Sistem pernafasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas
saluran pernafasan bagian atas,saluran pernafasan bagian bawah,dan paruh-paruh.
Trakhea
Trakhea (batang tnggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vetrebae terokalis kelima.trakhea memiliki +- 9 cm dan
terususn atas 16-20 lingkaran lengkap yang berupa cincin.trakhea di lapisi
oleh selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan
debu atau benda asing.n
Bronkhus
Bronkhus merupakan kelajutan dari trakea yang bercabang yang
menjdi bronkhus kanan dan kiri .bronkhus bagian kanan lebih pendek dan
lebar dari pada bagian kiri bronkhus bagian kanan lebih.
Bronkus
Bronkus merupakan salur percabangan setelah bronkus.
Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru
terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan kiri
pada bagian rongga organ tersebut terdapat organ jantung yang berbentuk
kerucut beserta pembuluh darahnya.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pluera. Pluera
tersebut ada dua macam yaitu pluera parietalis dan pluera viseralis. Diantara
kedua pluera tersebut terdapat cairan pluera yang berisi cairan surfaktan.
Keberadaan cairan tersebut untuk melindungi paru-paru.
Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis dan berpori. Paru-paru
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
9.1.3 Proses Oksigenisasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi didalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu :
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Adanya konsentrasi oksigen diatmosfer. Semakin tinggi suatu tempat maka
tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
tersebut maka tekanan udaranya semakin tinggi.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik. Jalan nafas tersebut dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh saraf otonom. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi sedangkan kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontraksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan. Adapun baiknya kondisi jalan nafas dapat disebabkan oleh adanya
peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron
dan dapat mengikat virus. Selain itu, baiknya kondisi jalan nafas juga dipengaruhi
oleh adanya refleksi batuk dan muntah.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis kemampuan paru-paru untuk mengembang
disebut dengan complience. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-paru. Apabila cemplience baik tetapi
recoil terganggu gas CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Complience
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya surfaktan dan adanya sisa udara.
Surfaktan pada lapisan alvioli diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan
disekresi saat pasien menarik nafas. Surfaktan tersebut berfungsi untuk
menurunkan teganggan permukaan. Sedangkan adanya sisa udara menyebabkan
tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Pusat pernafasan, saat itu medula oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh
proses ventilasi. Hal tersebut karena CO2 memiliki kemampuan merangsang
pusat pernafasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik
merangsang pusat pernafasan. Bila paCO2≤80 mmHg, maka dapat menyebabkan
depresi pusat pernafasan.
2. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan. Makin tebal membran, maka proses difusi makin sulit.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O2 dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O2 dalam darah vena pulmonali. Sedangkan
CO2 dari arteri pulmonalis akan berdifusi kedalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transfortasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler kejaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transfortasi, O2 akan
berkaitan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%) sedangkan CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%) dan sehingga menjadi
HCO3 berada dalam darah (65%).
Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
a. Kardia output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktifitas seperti olahrag, dll.
1. Saraf Otonom
1. Hipoksia
b. bradipnea merupakan pola pernafasan yang lambat +- 10 kali permenit. Pola ini
dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan intrakranial yang disertai narkotik atau
sedaktif.
f. dispnea merupakan sesak dan berat saat bernafas hal ini dapat di sebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah /jarinagan kerja berat,/brlebihan, dan pengaruh
psikis
g. ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri
dan pola ini sering di temukan seseorang yang mengalami kongsip paru-paru
j. Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernafasan ini ditandai dengan periode apnea tak
beraturan, bergantian dengan periode pengambilan empat atau lima nafas yang
kedalamannya sama. Pola ini sering dijumpai pada pasien radang selaput otak,
peningkatan tekanan intrakinal, trauma kepala dan lain-lain.
Tanda klinis
a. Batuk tidak efektif atau tidak aktif
b. Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan nafas
c. Suara nafas menunjukan adanya sumbatan
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernafasan tidak normal
4. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan
gas, baik oksigen merupakan karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat
penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru-
paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukan bahwa penurunan
kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangjutan O2 dari paru-paru kejaringan
terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2 dan
terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan
oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membral alveolar kapiler, dan
rasio ventilasi perfusi yang tidak baik.
Tanda klinis :
1. latihan nafas
Latihan nafas merupakan cara berfas untuk memperbaiki ventelasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
dapat mengurangi stres.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi (duduk atau tidur terlentang)
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan menarik nafas dahulu melalui hidung
dengan mulut tertutup
5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan nafas sekitar 1-1,5 detik dan disusul
dengan menghembuskan nafas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang
meniup.
6. Catat respons yang terjadi
7. Cuci tangan
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuanbatuki secara efektif untuk membersihkan jalan nafas ( laring, trakhea,dan
bronkhiolus)dari sekretatau benda asing.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi dengan duduk ditepi tempat tidur dan membungkuk kedepan.
4. Anjurkan untuk menarik nafas, secara pelan dan dalam dengan menggunakan
pernafasan diagfragma.
5. Setelah itu, tahan nafas selama=- 2 detik
6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
7. Terik nafas dengan ringan
8. Istirahat
9. Catat respons yang terjadi
10. Cuci tangan.
3. Pemberian oksigen
4. Fisioterapi dada
fisioterapi dada merupakan posturaldrainase,clapping,dan vibrating pada pasien
dengan gangguan pernafasan untuk meningkatkan efesiensi pola pernafasan dan
membersihkan jalan nafas.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas tisu
3. Dua balok tempat tidur(untuk postural drainase)
4. Satu bantal (untuk potural drainase)
Prosedur kerja :
Postural drainase
1. Cusi tangan
2. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan di laksanakan
3. Memiringkan pasien ke kiri(untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
4. Memiringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan paru-paru bagian kiri)
5. Memiringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan di sokong
satu bantal ( untuk mmbersihkan bagian lobus tengah )
6. Lakukan postural drainase ±10-15 menit
7. Obserfasi tanda fital selama prosedur
8. Setelah pelaksanaan postural drainase,di lakukan clapping,vibrating,dan
subction
9. Lakukan hingga lendir bersih
10. Catat respon yang terjadi
11. Cuci tangan
Clapping
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di laksanakan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan posisinya
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk pnggung pasien secara
bergantian hingga ada rangsangan batuk
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung
sputum pada pot sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
8. Cuci tangan.
Vibrating
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
dan meminta pasien untuk mengeluarkan nafas perlahan-lahan. Untuk itu,
letakkan kedua tangan diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan
getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali
hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung
sputum pada pot sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
5. Pengisapan lendir
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan
untuk membersihkan jalan nafas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan alat dan bahan :
1. Alat penghisap lendir dengan botol yang larutan desinfektan
2. Kateter penghisap lendir
3. Pinset steril
4. Sarung tangan steril
5. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
6. Kasa steril
7. Kertas tisu
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur posisi dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap kedalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter penghisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan