Anda di halaman 1dari 26

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM AKHLAK ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu : Hamdi Abdul Karim, S. IQ, M. Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 4

1 Annisa Ayu Ulil Amri 1801042003


2 Khoirotun Nisa 1801042011
3 Muhammad Koirudin Mahfud 1801042013

KELAS A
JURUSAN TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan
kepada pembaca mengenai perihal perkembangan pemikiran dalam akhlak islam
yang mencakup pembahasan tentang fase-fase perkembangan dalam akhlak islam,
yaitu fase Yunani, fase Arab pra-islam, fase Islam, fase abad pertengahan dan fase
modern.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami
tentang perkembangan akhlak islam, menjadikan keterbatasan kami pula untuk
memberikan penyajian yang lebih dalam dan luas tentang materi ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik oleh
pembaca. Dam kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses
penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Metro, September 2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak .......................................................................... 3


2.2 Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam............................... 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 21


3.2 Saran ................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang akhlak, tidak pernah ada habis-habisnya sebab akhlak ini
sudah ada sejak Nabi Adam a.s. sejak pertama kali manusia lahir, ia sudah
mempunyai akhlak, namun akhlaknya belum terlihat karena kahlak ini mulai
terlihat jika dia sudah bisa berbuat sesuatu.1 Sebagai contoh, pada masa kanak-
kanak bisa dinilai bagaimana akhlak anak tersebut, apakah dikategorikan
berakhlak mulia atau berakhlak tercela.
Akhlak dapat dikatakan sebagai perangai atau tingkah laku seseorang.
Akhlak sangat penting sehingga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan
makhluk yang lain, sebab manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajatnya
sebagai manusia yang merupakan hamba Allah yang paling mulia. Allah
berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya
(neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tin (95): 4-6)
Pokok kemuliaan manusia dalam ayat ini ialah iman dan amal perbuatannya.
Seseorang yang berakhlak mulia, dan dapat mengetahui batas-batas baik dan

1
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A. Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran, (Pekan
Baru:2006), hlm 216.

1
buruk, sebaliknya orang yang berakhlak buruk sepenuhnya melakukan apa yang
dia kehendaki.
Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini banyak
dampak negative teradap sikap perilaku dalam kehidupan umat manusia. Salah
satu dampak negatif ialah mereka hanya memikirkan kepentingan duniawi tanpa
diimbangi dengan kepentingan akhirat. Sebagai contoh dampak negatif yang
sangat membahayakan adalah mereka menganggap satu-satunya yang dapat
membahagiakan kehidupannya hanyalah materi, sehingga manusia hanya
mengejar materi tanpa menghiraukan akibat buruk yang menimpa dirinya.

1.2.Rumusan Masalah
Untuk dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam makalah ini,
maka diperlukan beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan masalah makalah
ini adalah:
1. Apakah pengertian akhlak islam?
2. Bagaimana perkembangan pemikiran akhlak islam di setaip fase?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian akhlak islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pemikiran akhlak islam di setaip
fase.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak Islam


Akhlak islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran islam. Dilihat dari
segi sifatnya yang universal, maka akhlak islam juga bersifat universal. Namun
dalam rangka menjabarkan akhlak islam yang universal ini diperlukan bantuan
pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran
etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak islami adalah akhlak yang disamping mengakui
adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentukn aklak, juga mengakui nilai-nilai
yang bersifat lokal dan temporar sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal
itu.2 Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak
dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang
tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia yang dipengarui oleh
kondisi dan situasi dimana orang yang menjabarkan nilai universal itu berada.
Bagi orang jawa misalnya menghormati kedua orang tua dengan cara sungkem
sambil mengelosor dilantai. Bagi orang sunda menghormati orang tua dengan cara
mencium tangannya dan bagi orang Sumatra, menghormati kedua orang tua
dengan cara memeliharanya hidup bersama anaknya.
Namun demikian bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan
dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka
menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak islami). Hal yang demikian
disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja,
serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahriah. Jadi ketika etika digunakan
untuk menjabarkan akhlak islami, itu tidak berarti akhlak islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika atau moral.
Akhlak (islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang
telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak

2
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persida, 1996) Hlm. 57.

3
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun
pikiran.3
Selanjutnya akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan
tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan
bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk pada ketentuan Allah. Rumusan
akhlak islami yang demikian itu menurut Quraish Shihab adalah rumusan yang
diberikan kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahwa apa nyang dinilai baik
oleh Allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin
Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya
buruk.
Sedangkan dalam ruang lingkupnya, ruang lingkup akhlak islami sama dengan
ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, kususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan. Akhlak islami mencakup berbagai aspek, dimulai dari aklak terhadap
Allah, kepada sesama makhluk dan benda-benda tak bernyawa atau aklak pada
lingkungan.

2.2 Perkembangan Pemikiran Akhlak Islam

A. Fase Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada bangsa yunani terjadi
setelah munculnya apa yang disebut shopis ticians, yaitu orang-orang yang
bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu dikalangan bangsa yunani
tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, sebab pada masa itu perhatian
mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.4
Dasar yang digunakan para pemikir yunani dalam membangun ilmu
akhlak ialah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang
manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang mereka bangun lebih
bersifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam
terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat

3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996) Hlm. 94.
4
Abudin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) Hlm. 65.

