“KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Diannita Susanti 1710411320010
Febi Widayanti 1710411320016
Noor Halimah 1710411320028
Putri Apriliyanti 1710411320036
Riffal Mubin 1710411310042
Zakiah Ainun Birdha 1710411320046
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A KESIMPULAN.........................................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................................11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti
oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat
pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada
satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.
Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan
dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang
pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para
manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu
menjadi manajer. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan
manajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi
(dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut atau bawahan karena
dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari
pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada
dua yaitu pemimpin formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur
organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan denganya untuk mencapai sasaran
organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai
kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
kelompok atau masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja teori pembentukan kepemimpinan?
2. Bagaimana Cara mengembangkan keterampilan kepemimpinan?
3. Keterampilan yang perlu dimiliki untuk bisa memperkuat dasar-dasar kepemimpinan
dirinya.
C. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis bertujuan
memberikan pemahaman mengenai:
1. Agar mengetahui teori pembentukan kepemimpinan
2. Memahami apa yang dapat dilakukan pemimpin untuk memudahkan dan mendorong
dan memudahkan perkembangan kepemimpinan dari bawahan mereka.
3. Agar bisa memperkuat dasar-dasar Kepemimpinan dirinya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Keterampilan Teknis (Techincal skills)
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode
dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas secara spesifik. Metode
dan tekniknya adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai
alat untuk mencapai tujuan.
Keterampilan Manusiawi (Human skills)
Ketrampilan ini menunjukkan kemampuan seseorang dalam bekerja dengan dan
melalui orang lain secara efektif, dan untuk membina kerja sama. Letak kunci
keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, yakni sejauh mana ia
mampu melaksanakan keterampilan-ketrampilan yang menyangkut kemanusiaan. Jadi
ketrampilan ini mencerminkan aspek-aspek :
a. Pengetahuan perilaku manusia dan proses kerjasama
b. Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain mengapa mereka
berkata dan melakukan pekerjaan
c. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.
d. Kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif dan kooperatif, praktis dan
diplomatis.
Keterampilan Menjalin Kerjasama
Suatu pekerjaan jika dikerjakan seseorang terasa sangat berat, namun jika dikerjakan
secara bersama-sama, pekerjaan itu terasa mudah dan cepat selesai. Kerjasama
kelompok merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam perusahaan.
Pemahaman mengenai kerjasama kelompok tergantung beberapa aspek diantaranya
aspek individual yang mampu mempengaruhi kinerja tim dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan secara efektif dan efisien bagi perusahaan. Kerjasama kelompok merupakan
sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan
solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu keterampilan dan pengetahuan
yang beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai
tambah yang membuat kerja sama lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang
individu yang brilian sekalipun. Sebuah kerjasama kelompok dapat dilihat sebagai
suatu unit yang mengatur dirinya sendiri.
Hubungan-hubungan sosial adalah hubungan-hubungan batin yang senantiasa terjadi
dengan spontan apabila ada sejumlah manusia berada bersama-sama disuatu tempat atau
sewaktu-waktu, maka sadar maupun tidak hubungan ini akan terdapat. Sebab hakikat manusia
itu adalah merupakan jalinan individualitas dan makhluk sosial. Kalau pekerja merasa atau
mendapat kesan bahwa dirinya diperhatikan oleh dirinya, maka ia merasa lebih rela bekerja
dengan sungguh-sungguh bahkan memberikan lebih daripada yang diwajibkan, akhirnya bisa
menimbulkan kesediaan mengarungi samudera dan lautan apapun untuk pimpinannya itu.
Inilah pertanda adanya human relation yang ideal, pertanda-pertanda lain dengan
adanya relation yang baik suasana psikologi yang subur bagi perusahaan dan menyenangkan
pesertanya, adanya keikhlasan yang baik antar pemimpin dan bawahannya serta adanya usaha
untuk merundingkan secara damai dalam kerukunan kerja. Faktor komunikasi timbal balik
serta disiplin hidup dalam bekerja menimbulkan gairah kerja untuk mencapai hasil yang
optimal. Dalam hal ini fungsi dan tugas kepemimpinan sudah sewajarnya diketahui pimpinan
bahwa ia tahu wewenang yang diterimanya dengan disertai pertanggung jawaban.
6
Tugas utamanya terfokus pada upaya memberikan visi, motivasi, inspirasi, atasan serta
memfasilitasi dalam kerja sama untuk menentukan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan sehingga para bawahan bisa mencapai tujuannya. Semua fungsi
ini harus bisa diketahui oleh seorang pimpinan, ia tidak bisa mengelakan dirinya bahwa dirinya
tidak tahu semua itu. Ia bukan ditentukan oleh posisinya tapi oleh fungsinya sebagai pemimpin
serta kompetensi kepemimpinan yang dimilikinya.
B. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori kepemimpinan yang dikemukakan anatara lain:
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
a. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b. sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif.
c. kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi
secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan
prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. Konsiderasi dan struktur inisiasi
b. Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki
ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima
usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat
dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
c. Berorientasi kepada bawahan dan produksi
7
d. Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan
bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan
dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
b. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
c. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
d. Norma yang dianut kelompok
e. Rentang kendali
f. Ancaman dari luar organisasi
g. Tingkat stress
h. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
4. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan
yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
8
formal (pengalaman). Keduanya juga bisa saling melengkapi supaya didapatkan kemampuan
yang lebih alami.
