1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: jam.haggai@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: irteruna@yahoo.com
ABSTRAK
DAS Sei Wampu memiliki fungsi dan peranan yang sangat meningkat setiap tahun, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk akan sejalan dengan laju perkembangan
pembangunan di berbagai bidang seperti : perumahan, pertanian dan perkebunan, industri, peternakan dan
perikanan, hal ini akan menyebabkan perubahan tata guna lahan dan kebutuhan air, Tuntunan kebutuhan penduduk
di berbagai bidang tentunya akan mempengaruhi keseimbangan ketersediaan air, terutama diakibatkan oleh
perubahan tata guna lahan di DAS Sei Wampu. Metode penelitian yang digunakan meliputi beberapa tahapan
penelitian yaitu pengumpulan berupa data curah hujan, data penutupan lahan, data fisik sungai. Kemudian
manganalisa data-data sekunder tersebut untuk memperoleh debit banjir DAS Wampu. Selanjutnya hasil analisa
yang diperoleh dibandingkan dengan debit saluran DAS Wampu. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa
debit saluran DAS Wampu mampu menampung debit banjir periode ulang, itu berarti kondisi fisik DAS Wampu
dalam keadaan baik.
ABSTRACT
Sei Wampu watershed functions and roles are greatly increasing every year, both in terms of quantity and quality.
The increasing rate of population growth will be in line with the pace of development in various fields such as:
housing, agriculture and plantations, industries, animal husbandry and fishery, this will lead to changes in land use
and water needs, guidance needs of the population in many areas will certainly affect the balance of availability
water, mainly caused by changes in land use in the watershed Sei Wampu. The method used in this research
includes several stages of research, namely in the form of rainfall data collection, data land cover, the physical data
stream. Then analyzing secondary data to obtain flood discharge Wampu watershed. Further analysis of the results
obtained were compared with the discharge channel Wampu watershed. This study concludes that the discharge
channel Wampu DAS can accommodate the flood return period discharge, it means that the physical condition of
watershed Wampu in good condition.
1. PENDAHULUAN
Curahan hujan, jika tidak tercegat oleh tumbuhan atau oleh permukaan buatan seperti atap atau lantai, jatuh di bumi
dan menguap, meresap atau masuk dalam simpanan pada lekuk. Bila semua yang hilang dengan cara itu sudah
terpenuhi, mungkin saja ada yang berlebih yang mengalir di atas permukaan tanah ke alur sungai terdekat. Aliran
pun menyatu menjadi sungai dan sungai menemukan jalannya ke laut. Bila hujan sangat lebat atau berkelanjutan,
atau kedua- duanya, limpasan atau larian yang berlebihan itu menjadi besar dan alur sungai tidak dapat menerima
semua air yang datang tiba- tiba itu. Alur tersebut menjadi penuh dan melampaui tepinya dan dengan demikian
menimbulkan petaka kepada kegitan manusia.
DAS adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir melalui sungai yang bersangkutan. Daerah Aliran
Sungai merupakan daerah yang dimanasemua airnya mengalir ke dalam sungai yang dimaksudkan. Daerah ini
umumnya dibatasi oleh topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan.
DAS Sei Wampu memiliki fungsi dan peranan yang sangat meningkat setiap tahun, baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga pembangunan di Daerah Aliran Sungai pertumbuhannya sangat pesat, hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap keseimbangan Sumber Daya Air di DAS Sei Wampu.
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk akan sejalan dengan laju perkembangan pembangunan di berbagai
bidang seperti : perumahan, pertanian dan perkebunan, industri, peternakan dan perikanan, hal ini akan
menyebabkan perubahan tata guna lahan dan kebutuhan air. Tuntunan kebutuhan penduduk di berbagai bidang
tentunya akan mempengaruhi keseimbangan ketersediaan air, terutama diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan
di DAS Sei Wampu.
Siklus hidrologi merupakan proses pengaliran air dan perubahannya menjadi uap air mengembun kembali menjadi
air yang berlangsung terus menerus tiada henti-hentinya. Siklus hidrologi adalah suatu rangkaian proses yang terjadi
dengan air yang terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi dan pengaliran keluar (outflow).
Q = 0,00277 C *i *A (2)
dengan Q = Debit banjir maksimum (m3/detik), C = Koefisien limpasan, i = Intensitas curah hujan rata-rata
selama waktu tiba dari banjir (mm/jam), A = Daerah pengaliran (Ha)
2.METODOLOGI
Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat penelitian hipotesis pembuktian
untuk mencapai tujuan penelitian.Data yang dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan/ pengukuran langsung di
lapangan. Sedangkan data sekunder diperloleh dari instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.