4
anthropo-sentris.5 Maka akhlak merupakan suatu yang fitri, ada dengan
adanya manusia itu sendiri, dan hasilnya berdasarkan pada logika murni.
Pikiran dan pendapat para ilmuan berbeda-beda namun tujuan mereka
adalah satu, yaitu menyiapkan ankatan muda bangsa Yunani agar menjadi
nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka
terhadap tanah airnya.6 Pandangan dari kewajiban-kewajiban ini
menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak, dan diikuti pula
kecaman-kecaman mengenai sebagian adat-adat lama dan pelajaran-pelajaran
yang dilakukan oleh orang-orang dahulu yang demikian itu tentu
membangkitkan kemarahan kaum kolot conservative.7
Sejarah mencatat bahwa filsuf Yunani yang pertama kali mengemukakan
pemikiran di bidang akhlak adalah sebagai berkut :
a. Socrates (469-399 SM)
Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang
pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar
manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Akhlak dan bentuk pola
hubungan itu tidak akan terjadi kecuali bila didasarkan pada ilmu
pengetahuan sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu ialah ilmu.8
b. Cynics Dibangun oleh Antithenes (444-370 SM)
Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala
kebutuhan dan sebaik-baik manusia ialah orang yang berperangai
ketuhanan. Golongan ini banyak mengurangi kebutuhan terhadap dunia
dengan sedapat mungkin, rela menerima apa adanya, suka menanggung
penderitaan, tidak suka terhadap kemewahan, menjauhi kelezatan. Tidak
peduli dengan cercaan orang,yang penting ia dapat memelihara akhlak
yang mulia. Diantara pemimpin paham ini yang terkenal ialah Diogenes.
Dia member pelajaran kepada kawan-kawannya supaya membuang beban
yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya. Dia memakai
pakaian yang sederana makan-makanan yang sederhana dan tidur diatas

5
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A. Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran, (Pekan
Baru:2006), hlm. 236.
6
Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 41.
7
Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm, 141.
8
Ibi., hlm. 60.

5
tanah. Hal ini mereka lakukan karena dengan cara inilah ia selalu ingat
pada tuhan. Sebaliknya hidup bergemilang dengan kemewahan akan
membawa orang lupa pada tuhan.
c. Cyrenics (450-341 SM)
Golongan ini dibangun oleh aristippus yang lahir di Cyrene (kota
Barka di utara Afrika). Mereka berpendapat bahwa mencari kelezatan dan
menjauhi kepedihan merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar
serta perbuatan yang utama adalah perbuatan yang tingkat dan kadar
kelezatannya lebih besar daripada kepedihan.
Golongan Cynics Cyrenics ini membicarakan tentang perbuatan
baik, utama, dan mulia. Hanya ukuran yang mereka gunakan berbeda.
Golongan Cynics lebih memusatkan pada tuhan (teo-centris), sedangkan
golongan Cyrenics lebih memusatkan pada manusia (antrpo-centris).
d. Plato (427-347 SM)
Ia membangun akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Bukunya
yang terkenal ialah “republic”. Pandangannya didalam akhlak
berdasarkan “teori contoh”.9 Jelasnya ia berpendapat bahwa dibelakang
alam lahir ini terdapat alam lain yaitu alam rohani. Tiap-tiap kewujutan
berbadan, sebagai gambaran contoh yang tidak berbeda dalam alam
rohani dia mencocokan itu dengan akhlak, maka ia berkata: diantara
contoh ini ialah contoh kebaikan. Dia juga berpendapat bahwa dalam jiwa
itu ada kekuatan bermacam-macam dan keutamaan itu timbul dari
perimbangan kekuatan itu, dan tunduknya kepada hukum akal.
e. Aristoteles (394-322 SM)
Ia membangun suatu paham yang khas, pengikutnya dinamai
peripatics. Karena dia memberika pelajaran sambil berjalan, ia mengajar
di tempat berjalan yang teduh. Dia berpendapat bahwa tujuan terakhir
yang dikehendaki oleh manusia mengenai segala perbuatannya ialah
“bahagia”, jalan untuk mencapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal sebaik-baiknya. Menurut Aristoteles tiap-tiap
keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan. Sebagai

9
Hamzah Ya’qub, etika islam. (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 39.

6
contoh dermawan adalah tengah-tengah diantara boros dan kikir.
Keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut,
demikian juga dengan keutamaan yang lain.
f. Stoics dan Epicurius (322-240 SM)
Keduanya berbeda pendapat dalam mengemukakan pandangannya
tentang kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham Cynics,
mereka berpendapat bahwa Tuhan itu bersih dari segala kebutuhan dan
sebaik-baiknya manusia itu adalah yang berberangai dengan akhlak
ketuhanan.pendapatnya ini banyak diikuti oleh ahli filsafat Yunani dan
Romawi, pengikut-pengikutnya yang termasyhur pada permulaan
kerajaan Roma ialah Seneca (6 SM- 65 M), Epicteus (60-140 M), dan
kaisar Macus Orleus (121-180 M).
Epicurius mendasarkan pemikirannya pada paham Cyrenics.
Paham mereka banyak diikuti di zaman baru ini, seperti Gassendi,
seorang ahli filsafat Perancis (1592-1656). Ia membuka sekolah di
Perancis dengan menghidupkan kembali paham Epicurius. Dari paham ini
melahirkan seorang pemikir bernama Mouliere dan orang-orang Perancis
yang termasyhur lainnya.

