Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan.Sebagian besar intervensi medik menggunakan
obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam
jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik
(Sambara, 2007).
Saat ini banyak sekali beredar berbagai macam jenis obat baik itu
produk generik maupun produk dagang, pada umumnya konsumen atau
masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi produk obat
bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu disebabkan
adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah dari pada
produk yang bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006).
Dokter juga sering kali memberikan resep non generik kepada
pasien sebagai pilihan untuk pengobatan, padahal harga produk merk
dagang lebih mahal dari obat generik, sehingga bagi pasien yang tidak
mampu sering membeli setengah dari resep dokter.Hal ini sangat
berbahaya, terutama bila obat tersebut adalah antibiotik.Mutu dijadikan
dasar acuan untuk mendapatkan kebenaran khasiat (efikasi) dan keamanan
(safety). Mutu sediaan obat dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain
aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia dimana sediaan
obat (tablet, kapsul, dan sediaan lainnya) harus memenuhi kriteria
farmakope (Harianto dkk, 2006). Hasil Survei Ekonomi Nasional 2010
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang mengeluh sakit selama
sebulan sebelum survai dilakukan sebesar 25,49% di perkotaan dan
pedesaan, keluhan terbanyak mencakup demam, sakit kepala, batuk, dan
pilek. Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk

1
Indonesia yang mengeluh sakit persentase terbesar adalah pengobatan
sendiri (58,78%), terutama menggunakan obat (83,88%), sisanya
menggunakan obat tradisional dan atau cara tradisional (BPS, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan prinsip pemberian obat?
2. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kerja obat?
3. Jelaskan prosedur pemberian obat?
4. Jelaskan reaksi obat?
5. Jelaskan persiapan pemberian obat?
6. Jelaskan perhitungan dosis obat?
7. Jelaskan teknik pemberian obat?
8. Jelaskan pemberian medikal oral?
9. Jelaskan pemberian medikal parenteral?
10. Jelaskan pemberian medikal topical?
11. Jelaskan pemberian medikasi suppositoria?

C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip pemberian obat
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat
3. Mengetahui prosedur pemberian obat
4. Mengetahui reaksi obat
5. Mengetahui persiapan pemberian obat
6. Mengetahui perhitungan dosis obat
7. Mengetahui teknik pemberian obat
8. Mengetahui pemberian medikal oral
9. Mengetahui pemberian medikal parenteral
10. Mengetahui pemberian medikal topical
11. Mengetahui ppemberian medikasi suppositoria

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Pemberian Obat


1. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada
pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran
obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang
sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan
klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus
mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien
meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan perawat
harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan. Sebelum
mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat mengembalikan obat ke tempat
penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan obat dari
tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat
benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat untuk
membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair harus
dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

3
b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan dengan mempertimbangkan berat badan klien
(mg/BB/hari), dosis obat yang diminta/diresepkan, dan tersedianya
obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain.
c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan
d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien

4. Benar Cara Pemberian


Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat
yang diberikan diantaranya inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual,
peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh
tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan
respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
a. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan yang
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas sehingga berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya.
b. Rektal yaitu pemberian obat melalui rektum yang berbentuk enema
atau supositoria yang memiliki efek lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid
supp), hemoroid (anusol), konstipasi (dulcolax supp).
c. Topikal yaitu pemberian obat melalui membran mukosa atau kulit
misalnya tetes mata, spray, krim, losion, salep.
d. Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui saluran cerna atau
diluar usus yaitu melalui vena (perinfus/perset).
e. Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak dipakai karena
aman, nyaman, dan ekonomis dan obat juga dapat diabsorpsi melalui
rongga mulut seperti Tablet ISDN.

4
5. Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan
kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar sesuai
dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:
a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa
yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung seperti
aspirin dan kalium bersama-sama dengan makanan.
c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan
makanan, sebelum makan, atau sesudah makan.
d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari
dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu
paruh panjang diberikan sehari sekali.
e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk
mempertimbangkan kadar obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali
sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam kali sehari
f. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di
rumah sakit.Perawat harus selalu mencatat informasi yang sesuai
mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap
pengobatan.Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat
diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan.

7. Benar Evaluasi
Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau memeriksa efek
kerja obat kerja tersebut

5
8. Benar Pengkajian
Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda
vital (TTV).

