Anda di halaman 1dari 10

MOBILISASI DAN IMOBILISASI

Theinfiniteminding fendi 07.52

MOBILISASI DAN IMOBILISASI

A. Pengertian
1. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas.
2. Imobilisasi adalah suatu usaha mengkoordinasi system muskuluskeletal dan system
syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari.

( Perry, Potter 1997 )

B. Konsep Anatomis, Fisiologis dan Faktor Penggerak


A. Pengaturan Gerak

1) Sistem Skeletal

Adalah pendukung tubuh dan terdiri dari empat tulang panjang, pendek, pipih dan ireguler.
Tulang panjang membentuk tinggi tubuh (mis : femur, fibula). Tulang pendek dalam bentuk
berkelompok yang akan menghasilkan gerakan pada ekstremitas. Tulang pipih mendukung
struktur bentuk seperti tulang tengkorak dan gtulang rusuk dari toraks. Tulang ireguler
membentuk kolumna Vertebra dan beberapa tulang tengkorak.
2) Karakteristik Tulang

Meliputi kekakuan dan elastisitas berhubungan dengan kekakuan tulang yang penting untuk
mempertahankan panjang tulang tetap lurus membuat tulang dapat menyangga berat badan.

3) Sendi

Adalah sesuatu yang menghubungkan antar tulang.

Mobilisasi sendi adalah suatu tehnik yang digunakan untuk menangani disfungsi sendi seperti
kekakuan, hipomobilitas sendi reversibel dan nyeri.

Mobilisasi merupakan gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis pada kecepatan yang
cukup lambat sehingga pasien dapat menghentikan gerakan. Tehnik yang diaplikasikan dapat
berupa gerakan osilasi, stakato, atau penguluran secara kontinyu untuk meningkatkan
mobilitas dan mengurangi nyeri baik dengan gerakan fisiologis atau gerakan assesori.
Gerakan fisiologis didasari oleh gerak osteokinamatik seperti fleksi, ekstensi, dan rotasi.
Sedangkan gerakan assesori, didasari oleh gerak artrokinematik berupa traksi-distraksi,
translasi, roll slide, dan manipulasi.

Efek gerakan sendi

 Gerakan sendi akan menstimulasi aktifitas biologi dengan pengaliran cairan sinovial
yang membawa nutrisi pada bagian avaskuler di kartilago sendi pada permukaan
sendi dan fibrokertilago sendi.
 Gerakan sendi dapat mempertahankan ekstensibilitas dan kekuatan tegangan pada
jaringan artikular dan periartikular. Pada immobilisasi terjadi poliferasi lemak yang
menyebabkan perlekatan intra artikular dan perubahan biokimia pada tendon,
ligamen, dankapsul sendi sehingga menyebabkan kontraktur dan kelemahan ligamen.
 Impuls syaraf afferen dari reseptor sendi akan memberikan informasi ke sistem syaraf
pusat yang memberikan kesadaran posisi dan gerakan.

Indikasi

 Nyeri dan spasme otot Nyeri pada sendi dan spasme otot dapat ditangani dengan
tehnik gentle joint play untuk menstimulasi efek neurofisiologi dan efek mekanik.
 Efek neurofisiologi Tehnik mobilisasi traksi osilasi menstimulasi mechanoreseptor
yang dapat menghambat transmisi stimulasi nocicencoric pada level spinal cord atau
brain stem.
 Efek mekanik Tehnik mobilisasi traksi osilasi menyebabkan terjadinya pergerakan
cairan sinovial yang membawa zat-zat gizi pada bagian yang bersifat avaskuler di
kartilago artikular dan juga di intra artikular fibro kartilago. Tehnik mobilisasi ini
membantu menjaga pertukaran zat-zat gizi serta mencegah nyeri dan efek degenerasi
statik saat sendi mengalami pembengkakan atau nyeri dan keterbatasan gerak.
Keterbatasan yang bersifat progresif Pada patologi jaringan yang dapat menyebabkan
keterbatasan gerak secara progresif tehnik mobilisasi dapat memelihara gerakan dan
memperlambat keterbatasan yang dapat terjadi.
 Immobilitas fungsional Tehnik traksi osilasi bermanfaat untuk menjaga mobilitas
sendi dan gerakan yang mungkin terjadi juga mencegah terjadinya hambatan gerak
yang merupakan efek dari immobilisasi

Kontra indikasi

Hypermobilitas Pada hipermobilitas tidak dapat diberikan tehnik mobilisasi karena masalah
yang ada pada hypermobilitas bukanlah gangguan mobilitas sendi melainkan stabilatas.

