Emila Cahya Aisyah
Emila Cahya Aisyah
OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh :
Nama : Emila Cahya Aisyah
ii
iii
NIM : 192311101012
FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui,
PJ Program Profesi Ners PJMK
Menyetujui,
Wakil Dekan I
DAFTAR ISI
halaman
iii
iv
iv
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ini terdapat aktivitas mitosis dan bertanggung jawab dalam pembaruan sel
epidermis secara konstan.
2. Stratum spinosum adalah lapisan yang terdapat berkas-berkas filamen
yang dinamakan tanofibril yang memeang peranan untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
3. Stratum granulosum terdiri dari 3-5 lapisan sel polygonal dengan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin sebagai
prekursor pembentukan keratin.
4. Statum lusidum adalah lapisan jernih dari sel gepeng tidak bernukleus
yang mati atau hampir mati yang berupa garis transluen. Biasanya
terdapat pada kulit tebal kaki dan telapak tangan
5. Stratum korneum terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Lapisan dermis
Lapisan dermis merupakan bagian yang dianggap sebagai true skin, terdiri
atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
lapisan subkutis. Lapisan dermis terdiri dari lapisan papiler (lapisan tipis yang
mengandung jaringan ikat jarang.) dan lapisan retikuler (lapisan tebal yang
terdiri dari jaringan ikat padat). Lapisan dermis mempunyai banyak jaringan
pembuluh darah. Pada lapisan ini, terdapat folikel rambut, kelenjar subasea, dan
kelenjar keringat (Wasitaatmadja, 1997).
c. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis adalah lapisan kulit setelah lapisan dermis yang berfungsi
untuk menunjang darah ke dermis untuk regenerasi, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh, dan mechanical shock absorber. Lapisan subkutis
terdiri dari banyak pembuluh darah, lapisan lemak dan juga pada lapisan ini
terdapat ujung-ujung syaraf (Sloane, 2003).
3
Setelah terjadi kerusakan pada struktur kulit atau terjadinya luka, tubuh akan
berupaya memulihkan kerusakan jaringan kembali dan berfungsi normal dengan
cara membuang sel yang rusak dan menggantinya dengan yang baru melalui
proses penyembuhan luka (Gibson, 2003). Secara fisiologis, proses penyembuhan
luka terdiri dari 4 fase utama yaitu (Morison, 2004) :
a. Respon inflamasi akut terhadap cedera mencakup hemostasis, pelepasan
mediator (histamin untuk melebarkan pembuluh darah atau vasodilatasi) dari
sel-sel yang rusak dan migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan
makrofag) ke tempat yang rusak. Fase inflamasi terjadi pada hari pertama
luka sampai hari ke 4 luka.
b. Fase destruktif adalah fase pembersihan jaringan yang mati dan mengalami
devitasilasasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
c. Fase poliferatif yaitu pada saat fibrolas meletakkan substansi dasar dan
serabut-serabut kolagen, serta pembentukan pembuluh darah kapiler baru oleh
tunas endotelial (angiogenesis). Tanda-tanda inflamasi berkurang dan muncul
jaringan granula yang merupakan penyokong substansi dasar dan serabut
kolagen. Fase poliferasi berlangung pada hari ke 6 sampai dengan 3 minggu.
d. Fase maturasi mencakup re-epitelisasi, kontaksi luka oleh myofibrolas dan re-
organisasi jaringan ikat oleh fibrosit. Pada fase ini terdapat remodeling luka
4
C. Epidemiologi
Insidensi dan prevalensi terjadinya dekubitus di Amerika tergolong masih
tinggi, berdasarkan hasil penilitian menunjukkan bahwa insidensi terjadinya
decubitus bervariasi tapi sceara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi pada
tatanan perawatan akut, 15-25% di tatanan perawatan jangka panjang dan 7-12%
di tatanan perawatan rumah/homecare. Tingkat prevalensi luka tekan yang
dilaporkan secara internasional berkisar antara 4,3% hingga 35,1%, dan tingkat
insiden luka tekan yang dilaporkan berkisar dari 2,5% hingga 25,16%
(Santamaria, 2018). Di Indonesia kira-kira 28% pasien di rumah sakit mengalami
dekubitus.
D. Etiologi
Faktor penyebab menurut Potter dan Perry (2013), antara lain:
a. Faktor eksternal:
1. Penekanan
Tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu lama yang
mengakibatkan gangguan aliran oksigen ke jaringan.