B. Fase Arab pra-islam


Akhlak sebelum islam berarti akhlak yang dimiliki orang pada masa
Jahiliyah, yaitu zaman kebodohan sebelum islam lahir. Di zaman Jahiliyah
(zaman kebodohan) bangsa Arab merupakan penduduk yang menyembah
berhala dan hanya beberapa tempat saja yang beragama Yahudi dan Kristen.
Pada masa ini keadaan akhlak manusia kebanyakan sangat menyedihkan
sekali. Mereka hidup tanpa mengenal adanya Allah. Mereka hanya
mempercayai dan menyembah berhala, menyembah matahari, menyembah
bulan, dan menyembah bintang. Keadaan mereka yang seperti ini sudah
sangat jauh dari kebenaran. Selain itu, mereka juga menyembah pecahan-
pecahan batu, kayu, dan onggokan pasir. Mereka mempercayai adanya Tuhan
Yang Maha Esa, kematian manusia, dan juga adanya hari kiamat. Dalam

7
setiap kota mempunyai Tuhan sendiri-sendiri seperti Hubal, Latta, dan Uza.
Itu sangat dihormati oleh mereka.
Dalam zaman yang sangat amat gelap tersebut bangsa Arab mempunyai
sifat yang berani, ulet, kuat ingatan, mempunyai perasaan, tau harga diri, dan
ingin bebas, cinta dan taat kepada pemimpin suku. Mereka hidup sederhana
dan kasih sayang. Akan tetapi, ternyata sifat yang baik ini dikalahkan oleh
sifat yang buruk. Selama zaman ini, bangsa Arab diliputi kezaliman, dosa,
dan kepercayaan palsu. Para kaum wanita tidak diperlakukan sebagai
manusia. Tidak ada batasan bagi laki-laki untuk berapapun mereka beristri.
Jika seorang meninggal dunia, maka istrinya yang banyak itu termasuk
hitungan harta pusakanya dan dibagi-bagikan kepada ahli warisnya. Kehinaan
derajat kaum wanita ini adalah salah satu sebab yang menjadikan bangsa
Arab itu tiada mempunyai keturunan perempuan. Jika lahir seorang anak
perempuan maka dinanti dengan kubur yang telah disiapkan, maka
ditimbunlah anak yang baru lahir itu dengan tanah ke dalam kubur yang telah
disiapkan itu.

Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
(QS. An-Nahl 16: 58)

Keadaan seperti ini menyebabkan semakin berkurangnya kaum wanita di


sana, sehingga lahirlah poliandri yaitu kebalikan dari poligami, dimana
seorang perempuan Arab bisa bersuami beberapa orang laki-laki. Lebih dari
itu, seorang laki-laki dapat mengadakan hubungan yang tidak sah dengan
sejumlah kekasihnya. Seorang perempuan yang sudah bersuami diizinkan
oleh suaminya untuk bergaul dengan lelaki lain untuk mendapatkan anak.
Gadis-gadis yang disediakan untuk hiburan di seluruh luar kota, mereka
diizinkan untuk bermain dengan kaum laki-laki secara bebas.

8
Kaum wanita tidak berhak mendapatkan bagian dari harta benda suami,
bapak, dan family mereka. Kehidupan wanita yang sangat menderita dan
berbahaya itu terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perjudian
dan minum-minuman keras dikalangan bangsa Arab dipandang sebagai tanda
kehormatan. Barang siapa yang tidak mau dihinakan dalam pergaulan mereka
wajib minum. Mereka minum-minuman keras dengan jumlah yang tak
terhingga setiap harinya.10 Begitu rendahnya akhlak yang mereka miliki pada
waktu itu, sehingga membuat kehidupan mereka dipenuhi dengan berbagai
macam fenomena-fenomena yang sangat menakutkan. Zaman Jahiliyah ini
merupakan zaman yang akhlaknya dalam keadaaan memperihatinkan. Akhlak
zaman jahiliyah ini hampir sama dengan binatang. Namun dibandingkan
dengan binatang, sungguh binatang lebih baik dari mereka, sebab binatang
tidk mempunyai akal pikiran tetapi ia mempunyai rasa kasih sayang tinggi
pada anaknya sendiri. Allah berfirman :

Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami


(ayat-ayat Allah) dan meraka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sama dengan binatang ternak, mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf 7:179)