Efusi sendi Pada sendi yang mengalami efusi tidak boleh dilakukan mobilisasi karena
keterbatasan yang terjadi adalah karena penumpukan cairan dan karena adanya respon otot
terhadap nyeri, bukan karena pemendekan otot ataupun kapsul ligament. Inflamasi Pemberian
mobilisasi pada fase inflamasi dapat menimbulkan nyeri dan memperberat kerusakan
jaringan.

Klasifikasi sendi adalah :

 Sendi : mengacu pada ikatan tulang dan tulang. Contoh : Sakrum, pada sendi vertebra
 Sendi Kotilagus : Memiliki sedikit pergerakan tetapi elastis dan menggunakan
kartilago untuk menyatukan permukaan. Contoh : antara sternum dan iga.
 Sendi Fibrosa : adalah sendi tempat ke dua permukaan tulang disatukan dengan
ligamentum atau membrane. Contoh : Tulang tibia dan fibula.
 Sendi Sinosial : sendi yang dapat bergerak bebas karena permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligament sejajar dengan
membran sinosial. Contoh : Humerus, Radius, Ulna dihubungkan oleh kartilago dan
ligament membentuk sendi putar.
 Ligamen : adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel
mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan kartilago. Contoh :
ligamentum mencegah kerusakan medula spinalis saat punggung bergerak.
 Tendon : adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat yang
menghubungkan otot dengan tulang. Contoh : Tendon Achiles
 Kartilago : adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler yang terletak
terutama disendi dan thoraks, trachea, laring, hidung dan telinga.
 Otot Skeletal : Ada 2 tipe kontraksi otot : isotonic dan isometric. "Pada kontraksi otot
isotonic, peningkatan otot menyebabkan kontraksi otot memendek, dan kontraksi
isomatrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pergerakan aktif".
 Otot Dalam Pergerakan : Pengaturan Postur dan Gerakan (Postur dan pergerakan
dapat mencerminkan kepribadian dan suasana hati seseorang. Postur juga tergantung
pada ukuran skelet dan perkembangan otot skelet).
 Tonus Otot : adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dicapai dengan kontraksi dan relaksasi secara bergantian tanpa gerakan
aktif, serat dari kelompok otot tertentu.
 Otot Antagonistik : Bekerjasama untuk menggerakkan sendi. Selama pergerakan, otot
penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya berelaksasi.
 Otot Sinergistik : Berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan yang sama.
 Otot Antigravitasi : Terutama berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus
menerus melawan gerak gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak atau
duduk.
B. Sistem Syaraf

Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh system syaraf. Area motorik volunteer utama, berada
di korteks serebral. Umumnya serabut motorik turun dari jalur motorik dan bersilang pada
tingkat modula sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan mengawali gerakan
volunter untuk tubuh bagian kiri dan serabut motorik dari jalur motorik kiri mengawali
gerakan volunter tubuh bagian kanan.

Pada dasarnya, neurotransmitten merupakan substansi kimia seperti asetikolitin yang


memindahkan impuls listrik dan syaraf yang bersilang pada simpul mioneural ke otak.

C. Gangguan Kebutuhan Dasar


a. Kelainan Postur
b. Kerusakan Sistem Syaraf Pusat

Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala iskemia karena
cedera serebrovaskuler gangguan motorik langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan
pada jalur motorik.

c. Perubahan Metabolik

Sistem Endokrin merupakan produksi hormon-hormon sekresi kelenjar, membantu


mempertahankan dan mengatur fungsi vital.

Seperti : Respon terhadasp stress dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi
dan homeostasis, metabolisme energi.

d. Perubahan Sistem Respiratori

Klien dengan pasca operasi dapat beresiko tinggi mengalami kopmplikasi-komplikasi paru.
Yang paling umum adalah atelektasis.

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

System ini dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada 3 perubahan utama : hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus.

f. Perubahan System Integument


Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoksia jaringan. Jaringan yang tertelan, darah
membelok dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat porsisten pada kulit dan struktur
dibawah kulit, sehingga system respirasi seluler terganggu dan sel menjadi mati.

(Potter, Perry : 1997 )

D. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Operasi, Topangan berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Latihan peregangan spinal.
c. Tekhnik tirah baring.

(Potter, Perry : 1997 )

KONSEP ASKEP

A. Pengkajian
1. Mobilisasi

• Rentang Gerak

Merupakan jumlah maksimum yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari 3
potongan tubuh : sagital, frontal, dan transversal.

