/ Diakses pada
tanggal 16 Oktober 2016.
4. Anonim. 2015. 10 Pengertian kesehatan menurut pada ahli.
http://www.seputarpengetahuan.com/ Diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

10
11

Anda mungkin juga menyukai