Manusia mempunyai kelebian sendiri dibandingkan dengan makhluk


ciptaan yang lain. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan

10
Siti Amanah, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Semarang : Toha Karya Putra, 1992),
hlm. 11.

9
paling mulia. Namun kenyataannya manusia di zaman ini justru berakhlak
mazmumah sebelum islam masuk pada kehidupan mereka, begitulah akhlak
yang mereka miliki. Setelah datangnya Rasulullah yang menyebarkan agama
islam akhlak mereka berangsur-angsur mulai membaik.
Ada beberapa fenomena jahiliyah yang dibenci oleh Rasulullah
diantaranya :
1. Berdoa meminta kepada orang yang dianggap shaleh. Mereka beribadah
dengan menyertakan orang shaleh diantara mereka. Ketika memohon dan
beribadah kepada Tuhan mereka, mereka meminta kepada orang shaleh,
dan mengharap syafa’at dari mereka. Ini adalah masalah yang sangat
dibenci oleh Rasulullah. Beliau menyuruh untuk ikhlas dalam beribadah
dan beramal. Karena itu merupakan suatu syarat diterimanya agama
seseorang. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali hanya
dengan syarat ikhlas.
2. Mengikuti orang berilmu yang fasik dan ahli ibadah yang sesat lagi jahil.
Mengikuti jejak kefasikan orang yang berilmu dan ahli ibadah yang bodoh
sangat dilarang oleh Allah SWT.
3. Percaya sepenuh hati terhadap sihir dan khurafat. Salah satu kriteria
perbuatan jahiliyah inilah mengganti ayat-ayat Allah SWT dengan
mempercayai buku-buku ramalan dan sir. Tafsir tentang ramalan dan sihir
sudah banyak beredar, terkenal pada saat itu bahkan hingga sekarang. Sifat
jahiliyah tersebut telah banyak pada manusia di zaman modern ini seperti
memegang ular berbisa, tidak mempan dipotong dengan pedang dan tidak
terbakar oleh api. Akhirnya mereka berpaling dan kitab Allah jauh dari
mereka. Mereka mengikuti apa yang dibujuk setan, menganggap hal ini
adalah karomah dari Allah, padahal akikat karomah itutidak akan muncul
dari seorang yang fasik. Barang siapa yang mengerjakan ramalan dan sihir,
maka mereka jelas menjadi fasik sebab mereka menjadikan agam Allah
hanya sebagai symbol belaka.
4. Menyucikan makhluk seperti layaknya sang khalik. Kriteria sikap
jahiliyah adalah menyucikan makhluk seperti layaknya sang khalik.
Mereka menyucikan para rahib mereka dari menikah dan beranak, dengan

10
alasan mereka menginginkan sifat yang sempurna seperti halnya para
rahib tersebut. Mereka harus menjauhi hal-hal yang mengotori akhlak
seperti tidak boleh bersenang-senang dengan perempuan sebagaimana
yang dilakukan oleh Isa Almasih yaitu diharamkan menikah. Betapa
dungu dan sesatnya kepercayaan mereka, sehingga mereka menuduh
Muhammad SAW dengan tuduhan yang tidak layak, hanya karena beliau
berpoligami. Pernyataan mereka hanya berdasarkan kebodohan dan
kedunguan, menentang ajaran yang diturunkan kepada Rasul mereka dan
tidak menggunakan akal sehat, karena menurut orang Jahiliyah orang-
orang yang mempunyai akal sehat melakukan penyelewengan seperti itu.
5. Munafik dalam akidah. Setiap Jahiliyah lainnya adalah berbuat
memunafikkan dalam masalah akidah, beriman di kala bersama kaum
mukmin tetapi ketika mereka jauh dari kaum mukmin, mereka keluar dari
agama yang mereka peluk. Allah berfirman :

Diantara manusia ada yang menguatkan : “Kami beriman kepada Allah


dan Hari kemudian.”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka
tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
menyakitinya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (QS. Al Baqarah 2 : 8-10)