2.1 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam suatu perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang
selanjutnya akan diambil kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah:
1. Menganalisa curah hujan yaitu dengan mengambil data curah hujan maksimum tiap tahun.
2. Menghitung curah hujan rata-rata dengan menggunakan metode Poligon Thiessen.
3. Menganalisa frekuensi dan probabilitas curah hujan dengan menggunakan empat jenis distribusi yang digunakan
dalam bidang hidrologi yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan
Distribusi Gumbel.
4. Menguji hasil distribusi sampel data yang dipilih dengan uji kecocokan Chi-Kuadrat dan Smirnovv-Kolmogorov
dengan tujuan persamaan distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak.
5. Menghitung waktu konsentrasi, waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada
daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
6. Menghitung luas Catchment area (A)
7. Menganalisa tata guna lahan yang ada. Selanjutnya dari tata guna lahan tersebut dapat ditentukan nilai
koefisien limpasannya/ runoff coefficient (C)
8. Menganalisa debit limpasan dengan menggunakan rumus rasional.
9. Membandingkan hasil analisa dengan metode Haspers.
10.Memberikan kesimpulan dan saran
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Data Curah Hujan
Tabel 3. Data Curah Hujan Tahunan Tiap Stasiun Dengan Faktor Thiessen
Curah
Tahun Sta. 1 Koef Sta. 2 Koef Sta. 3 Koef Hujan
Thiessen Thiessen Thiessen Rata-rata
1 2 3 Tahunan
No Tahun Xi Max X2 ( X - 𝑿 )2 ( X - 𝑿 )3 ( X - 𝑿 )4
1 2004 161,1437 25967,292 2077,418 94686,007 4315665,105
2 2005 126,5509 16015,13 120,69 1325,888 14566,076
3 2008 122,45 14994,003 47,403 326,371 2247,066
4 2002 120,9941 14639,572 29,475 160,023 868,783
5 2006 115,5494 13351,664 0,000 0,000 0,000
6 2009 113,0991 12791,406 6,081 -14,994 36,974
7 2007 104,9658 11017,819 112,343 -1190,746 12620,959
8 2003 103,4008 10691,725 147,968 -1799,909 21894,458
9 2010 97,815 9567,774 315,062 -5592,359 99264,379
10 2011 89,6811 8042,7 669,976 -17341,59 448868,215
Ʃ 1155,65 137079,086 3526,417 70558,681 4916032,015
𝑋 115,565
T Cs K
2 0,471 -0,0825
5 0,471 0,808
10 0,471 1,3225
25 0,471 1,9095
50 0,471 2,3100
100 0,471 2,685
Tabel 4.10 Hujan Rencana Periode Ulang dengan Metode Log Pearson III
T Cs K Sx Log XT Xt
Log Xr
2 0,471 -0,0825
2,062826 0,0706 2,057002 114,0255
5 0,471 0,808
2,062826 0,0706 2,119871 131,7866
10 0,471 1,3225
2,062826 0,0706 2,156195 143,2831
25 2,062826 0,471 1,9095 0,0706 2,197637 157,6293
50 2,062826 0,471 2,31 0,0706 2,225912 168,2334
100 0,471 2,685
2,062826 0,0706 2,252387 178,8082
3.2 Menghitung Intensitas curah hujan
Tabel 11. Intensitas Hujan Periode Ulang T Tahun
Hujan Periode t I
Ulang (Jam) (mm / jam)
2 24,238 4,720
5 24,238 5,455
10 24,238 5,931
25 24,238 6,525
50 24,238 6,964
100 24,238 7,401
T Rt Tc I
Periode Ulang (Tahun) Curah Hujan (mm) (jam) (m /det/km2)
3
7,5m
m
27 m 15 m
142 m
5.177,287
2 939,27
5 1.085,54 5.177,287
10 1.180,26 5.177,287
5.177,287
25 1.298,46
5.177,287
50 1.385,82
5.177,287
100 1.472,79
4.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil perhitungan curah hujan yang lebih akurat sebaiknya digunakan stasiun penakar
hujan yang lebih banyak.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan banyak faktor yang diperhitungkan lagi dalam menentukan nilai
koefisien limpasan.
3. Pengelolaan DAS harus dikoordinasikan dengan berbagai pihak agar tabulasi data (sebagai contoh: data curah
hujan dan data tata guna lahan) lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak Chay, 2004, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Linsley Ray K, 1989, Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta.
Linsley Ray K, 1985, Teknik Sumber Daya Air Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Linsley Ray K, 1985, Teknik Sumber Daya Air Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Wilson, E.M, 1993, Hidrologi Teknik, Penerbit ITB Bandung, Bandung.
Soemarto, C. D, 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Bandung.
Br, Sri Harto., 1993. Analisis Hidrologi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Seyhan, Ersin., 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarto, C. D., 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sostrodarsono, Suyono., 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.
Suripin., 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Manurung, Hagai, 2013 Kajian Debit Limpasan Ditinjau Dari Aspek Tata Guna Lahan di Daerah Aliran Sungai
Wampu, Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil USU, Medan.