Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu
organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi
suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti
pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed
Back (feed back control). Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-
tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap
pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan
Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan
Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreks.
Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu
manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung
diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang
terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan
juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari
suatu tujuan organisasi diantaranya.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pengawasan?
2. Apa pentingnya teknik dan metode pengawasan?
3. Apa saja teknik dan metode pengawasan?
4. Apa saja yang termasuk teknik dan metode pengawasan?
5. Apa saja yang termasuk tahap-tahap teknik dan metode pengawasan?
6. Apa saja perancangan pengawasan?

Metode dan Teknik Pengawasan| 1


7. Apa saja break event point?
8. Apa saja Penganggaran?

3.1 Tujuan Penyusunan


1. agar dapat mengetahui pengertian teknik dan metode pengawasan
2. agar dapat mengetahui pentingnya teknik dan metode pengawasan
3. agar dapat mengetahui tatacara teknik dan metode pengawasan
4.agar dapat mengetahui Apa saja yang termasuk teknik dan metode
pengawasan
5. agar dapat mengetahui Apa saja yang termasuk tahap teknik dan metode
pengawasan
6. agar dapat mengetahui perancangan pengawasan

4.1 Metode Penyusunan

Metode penyusunan yang digunakan dalam makalah ini adalah :


a. studi kepustakaan
yaitu pengumpulan data dengan cara membaca, melengkapi, dan
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dikaji
dalam makalah ini.

b. bahan-bahan tambahan yang diperlukan melihat dari internet

Metode dan Teknik Pengawasan| 2


BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Pengertian Pengawasan


Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of
measuring performance and taking action to ensure desired results. Pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan . The process of ensuring that actual activities
conform the planned activities.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan
oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan
hasil yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan
merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan
hasil seperti yang diinginkan”. Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan
adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan
awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari
beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan
merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya
pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi
dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan

Metode dan Teknik Pengawasan| 3


kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai
bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di
bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan
terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung
makna pula sebagai :
“Pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang
diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan peraturan.”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai
sebagai :
“Proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan,
dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki,
direncanakan, atau diperintahkan.”
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya
penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat
dilakukan adalah :
a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan.
b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan.
c. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan :


a. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau
badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.”
Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan

Metode dan Teknik Pengawasan| 4


langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan
inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan
menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di
Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga
tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam
menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat
pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya
perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses
harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak
dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.
b. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan
pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan
pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara
lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem
pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan
preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan
langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi
lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini
lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah
ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
c. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

Metode dan Teknik Pengawasan| 5


pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan
pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan
hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan
kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah
“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
d. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan
pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid)
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan
untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan
anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan
dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung
jawaban anggaran dan kebijakannegara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

2.2 Tahap-tahap Proses Pengawasan


Menurut Handoko (1998), proses pengawasan biasanya terdiri dari paling
sedikit lima tahap (langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
a. Penetapan standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat
digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan
target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Adapun bentuk standar yang
lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar, marjin
keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Ada tiga bentuk standar yang umum :
1. Standar-standar phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah
langganan, atau kualitas produk.

Metode dan Teknik Pengawasan| 6


2. Standar-standar moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
3. Standar-standar waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.

b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan


Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, langkah kedua dalam
proses pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1)
pengamatan (observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, 3) metode-
metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan
sampel.
d. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan
nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar
tidak dapat dicapai.
e. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti :
Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu
rendah).
Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya,
atau kurang, atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri).
Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan.

Metode dan Teknik Pengawasan| 7


3.2 Alat Bantu Pengawasan Manajerial
Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum digunakan
adalah :
a. Manajemen Pengecualian (Management by Exception)
Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan
hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual yang
mendapatkan perhatian dari wirausahawan. Manajemen penegecualian didasarkan
pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling awal pada
literatur manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan
menangani semua persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan
menangani persoalan organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
b. Management Information System (MIS)
MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi
manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk
membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi
perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan secara
efektif.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :
Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah
Tahap desain konseptual
Tahap desain terperinci
Tahap implementasi akhir
Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :
Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :
Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
Tepat waktu dalam pemakainya
Menekan biaya secara efektif
System yang digunakan harus tepat dan akurat
Dapat diterima oleh yang bersangkutan

Metode dan Teknik Pengawasan| 8


c. Analisa Rasio
Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses menghasilkan
informasi yang meringkas posisi financial dari organisasi dengan menghitung
rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial yang muncul pada neraca
dan neraca rugi-laba organisasi.
d. Penganggaran
Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan
bagaimana dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun
bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan laporan resmi
mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk membiayai
pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Disamping
sebagai rencana keuangan, anggaran juga merupakan alat pengawasan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan
organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan
suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk
mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan
nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.