11
C. Fase Islam
Untuk melihat bagaimana tasawuf berasal dari dunia islam, pelacakan
terhadap sejarah munculnya tasawuf di dunia islam. Mengingat kehadiran
Islam bermula dari daratan Arab, uraian tentang sejarah tasawuf ini bermula
dari tanah Arab.
Melacak sejarah perkembangan tasawuf tidak dapat dimulai hanya
ketika tasawuf mulai dikaji sebagai sebuah ilmu. Tentunya, perlu diteliti
sejak zaman Rasullulah. Untuk melihat sejarah tasawuf, perlu dilihat
perkembangan peradaban islam sejak zaman Rasullulah. Sebab pada
hakikatnya kehidupan rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat.
Kesederhanaan hidup dan menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah
tumbuh sejak islam datang, saat Rasulullah dan para sahabatnya hidup dalam
suasana kesederhanaan. Pada abad pertama Hijriah, orang islam belum
mengenal istilah tasawuf, yang ada hanyalah benih-benihnya. Pada zaman
ini banyak ditemui perilaku atau sifat-sifat Rasulullah dan sahabat-
sahabatnya.11
Sikap-sikap Rasulullah dan para sahabat ini kemudian dipraktikan
pula oleh kaum sufi berikutnya. Para tabiin sebagai perintis berusaha secara
sendiri-sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tidak
melepaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pokok syariat islam. Mereka
yang tekun beribadah kemudian terkenal dengan "Nussak", yakni orang-
orang yang menyediakan dirinya untuk mengerjakan ibadah kepada Allah.
Di samping itu, terdapat ppula istilah "zuhhad", yakni orang-orang yang
menghindari dunia, kemegahan, harta benda, dan pangkat. Ada pula istilah
yang populer dengan sebutan "ubbud", yakni orang-orang yang berusaha
mengabdikan dirinya hanya semata-mata kepada Allah SWT.12
Dalam perjalanan sejarahnya, benih-benih tasawuf mulai mengkristal
dan mulai terlihat pada sekrang tabiin yang bernama Hasan Al-Bashri benar-
benar mempraktikannya. Pada masa hidupnya, ia terkenal sebagai orang yang
berpegang teguh pada Sunnah Rasul dalam menilai setiap masalah rohaniah.
Ia mendasarkan pikirannya pada rasa "takut kepada Allah, sehingga
keseimbangan diantara takut dan harap selalu terwujud. Dengan istilah lain,
Hasan Al-Bashri berpegang teguh pada khauf dan raja'. Khauf dan raja' inilah
yang pada perkembangan sela jutnya menjadi salah satu ajaran dalam
tasawuf.
Para ahli sejarah sepakat bahwa istilah tasawuf itu mulai muncul pada
abad kedua Hijriyah, yakni ketika orang-orang berusaha meluruskan jalan
menuju Ilahi dan takut kepada-Nya. Pada saat itu, para pemegang kekuasaan

11
Lihat, Mohamad Ghalab, At-Tashawwuf Al-Muqairin, Maktabah An-Nahdah, Kairo, t.t.,
Hlm. 29; Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persida, Jakarta, 1996, Hlm. 183-
184.
12
Lihat, Ghalab, At-Tasawwuf....., hlm.29.

12
berada dalam glamornya kemewahanhidup. Sebagian orang mendekatkan diri
ke hadirat Allah dengan melakukan dzikir, baik dilakukan secara
jelasmaupun sirri. Di antaranya, ada pula yang berusaha mengadakan jenjang
bebrapa terminal dalam usahanya mendekatkan diri ke hadirat Allah. Mereka
menjadikan zuhud sebagai pos pertamanya. Ada pula diantara mereka yang
memperbanyak membaca Al-Qur’an sebagai sarana ibadah kepada Allah.
Bahkan, ada pula yang tekun melakukan shalat sunnah, sehingga seolah-olah
waktunya habis untuk shalat, apalagi pada malam hari, ketika orang lain
sedang tertidur lelap.
Buku-buku yang mengandung benih-benih.ajaran tasawuf terdapat
dalam tulisan-tulisan sastra yang disusun oleh para sastrawan, antara lain
dilakukan oleh:

1. Al- Jahid dalam bukunya Al-Bayan wa At-Tabyin.


2. Al-Mubarrad dalam bukunya Al-Kamil.
3. Al-Qutaibah dalam bukunya Al-Ma’arif.
4. Ibnu Abdi Rabbih dengan bukanya Al-‘Aqdu Al-Farid.

Buku- buku tersebut tidak secara khusus menguraikan tasawuf dan


ajaran-ajarannya, tetapi hanya dikarang oleh Abi Abdillah Al-Harits bin Asad
Al-Muhasibi. Ia adalah ulama dan guru orang-orang Baghdad. Ia semasa
dengan seorang ulama termasyur bernama Ibnu Hanbal. Perbedaan antara
keduannya adalah, Al-Muhasibi mengibarkan bendera tasawuf, sedangkan
Ibnu Hanbal mengibarkan gerakan berpegang pada Sunnah Rasul yang
kemudian dikemasnya menjadi lebih formal sebagai ilmu yang kemudian
dikemasnya menjadi lebih formal sebagai ilmu yang bercorak fiqih.
Akhlak dalam ajaran islam berdasarkan Alquran dan hadist. Ilmunya
disebut ilmu akhlak yaitu suatu pengethuan yang mempelajari tentang akhlak
manusia yang berdasarkan pada Alquran dan hadist. Ajaran akhlak islam
menemukan bentuk yang sempurna, dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan
akal manusia. Agama islam pada intinya mengajak manusia agar percaya
kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dia-lah pencipta, pemilik,
pemelihara, melindungi, pemberi rahmat, pengasih, dan penyayang terhadap
makhluk-makhluk-Nya. Akhlak dalam islam merupakan jalan hidup manusia
yang paling sempurna dan menuntut umat kepada kebahagiaan dan
kesejahteraan. Semua itu terkandung dalam firman Allah dan sunah Rasul.
Firman Allah ialah sumber utama dan mata air yang memancarkan agama

13
islam, hukum-hukum islam yang mengandung pengetahuan akidah, pokok-
pokok akhlak, dan kemuliaan manusia.

Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerakan


kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat. (QS. Shad 38:46)

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (QS. Al Isra’ 17:70)

Sesungguhnya Allah tidak memaksakan sesuatu perintah atau mencegah


dengan suatu larangan, tetapi Allah menjadikan kebaikan dunia tergantung
akhlak manusia tentang keadilan, keberanian, kejujuran, dan menjadikan
kerusakan dunia karena sebaliknya. Tujuan yang tertinggi dari segala tingkah
laku manusia menurut pandangan islam adalah mendapatkan ridho Allah
SWT. Ahli piker islam terkemuka yang giat menyuarakan akhlak islam,
menerangkan sebagai berikut:
a. Ahmad Bin Muhammad Bin Ya’kub (Ibnu Maskawaih 170-241 H)
Berasal dari agama majusi, menampilkan tinjauannya tentang akhlak,
sumber-sumber pemikirannya bercorak islam dan bahan-bahan yang
dipelajarinya adalanya filsafat yunani, ajaran Persia, dan pengalamannya
sendiri. Uraian mengenai akhlak Ibnu Maskawaih dituangkan dalam
bukunya Tahdzibul Akhlaq, hal-hal yang ditonjolkan adalah jiwa manusia
yangmempunyai tiga tingkatan, yaitu
a) Annafsul Bahimiyah (nafsu kebinatangan), yang buruk;

14
b) Annafsus Saburayah (nafsu binatang buas), yang sedang;
c) Annafsun Nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik menurut
anggapannya.

Sifat buruk dari jiwa mempunyai kelakuan pengecut, sombong, dan


penipu. Sifat dari jiwa yang cerdas mempunyai sifat adil, berani,
pemurah, sabar, benar, tawakal, dan kerja keras. Kebajikan bagi suatu
makhluk hidup dan berkemampuan ialah apa yang dapat mencapai tujuan
dan kesempuranaan wujudnya. Menurutnya diantara manusia ada yang
baik dari asalnya, golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan,
meski bagaimanapun juga, karena sesuatu yang memang dari asal takkan
berubah. Golongan ini merupakan minoritas, golongan yang memang
jahat dari asalnya adalah mayoritas. Golongan ini tidak akan cenderung
kepada kebajikan. Berbicara tentang kebajikan, Ibnu Maskawaih
menerangkan bahwa kebajikan ada yang bersifat umum dan ada yang
bersifat khusus. Kebajikan hanya diperuntukkan bagi setiap individu.
Kebajikan mempunyai bentuk tertentu. Perasaan beruntung bersifat
relative, dapat berubah sifat dan bentuknya menurut perasaan orang-orang
yang hendak mencapainya. Demikianlah pandangan Ibnu Maskawaih
tentang akhlak.
b. Ikhwanusshofa (922-1012 M)
Ikhwanusshofa ialah sekelompok ahli pikir yang tergabung pada
abad kesepuluh masehi di Bashrah. Mereka mengadakan diskusi rahasia
dalam masalah- masalah filsafat umat Islam pada itu, yang banyak
dikacaukan oleh alam pikiranyang datang dari luar Islam,mereka itu
antara lain;
a. Abu Sulaiman bin Mu’syir Al-Busti Al-Muqaddasi;
b. Abul Hasan Ali bin Harun Az-Zanjaib;
c. Aufi;
d. Zaid bin Rifa’ah.
Mereka mengadakan diskusi rahasia tersebut karna kondisi
penguasa pada waktu itu tidak memungkinkan adanya diskusi

15
terbuka.adapun pokok-pokok pikiran mereaka tentang akhlak adalah
sebagai berikut.
a. Bahwa syarat Islam yang suci, pada zaman mereka telah dimasuki
oleh kejahilan dan kekeliruan orang-orang Islam.
b. Kecenderungan kepada sikap zuhud kerohanian.
c. Manusia menjadi bila bertindak sesuai dengan tabiat aslinya yakni
perbuatan yang terbit dari renung akal dan pikiran.
d. Perasaan cinta adalah budi pekerti yang paling luhur terutama cinta
kepada Allah SWT. Perasaan cinta dalam kehidupan di dunia adalah
bentuk saling menghargai dan toleransi.
Jasad manusia adalah kejadian yang rendah dan hakikat manusia
adalah jiwanya , walaupun demikian, manusia juga paerlu
memerintahkan jasadnya agar dapat memperoleh kemajuan.
Demikianlah antara lain garis-garis pemikiran akhlak dari
ikhwanusshafa.
c. Imam Al-Ghazali (1058-1111 M)
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-
Ghazali (1058- 1111 M ) dengan akibatnya yang mashur “Ihya’
‘Ulumuddin;, mengungkap ikut pandangan akhlak sebagai berikut.
a. Akhlak berarti bentuk jiwa dan sifat-sifat yang buruk krpada sifat-
sifat yang baik sebagaimana perangai ulama ,syuhada ,shiddiqin, dan
nabi-nabi.
b. Akhlak yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga
kekuatan dalam diri manusia ,yaitu kekuatan berpikir, kekuatan hawa
nafsu,dan kekuatan amarah. Akhlak yang baik acap kali menentang
apa yang digemari manusia.
c. Akhlak itu ialah kebiasaan jiwa yang tetap terdapat dalam diri
manusia yang dengan mudah dan tidak perlu berpikir menumbuhkan
perbuatan-perbuatan dan tingkah laku manusia . apabila tingkah
laku yang indah dan terpuji maka dinamakan akhlak yang baik, dan
apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji meka dinamakan akhkak
buruk.

