VENTILATOR
A. Definisi
Ventilator merupakan alat pernapasan bertekanan negative atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi pemberian oksigen dalam waktu yang lama (Brunner and
Suddarth, 2009). Hudak dan Gallo (2011) mendefinisikan ventilator sebagai suatu alat
pernapasan yang bertujuan mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan
metabolic pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transport
oksigen.
B. Tujuan
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi yang
fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas (Brunner and Suddarth,
2009)
C. Indikasi
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung, 2009):
1. Gangguan ventilasi
Disfungsi otot pernapasan
Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
Sumbatan jalan napas
Gangguan kendali napas
Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada perbaikan
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
RR > 35x/menit
Tidal volume <5ml/kgBB
Kapasitas vital <10ml/kg/BB
Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
PaCO2 > 55 mmHg
Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
Pemberian sedasi berat
Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
Menurunkan TIK dan mencegah TIK
D. Klasifikasi
Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, yaitu :
1. Ventilator tekanan negative
Ventilator mengeluarkan tekanan negative pada dada eksternal dengan mengurangi
tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru
sehingga memenuhi volumenya. Pada jenis ini digunakan terutama pada gagal napas
kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovascular seperti polymyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai
untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan
ventilasi sering
2. Ventilator tekanan positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan
positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama
inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakheal atau trakkeostomi.
Ventilatr ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Jenis ini ada
3, yaitu:
a. Time Cycled
Ventilator yang mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan.
Bantuan yang diberikan berdasarkan waktu. Biasa digunakan pada neonates dan bayi
b. Volume Cycled
Ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah
ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien, siklus ventilator mati dan
ekhalasi terjadi secara pasif. Merupakan jenis yang paling banyak digunakan
c. Pressure Cycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan
kata lain siklus ventilator hidup menghantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai dan kemudian siklus mati. (Brunner and
Suddarth, 2009)
E. Modus Operasional
1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien menrima volume
dan frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan pasien tidak dapat
bernafas sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya
sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan. Total jumlah pernapasan
dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator. Keuntungannya
adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan. Pada saat
pasien inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas sesuai tekanan positif yang telah
ditentukan. Modus ini sangat baik untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari
penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari ventilator
disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.
6. CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama siklus
pernafasan. Pada modus inni frekuensi pernafasan dan volume tidal ditentukan oleh
pasien sendiri.
7. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
Diguankan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi sehingga
meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli. Pemakaian PEEP dianjurkan adalah 5-15
cm H2O (Brunner and Suddarth, 2009)
F. Parameter Ventilator
1. FiO2 (Fraksi oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian FiO2 sebaiknya diberikan
serendah mungkim tetapi pemberian PaO2 yang adekuat. Prinsipnya adalah
mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari 60mmHg
2. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan. Normalnya
adalah 8-12 cc/kgBB
3. Frekuensi pernapasan
4. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi (I:E Ratio)
5. Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Normal I:E
adalah 1:2
6. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang diberikan dalam
mencapai volume tida;. Pressure limit diberikan 10-15 cm H2O diatas tekanan yang
dikeluarkan oleh pasien
7. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas. Sensitivitas tidak
diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika pasien diharapkan untuk merangsang
mesin maka sensitivitas diatur pada -2cmH2O
8. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya suatu
masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
Settingan FiO2 diubah-ubah dan tidak Mengubah settingan FiO2 sesuai dengan
sesuai dengan nilai yang diharapkan nilai yang diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasikan analyzer
Gangguan pada sumber oksigen Mengkoreksi gangguan yang terjadi
b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-rata. Alarm
akan berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama masih di sirkuit
ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan aliran gas Luruskan selang nafas ventilator.
Auskultasi suara nafas dan berikan
bronkodilator jika diperlukan
Penurunan compliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan control
mode
Pasien melawan ventilator (fighting) Disconnect dari ventilator, lakukan
bagging
Jika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV
Low inspiratory pressure
Biasanya disetting 5-10 cmHg dibawah PIP. Alarm akan berbunyi jika tekanan di
sistem lebih rendah dari settingan
Penyebab Penatalaksanaan
Gangguan pada pasien dengan Koreksi kebocoran atau saluran yang
ventilator lepas
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
Kehilangan sumber udara/kehilangan Cek sambungan dengan sumber udara.