4.2 Metode/Tenik-Teknik Pengawasan


Ada beberapa teknik pengawasan yang diekmukakan oleh para ahli,
misalnya menurut Devung (1988:126) metode pengawasan dibagi dalam dua
kategori utama, yaitu: metode pengawasan non kuantitatif, dan metode
pengawasan kuantitatif, masing-masing dengan beberapa variasi tekniknya.
Menurut Manullang (1992:178) membaginya dalam empat cara pengumpulan
fakta yaitu: peninjauan pribadi, interview atau lisan, laporan tertulis, serta laporan
dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa. Sedangkan Siagian
(2008:115) membagi dalam dua macam teknik, yaitu: pengawasan langsung dan
pengawasan tidak langsung. Berikut penjelasan untuk teknik-teknik tersebut.

A. Metode Pengawasan Non Kuantitatif

Metode dan Teknik Pengawasan| 9


Metode pengawasan non kuantitatif bersifat umum terhadap kegiatan dan
keadaan organisasi dan lebih banyak menyangkut cara kerja karyawan. Beberapa
teknik yang biasa digunakan menurut Leon C. Mengginson, cs. dalam Devung
(1988:126) adalah:
1. Observasi
2. Pengawasan berkala
3. Laporan lisan dan tertulis
4. Penilaian kegiatan
5. Diskusi antara manajer dan karyawan.

B. Metode Pengawasan Kuantitatif


Metode pengawasan kuantitatif bersifat lebih spesifik, dengan
menggunakan tinjauan data kuantitatif untuk mengukur dan mengadakan
penyesuaian seperlunya atas jumlah maupun kualitas barang atau jasa yang
dihasilkan atau ditawarkan kepada konsumen. Beberapa teknik yang digunakan
menurut Leon C. Manggison dalam, cs. dalam Devung (1988:127) adalah:
1. Pengawasan Anggaran.
Anggaran dalam konteks ini adalah anggaran pendapatan dan belanja.
Pengawasan anggaran merupakan teknik memanfaatkan angka-angka yang
terdapat di dalam anggaran pendapatan dan belanja, untuk tujuan pengawasan
dengan membandingkan apa yang telah dicapai dalam masing-masing kategori
mata anggaran selama waktu tertentu dengan angka yang sudah direncanakan
dalam anggaran belanja. Teknik pengawasan anggaran belanja ini
memungkinkan administrator dan manajer bisa mengadakan pengecekan yang
berkesinambungan dan memecahkan masalah yang ada secara dini.
2. Pemeriksaan Efektivitas Manajemen.
Pemeriksaan efektivitas manajemen hakekatnya adalah mempelajari
keadaan organisasi serta administrasi dan manajemennya dengan melihat ke
masa depan. Dan bisa membantu pemimpin melihat apakah kebijakan segala
prosedur yang telah ditetapkan , dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi
secara menyeluruh.
3. Analisis Rasio.

Metode dan Teknik Pengawasan| 10


Analisis rasio pada dasarnya mempelajari hubungan antara
komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan, dalam bentuk rasio
atau presentase. Dengan membandingkan rasio dari komponen-komponen yang
ada, administrator dan manajer bisa melihat perubahan relatif yang terjadi
selama periode waktu tertentu.
4. Analisis Break-Even.
Analisis break-even merupakan salah satu alat yang memungkinkan
perusahaan memperlihatkan secara visual dan jelas hubungan antara
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Analisis break-even memberikan
analisis dan memperlihatkan secara grafis keseimbangan pendapan dan biaya.
Dengan cara ini administrator dan manajer dapat mengadakan pengawasan
secara langsung terhadap profitabilitas perusahaan, dan analisis tersebut sangat
membantu di dalam menentukan tindakan apa yang harus diambil.
5. Tabel Waktu Pelaksanaan Kegiatan.
Tujuan utama pembuatan tabel waktu tersebut adalah untuk
memungkinkan administrator dan manajer melihat hubungan antara berbagai
bagian dan tahap kegiatan yang ada.