2. Gesekan dan pergeseran
Gaya gesekan dapat menimbulkan luka iskemik, hal ini disebabkan pasien
diatas tempat tidur kemudian merosot dan kulit seringkali mengalami
regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadi iskemik pada jaringan.
3. Kelembapan
Kondisi kulit pasien yang lembab akan membuat kulit menjadi maserasi.
Adanya gesekan dan pergeseran, memudahkan kulit mengalami kerusana.
Kelembapan ini akibat dari inkontinensia, drain luka, banyak dan banyak
keringat..
b. Faktor Internal:
1. Usia
Usia dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya dekubitus. Pada usia
lanjut lebih mudah terjadi dekubitus karena adanya penurunan elastisitas,
dan kurangnya sirkulasi pada dermis.
5
2. Temperatur
Peningkatan temperatur akan beresiko terhadap iskemik jaringan. Selain
itu, dengan menurunnya elastisitas kulit akan tidak toleran terhadap
adanya gaya gesekan dan pergerakan sehingga akan mudah mengalami
kerusakan kulit.
3. Nutrisi
Malnutrisi merupakan salah satu faktor penyebab dekubitus. Pada pasien
dengan tingkat serum albumin yang rendah (hypoalbumin) lebih rentan
mengalami kerusakan pada kulit.
4. Tekanan interface
Tekanan interface merupakan suatu pengukuran kualitatif yang didapatkan
dari hasil pengukuran pada rongga antara tempat tidur dan tubuh dalam
millimeter air raksa (mmHg). Semakin tinggi tekanan interface maka
semakin beresiko untuk terjadi dekubitus. Hal ini dikarenakan dengan
meningkatnya tekanan interface dapat menyebabkan sumbatan pada
pembuluh kapiler dan gangguan pada sistem limfatik yang menghasilkan
kerusakan jaringan dan perkembangan pada luka dekubitus.
Hipertemi
2. Clinical Pathway
Traumatic Jaringan
Nyeri Akut
Pergerakan terbatas
F. Penatalaksanaan
1. Pengaturan posisi
Pengaturan posisi yang baik dan benar merupakan salah satu pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah luka dekubitus. Salah satu posisi yang
biasa diterapkan adalah dengan pengaturan posisi lateral 30 derajat. Posisi ini
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya luka pada pasien yang
mengalami penurunan kemampuan gerak tersebut.
2. Terapi fisik
Luka dekubitus dapat disembuhkan dengan memberikan terapi fisik, yaitu
degan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.
3. Terapi diet
Terapi diet dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan pada luka.
Nutrisi yang diberikan harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin,
mineral, dan air yang cukup.
4. Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan dengan tujuan untuk mencegah infeksi (mikroorganisme masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka. Perawatan luka
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Potter dan Perry, 2013):
a. Perawatan luka basah : tindakan pilihan untuk Perawatan luka basah
dilakukan pada luka bersih yang terkontaminasi dan luka yang
memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan mati
atau yang berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai
sekeliling jaringan yang sehat). Tujuan dilakukannya perawatan luka basah
adalah membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik, mengabsorbsi eksudat
dan debris luka, serta membantu menarik kelebaban kedalam balutan.
b. Perawatan luka kering : balutan kering yang melindungi luka dengan
drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme. Balutan luka kering
hanya berupa bantalan kasa yang tidak melekat ke jaringan luka dan
menyebabkan iritasi yang sangat kecil. Prinsip tindakan pada perawatan
luka kering adalah selama luka terbuka, pemasangan balutan kering
memerlukan teknik steril. Tujuan dilakukannya perawatan luka kering
adalah untuk menurunkan nyeri, meningkatkan penyembuhan luka,
memelihara lingkungan lembab, perlindungan dari kontaminasi luar,
8
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes, gagal ginjal, immunosupresi, gastrointestinal,
trauma infesi dan lain-lain. Pengkajian kronologi terjadinya luka antara lain
sejak kapan, bagaimana kejadiannya, ukuran awal kejadian, dan gejala yang
dirasakan. Pengkajian riwayat luka mencakup faktor yang dapat memperberat
atau mempercepat proses luka. Jika luka kornis, pengkajian mencakup lama
luka, bagaiman pengobatannya, dan penyakit penyerta. Jika luka akut,
pengkajian meliputi lama luka dan adanya benda asing yang masuk.
b. Riwayat psikososial
Mengkaji mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami oleh pasien
berhubungan dengan masalah kesehatannya serta tanggapan keluarga
terhadap kondisi kesehatannya. Kaji pula pemahaman pasien tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan yang dilakukan untuk
mencegah komplikasi
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya dilakukan pada tempat luka namun juga kodisi
fisik secara umum (Stotts dan Cavanaugh, 1999), dan tanda-tanda vital karena
adanya pendarahan bisanya disertai perubahan tanda-tanda vital seperti
kenaikan denyut nadi, percepatan pernapasan, dan penurunan tekanan darah.