tekanan dalam sumber udara Jika karena turunnya tekanan ventilator
tidak berfungsi, lakukan ventilasi secara
manual
Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah settingan
PEEP/CPAP yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan
Kerusakan pada sirkuit ventilator Evaluasi dan koreksi sumber kerusakan
c. Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya ventilator Kebocoran bisa bersumber dari mulut
sistem dengan pasien (cth: alat atau koreksi sirkuit.
terlepas dari pasien) Tanda dan gejala pada pasien:
Terjadi kebocoran Hipoksemia dan hiperkabnia
Kebocoran bisa juga karena malposisi
alat pada jalan napas, udara dapat
ditambahkan pada cuff
Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki
dalam waktu singkat, maka reset
kembali parameter alarm (VT) untuk
mengkompensasi volume yang hilang
Pasien dalam penggunaan ventilator Kaji penyebab penurunan compliance
dengan PC mode, pasien dengan paru atau penurunan resistensi jalan nafas
penurunan compliance, penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
resistensi atau kelelahan pada pasien : RR, pola napas irregular,
penggunaan otot-otot aksesoris
pernapasan
Meningkatkan tekanan inpirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup,
meningkatkan jumlah nafas bantuan, atau
mengubah mode ventilator menjadi
volume cycled mode
Mencapai tekanan batas atas tekanan Gangguan disebabkan karena tingginya
tertinggi karena ventilator membuang tekanan inspirasi
sisa VT
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkan tidak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas Awasi/kaji adanya waktu inpirasi yang
memanjang dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan meningkatkan
aliran udra (flow rate)
d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas Kaji pernapasan pasien.
spontan dari pasien Jika pasien tidak bernafas, lepas
ventilator dang anti dengan bantuan nafas
manual (bagging). Jika nadi tidak teraba,
cai bantuan dan lakukan RJP
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan
hubungkan kembali dengan ventilator
e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesiapan VT, peak inspiratory flow
inspiratory flow rate dan respiratory rate, dan RR control
rate control Jika VT dan RR settingnya sudah sesuai,
atur peak inspiratory flow rate untuk
mencapai I:E ratio normal
f. Gangguan mesin ventilator
Penyebab Penatalaksanaan
Lepasnya sambungan kabel ke sumber Cek sambungan listrik
listrik
Rusaknya tekanan udara dan oksigen Cek sumber tekanan udara dan oksigen
dan cek sambungan
Disfungsunya microproccesor Disconnect ventilator dan berikan
bantuan ventilasi secara manual
(Brunner and Suddarth, 2009 ; Hudak and Gallo, 2011; Pierce, 2011; Tanjung, 2009)
G. Penyapihan (Weaning)
Penyapihan adalah proses untuk melepaskan bantuan ventilasi mekanik yang dilakukan
secara bertahap
Syarat-syarat penyapihan
1. Proses penyakit yang menyebabkan pemasangan ventilator sudah dapat
dikurangi/diatasi
2. Pasien dalam keadaan sadar
3. Hemodinamika stabil dan normal
4. Pada pemberian PEEP tidak lebih dari 5 cm H2O atau pada FiO2 50% dapat
mempertahankan PaO2 ≥60mmHg
5. PaCO2<45mmHg
6. Volume tidal 10-15cc/KgBB
7. Kapasitas vital paru > 10cc/Kg/BB atau 2 kali lebih besar dari volume tidal
8. Volume semenit < 10 L/menit
9. Tekanan maksimum inspirasi <20 H2O
10. Laju pernapasan kurang dari 25 kali/menit
11. Secara psikologis pasien sudah siap
Metode penyapihan
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti huruf T.
pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat penggunaan ventilator.
Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan T. Piece lebih banyak dari
penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah proses penyapihan lebih cepat
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan caa mengurangi frekuensi
pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan metode ini pasien dapat
metih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien tidak merasakan ketakutan, tetapi
kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
Prosedur Penyapihan
1. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan
ventilator dalam waktu lama
2. Meminimalkan obat-obat sedasi
3. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
6. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2
7. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan lamanya
weaning
(Brunner and Suddarth, 2009 ; Hudak and Gallo, 2011; Tanjung, 2009)
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan meliputi pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik, dan
pengkajian diagnostic (Doengoes, 2000)
1. Riwayat keperawatan, meliputi:
a. Persepsi pasien tentang kondisi saat ini
b. Peran dan hambatan peran
c. Pola nutrisi (jumlah, diet khusus saat ini, alergi, perubahan selera makan)
d. Pola istirahat (waktu tidur, jumlah jam tidur, kebiasaan saat tidur)
e. Pola koping (kemampuan koping, kemampuan koping keluarga)
f. Pengambilan keputusan
2. Pemeriksaan fisik
Komponen pengkajian pemeriksaan fisik meliputi:
a. Neurologi: tingkat kesadaran, reflek menelan, reflek kornea
b. Kardiovaskuler: irama jantung, distensi vena jugularis, tekanan darh, bunyi jantung,
pengisian kapiler kurang dari 3 detik, nadi perifer dan edema
c. Respirasi: jalan napas, seperti tipe ukuran dan posisi ETT, pergerakan dada, suara napas,
sputum (jumlah, warna, konsistensi)
d. Parameter pada ventilator: modus yang diberikan, TV, RR, FiO2, PEEP, tekanan puncak
inpirasi, alarm, selang ventilator seperti kebocoran, saturasi O2
e. Gastrointestinal: rongga mulut (adanya isi, perubahan pada lidah menunjukkan adanya
dehidrasi), bising usus (peurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya udara
yang berasal dari sekitar selang endotrakheal)
f. Genitourinaria: urin jumlah, warna, karakteristik, berat jenis, distensi kandung kemih
g. Integumen: warna kulit, suhu, kelembababan, turgor kulit
h. Psikososial: tingkat kecemasan, pola komunikasi, kebutuhan spiritual
3. Pemeriksaan diagnostic: analisa gasa darah, thorax photo
Referensi:
Brunner & Suddarth. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing, 8th ed.
(Agung Waluyo et. al., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A.C. (2000). Nursing care plans: guidelines
for planning and documentating patientcare. (I Made K. dan Ni Made S., Penerjemah).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Hudak, Gallo. (1995). Keperawatan kritis pendekatan holistik, ed. ke-6. Jakarta EGC
Pierce, Lynelle N.B. (1995). Guide to mechanical ventilation and intensive respiratory care, 1st
edition. Philadelphia: WB. Saunders Company)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
Bersihan jalan nafas tidak Tujuan : 1. Kaji kepatenan jalan nafas Obstruksi dapat disebabkan
efektif b.d. ketidakmampuan Setelah diberikan oleh akumulasi secret,
untuk batuk dan terpasangnya intervensi keperawatan perlengketan mukosa,
alat di trakea 3x24 jam, bersihan jalan perdarahan, spasme bronkus,
nafas menjadi efektif atau masalah posisi selang
Data : 2. Evaluasi pergerakan dada dan endotrakeal
berubahnya frekuensi Kriteria Evaluasi : auskultasi bunyi nafas
dan kedalaman Tanda-tanda vital Gerakan dada simetris dengan
pernafasan normal bunyi nafas melalui area paru
bunyi nafas tidak Suara napas menunjukan letak selang tepat /
normal vesikuler, tidak ada tak menutup jalan nafas.
sianosis (+) ronchi Obstruksi jalan nafas bawah
Tidak ada retraksi 3. Awasi letak selang endotrakeal menghasilkan perubahan pada
dinding dada bunyi nafas seperti Rh dan Wh
Tidak ada sianosis
Akral hangat Selang endotrakeal dapat
masuk ke bronkus kanan,
4. Catat batuk berlebihan, sehingga menghambat aliran
peningkatan dispnea, bunyi udara ke kiri dank lien berisiko
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
alarm tekanan tinggi pada mengalami tension
ventilator, peningkatan ronki, pneumotoraks
secret terlihat pada selang
endotrakeal Klien dengan intubasi biasanya
mengalami batuk tak efektif
5. Lakukan suction sesuai
kebutuhan, batasi penghisapan
maksimal 10 detik. Pertahankan
teknik steril. Sebelum Suction tidak harus rutin,
penghisapan, hiperventilasi lamanya harus dibatasi untuk
100% menurunkan bahaya hipoksia.