C. Pengawasan Langsung
Menurut Siagian (2008:115) yang dimaksud pengawasan langsung ialah
apabila pimpinan organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap kegiatan
yang sedang dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat
berbentuk:
1. Inspeksi langsung
2. On the spot observation, dan
3. On the spot report.
Dalam inspeksi langsung dapat dengan peninjauan pribadi yaitu
mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri
pelaksanaan pekerjaan. Cara ini mengandung kelemahan, menimbulkan kesan
kepada bawahan bahwa mereka diamati secara keras dan kuat sekali. Namun,
ada yang berpendapat bahwa cara inilah yang terbaik, karena melakukan
kontak langsung antara atasan dan bawahan dapat dipererat. Serta, kesukaran

Metode dan Teknik Pengawasan| 11


dalam praktek dapat dilihat lansung dan tidak dapat dikacaukan oleh pendapat
bawahan sebagaimana mungkin terselip dengan cara menerima laporan tertulis
(Manullang, 1992:178).
Langkah kerja pemeriksaan pengawasan atasan langsung menurut
Khusnuridlo (online) adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa apakah atasan Langsung Bendaharawan telah melakukan
pemeriksaan kas terhadap Bendaharawan sedikitnya tiga bulan sekali.
2. Meneliti apakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan
perlengkapan telah melakukan pemeriksaan penyimpanan barang
inventaris yang dikelolanya, baik secara langsung melihat fisik barangnya
maupun melalui pembukuannya.
Akan tetapi, karena banyak dan kompleksnya tugas-tugas seorang
pimpinan terutama dalam organisasi besar seorang pemimpin tidak mungkin
dapat selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula ia
harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung (Siagian,
2008:115).
D. Pengawasan Tidak Langsung
Yang dimaksud pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari jarak
jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para
bawahan (Siagian, 2008:115). Laporan ini berbentuk:
1. Lisan.
Pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui
laporan lisan yang diberikan bawahan. Dengan cara ini kedua pihak aktif,
bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan
dapat bertanya lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang
diperlakukannya. Pengawasan seperti ini dapat mempercepat hubungan
pejabat, karena adanya kontak wawancara antara mereka.
2. Tertulis.
Laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada atasannya
mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-
tugas yang diberikan atasannya kepadanya. Dengan laporan tertulis sulit
pimpinan menentukan mana yang berupa kenyataan dan apa saja yang berupa

Metode dan Teknik Pengawasan| 12


pendapat. Keuntungannya untuk pemimpin dapat digunakan sebagai
pengawasan dan bagi pihak lain dapat digunakan untuk menyusun rencana
berikutnya (Manullang, 1992:179).
Selain laopran lisan dan tertulis menurut Manullang (1992:179)
pengawasan masih mempunyai satu teknik lagi, yaitu pengawasan melalui
laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus. Pengawasan yang berddasarkan
kekecualian ataucontrol by exception, adalah suatu sistem pengawasan dimana
pengawas itu ditujukan pada soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya
dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa
yang istimewa.
Menurut Arifin (2004:9) kekuatan dari pengawasan tidak langsung
adalah dibutuhkan waktu pendek, dan tidak perlu terjun langsung ke setiap
lapangan. Kelemahannya adalah sering bawahan melaporkan hal-hal yang
positif saja. Padahal pimpinan harus mengetahui hal yang positif sekaligus
negatif agar tidak salah berkesimpulan dan salah dalam mengambil keputusan.
Kesimpulannya ialah bahwa pengawasan tidak akan dapat berjalan
dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan saja. Adalah bijaksana
apabila pemimpin organisasi menggabungkan teknik pengawasan langsung dan
tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan itu (Siagian, 2008:116).
Dengan teknik-teknik yang telah dijelaskan di atas diharapkan
pelaksanaan pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga
dalam melakukan pengawasan juga lebih mudah. Dan hasil dari pengawasan
dapat dijadikan evaluasi atau acuan untuk pengambilan kebijakan berikutnya.

5.2 Analisis Break Even Point


A. Pengertian Break even Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total
biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu
merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan

Metode dan Teknik Pengawasan| 13


usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka
dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga
berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan
mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa
melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi
sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga
dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan
harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal
yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis
laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2. Struktur biaya tetap dan variable
3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya
tetap
4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan
kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan
yang diharapkan melalui penentuan:
1. harga jual persatuan,
2. produksi minimal,
3. pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal
dibawah ini agartitik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
1. Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
2. Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat
ditingkatkan
3. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun
biaya variable.