Mengkaji keadaan luka pada tiga kategori yaitu:
1. Vasculer ulcer : mengevaluasi kulit, kuku, rambut, warna, capillary refil
time, temperatur, nadi, edema ekstremitas.
2. Arterial ulcer : adanya kelemahan atau hilangnya denyut nadi, kuli, dan
hilangnya rambut pada ekstremitas
3. Neuropatic ulcer : mengkaji menggunakan Wagner scale untuk pengkajian
luka tekan.
d. Gambaran luka
9
Pengkajian luka juga mengkaji gambaran luka serta area sekitarnya, dengan
cara:
1. Inspeksi
- Kaji gambaran luka yang meliputi warna, bau, cairan yang keluar dari luka
serta gambaran sekitar luka serta kaji tanda penyembuhan luka.
- Kaji adanya pendarahan, gejala inflamasi (rubor, kolor, dolor, tumor, dan
functiolesa).
- Kaji luas luka, kedalaman luka, dan lokasi luka
2. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan adanya pembengkakan dan respon
nyeri pada luka
e. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeti daerah luka meliputi penyebab nyeri, lokasi nyeri, kualitas
nyeri, skala nyeri, serta , intensitas nyeri dan perubahan intensitas nyeri yang
dihubungkan dengan perubahan yang terjadi pada luka
f. Aktivitas dan istirahat
Kaji adanya kelemahan, kesulitan bergerak, kemandirian melakukan aktivitas
sehari-hari, gangguan istirahat, dan tachicardi/tachipnea saat melakukan
aktivitas.
g. Eliminasi
Kaji adanya perubahan pola eminasi sebelum sakit dan saat sakit.
DAFTAR PUSTAKA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
2. Keluhan Utama:
Pusing
c. Imunisasi:
pasien tidak tahu
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
//
: Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Clinical Sign :
nafsu makan menurun, mual, nyeri perut, pusing, lemas
Interpretasi :
Klien mengeluh merasakan hal tersebut sebelum MRS
Interpretasi :
Pasien melakukan makan sedikit tapi sering agar tidak merasa lemas walaupun disertai mual
dan muntah
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Interpretasi :
Pasien memiliki 1 orang anak tunggal
2. Mata
Inspeksi : sklera putih, konjungtiva pucat, pupil hitam
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada cuping hidung
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : bibir simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi : leher normal
Palpasi : tidak ada benjolan
7. Dada
Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : denyut jantung normal
Perkusi : suara jantung normal redup
Auskultasi: tidak ada suara tambahan seperti murmur
Paru
Inspeksi : pernafasan pasien simetris normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi: bunyi nafas vasikuler
8. Abdomen
Inspeksi : simetris, pernafasan diafragma normal, tidak ada lesi
Palpasi : ada nyeri bagian abdomen dengan skala 6 dan seperti ditusuk-tusuk di semua
bagian perut
9. Genetalia dan Anus
Tidak terkaji
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada benjolan, normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada benjolan, jempol kaki kanan post amputasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
11. Kulit dan kuku
Kulit
V. Terapi
Tanggal : 4 September 2019
Metronidazole 3x500 mg (infus)
Santagesik 3x1 gr (injeksi)
Ranitidine 2x50 mg (injeksi)
Ondansentron 3x4 ml (injeksi)
Ceftriaxon 2x1 g (injeksi)
Omeprazole 2x1 g (injeksi)
Deskripsi Terapi
Farmako
Indikasi dan
dinamik dan
No Jenis Terapi Dosis Rute Kontra Efek Samping
Farmako
indikasi
Kinetik
1 infus Metronidazole 3x500 IV Untuk Mual muntah,
mg mengatasi penurunan
infeksi, nafsu makan
memiliki
riwayat alergi
atau sedang
hamil
2 injeksi Santagesik 3x1 gr IV Untuk Hipotensi,
mengatasi nyeri dispneu
3 injeksi Ranitidine 2x50 IV Untuk luka Pusing, mual
mg lambung, mual
dan muntah
4 injeksi Ondansentron 3x4 ml IV Mengatasi mual Pusing,
dan muntah mengantuk,
konstipasi
5 injeksi Ceftriaxon 2x1 g IV Antibiotik Mual muntah,
untuk mengatasi sakit perut
infeksi