16
d. Tingkah laku seseorang tiu adalah lukisan hatinya.
e. Kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima sesuatu
prmbentukan,tetapi lebih condong kebajikan dibandikan kejahatan
f. Jiwa itu dapat dilatih,dikuasai,diubah kepada akhlak yang mulia dan
terpuji. Tiap sifat yang tumbuh dari hati manusia memancarkan
akibatnya kepada anggota tubuhnya.
d. Al-Farabi (879-950 M)
Nama lengkap Abu Nasher Muhammad bin Quzlaq bin Thurkan Al-
Farabin (879-950). Ahli pikir Islam yang menitikberatkan pandangan
akhlak pada masalah kenegaraan. Dalam bukunya barjudul Ar-Ra’yu Ahli
Madinatil Fadhilah pandangan-pandangan akhlak disebutkan sebagai
berikut.
a. Negeri yang utama (Madinatul Fadhilah) ialah negeri yang
memperjuangkan kemakmuran dan kebahagiaan warga negerinya
b. Untuk kepentingan itu, haruslah berpedoman pada contoh terutama
teraturannya hubungan antara Allah dengan alam semesta dan antara
isi alam satu dengan yang lainnya.
c. Timbulnya masyarakat karna tiga macam:
1. karna adannya kekuatan seseorang yang kuat seperti raja atau
panglima yang memimpin dan memeprsatukan rakyat;
2. karna persamaan keturunan atau pertalian darah diantara
wargannya;
3. karna hubungan perkawinan antara keluarga.
d. Klasifikasi masyarakat ada dua macam;
1. Masyarakat sempurna ialah masyarakat yang mengandung
keseimbangan yang ada pada diri manusia;
2. Masyarakat tidak sempurna, yaitu masyarakat yang hanya
mementingkan diri sendiri tanpa mau membantu orang lain.
Setiap keadilan mengandung unsur-unsur pertentangan. Sebagai
contoh dapat dilihat dalam kehidupan, yaitu bahwa yang kuat menindas
yang lemah, yang lemah menuntut keadilan.
Demikian pandangan-pandangan akhlak menurut Ibnu Al-Farabi.

17
e. Ibnu Bayah (880-975 M)
Ahli pikir islam ini lahir di Saragosa (Spanyol) sebagai filsuf islam
pertama di dunia barat (Andalusia). Bermacam-macam ilmu pengetahuan
yang dikuasainnya khusus dalam masalah akhlak, ia mempunyai
pandanmgan sebagai berikut;
a. Faktor rohanilah yang menggerakan manusia melakukan perbuatan
baik-buruk.
b. Sebagian akhlak manusia ada yang sama dengan akhlak hewan,
misalnnya sifat beraninya macan, sombongnya merak, sifat rakus,
malu dan patuh dari berbagai binatang. Manusia yang tidak
mengindahkan sifat kesempurnaan (akalnya) berarti hanya
mencukupkan dirinya pada sifat-sifat hewani saja dan keutamaannya
menjadi hilang.

D. Fase Abad Pertengahan


Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh
gereja.13 Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan
bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang telah
diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh karena itu tidak ada
artinnya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian.
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan
doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan
menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan seperti itu pengguna filsafat
tidak diperkenankan.
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antar pemikir filsafat
Yunani dan ajaran agam itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran
akhlak yang terdapat dalam islam sebagaimana terlihat pada pemikiran
akhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.

13
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persida, Jakarta, 1996, Hlm. 65.

18
Eropa mulailah bangkitnya pada babak kedua abad XV dan para ahli
menghidup-hidupkan kembali filsafat yunani. para ahli angkatan baru waktu
itu mengeritik dan memperluas penyelidikan tentang masalah-masalah akhlak
(etika) itu berdasarkan persoalan ilmu-ilmu lain yang telah ditemukan orang,
seperti ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan, mereka cenderung kepada
kenyataan, bukan kepada khayal. Pandangan baru ini menimbulkan
perubahan dalam nilai keutamaan. Perhatian orang mulai tertuju kepada
pentingnya dilakukan perhatian tentang pemuda, wanita dan anak-anak dalam
susunan kemasyarakatan telah mencapai sukses dalam menetapkan hak dan
kewajiban.
Ilmu filsafat, termasuk didalamnya ilmu akhlak, waktu itu di eropa
pada abad-abad pertengahan, sangat tertekan, sebab gereja memusuhi filsafat
Yunani dan Romawi dan menentang penyebaran ilmu dan kenegaraan.
Gereja percaya bahwa hakikat kebenaran itu wahyu yang tidak mungkin
salah lagi. Wahyu hanya membolehkan orang berfilsafat dalam batas-batas
tertentu, sekedar memperkuat kepercayaan-kepercayaan keagamaan.
Di eropa terjadi konfrontasi antara filsafat dan gereja. Gereja pada
waktu itu memerangi filsafat Yunani dan Romawi, dan menetang penyiaran
ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat
telah diterima dari wahyu. Namun diantara golongan gereja dan juga
menerima percikan filsafat selama tidak bertentangan dengan ajaran gereja.
Inilai yang menciptakan suasana dimana fisafat akhlak yang lahir pada
masa itu merupakan perpaduan antara ajaran Yunani dengan ajaran Nasrani.
Pemuka-pemukanya yang termasyur adalah Abelard (1079-1142) dan
Thomas Aquinas (1226-1274).
Kemudian datang Shakespeare dan Hetzenner yang menyatakan adanya
perasaan naluri pada manusia dapat digunakan untuk membedakan baik dan
buruk.