Metode dan Teknik Pengawasan| 14


B. Fungsi Analisis BEP
Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan
untuk menentukan hal-hal seperti:
 Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah
produksi minimum yang harus dibuat.
 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan
untuk memperoleh laba tersebut.
 Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil
dari BEP.
 Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil
penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan
suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat
produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian.
Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus
berproduksi di atas BEP-nya.

C. Asumsi Break Even Point


Analisis BEP akan berguna bila asumsi asumsi dasar dipenuhi, berikut
diantaranya:
1. Biaya biaya yang dikeluarkan entitas bisa dikelompokkan ke dalam biaya
tetap dan biaya variabel.
2. Besar kecilnya biaya variabel secara total berubah ubah secara proporsional
dengan tingkat volume produksi atau pun penjualan, hal ini mengartikan
bahwa biaya variable per unit adalah tetap
3. Besar kecilnya biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan dalam
volume produksi atau pun penjualan.
4. Ini mengartikan biaya tetap per unit berubah ubah dengan adanya perubahan
pada volume kegiatan.
5. Jumlah unit yang terjual (unit produk) sama dengan angka per unit produk
yang dihasilkan/diproduksi.

Metode dan Teknik Pengawasan| 15


6. Harga jual per unit tidak akan berubah dalam periode tertentu
7. Perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk. Jika lebih dari satu jenis
produk, komposisi masing masing jenis produk diasumsikan tetap (konstan)

D. Komponen Penghitungan Dasar Break Even Point


Break Even Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:
1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika
adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi.
Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis
tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang
direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh
biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang
telah diproduksi.

E. Rumus Break Even Point


Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terdiri dari dua
macam sebagai berikut:
1. Dasar Unit
Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik
impas: Q BEP = FC /(P-VC)
2. Dasar Penjualan
Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas:
TR BEP = FC/ (1 – (VC/P)). Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut
dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.

Metode dan Teknik Pengawasan| 16


F. Simulasi Menghitung BEP
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan
simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta
Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu
Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)
BEP = 5000
Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp 400.000.000
Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat
diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus
untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC,
VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan
laba sebesar Rp 80 juta per bulan.
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Metode dan Teknik Pengawasan| 17


BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)
Membuktikan Laba Yang Diperoleh
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit bernilai Rp 720.000.000,
perusahaan akan mendapatkan laba Rp 80 juta, mari kita periksa berikut ini:
Penjualan Rp 720.000.000
FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000
Laba Rp 80.000.000 (Dihitung dengan cara: Penjualan – (FC + Total VC))

G. Kelemahan Penggunaan BEP


Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan yang
dikandung model ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga
ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan
penwaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis
sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.
2. Asumsi terhadap cost. Penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga
mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume
penjualan , biaya tetap mau tidak mau harus berubah karena pembelian
mesin-mesin atau peralatan baru guna meningkatkan volume produksi untuk
penjualan. Begitu pula pada perhitungan biaya variable per unit mengalami
perubahan karena pada saat tertentu dapat terjadi kenaikan harga bahan baku
sehingga menaikkan biaya produksi perusahaan.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas
5. Biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume
penjualan.

Metode dan Teknik Pengawasan| 18


Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi
terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan
dengan jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable
yang disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu
dilakukan karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu
adanya asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang
dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-
kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga
dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya
kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada
kerugian usaha.

6.2 Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis
dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan untuk jangka waktu ( periode) tertentu di masa yang akan
datang. Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit
moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan.
Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting
dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga
dapat diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.
Penganggaran merupakan komitmen resmi manajemen yang terkait
dengan harapan manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi
keuangan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
Manfaat Anggaran
Dengan penyusunan anggaran usaha-usaha perusahaan akan lebih banyak
berhasil apabila ditunjang oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terarah dan
dibantu oleh perencanaan-perencanaan yang matang. Perusahaan yang
berkecenderungan memandang ke depan, akan selalu memikirkan apa yang
mungkin dilakukannya pada masa yang akan dating. Sehingga dalam
pelaksanaannya, perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegangan pada semua