6 injeksi Omeprazole 2x1 g IV Untuk Pusing,
mengatasi gangguan
gangguan pencernaan
lambung
Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi pada pasien
Selasa, 4 September 2019
Pengambil Data
Kerusakan
integritas kulit
2 DS : Insomnia
- Pasien mengatakan sulit tidur Nyeri bagian perut
karena pusing
DO :
- Pasien hanya bisa tidur 2-4 Tidak nyenyak Emil
jam sehari tidur
Insomnia
Tanggal
No Diagnosis Keperawatan Keterangan
perumusan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis 3 September
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dibagian perut, 2019
nyeri seperti ditusuk-tusuk. Emil
2. keringat 2 √ pecah
g. Monitor adanya edema pada daerah yang
3. Integritas kulit 2 √ √
teramputasi
Keterangan :
h. Monitor penyembuhan luka pada tempat
1. Sangat terganggu
insisi
2. Banyak terganggu
i. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
3. Cukup terganggu
status pernafasan dengan tepat
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
1 Jam tidur 2 √
2. Kualitas tidur 2 √
3. Mudah bangun pada 2 √ √
saat yang tepat
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2 3 a. Mendorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi a. Pasien mengatakan kesulitan
September merubah posisi
2019 / b. Memposisikan pasien sesuai dengan kesejajaran posisi tubuh b. Sulit untuk mengganti posisi
12.40 yang tepat
Emil
c. Meninggikan bagian tubuh yang terkena dampak c. Kaki diberi bantal
d. Menghindarkan kulit dari kelembapan berlebihan yang berasal d. Klien dan keluarga menjaga kulit
dari keringat, cairan kaki tetap kering
3 3 a. Memonitor waktu dan lama istirahat pasien a. Pasien bisa istirahat 4 jam dalam
September sehari
2019 / b. Membantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat b. Pola tidur pasien terjadwal
Emil
13.00 c. Menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien c. Sekitar tempat tidur pasien dibuat
senyaman mungkin
2 4 a. Melembapkan kulit yang kering dari pecah-pecah a. keluarga membantu pasien menjaga
September kelembapan kulit lainnya yang
2019 / pecah-pecah Emil
10.30 b. Memonitor adanya edema pada daerah yang teramputasi b. Mengecek tiap saat luka amputasi
c. Memonitor penyembuhan luka pada tempat insisi c. Pasien dan keluarga juga mengecek
keadaan luka amputasi
3 4 a. Menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien a. Sekitar tempat tidur pasien dibuat
September senyaman mungkin
2019 / b. Meletakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan b. keluarga mendekatkan benda-benda
Emil
11.00 pasien pasien
c. Membatasi pengunjung c. Keluarga memberitahukan para
keluarganya untuk berkunjung
sesekali saja
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
Implementasi (I) :
Respon
Jam Implementasi Paraf
(Evaluasi Formatif)
09.00 Membantu klien (dan orang-orang Klien dan keluarga mencoba
terdekat klien) untuk mengkaji makan sedikit tapi sering
dan memecahkan masalah walaupun mual
personal yang berkontribusi
terhadap terjadinya gangguan
Emil
makan
09.15 Memberi tanggung jawab terkait Klien dan keluarga makan
dengan pilihan-pilihan makanan makanan dari rumah sakit
dan aktivitas fisik dengan klien
dengan cara yang tepat
Emil
09.30 Memberikan dukungan dan Keluarga menerima anjuran
arahan jika diperlukan dari perawat tentang makan
sedikit tapi sering
Emil
10.30 Mengkolaborasi dengan tim Klien dan keluarga makan
kesehatan lain untuk makanan yang sudah
mengembangkan rencana dianjurkan oleh ahli gizi
perawatan dengan melibatkan rumah sakit.
klien dan orang-orang terdekatnya
Emil
dengan tepat
Evaluasi (E) : Pasien merasa paham dan bisa makan walaupun sedikit.
10.30 Melatih tarik nafas dalam bagi Klien mencoba tarik nafas
pasien dalam saat nyeri yang
dirasakan
Emil
10.45 Melibatkan keluarga dalam Keluarga membantu
modalitas penurun nyeri, jika menenangkan pasien jika
memungkinkan pasien merasakan nyeri di
kedua kakinya
Emil