Hiperventilasi 100 % bertujuan
untuk mencegah atelektasis dan
6. Anjurkan klien melakukan menurunkan hipoksia tiba –
teknik batuk selama tiba
penghisapan
Meningkatkan keefektifan
upaya batuk dan pembersihan
secret
7. Beri cairan sesuai kemampuan
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
individu dan ubah posisi
Membantu mengencerkan
8. Lakukan fisioterapi dada sesuai secret dan meningkatkan
indikasi pengeluarannya. Posisi akan
meningkatkan drainase secret
9. Kolaborasikan pemberian
bronkodilator dan aerosol Meningkatkan ventilasi
sesuai indikasi, contoh
aminofilin, metaproterenol Meningkatkan ventilasi dan
sulfat, bronkosol membuang sekret
Pola nafas tidak efektif : Tujuan : 1. Kaji etiologi gagal nafas Pemahaman penyebab gagal
ketidakmampuan untuk Setelah diberikan nafas memberi dasar untuk
bernafas secara spontan b.d intervensi keperawatan pemilihan intervensi yang tepat
penurunan ekspansi paru 3x24 jam, pasien akan bagi klien
memiliki pola nafas yang 2. Observasi pola nafas. Catat RR,
Data : efektif jarak antara pernafasan spontan Klien dengan ventilator dapat
TV dengan ventilator mengalami hiperventilasi /
RR Kriteria Evaluasi : hipoventilasi, dispnea, dan
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
Takipnea / bradipnea Tidak ada nafas cepat sebagai kompensasi
bila dilepaskan dari penggunaan otot 3. Hitung pernafasan klien selama
ventilator bantu pernapasan 1 menit penuh dan bandingkan Pernafasan sangat bergantung
PaCO2 Tidak ada sianosis untuk menyusun frekuensi di pada masalah yang
atau hipoksia ventilator memerlukan bantuan
AGD dalam ventilator, contoh klien
rentang normal mungkin secara total
Tidak ada takipnea bergantung pada ventilator atau
mampu bernafas sendiri
4. Periksa selang terhadap adanya diantara nafas yang diberikan
kemungkinan obstruksi, contoh oleh ventilator
terlipat atau akumulasi air.
Alirkan selang sesuai indikasi Lipatan atau obstruksi pada
selang dapat mencegah
pengiriman volume yang
adekuat dan meningkatkan
5. Periksa fungsi alarm ventilator. tekanan jalan nafas. Akumulasi
Jangan matikan alarm air mencegah distribusi gas dan
pencetus pertumbuhan bakteri
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
6. Sediakan alat resusitasi dan Meningkatkan kewaspadaan
ventilasi manual disamping terhadap perubahan kondisi
tempat tidur klien klien dan kepatenan alat yang
digunakan
5. Kolaborasi pemberian
antimikrobial sesuai indikasi
Membantu mengatasi infeksi
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
Risiko disfungsi respons Tujuan: 1. Kaji faktor fisik dalam Mengetahui perkembangan dan
penyapihan ventilator b/d Setelah diberikan penyapihan (TTV, nutrisi, respon dari penyapihan
keterbatasan/kekurangan intervensi keperawatan kekuatan otot)
cadangan energi, nyeri, 3x24 jam, pasien Penyapihan menimbulkan
penurunan motivasi, riwayat menunjukkan respon 2. Menentukan kesiapan psikologis ansietas sehubungan dengan
penyapihan lama penyapihan yang adekuat kemampuan untuk bernapas
sendiri dan kebutuhan
Data: Kriteria evaluasi: ventilator jangka panjang
Mengatakan Secara aktif
kekhawatiran akan berpartisipasi Membantu pasien untuk siap
3. Menjelaskan teknik penyapihan.
penyapihan dalam proses menghadapi proses
Mendiskusikan rencana dan
Ketidaktahuan rencana penyapihan penyapihan, membantu
harapan individual
setelah penyapihan Membuat mengatasi takut dan
Riwayat pemasangan pernapasan mandiri ketidaktahuan, meningkatkan
ventilator yang lama dengan AGD dalam kerjasama dan pencapaian yang
Nafsu makan menurun rentang normal dan diharapkan
bebas tanda gagal 4. Berikan periode tidur/istirahat
napas tanpa diganggu. Hindari prosedur Memaksimalkan energi untuk
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA EVALUASI
Menunjukkan penuh stres/situasi tak penting proses penyapihan; membatasi
peningkatan kelelahan dan konsumsi
toleransi untuk 5. Berikan dorongan untuk upaya oksigen
aktivitas/berpartisip pasien
asi dalam Umpan balik positif
perawatan diri memberikan keyakinan dan
sesuai kemampuan dukungan untuk melanjutkan
6. Awasi respon terhadap aktivitas proses penyapihan