Metode dan Teknik Pengawasan| 19


rencana yang telah disusun sebelumnya. Di mana, bagaimana, mengapa, kapan,
adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu mereka kembangkan dalam kegiatan
sehari-hari. Apabila pada suatu kesempatan hal ini ditanyakan kepada seorang
General Manager yang sukses, maka sering didapatkan jawaban bahwa ide-ide
untuk kegiatan pada waktu mendatang pada umumnya didasarkan pada
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Dalam perusahaan-perusahaan
manufatktur ( pabrik) kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat
keuntungan akan lebih besar apabila management memperhatikan rencana
untuk aktivitas-aktivitasnya di masa depan. Karena itu Heckerts dan Wilson
mengatakan bahwa manfaat utama daripada business budgeting adalah dapat
ditentukannya kegiatan-kegiatan yang paling profitable yang akan dilakukan.
Sedangkan manfaat lain adalah membantu manajer dalam mengelola
perusahaan. Manajer harus mengambil keputusan-keputusan yang paling
menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang-barang atau jasa yang
akan diproduksi dan dijual, memilih/menseleksi langganan, menentukan
tingkat harga, metode-metode produksi, metode-metode distribusi, termin
penjualan.
Dalam bidang pengawasan
Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran.
Tujuan utama dari perencanaan adalah memilih kegiatan yang paling
menguntungkan. Kegiatan tersebut tidak hanya direncanakan saja, tetapi di
dalam peleksanaannya harus diadakan pengawasan agar betul-betul seperti
yang direncanakan. Beberapa kegiatan dan pengeluaran sangat perlu diawasi.
Misalnya : kegiatan promosi penjualan, kadang-kadang mengeluarkan terlalu
banyak biaya tanpa menghasilkan kenaikan penjualan yang sepadan. Atau
kegiatan produksi yang terlalu jauh menyimpang dari rencana sehingga harga
pokok per unit produk demikian tinggi.
Untuk pencegahan secara umum pemborosan-pemborosan, sebetulnya
ini adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan budget. Kontrol
terhadap pelaksanaan diharapkan dapat mengurangi pemborosan-pemborosan.
Dengan melihat uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat
penyusunan anggaran adalah :

Metode dan Teknik Pengawasan| 20


Adanya perencanaan terpadu. Anggaran perusahaan dapat digunakan
sebagi alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan
pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat
digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian.
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Anggaran dapat
memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun
manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat
bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik
tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang
jelas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran
memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perunahan dalam lingkungan
dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik.
Sebagai alat pengkoordinasian kerja. Penganggaran dapat memperbaiki
koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi
operasi perusahaan secara keseluruhan. oleh karenanya system anggaran
memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antarbagian
(divisi)
Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran memerlukan serangkaian
standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya
sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam
menentukan standar acuan, diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis
yang saksama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat
menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat
standar dalam anggaran yang ditetapkan secara sembarangan tersebut mungkin
merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Standar yang ditetapkan terlalu tinggi akan menimbulkan frustasi atau
ketidakpuasan. sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan
menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba dan semangat
kerja.

Metode dan Teknik Pengawasan| 21


Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran yang disusun
dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi
perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus
ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya
menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling
menguntungkan. Terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi dalam
operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan berharga
bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
Tujuan Anggaran
Adapun tujuan penyusunan anggaran adalah :
Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang
hendak dicapai manajemen.
Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak
terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam
rangka memaksimalkan sumber daya.
Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu
dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya
tindakan koreksi.

BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Metode dan Teknik Pengawasan| 22


Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu : pengawasan pendahuluan, pengawasan pada
saat kerja berlangsung, pengawasan feed back. Tahap proses pengawasan :
menetapkan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan,
pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisa
penyimpangan-penyimpangan, pengambilan tindakan koreksi.
Pengawasan penting disebabkan karena perubahan lingkungan organisasi,
peningkatan kompleksitas organisasi, meminimalisasikan tingginya kesalahan-
kesalahan, kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, komunikasi dan
menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu : merumuskan hasil
yang di inginkan, menetapkan penunjuk hasil, menetapkan standar penunjuk dan
hasil, menetapkan jaringan informasi dan umpan balik dan menilai informasi dan
mengambil tindakan koreksi. Bidang strategik dalam pengawasan adalah transaksi
keuangan, hubungan manajer dan bawahan, dan operas-operasi produktif. Alat-
alat pengawasan yang paling umum adalah manajemen pengecualian, manajemen
informasi sistem, analisa rasio dan penganggaran.

2.3 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika
tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya
kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun
lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu
komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi.
Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam
merumuskan suatu masalah.

Metode dan Teknik Pengawasan| 23


Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang
pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin
karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi baik
lagi.

Metode dan Teknik Pengawasan| 24

Anda mungkin juga menyukai