9. Benar Reaksi dengan Obat Lain


Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol diberikan dengan
chloramphenicol.
10. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena akan
mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya
Indometasin dan ada obat yang harus diminum sebelum makan misalnya
Tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.

11. Hak Klien Untuk Menolak


Perawat harus memberikan “inform consent” dalam pemberian obat dan
klien memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut

12. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien


Perawat memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan obat kepada pasien, keluarga
pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai perubahan-perubahan
yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek samping dan
reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan setelah pemberian
obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, penggunaan obat
yang baik dan benar, dan sebagainya.

6
B. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Obat
1. Jenis Kelamin
Berat badan seorang wanita umunya lebih ringan dibandingkan berat
badan laki-laki.Selain itu, intensitas efek obat dapat berbeda yang
disebabkan oleh perbedaan hormonal, oleh karena itu daya kerja obat
wanita dan laki-laki harus disesuaikan dosisnya agar daya kerja obat itu
sendiri bisa maksimal.
2. Usia Pengguna Obat
Bayi yang lahir prematur akan hiper aktif terhadap sebuah obat, karena
sistem enzim yang diperlukan untuk proses biotransformasi dan fungsi
ginjal belum sempurna seperti anak-anak ataupun orang dewasa.
3. Variasi Biologi
Setiap individu memiliki sifat khas tertentu yang dapat menimbulkan
perbedaan reaksi terhadap obat. Dengan demikian, dosis yang diperlukan
untuk setiap individu tidak sama antara satu sama lain dalam rangka
memicu daya kerja obat itu sendiri.
4. Berat Badan
Makin berat badan seseorang, maka akan semakin besar pula dosis obat
yang diperlukan dalam rangka mendapatkan daya kerja obat yang
maksimal atau sesuai dengan apa yang diharapkan.

C. Prosedur Pemberian Obat


1. Tahap Persiapan Alat
a. Meja baki berisi :
 Obat-obat yang diperlukan dalam tempatnya
 Gelas obat
 Sendok
 Gelas ukuran (jika diperlukan)
 Air minum pada tempatnya
 Lap makan atau tissue
 Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

7
 Spuit steril
 Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
 Kalau perlu kartu obat berisi
b. Nama pasien
c. Nomor tempat tidur
d. Dosis obat
e. Jadwal pemberian obat
f. Persiapan Klien
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan pemberian obat, langkah-langkah yang akan
dilakukan dan waktu pemberian obat
 Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar
g. Persiapan Lingkungan
Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja
h. Tahap Pelaksanaan
 Cuci tangan dan pakai handscoone (sarung tangan)
 Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan
dilakukan pengisapan lambung dll)
 Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila
ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan
yang berwenang atau dokter yang meminta.
 Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan
ambil obat yang diperlukan)
 Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
(gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
 Tablet atau kapsul

8
 Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
 Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat
sesuai dengan dosis yang diperlukan.
 Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian
campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi
sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus
sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
 Obat dalam bentuk cair
 Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih
keruh.
 Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
 Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan,
dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi
rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca
dengan tepat.
 Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala.
 Sebelum menutup botol usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan
obat yang mengering pada tutup botol.
 Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
 Untuk obat yang sangat asam misalnya aspirin tawarkan makanan
kecil tanpa lemak, misal biscuit
 Temani klien sampai semua obat ditelan. Apabila anda ragu apakah
obat telah ditelan minta klien membuka mulutnya.

9
 Setelah selesai pasien dirapikan dan bantu pasien kembali ke posisi
yang nyaman
 Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ketempatnya
 Kembalikan kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip
yang tepat untuk pemberian obat selanjutnya.
i. Tahap Akhir
 Evaluasi perasaan klien : kembali dalam waktu 30 menit untuk
mengevaluasi respon terhadap pengobatan.
 Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
 Dokumentasi : Catat waktu aktual setiap obat diberikan pada catatan
oba
 Cuci tangan

D. Reaksi Obat
Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval
waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam
tubuh.Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbs obat
Absorb obat atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul
obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah
melewati sawar biologic. Absorpsi obat merupakan peran yang terpenting
untuk akhirnya menentukan efektivitas obat .Agar suatu obat dapat
mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus melewati
berbagai membran sel. Pada umumnya, membran sel mempunyai struktur
lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid semipermeable.Sebelum
obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. kelarutan obat
b. kemampuan obat berdifusi melalui membran sel.

