Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
BAB 2

2.2 Anatomi Jaras Penglihatan


Nervus kranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan. Cahaya dideteksi

oleh sel-sel batang dan sel kerucut di retina, (dapat dianggap sebagai end-organ

sensoris khusus penglihatan). badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan

tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan sel bipolar (neuron kedua dijaras

penglihatan).sel – sel bipolar kemudian bersinap dengan sel-sel ganglion retina.akson-

akson sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk

nervus optikus.

Dalam tengkorak, 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus. Di

kiasma lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami

dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari

nervus optikus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing traktus

optikus berjalan mengelilingi pedunkulus cerebri menuju kenukleus genikulatus

lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps.


Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan pandang tiap-
tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum

kiri.demikian juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum

kanan. Kira-kira 20 % serabut di traktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut ini

meninggalkan traktus tepat di sebelah anterior nucleus dan melewati brachium coliculli

superioris menuju ke nukleus pretectalis otak tengah.

Serat-serat lainnya bersinaps di nukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel

struktur ini membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus genikulokalkarina berjalan

melalui crus posterius capsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam

radiation optica yang melintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan

kekorteks oksipitalis (korteks kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).

Kiasma Optikum

Kiasma optikum kira-kira memiliki lebar 12 mm, panjang 8 mm (anteroposterior),

dan tebal 4 mm. Ia membentuk sudut hampir 450 dan mendapat suplai darah dari

cabang arteri serebral anterior proksimal dan arteri komunikans anterior. Kiasma

terletak di bagian anterior dari hipotalamus dan bagian anterior dari ventrikel ketiga.

Kiasma terletak 10 mm di atas sella.


Di dalam kiasma, serat yang berasal dari bagian nasal retina menyilang ke sisi
berlawanan dan bergabung dengan serat kontralateral yang sama. Serat inferior (yang
menyajikan lapangan pandang superior adalah yang pertama menyilang. serat makula
cenderung untuk menyilang di dalam kiasma secara posterior,

Gambar 1 Tampilan basal dari otak, memperlihatkan jalur visual anterior dan

posterior
Gambar 2 Diseksi anatomi kiasma optikuma dan struktur yang mengelilinginya

A. Dilihat dari Sagital, B. Dilihat dari Superior


Gambar 3 : defek lapangan pandang akibat berbagai lesi dijaras-jaras optik

Fisiologi Penglihatan
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu.
Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang
yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh
kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa
dilihat oleh salah satu mata saja (Graft, 2005).

Gambar 1.:Lapangan Pandang Mata (Wraige, 2002)

Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam


mata sampai ke fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus
optikus kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari
kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan
diinterpretasikan (Graft, 2005).
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin
menipis lensa mata untuk memfokusnya.Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot
siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi,
fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa
menebal dan menjadi lebih konveks (Graft, 2005).

Gambar 2: Lintasan Visual


(sumber: David G. Neurology of The Visual System. Seventh Printing. USA:
Charles C Thomas Publisher; 1966)
2.1 Definisi
Hemianopia adalah defek penglihatan atau kebutaan pada separuh lapang

pandang pada satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi

kehilangan pada sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan

dan kiri. Informasi dari lapang pandang temporal yang jatuh pada retina (medial) nasal.

Retina nasal bertanggung jawab untuk membawa informasi melalui syaraf optik, dan

melintasi ke sisi lain di kiasma optikum. Ketika ada kompresi pada kiasma optikum

dorongan visual dari kedua retina nasal yang terkena, menyebabkan ketidakmampuan

untuk melihat sisi temporal, atau perifer. Fenomena ini dikenal sebagai hemianopsia

bitemporal. Mengetahui aliran jaras penglihatan melalui saluran optik sangat penting

dalam memahami hemianopsia bitemporal.

Hemianopia bitemporal merupakan salah satu gejala dari sindrom kiasma optik.