• Gaya Berjalan

Digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan. Siklus gaya berjalan
dimulai dengan tumit mengangkat satu kaki dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai
yang sama.

• Latihan dan Toleransi Aktivitas


adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan dan
mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan sebagai terapi membetulkan
deformitus atau mengembalikan seluruh tubuh kestatus kesehatan maksimal.

• Kesejajaran Tubuh

Dilakukan pada klien yang berdiri, duduk atau berbaring.


Tujuannya :

1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan


dan perkembangan.
2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh portus yang
buruk.
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengobservasi posturnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankankan kesejajaran
tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, Kerusakan otot atau disfungsi syaraf.

2. Imobilisasi

• Sistem Metabolik

Menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrophic otot, menggunakan


pencatatan asupan dan takaran serta data laboraturium untuk mengevaluasi status cairan,
elektrolit maupun kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi
perubahan transport nutrisi.

• Sistem Respiratori

Pengkajian, system respiration harus dilakukan minimal setiap 2 jam sekali, pada klien yang
mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi pergerakan dinding dada selama
siklus inspirasi-ekspirasi penuh.

• Sistem Kardiovaskuler

Kelainan muskuluskeletal selama pengkajian meliputi penurunan tonus otot, krhilangan


massa otot dan kontraktur, pengkajian rentang gerak.

• Sistem Integumen

Perawat terus-menerus mengkaji kult klien terhadap tanda-tanda kerusakan.

• Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus diobsevasi setiap shift dan total intake dan output dievaluasi
selama 24 jam. perawat harus menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan
melalui oral atau parenteral dengan benar.

• Faktor Psikososial

Perubahan statuspsikososial klien menjadi lambat dan sering diabaikan. perawat harus
mengobservasi selama beberapa hari, sebelum menyimpulkan bahwa ia mempunyai masalah
depresi. perawat juga mengobservasi perubahan perilaku, seperti pada klien kooperatif yang
menjadi argumentative atau pada klien yang sopan yang mulai memperlihatkan alat
kelaminnya berulang kali.

B. Diagnosa Keperawatan
a) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :

 Kesejajaran tubuh yang buruk


 Penurunan mobilisasi

b) Resiko cidera yang berhubungan dengan :

 Ketidaktepatan mekanika tubuh


 ketidaktepatan posisi
 ketidaktepatan tekhnik pemindahan

c) Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :

 Penurunan rentang gerak


 Tirah baring
 Penurunan kekuatan

d) Ketidakaktifan jalan nafas berhubungan dengan :

 Penurunan pengembang paru


 penumpukan sekresi paru
 ketidaktepatan posisi tubuh

e) Gangguan Integritas Kulit yang berhubungan dengan :

 Keterbatasan mobilasi
 Tekanan Permukaan Kulit
 Banyak Pergesekan

f) Gannguan Eliminasi Urine yang berhubungan dengan :


 Keterbatasan mobilisasi
 Resiko infeksi
 Retensi Urine

g) Inkontinensia Total yang berhubungan dengan :

 Perubahan pola eliminasi


 Keterbatasan mobilisasi

h) Resiko Kekurangan Volume Cairan yang berhubungan dengan :

 Penurunan asupan cairan

i) Ketidakefektifan Koping Individu yang berhubungan dengan :

 Pengurangan tingkat aktifitas


 Isolasi social

j) Gangguan pola Tidur yang berhubungan dengan :

 Keterbatasan mobilisasi
 Ketidaknyamanan

C. Perencana Keperawatan (Intervensi)


Rencana Keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan berikut :

1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat


2. Mencapai kembali kesejajaran
3. Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktifitas fisik
4. Mengembalikan atau memilihkan kemampuannya untuk bergerak atau berpartisipasi
dalam kegiatan sehari-sehari.
5. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan mekanika tubuh
yang salah.
6. Meningkatkan kebuguran tubuh
7. Mencegah terjadinya komplikaasi akibat imobilisasi
8. Meningkatkan kesejahteraan social, emosional dan intelektual.

D. Evaluasi
1. Klien dapat mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas.
2. Individu tidak mengalami aspiratif.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda.2000.Nursing Diagnosis : Prinsip dan Clasification,2001-2002. Philadolphic-USA.


Perry and Potter.1997.Fundamental Keperawatan. Jakarta-EGC
Smeltzer S.C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Jakarta-
EGC.

Anda mungkin juga menyukai