10
c. kadar yang diberikan
d. luas permukaan kontak obat
e. bentuk sendian obat
f. rute pemberian obat

2. Distribusi obat
Distribusi obat adalah transfer obat dari darah ke jaringan/organ lain.
Prosesnya reversibel(berlawanan arah), misalnya distribusi obat klorokuin
dari jaringan lemak akan kembali lagi ke darah.
Faktor yang mempengaruhi distribusi obat adalah:
a. Kecepatan distribusi, kecepatan distribusi dipengaruhi oleh
permeabilitas membran. Semakin permeabel(menembus) suatu
membran, semakin cepat kecepatan distribusinya.Perfusi darah, yaitu
berapa banyak darah yang mengalir pada organ/jaringan tersebut.
Semakin banyak darah yang mengalir pada tempat target, semakin
cepat obat didistribusikan.
b. Seberapa jauh obat didistribusika, faktor ini dipengaruhi oleh:
 Partisi obat melalui berbagai membrane
 Ikatan obat dengan komponen darah
 Ikatan obat dengan komponen jaringan
 Transpor obat
 Volume fisiologis.
c. Metabolisme
Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat
oleh organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses
enzimatik. Proses metabolisme obat merupakan salah satu hal penting
dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat farmakologis obat.
Metabolisme obat sebagian besar terjadi di retikulum endoplasma sel-
sel hati.Selain itu, metabolisme obat juga terjadi di sel-sel epitel pada
saluran pencernaan, paru-paru, ginjal, dan kulit. Terdapat 2 fase
metabolisme obat, yakni fase I dan II. Pada reaksi-reaksi ini, senyawa

11
yang kurang polar akan dimodifikasi menjadi senyawa metabolit yang
lebih polar. Proses ini dapat menyebabkan aktivasi atau inaktivasi
senyawa obat.Reaksi fase I, disebut juga reaksi nonsintetik, terjadi
melalui reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, siklikasi, dan
desiklikasi. Reaksi oksidasi terjadi bila ada penambahan atom oksigen
atau penghilangan hidrogen secara enzimatik.Biasanya reaksi oksidasi
ini melibatkan sitokrom P450 monooksigenase (CYP), NADPH, dan
oksigen.
d. Eksresi sisa obat polar, diekresi melalui organ ekskresi dalam bentuk
utuh.
Organ ekskresi utama adalah ginjal, fungsi ginjal sebagai filtrasi,
sekresi aktif, reabsorbsi. Ekskresi obat lewat feses, urin, keringat, air
liur, air susu

E. Persiapan Pemberian Obat


Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu:
1. Tepat Obat
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus diperiksa tiga kali.Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan
obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair
harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepada pasien.

3. Tepat pasien

12
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya.Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon
non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
4. Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Per oral
b. Sublingual
c. Parentera
d. Rectal
e. Intra Vaginal
f. Topikal
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang
diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.

F. Perhitungan Dosis Obat


Contoh sederhana :
1. Obat Ampicillin 1 vial berisi 1000 mg/1 gobat kering diencerkan/dioplos
dengan 4 ccpelarut/air steril, hal ini berarti bahwa :
 Dalam setiap 1 cc obat mengandung 250 mg (1000 mg/4 cc = 250
mg)
 Bila menggunakan spuit 3 cc (1 cc = 10 strip), berarti tiap 1 strip = 25
mg(250mg/10 strip = 25 mg)
 Bila pasien mendapatkan dosis 3 x 500 mg, berarti obat dihisap
sampai 2 cc(250mg x 2 cc = 500 mg atau 500 mg/250 mg = 2 cc)
setiap kali dilakukan injeksi dalam satu hari 3 kali diberikan dengan
interval/jarak pemberian setiap 8 jam (24 jam/3 = 8 jam) secara IV.