Penyebab yang paling umum dari sindrom kiasma optik adalah adenoma pituitari,
karotis internal

2.5.4 Macam-macam Hemianopsia Homonim


a. Salah satu jenis hemianopsia lengkap adalah quadranopsia .Quadranopsia
berhubungan dengan lokasi lesi di otak. Ini melibatkan hanya seperempat
dari bidang visual. Bisa terjadi pada beberapa lokasi termasuk lobus
temporal dan parietal yang mengarah ke quadranopsia namun studi
menunjukkan bahwa mayoritas terjadi pada lobus oksipital. (Richard,
2013).

Gambar 2.10 Hemianopsia homonim quadranopsia (sumber:


http://www.acbvi.org/)

b. Hemianopsia homonim lengkap dan tidak lengkap. Hemianopsia


homonymous lengkap berarti seluruh setengah dari bidang visual terganggu.
Hemianopsia sering tidak lengkap. Tergantung pada lokasi lesi
dan jenis cedera. Umumnya, semakin lengkap dengan hemianopsia, semakin
baik potensi untuk rehabilitasi. Hal ini karena setiap lapang pandang yang
tersisa di sisi defek dapat membantu pasien mempertahankan setidaknya
rasa dasar dari deteksi spasial di sisi itu.

Gambar 2.11 Hemianopsia homonim complete and incomplete (sumber:


http://www.acbvi.org/)

c. Hemianopsia homonim sectoropias. Lesi pada Badan geniculate lateral


(LGB) jarang terjadi. Kerusakan berat pada LGB dapat menyebabkan
homonymous sectoropias. Setiap suplai darah mendukung bagian yang
berbeda dari tubuh geniculate lateral. Jadi lesi unik bidang visual mungkin
terjadi berdasarkan yang pasokan pembuluh darah.
2.3 Etipatogenesis

Gambar 2.12 Hemianopsia homonim sectoropias

(sumber: http://www.anatomicaljustice.com/dpic/homonymous_hemianopsia_eye)

ETIOPATOGENESIS
Hemianopsia bitemporal paling sering terjadi sebagai akibat dari tumor yang

terletak di kiasma optikum. Karena struktur yang berdekatan adalah kelenjar hipofisis,

beberapa tumor umum yang menyebabkan kompresi adalah adenoma hipofisis dan

kraniofaringioma. Juga etiologi neoplastik lainnya yang relatif umum adalah

meningioma. Etiologi yang berasal dari vaskular adalah aneurisma arteri karotis

interna, arteri serebral anterior, dan arteri komunikans arterior yang menyebabkan

kompresi vaskular pada kiasma optikum.


2.3 Etipatogenesis
Secara umum, lesi pada kiasma optikum menyebabkan defek lapangan pandang

hemianopia bitemporal. Pada awalnya, defek ini biasanya tidak lengkap dan sering

asimetrik. Namun, seiring dengan berjalannya penyakit, hemianopia bitemporal

menjadi komplit, lapangan pandang nasal inferior dan superior kemudian terkena, dan

ketajaman penglihatan sentral akan berkurang.

Lesi pada kiasma menyebabkan terjadinya pemisahan antara serat retina nasal dan

temporal di kiasma. Terjadinya kehilangan lapangan pandang pada akibat lesi pada

kiasma dan retrokiasma yang menyebabkan gangguan di sepanjang garis sejajar


meridian vertikal. Pada umumnya gangguan pada kiasma dikenal dengan istilah

bitemporal hemianopia.
Berikut ini adalah klasifikasi defek lapangan pandang brdasarkan letak lsi pada

kiasma :

a. Sudut anterior kiasma

Lesi yang mencederai 1 saraf optik di bagian kiasma, menyebabkan terjadinya

sindrom kiasma anterior. Penurunan ketajaman visual dan hilangnya

penglihatan sentral pada 1 mata akan mengakibatkan kelainan superotemporal

pada mata yang berlawanan sebagai akibat dari kerusakan 1 saraf optik

ditambah dengan terjadinya kompresi awal di kiasma optik (sindrom junctional;