Ketrampilan utama ketiga yang harus dimiliki adalah Soft skill. Ini mungkin satu-satunya
kemampuan yang tidak bisa dipelajari di jalur pendidikan formal. Walaupun banyak
pelatihan-pelatihan dewasa ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan soft skill dari
seseorang, tetapi akan lebih efektif jika didapatkan dari jalur pengalaman [non formal]. Yang
termasuk soft skill diantaranya, kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain termasuk kemampuan untuk,Mengola konflik dalam sebuah
organisasidan masih banyak lainnya.
2. Diperlukan Ujian
Mengabaikan pengetahuan itu adalah kebodohan karena pengetahuan tidak hanya
mengungkapkan faktor personal, namun juga sikap. Lebih daripada keterampilan, sikap sering
kali akan menentukan sebuah efektivitas. Sikap adalah sesuatu yang tidak dapat diajarkan, dan
banyak orang tidak sadar bahwa masalah dalam hubungan mereka dengan organisasi adalah
karena faktor sikap. Pengujian dapat mengindikasi masalah seperti itu. Beberapa tes psikologi
juga mengungkapkan kelemahan dan minat. Hal itu membantu seseorang dan pelatih untuk
mengetahui dengan tepat bidang apa yang seharusnya menjadi fokus.
Pengalaman adalah hal yang penting. Banyak situasi yang dapat dijadikan alat untuk
memberi seseorang pengalaman dalam memimpin; saat kepala departemen sedang cuti
misalnya, seorang asisten harus melakukan tanggung jawabnya sementara. Pelatihan seperti ini
tiada duanya.
9
Peningkatan kepemimpinan mungkin terencana atau terjadi karena rutinitas, seperti
asisten yang naik posisi karena atasannya pensiun. Jika orang itu disukai, kesempatannya besar
untuk bisa sukses. Namun, metode rutinitas seperti itu tidak menjamin sebuah kepemimpinan
yang baik sebab posisi itu didapat lebih banyak karena kesempatan. Dengan perencanaan dan
evaluasi yang terstruktur, prospek adanya kepemimpinan yang kuat akan lebih bagus.
4. Masa Percobaan
Kerja magang adalah metode yang dapat meningkatkan jiwa kepemimpinan dengan
mudah. Metode ini sering digunakan di toko besar, bank, dan organisasi industri; gereja
menganggap metode ini sebagai metode yang baik sekali untuk mendapatkan seorang
pemimpin. Metode ini memerlukan pengetahuan akan sejarah dan misi organisasi. Setelah itu,
ada percobaan selama beberapa waktu. Jika ia menjalaninya dengan baik, ia akan naik tingkat
saat ada peluang.
5. Mengukur Perkembangan
Perkembangan itu penting dan perkembangan itu harus diukur. Jika pemimpin potensial
tidak belajar menggunakan materi yang diajarkan pada mereka dengan efektif, program
pelatihan harus direvisi. Beberapa kriteria dapat mengukur faktor ini, meski memang tidak
mudah.Dalam analisa akhir, perkembangan keterampilan memimpin dinilai dari performa.
Bukan hanya pada hal yang telah dilakukan pemimpin, tapi juga dalam hal kepuasan kerja,
semangat dan usaha gigih yang ditunjukkan para bawahan, dan tingkat kesetiaan dan sikap
yang diperlihatkan bawahan.
1. Keterampilan Presentasi
3. Keterampilan Negosiasi
10
Negosiasi adalah bagian dari komunikasi yang terfokus untuk mencari kesepakatan.
Jadi, peran seorang pemimpin sebagai seorang negosiator ulung tidaklah boleh diabaikan.
Pemimpin harus bijak dan cerdas melihat semua tantangan yang ada, dan cerdas menggunakan
keterampilan negosiasi tersebut untuk mentransformasikan semua tantangan menjadi peluang
yang menguntungkan organisasi yang di pimpin. Pemimpin adalah seorang negosiator untuk
mendapatkan kesepakatan terbaik, bukan seorang negosiator yang ngotot dan tak mau
kompromi terhadap tantangan.
5. Keterampilan Memotivasi
6. Keterampilan Mengorganisasi
Seorang pemimpin adalah seorang organisator yang ulung. Kemampuan pemimpin
dalam mengorganisasi semua kekuatan yang ada akan menjadikan kepemimpinan itu kuat dan
solid. Melalui kebersamaan dalam organisasi yang solid dan kuat, pemimpin pasti membawa
setiap orang menuju puncak harapan.
11
interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi.
Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader –
member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position
power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik
untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat
pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan
(muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau
menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan
pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui teori pembentukan
kepemimpinan dan juga memahami apa yang dapat dilakukan pemimpin untuk
mendorong dan memudahkan perkembangan kepemimpinan dari bawahan mereka agar
menjadi sosok pemimpian yang bijaksana serta bisa memperkuat dasar-dasar
Kepemimpinan diri agar tidak menjadi sosok pemimpin yang gagal.
B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi
luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
C. Daftar Pustaka
1. Buku Kepemimpinan halaman 107-136
2. http://rinaldigoaway.blogspot.com/2010/11/penerapan-kepemimpinan.html
3. https://www.academia.edu/6194417/MAKALAH_TENTANG_KEPEMIMPINA
N
4. http://shaepulmarup.blogspot.com/2015/11/teori-dan-keterampilan-
kepemimpinan.html
5. https://afdalarianto.blogspot.com/2016/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
13