13
2. Obat Penicillin-G Procain (PP) 1 vial berisi 3 g (3.000.000 units) obat
kering diencerkan/dioplos dengan 10 cc pelarut/air steril, hal ini berarti
bahwa :
 Dalam setiap 1 cc obat mengandung 300.000 unit (3.000.000 unit/10
cc = 300.000 unit)

 Bila menggunakan spuit 5 cc (1 cc = 5 strip), berarti tiap 1 strip =


60.000 unit(300.000 unit/5 strip)

 Bila pasien mendapatkan dosis 2 x 900.000 unit, berarti obat dihisap


sampai 3 cc (300.000 unit x 3 cc = 900.000 unit atau 900.000
unit/300.000 unit = 3 cc) setiap kali dilakukan injeksi dalam satu hari 2
kali diberikan dengan interval/jarak pemberian setiap 12 jam (24 jam/2
= 12 jam) secara IM.

 Bila pasien mendapatkan dosis 1.000.000 units (1 g) berarti obat


diencerkan dengan 9 cc pelarut sehingga lebih mudah pembagiannya.
(3.000.000 units/9 cc, sehingga setiap 3 cc berisi 1.000.000 units)

Catatan : Pengenceran obat ini dapat disesuaikan dengan prosedur tetap yang ada
di RS atau berdasarkan kebutuhan serta pedoman pelarutan obat yang bak

G. Teknik Pemberian Obat


Teknik pemberian obat ada berbagai cara , antara lain :
1. PER ORAL
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah obat yang cara
pemberiannya melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, dan
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Keuntungannya adalah praktis , aman, dan ekonomis. Kelemahan dari
pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak
efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak

14
kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi
pada saluran cerna
2. SUBLINGUAL
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh dibawah lidah. Tujuannya
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah
dibawah lidah merupakan pusat dari sakit. Keuntungan dari cara
pemberian obat secara sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat
dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus
dan hati dapat dihindari
3. PARENTAL
Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Keuntungannya adalah
efek timbul lebih cepat dan teratur, sangat berguna dalam keadaan
darurat.Kerugiannya adalah ibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa
nyeri, tidak ekonomi, dan membutuhkan tenaga medis.Biasanya lokasi
yang digunakan untuk penyuntikan adalah lengan, tungkai, leher, dan
kepala.intracutan (memasukkan obat kedalam jaringan kulit), subcutan
(pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit), dan intramuscular
(cara memasukkan obat kedalam jaringan otot)
4. RECTAL
Yaitu pemberian obat via anus/ rectum / rectal .tujuannya memberikan
efek lokal dan sistemik kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rektal contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal sspt
obat dulcolax suppositoria yang berfungsi secara lokal untuk
meningkatkan defekasi (sembelit)
5. INTRA VAGINAL
cara pemberian obat yang melalui vagina. Bertujuan untuk mendapatkan
efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini
tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi local
6. OBAT LUAR

15
Obat luar ini meliputi :
 TOPIKAL yaitu yang cara pemberiannya bersifat lokal , misal tetes
mata, salep, tetes telinga, dll. Untuk tetes mata biasanya untuk
mengurangi iritasi pada mata, seperti mata merah, dsb, dan untuk tete
telinga biasanya digunakan jika pasien mengalami gangguan infeksi
pada telinga bagian tengah, lalu untuk salep biasanya untuk
mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, ataupun
mengatasi infeksi.
 INHALASI adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan
kedalam mulut. Kelebihannya adalah absorbsi terjadi cepat dan
homogen, kadar obat dapat terkontrol. Untuk obat yang diberikan
dengan cara ini obat yang dalam keadaan gas atau uap yang akan
diabsorbsi akan sangat cepat bergerak melalui alveoli paru-paru serta
membran mukosa pada saluran pernapasan.

H. Pemberian Medikal Oral


Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui
mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai
dengan program pengobatan dari dokter. Pemberian obat per oral merupakan
cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling
mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
 Keuntungan
Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya cocok dan nyaman
bagi klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan
Jarang membuat klien cemas.

 Kelemahan

16
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat
sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di
berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit
sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan
1 ½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien.
Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual,
muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan
lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan


menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat).Untuk
mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan
tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini,
bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien
di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu
jam setelah minum obat.Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka
pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya
untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri
minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut.Sesudah minum sirup
pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.

 Tujuan Pemberian
1. Untuk memudahkan dalam pemberian
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari
obat tersebut dapat segera diatasi
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
5. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.

17
6. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
 Indikasi
1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.
 Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall,
gangguan menelan, dan sebagainya

 Metode pmemberian obat oral


1) Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
2) Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan cuci tangan.
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan
dilakukan pengisapan lambung dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat,
bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada
perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.