pada persimpangan saraf optik dan kiasma). Berdasarkan klinisnya dikenal

sebagai sindrom WIlbrad Knee ( terdapat serat yang bersilangan ke dalam saraf

optik kontralateral) yang tidak pasti. Dalam kasus yang jarang terjadi, adanya

massa dapat menekan kiasma (di bagian nasal) serat saraf optik intrakranial pada

kiasma anterior yang menyebabkan hemianopia sementara yang pada garis

tengah vertikal tanpa melibatkan lapangan penglihatan mata sebelahnya.


b. Badan kiasma

Lesi yang mencederai badan kiasma akan menyebabkan hemianopia bitemporal

relatif atau absolut. Ketajaman visual mungkin tidak akan terpengaruh.

c. Sudut posterior kiasma

Lesi pada kiasma bagian belakang dapat menekan serat yang menyilang di

daerah makula, mengakibatkan hemianopia bitemporal pusat melibatkan garis

meridian vertikal

Hemianopsia Bitemporal paling sering terjadi sebagai akibat dari tumor

yang terletak di kiasma optikum. Karena struktur yang berdekatan adalah kelenjar

hipofisis, beberapa tumor umum yang menyebabkan kompresi adalah adenoma

hipofisis dan kraniofaringioma. Juga etiologi neoplastik lainnya yang relatif umum

adalah meningioma. Etiologi yang berasal dari vaskular adalah aneurisma dari arteri

anterior penghubung yang timbul unggul kiasme, memperbesar, dan kompres itu

dari atas. Berikut beberapa etiologi primer yang menyebabkan cedera pada chiasma

optikum
2.3.1 Tumor Hipofisis

Lobus anterior hipofisis adalah tempat awal tumor hipofisis.

Gejala dan tanda adalah hilangnya penglihatan, perubahan lapang pandang,

disfungsi hipofisis, kelumpuhan saraf ekstraokular dan bukti tumor selar

atau supraselar pada CT atau MRI.

Terapi kombinasi dengan radiasi dan pembedahan mendapat

tantangan dari terapi medis dengan bromokriptin yang dibuktikan efektif

tidak hanya untuk tumor yang berkaitan dengan galaktorea tetapi juga untuk

sebagian tumor sel nul (atau secara endokrinologis inaktif). Penurunan

penglihatan atau disfungsi endokrin adalah indikasi pengobatan. Ketajaman

penglihatan dan lapang pandang dapat pulih secara dramatis setelah tekanan

terhadap kiasma dihilangkan. Gambaran awal ujung saraf optikus tidak

memprkirakan hasil akhir visual.


Gambar 6 : Pituitary adenoma:
(A) T1-weighted coronal magnetic resonance image (MRI) showing a large chromophobe adenoma
with cystic change causing chiasmal compression.
(B) T1-weighted sagittal MRI showing a large, predominantly cystic
adenoma.
(C) Thyroid-stimulating hormone-producing adenoma.
(D) Pituitary apoplexy: chromophobe adenoma presenting
with headache, visual loss, and a complete right-sided ophthalmoplegia

2.3.2 Kraniofaringioma

Kraniofaringioma adalah sekelompok tumor yang jarang

ditemukan yang berasal dari sisa epitel kantung Rathke (80% dari populasi

normal memiliki sisa tersebut) dan secara khas menjadi simptomatik antara
usia 10 sampai 25 tahun tetapi kadang-kadang belum sampai usia 60 atau

70an. Tumor-tumor ini biasanya terletak supraselar, kadang-kadang

intraselar. Gejala dan tanda sangat bervariasi sesuai usia pasien dan letak

pasti tumor serta kecepatan pertumbuhannya. Apabila tumor terletak

supraselar makanya yang menonjol adalah lapang pandang traktus atau

kiasma asimetri. Papiledema lebih sering ditemukan pada tumor hipofisis.

