Minat
Minat menurut Krapp, Hidi dan Renninger (dalam Modul PGSD, 2002) merupakan
dorongan dari dalam diri seseorang, atau faktor yang menimbulkan ketertarikan
atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan
mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang,
maka minat seseorang pun akan berkurang. Seorang anak tidak lahir dengan
minat tertentu. Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui
pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya cakrawala mental anak,
maka minat-minatnya pun akan berkembang. Minat dapat dipelajari melalui
berbagai macam cara:
Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misal ayah atau ibu)
Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar
bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa
disekitarnya.
Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan fisik,
mental serta pengalaman sosial anak.
Minat dipengaruhi oleh budaya, karena anak belajar dan memperoleh pengalaman
melalui keluarga, guru dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh budaya.
Minat dipengaruhi oleh faktor emosi/suasana hati. Jika suasana hati kita sedang
gundah, minat pada sesuatu juga berkurang, demikian juga sebaliknya.
Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak
Kepemimpinan
Bermain konstruktif
Menjelajah
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Kegiatan ini
lebih asyik bila dilakukan bersama teman-teman yang merupakan kegiatan
kelompok, misal kegiatan pramuka.
Mengoleksi/mengumpulkan sesuatu
rekreasi.
Tak dapat dipungkiri bahwa minat anak pada sekolah menjadi lebih selektif begitu
anak bertambah besar. Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada
beberapa anak ada kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama
kelamaan menjadi bosan dan tidak menyukai sekolah. Bagi anak-anak tertentu di
usia dini, pergi ke sekolah merupakan hal yang menyenangkan. Karena mereka
merasa menjadi lebih besar seperti kakak-kakaknya. Mereka begitu bersemangat
ketika berangkat pada hari pertama sekolah. Namun begitu anak mulai besar.
mulai terjadi perubahan.
Berikut ini adalah berbagai kondisi yang membuat berubahnya minat anak pada
sekolah di masa perkembangan usia SD, yaitu :
Pengalaman anak pada masa awal sekolah
Anak yang sudah siap baik secara fisik maupun intelektual untuk sekolah akan
memiliki sikap positif pada sekolah dibandingkan dengan anak yang belum siap.
Pengalaman anak di teman kanak-kanak juga dapat mempengaruhi penyesuaian
diri dan kesiapan anak untuk memasuki dunia sekolah, karena anak harus
berpisah dengan orang tua terutama ibu atau pengasuhnya.
Sikap orang tua dan kakak terhadap pendidikan, belajar, mata pelajaran tertentu
maupun terhadap guru akan sangat berpengaruh pada anak. Jika orang tua yang
tidak terlalu mendorong anak untuk belajar mempersiapkan ulangan, misalnya,
membuat anak tidak tertantang untuk melakukanya.
Pada anak-anak SD ternyata minat dan sikap pada sekolah maupun kegiatan
sekolah yang dipilih anak banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya.
Prestasi akademik
Keberhasilan dan kegagalan akademik menimbulkan rasa suka dan tidak suka
anak terhadap sekolah dan dapat menambah atau mengurangi minat anak
terhadap sekolah.
Bakat
Kreativitas.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Emosional
Noehi (1992:64) menjelaskan bahwa emosi memerankan peranan penting dalam
kehidupan anak. Emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap
pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau
perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu
menjadi penghambat atau rintangan. Jenis-jenis emosi yang umum pada anak-
anak antara lain:
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu
kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Yaitu suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Kecemasan ini mungkin
datangnya dari situasi-situasi yang dikhayalkan atau diimajinasikan akan terjadi.
c. Marah
Merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak
oleh karena lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam
kehidupan anak daripada stimulus yang menimbulkan rasa takut dan banyak anak
pada usia muda menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk
mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
d. Cemburu
Merupakan respon yang normal terhadap kehilangan ataupun ancaman terhadap
kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan
Kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai ketenangan,
kenikmatan atau kebahagiaan merupakan emosi yang positif.
f. Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditunjukan terhadap
seseorang atau suatu benda.
g. Ingin tahu
Golemann (dalam modul PGSD, 2002) dalam bukunya Working with Emotional
Intelligence mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas untuk
mengenal perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita, dan
untuk mengatur emosi dalam diri kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain.
Keberhasilan manusia bukan hanya karena faktor intelegensi saja tetapi juga
faktor emosi. Pada dasarnya emosi adalah dorongan untuk bertindak yang
mempengaruhi reaksi seketika untuk mengatasi masalah. Sehingga emosi yang
cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah,
mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri yang
terwujud dalam :
Motivasi belajar, yang berasal dari dalam diri, dimana dengan pengendalian diri
yang baik, anak yang mampu mengatur sendiri kegiatannya, akan mengenal
kecepatan belajarnya serta lebih mengerti tujuan dan manfaat belajar.
Pandai, Umumnya anak yang secara emosi cerdas, juga mampu mengoptimalkan
prestasinya karena didorong oleh motivasi belajar yang besar.
Memiliki minat, Anak yang cerdas secara emosional, sejak dini sudah mengerti
keinginannya dan lebih terarah dalam melakukan tugas-tugasnya.
Konsentrasi. Dengan kemampuannya untuk mengendalikan diri secara sehat,
anak yang cerdas secara emosional akan lebih bisa memusatkan konsentrasi
tidak hanya pada pelajaran sekolah, tetapi juga pada semua kegiatan yang tengah
ditekuninya.
Mampu membaur diri di lingkungan. Anak dengan emosi yang sehat akan lebih
terampil dalam menyesuaikan diri di lingkungannya.
3. Implikasi
Dengan memahami karakteristik dan perkembangan anak SD, pendidik di SD
diharapkan :
Dapat merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar
sesuai dengan kebutuhan, minat dan potensi anak didik.
Dapat membawa siswa kedalam kegiatan belajar siswa aktif.
Dapat menciptakan iklim belajar yang baik dan menyenangkan di
kelas.
Dapat menangani masalah-masalah pendidikan pada umumnya
dan masalah-masalah anak didik pada umumnya.
4. Kesimpulan.
1. Karakteristik anak SD dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas
rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas
tinggi SD yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun.
2. Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang
menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang
menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan,
menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam
dirinya.
3. Minat tidak ada dari lahir karena minat berkembang melalui pengalaman
belajar.
4. Minat pada sekolah dapat diramalkan, karena pada beberapa anak ada
kecenderungan bahwa minat akan berkurang dan lama kelamaan menjadi
bosan dan tidak menyukai sekolah. Penyebab berkurananya minat pada
sekolah disebabkan oleh beberapa kondisi.