18
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan
ambil obat yang diperlukan)
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat
yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi
obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

3) Tablet atau kapsul


Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk
membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Jika klien
mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan
dengan menggunakan air.Cek dengan bagian farmasi sebelum
menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat
mempengaruhi daya kerjanya.

4) Obat dalam bentuk cair


Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih
keruh.Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas.Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.Pegang botol
obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan
obat kearah menjauhi label.Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan
tepat.Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue.Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali
akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.

19
I. Pemberian Medikal Parenteral
Pemberian obat dengan cara medical parenteral adalah pemberian obat yang
dengan cara menyuntikkan obat ke jaringan tubuh. Jenis pemberian obat
secara parenteral:
1. Intra cutan: menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis
2. Sub cutan : menyuntikkan obat ke jaringan di bawah lapisan dermis
3. Intra muscular: menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
4. Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena
 Keuntungan:
Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif. Bisa
diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
obat dapat diabsorpsi lebih cepat
 Kerugian:
Klien terutama anak merasa takut/ cemas, menimbulkan rasa tidak
nyaman dan sakit, dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril
Tujuan: Mendapatkan reaksi setempat, memberikan kekebalan/
imunisasi
 Tempat Penyuntikkan:
Lengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu, ditengah musculus
deltoideus. ex: bcg. Lengan bawah: bagian depan 1/3 dari lekukan
siku, di kulit yang sehat jauh dari pembuluh darah
 Alat2 yang diperlukan: Spuit, obat, kom, kapas alcohol, bak
instrument, bengkok
 Cara Kerja
1. Tahap orientasi, beri salam, panggil klien dan jelaskkan
tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2. Tahap kerja : cuci tangan, beri kesempatan klien untuk
bertanya sebelum tindakkan dilakukan, tanyakan keluhan
utama klien dan kaji adanya alergi, jaga privasi klien, pilih
tempat penusukkan, bantu klien untuk mendapatkan posisi
yang nyaman sesuai tempat yang dipilih, bebaskan daerah

20
penyuntikkan dari pakaian, desinfeksi daerah penyuntikkan,
tegangkan kulit dengan tangan non dominan, masukkan jarum
dengan sudut 15-20 derajat, posisi jarum menghadap ke atas,
masukkan obat sampai terjadi gelembung berwarna putih pada
kulit,tarik jarum, bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa
steril secara perlahan, lingkari daerah penyuntikkan, buang
spuit ke bengkok, rapikan klien, bereskan alat.
3. Tahap terminasi
Evaluasi kegiatan, akhiri kegiatan, cuci tangan dan
dokumentasi

5. Injeksi sub cutan


 Tempat penyuntikan, lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu, paha
sebelah luar 1/3 dari sendi panggul, perut sekitar umbilical.
 Alat2 yang diperlukan:Spuit + obat, kom, kapas alkoho, bak
instrument, bengkok
 Cara Kerja
1) Tahap orientasi : Beri salam, panggil klien, jelaskkan
tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2) Tahap Kerja : cuci tangan, beri kesempatan klien untuk
bertanya sebelum tindakkan dilakukan, tanyakan keluhan
utama klien dan kaji adanya alergi, jaga privasi klien,pilih
tempat penusukkan, bantu klien untuk mendapatkan posisi
yang nyaman sesuai tempat yang dipilih, bebaskan daerah
penyuntikkan dari pakaian, desinfeksi daerah penyuntikkan,
tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan tangan non
dominan, lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi
jarum membentuk sudut 45 derajat, tarik plunger, observasi
adanya darah bila tak ada masukkan obat, tarik jarum dengan
sudut yang sama saat penyuntikkan, bersihkan tempat

21
penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan, buang spuit
ke bengkok, rapikan klien
3) Bereskan alat
4) Tahap terminasi : evaluasi kegiatan, akhiri kegiatan,cuci
tangan, dokumentasi