Pada tumor yang telah ada sejak bayi dapat dijumpai hipoplasia saraf

optikus. Dapat timbul defisiensi hipofisis, dan keterlibatan hipotalamus

dapat menyebabkan penghentian pertumbuhan. Kalsifikasi bagian-bagian

tumor menyebabkan timbulnya gambaran radioopak, terutama pada anak-

anak.

Pengobatan terdiri dari pengangkatan secara bedah selengkap

mungkin pada tindakan pertama, karena pada operasi ulang cenderung

mengenai hypothalamus, dan prognosis pasien menjadi kurang baik. Sering

digunakan radioterapi adjuvant, terutama apabila pengangkatan secara

bedah tidak sempurna.


Gambar 7. Craniopharyngioma: (A) T1-weighted sagittal scan showing a cystic suprasellar
lesion arising above and behind the chiasm. (B) T2-weighted coronal magnetic resonance
image showing the same lesion compressing the chiasm forwards.

2.3.3 Meningioma Supraselar

Meningioma supraselar berasal dari meningen yang menutupi

tuberkulum selar dan planum sfenoidale, dan banyak pasien adalah wanita.

Tumor biasanya terletak sebelah anterior dan superior terhadap kiasma.

Perubahan lapang pandang akibat keterlibatan saraf optikus dan kiasma

sering terjadi secara dini (tetapi secara asimetris) diikuti olrh kerusakan

progresif jalur penglihatan secara perlahan. CT-scan dengan penguatan

kontras akan mudah memperlihantkan tumor ini. Hiperostosis yang

berkaitan dengan erosi tulang dan tumor padat berkalsifikasi adalah tanda
utama meningioma pada pemeriksaan radiologi. Pengobatan merupakan

pengangkatan secara bedah

Gambar 8. Meningioma: T1-weighted coronal magnetic resonance images (MRIs) showing (A) a
tuberculum sellae meningioma;
(B) a medial sphenoid ridge meningioma extending on to the lateral body of the chiasm; and
(C) T1-weighted axialMRI showing cavernous sinus meningioma extending medially to involve
the chiasm and with en plaque extension towards
the tentorium and anteriorly over the temporal surface. GAD: the scan was undertaken after
injection of gadolinium, a paramagnetic
contrast agent.

2.3.4 Glioma Kiasma Dan Saraf Optikus

Glioma kiasma dan saraf optikus jarang dijumpai, biasanya

merupakan kelainan indolen pada anak-anak yang kadang-kadang timbul

sebagai bagian dari gambaran klinis neurofibromatosis. Awitan mungkin

mendadak, dengan penurunan prnglihatan secara cepat. Terjadi atrofi

optikus, dan defek lapang pandang memoerlihatkan suatu sindriom

kiasmatik atau saraf optikus. CT-scan mungkin memperlihatkan

pembesaran saraf optikus dan sebuah massa didaerah kiasma dan


hypothalamus.pengonatan bergantung pada letak tumor dan perjalanan

klinisnya. iridiasi dapat diberikan selama fase pertumbuhan cepat tumor,

dab kadang-kadang dilakukan reseksi saraf optikus apabila tumor saraf

optikus mulsi meluas secara intracranial kearah kiasma.

Gambar 8. Malignant glioma of the chiasm: (A) coronal T1-weighted scan showing enlargement and
enhancement of the chiasm; (B) axial scan of the same lesion.

2.4 Diagnosis
1) Anamnesis

Keluhan utama ditanyakan menurut lama, frekuensi, hilang timbul, dan

cepat timbulnya gejala. Obat-obat mata yang digunakan belakangan ini serta

gangguan mata yang pernah maupun sedang terjadi harus ditanyakan. Riwayat

kesehatan terdahulu berpusat pada kondisi pasien secara umum, termasuk


adanya riwayat penyakit sistemik seperti diabetes dan hipertensi. Riwayat

penyakit yang ada dalam keluarga juga ditanyakan, penyakit sistemik maupun

riwayat keganasan ataupun tumor pada keluarga.