19
E. Fase Modern
Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli ilmu pengetahuan
menghidupsuburkan filsafat Yunani kuno di seluruh eropa. Ahli fisafat
Prancis yaitu Descrates termasuk pendiri filsafat baru dalm ilmu pengetahuan
dan filsafat, ia telah menciptakan dasar- dasar, di antaranya adalah
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata
adanya;
2. Di dalam penyelidikan harus dimulai dari yang sekecil-kecilnya,yang
semudah-mudahnya, yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat
pengertiannya sehingga tercapai tujuan;
3. Wajib menetapkan suatu hikum dan kebenaran, sehingga dapat di
buktikan kebenaran.
Akhlak dari zaman jahiliah hingga sekarang ternyata masih ada,
contohnya yaitu orang-orang yang masih mempercayai tentang ramalan,
perdukunan dan taklid (ikut-ikutan tanpa tahu dasar). Dari zaman ke
zaman akhlak manusia ada yang semakin bagus, namun ada juga
akhlaknya bertambah buruk. Semuannya disebabkan karena keadaan yang
dialaminya.
Di zaman yang semakin canggih teknologinya seperti saat itu
justru akhlak manusia semakin menurun, banyak sekali alat-alat canggih
untuk berbuat kenaikan namun tidak kalah juga alat-alat yang digunakan
untuk berbuat kejahatan. Kenyataannya, akhlak-akhlak yang dimiliki
orang-orang pada saat ini banyak akhlak buruknya. Bukan hanya orang-
orang nonmuslim tetapi justru kaum muslimin itu sendiri banyak memiliki
akhlak demikian. Mereka buta dengan harta kekayaan, sehingga berani
melakukan apa saja untuk mendapatkannya walaupun harus dengan cara
yang tidak halal. Mereka hanya memikirkan kebahagian di dunia semata
dan tidak memperhatikan kebahagiaan di akhirat.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak dapat dikatakan sebagai perangai atau tingkah laku
seseorang. Akhlak sangat penting sehingga merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Akhlak merupakan pembeda
antara manusia dengan makhluk yang lain, sebab manusia tanpa akhlak
akan kehilangan derajatnya sebagai manusia yang merupakan hamba
Allah yang paling mulia. Selanjutnya akhlak islami dapat diartikan
sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah.
Adapun perkembangan ahklak dalam islam yang berawal dari
bangsa Yunani Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada
bangsa yunani terjadi setelah munculnya apa yang disebut shopis ticians,
yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Kemudian memasuki
fase Arab Pra-Islam Akhlak sebelum islam berarti akhlak yang dimiliki
orang pada masa Jahiliyah, yaitu zaman kebodohan sebelum islam lahir.
Di zaman Jahiliyah (zaman kebodohan) bangsa Arab merupakan
penduduk yang menyembah berhala dan hanya beberapa tempat saja
yang beragama Yahudi dan Kristen. Pada fase islam Akhlak dalam ajaran
islam berdasarkan Alquran dan hadist. Ilmunya disebut ilmu akhlak yaitu
suatu pengethuan yang mempelajari tentang akhlak manusia yang
berdasarkan pada Alquran dan hadist. Ajaran akhlak islam menemukan
bentuk yang sempurna, dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal
manusia. Kemudian memasuki abad pertengahan yang dimana
Kehidupan masyarakat Eropa dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja
berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Dan setelah itu islam memasuki fase modern yang
dimana teknologi yang semakin canggih dimana teknologi
mempengaruhi dalam perkembangan akhlak manusia semakin menurun,
banyak sekali alat-alat canggih untuk berbuat kenaikan namun tidak
kalah juga alat-alat yang digunakan untuk berbuat kejahatan.

21
Kenyataannya, akhlak-akhlak yang dimiliki orang-orang pada saat ini
banyak akhlak buruknya. Karna manusia belum bisa memaksimal;kan
teknologi dengan baik dan benar sehingga dapat merusak fikiran mereka
masing-masing.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat. Dari
segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan
dan masukan yang bersifat membangun demi menjadikan makalah ini menjadi
lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Pekan Baru:
Amzah.

Nata, H. Abudin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Quraish, M. Shihab. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Mustafa. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Amin, Ahmad. 1995. Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

Ya’qub, Hamzah . 1988. Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Siti Amanah, 1992. Sejarah Nabi Muhammad SAW. Semarang : Toha Karya
Putra.

23

Anda mungkin juga menyukai