6. Injeksi Intra Muskular


 Tempat Penyuntikkan:Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS
ke tulang ekor, otot paha, otot pangkal lengan
 Alat2 yang diperlukan: spuit, obat, kom, kapas alcohol,bak instrument,
bengkok
 Cara Kerja
a. Tahap orientasi : Beri salam, panggil klien, jelaskkan
tujuan,prosedur, dan pemberian obat
b. Tahap Kerja : Cuci tangan, beri kesempatan klien untuk bertanya
sebelum tindakkan dilakukan, tanyakan keluhan utama klien dan
kaji adanya alergi, jaga privasi klien,pilih tempat penusukkan,
bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat
yang dipilih, bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian,
desinfeksi daerah penyuntikkan, tegangkan kulit pada otot yang
akan disuntik dengan ibu jari dan tangan non dominan,lakukan
penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut
90 derajat, tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada
masukkan obat, tarik jarum dengan sudut yang sama saat
penyuntikan, bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril
secara perlahan, lingkari daerah penyuntikkan, buang spuit ke
bengkok, rapikan klien.

22
J. Pemberian Medikal Topical
1. Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada
kulit atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina
dan rectum.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
3. Macam – macam pemberian obat topical
a. Pemberian obat topikal pada kulit
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal
pada kulit. Dengan tujuan dari pemberian obat secara topical pada
kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
1. Persiapan alat
 Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol,
bubuk, spray)
 Buku obat
 Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
 Sarung tangan
 Lidi kapas atau tongue spatel
 Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun
basah
 Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai
kebutuhan)
2. Prosedur kerja
 Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian.
 Cuci tangan
 Atur peralatan disamping tempat tidur klien
 Tutup gorden atau pintu ruangan

23
 Identifikasi klien secara tepat
 Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat
 Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua
debris dan kerak pada kulit
 Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
 Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen
topikal
 Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
 Oleskan agen topical :
1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
a. Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di
telapak tangan kemudian lunakkan dengan
menggosok lembut diantara kedua tangan
b. Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
c. Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian

2) Lotion mengandung suspensi


a. Kocok wadah dengan kuat
b. Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan
atau bantalan kecil
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin
dan kering

3) Bubuk
a. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
b. Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti
diantara ibu jari atau bagian bawah lengan

24
c. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan

4) Spray aerosol
a. Kocok wadah dengan keras
b. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30
cm)
c. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot,
minta klien untuk memalingkan wajah dari arah
spray.
d. Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian
yang sakit

 Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang


peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
 Cuci tangan

K. Pemberian Medikasi Suppositoria


Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang
dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria
rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria
uretra).Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam
suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah
(rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah.
(Pembahasan kali ini khusus untuk suppositoria rektal).

Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif


dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang tidak mampu
mengonsumsi obat melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam
rektum karena rektum kaya akan pembuluh darah. Di bawah ini adalah

25
langkah-langkah untuk memasukkan obat suppositoria ke dalam anus
(rektum).

Cara menggunakan suppositoria rektalP yaitu pergi ke toilet dan jika


perlu kosongkan isi perut Anda (BAB).Cuci tangan.Buang semua foil
atau plastik pembungkus suppositoria.Lakukan dengan berjongkok
atau rebah ke salah satu sisi tubuh dengan satu kaki ditekuk dan satu
kaki lainnya lurus.Masukkan obat suppositoria dengan lembut namun
tegas ke dalam anus. Jika perlu basahi ujung suppositoria dengan
sedikit air. Lalu dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak keluar
kembali.Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam
selama beberapa menit.Cuci kembali tangan.Usahakan agar tidak BAB
selama setidaknya satu jam, kecuali obat suppositoria tersebut adalah
jenis pencahar.

26
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan.Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang
cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik (Sambara, 2007).Faktor yang
mempenaruhi kerja obat yaitu jenis kelamin, usia pengguna obat, variasi
biologi, dan berat badan.
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan
melalui mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu
proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut
sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pemberian obat per oral
merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang
paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.Pemberian obat dengan
cara medical parenteral adalah pemberian obat yang dengan cara
menyuntikkan obat ke jaringan tubuh.

B. Saran
Untuk penyempurnaaan pembuatan makalah kedepannya, penulis
mengharapkan adanya saran dari semua pihak baik dosen maupun seluruh
mahasiswa yang membaca makalah kewirausahaan ini terhadap kekurangan
yang terdapat pada makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta : Selemba Medika
Perry, Anne G. (2005). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta :
EGC
Perry potter (2005). Fundamental Keperawatan Konsep dan Praktik.Jakarta :
EGC

28

Anda mungkin juga menyukai