Adanya gangguan pada sepanjang jaras optik dan jaras visual neurologic

dapat memberikan manifestasi berupa penurunan tajam penglihatan, sehingga

perlu dipertimbangkan apakah ada kelainan refraksi, ptosis, gangguan media

refrakta, gangguan fungsi retina (macula), nervus optikus atau jaras visual

intracranial.

Penurunan ketajaman visual sentral harus dibedakan dengan yang

perifer. Yang perifer bersifat fokal, seperti scotoma atau lebih luas, yaitu pada

hemianopsia. Kelainan jaras visual intracranial biasanya lebih mengganggu

lapangan pandang daripada ketajaman visual sentral.

Lesi pada chiasma optikum menyebabkan defek lapangan pandang

berupa hemianopsia bitemporal. Pada awalnya defek ini biasanya tidak lengkap

dan sering asimetrik. Namun seiring dengan berjalannya penyakit, hemianopsia

menjadi kompleks, lapangan pandang nasal inferior dan superior kemudian

terkena, dan ketajaman penglihatan sentral berkurang. Sebagian besar penyakit


yang mengenai chiasma bersifat neoplastik, proses vascular atau peradangan

hanya sesekali menyebabkan disfungsi chiasma. Pasien juga akan mengalami

gangguan persepsi kedalaman saat pandangan terpusatkan yang disebabkan

adanya persimpangan daridua lapangan pandang yang buta setelah titik focus

dalam konvergensi. Oleh karena itu objek yang terlihat berada di belakang objek

yang lain akan hilang ketika mata terfokus pada objek di depan.

“Hemifield slide” adalah fenomena dimana pasien mengeluhkan

kesulitan saat membaca dan adanya pandangan ganda, hilang ataupun deviasi

vertical pada kata kata yang dibaca dalam sat ugaris horizontal.

2) Pemeriksaan Lapang Pandangan

a. Uji Konfrontasi

Mata pasien dan mata kanan pemeriksa dibebat. Penderita

diperiksa denganduduk berhadapan terhadap pemeriksa pada jarak kira-kira

1 meter. Mata kanan pasien dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan.

Sebuah benda dengan jarak yang sama digeser perlahan-lahan dari perifer

lapang pandangan ke tengah. Bila pasien sudah melihtanya ia diminta

memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihta pada saat yang bersamaan
dengan pemeriksa berarti lapang pandangan pasien adalah normal. Syarat

pada pemeriksaan ini adalah lapang pandangan pemeriksa adalah normal.

b. Kampimeter dan Perimeter

Keduanya merupakan alat pengukur atau pemetaan lapang

pandangan terutama daerah sentral atau parasentral. Lapang pandangan,

bagian ruangan yang terlihat oleh satu mata dalam sikap diam memandang

lurus ke depan. Pemeriksaan lapang pandangan diperlukan untuk mengetahui

adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk menilai progresifitas

penyakit tertentu. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50

derajat atas, 50 derajat nasal, dan 65 derajat ke bawah.

1) Kampimeter

Alat pengukur atau pemetaan lapang pandangan terutama daerah

sentral atau parasentral. Disebut juga sebagai uji tangent screen.

Pertama-tama, pasien duduk 2 meter dari layar tagent screen

Bjerrum (suatu tabir kain berwarna hitam) dengan fiksasi satu mata

pada titik tengahnya. Objek digeser perlahan-lahan dari tepi ke arah

titik tengah. Dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat


mmana benda mulai terlihat. Pada akhirnya didapatkan pemetaan

lapang pandangan pasien. Dengan ini dapat ditemukan defek lapang

pandangan dan adanya skotoma.

2) Perimeter

Perimeter berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada

pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Mata

berfiksasi pada bagian sentral parabola perimeter. Objek digeser

perlahan-lahan dari tepi ke arah titik tengah. Dicari batas-batas pada

seluruh lapang pandangan pada saaat mana benda mulai terlihat.

Dikenal perimeter kinetik dan statik. Pada perimeter kinetik

(perimeter isoptik dan topografik), pemeriksaan dilakukan dengan

objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh

pasien. Pada perimeter statik (perimeter profil dan perimeter curve

differensial threshold), pemeriksaa dilakukan dengan tia\dak

menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek

sehingga terlihat oleh pasien.


mmana benda mulai terlihat. Pada akhirnya didapatkan pemetaan

2.5.6 Terapi
Rehabilitasi pasien hemianopsia homonymous terdiri dari beberapa jenis
perawatan.

Eye Movement Training: pelatihan gerakan mata juga disebut sebagai


Scanning terapi, mengajarkan pasien untuk menggerakkan mata untuk mencari ke
daerah lapangan yang hilang. Sebagian besar pasien tidak mungkin hanya
kehilangan bidang visual, tetapi mungkin mengalami kerusakan pada daerah- daerah
di otak yang membantu kita melakukan gerakan mata saccadic diperlukan untuk
mencari benda-benda di bidang kerugian. Jadi beberapa pasien tidak otomatis
memindai ke daerah buta tanpa terapi dan mereka yang dapat memindai tidak dapat
mengembangkan pemindaian yang memadai tanpa pelatihan. Awalnya hampir
semua hemianopsia homonymous pasien harus memperoleh beberapa derajat terapi
gerakan mata saccadic (Richard, 2012).
Pelatihan Keterampilan Membaca: Pelatihan gerakan mata dapat
membantu meningkatkan membaca, namun, diperlukan terapi dan strategi yang
lebih spesifik pada pasien dengan himianopsia homonim kanan . Berikut strategi
khusus untuk membaca dengan melihat akhir dari kata-kata yang panjang dan
penggunaan batas menandai akhir baris teks dapat dilatih (Richard, 2012).
Vision Restoration Therapy: VRT adalah pengobatan baru yang mencoba
untuk memulihkan lapang pandang dengan stimulasi yang luas di sepanjang
mmana benda mulai terlihat. Pada akhirnya didapatkan pemetaan
perbatasan dari hilangnya lapang pandang. Hal ini didasarkan pada konsep
neuroplastisitas, kemampuan bagi otak untuk mengubah dirinya dalam
menanggapi rangsangan. Ini masih kontroversial. Tidak semua ilmuwan setuju
pada efektivitas pengobatan. Studi tambahan dapat membantu kita mengetahui
apakah pengobatan ini memiliki peran dalam terapi pasien hemianopsia (Richard,
2012).
Masalah pengobatan: Hemianopsia homonymous dapat terjadi pada kasus
yang jarang terjadi tanpa masalah penglihatan lainnya, tetapi lebih sering kita lihat
terkait dengan berbagai bidang seperti gerakan mata, fokus, mengabaikan visual,
konvergensi mata dan masalah membaca. Selain itu, ganguan non-visual yang

20
berhubungan dengan memori, pidato, emosi kognisi, dan kelumpuhan dapat terjadi.
Masing-masing masalah mungkin memerlukan perawatan khusus atau strategi untuk
rehabilitasi oleh spesialis di daerah-daerah (Ginsberg, 2008).
Prisma digunakan pada kacamata untuk mengimbangi hemianopia. Dengan
mekanisme menggeser atau memindahkan bidang visual terhadap cacat untuk menarik
perhatian ke obyek ada tapi masih memerlukan gerakan aktif dari mata ke arah itu untuk
fokus pada objek. (Ginsberg, 2008)

2.5.7 Prognosis
Pemulihan dari hemianopia homonymous tergantung pada penyebab yang

mendasari dan tingkat keparahan cedera pada lobus oksipital. Pemulihan

buruk jika penyebabnya adalah stroke (Fox, 2003).

BAB 3

Anda mungkin juga menyukai